Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Lingkungan Keluarga

a. Pengertian Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi seorang

anak, karena sebagian besar dari kehidupan anak ada di dalam keluarga. Di dalam

keluarga anak mengalami sosialisasi untuk pertama kalinya, dimana anak

mengenal dan diajarkan berbagai nilai kehidupan serta mengembangkan dan

membentuk pribadi anak dalam fungsi sosialnya, yang pastinya akan berguna

untuk masa depannya kelak. Menurut Dalyono (2015: 59) keluarga merupakan

ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah dimana faktor

keluarga ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

Tingkat pendidikan, penghasilan, perhatian, bimbingan, kerukunan, dan

keakraban orang tua terhadap anak semuanya itu turut memengaruhi keberhasilan

dalam pendidikan anak.

Lingkungan keluarga memiliki pengaruh besar dalam perkembangan

seorang anak sejak anak untuk pertama kalinya lahir di dunia hingga anak tumbuh

dewasa. Orang tua yang selalu ada dalam kehidupan anak dapat memengaruhi

masa depan anak tak terkecuali dalam pemilihan karier. Orang tua memengaruhi

anak melalui interaksi dan dalam memberikan bimbingan, tentunya tidak ada

orang tua yang menginginkan anaknya tidak sukses. Alma (2013: 8)

mengungkapkan bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja mandiri dan

9
10

memiliki pekerjaan sendiri, memiliki kecenderungan anak akan menjadi

pengusaha juga. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga wirausaha

cenderung akan menerima banyak pengetahuan pada masa awal hingga ia

membentuk sikap dan persepsi mengenai kepercayaan atas kemampuan diri untuk

berwirausaha.

Berdasarkan uraian definisi lingkungan keluarga dari beberapa para ahli di

atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa lingkungan keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang utama bagi seorang anak yang terdiri dari ayah, ibu,

dan keluarga yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola kepribadian

dan perkembangan anak.

b. Peranan Lingkungan Keluarga yang Memengaruhi Minat Berwirausaha

Seperti yang dikatakan Alma (2013: 7) bahwa minat berwirausaha juga

datang dari lingkungan keluarga atau biasanya disebut role models. Menurut

Slameto (2013: 60-64) peranan lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi

siswa untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Seorang orang tua yang memberikan bimbingan pada anaknya dengan sebaik-

baiknya tentu akan membantu anak dalam memperoleh masa depan dengan baik.

2) Relasi antar anggota Keluarga

Relasi terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya, akan tetapi

disamping itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga lain

cukup memengaruhi anak dalam belajar. Hubungan yang baik adalah hubungan
11

yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk

mensukseskan belajar anak

3) Suasana Rumah

Suasana rumah yang gaduh dan tidak teratur akan membuat anak tidak

nyaman, hal ini dapat menyebabkan anak menjadi bosan dirumah dan lebih sering

keluar rumah dan berakibat belajar menjadi kacau. Suasana rumah yang tenang

dan tenteram perlu diciptakan agar anak dapat nyaman berada di rumah dan dapat

belajar dengan baik.

4) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi yang relatif kurang, menyebabkan kebutuhan pokok

anak tidak dapat terpenuhi, karena hal itu belajar anak juga akan terganggu.

5) Pengertian Orang Tua

Terkadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi

pengertian dan mendorongnya serta membantu kesulitan yang dialami anak.

6) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga dapat memberi

pengaruh sikap anak dalam kehidupannya. Perlu adanya penanaman kebiasaan-

kebiasaan dan contoh figur yang baik agar anak terdorong dan termotivasi untuk

lebih semangat belajar.

Uraian di atas dapat pula diterapkan untuk menumbuhkan/memengaruhi

minat berwirausaha seorang anak dari peran lingkungan keluarganya.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:


12

1) Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap masa depannya.

Orang tua yang memberikan bimbingan pada anaknya dengan sebaik-baiknya

tentu akan membantu anak dalam memeroleh masa depan dengan baik. Orang

tua yang membimbing dan mendukung keberanian dan kemandirian anak akan

memberi pengaruh positif bagi anak dalam meningkatkan minat berwirausaha.

2) Relasi yang baik dengan orang tua, saudara, kakak, adik, dan keluarga lainnya

cenderung akan menghasilkan banyak pengetahuan, pengalaman dalam dunia

wirausaha, saling tukar pikiran dalam berbagai hal kewirausahaan akan

menimbulkan minat berwirausaha seorang anak.

3) Suasana rumah yang tenteram akan membuat anak memiliki kenyamanan di

rumah dan mendorong interaksi yang lebih dekat serta menambah kehangatan

keluarga sehingga anak akan lebih terbuka dengan pikiran, ide-ide, bahkan

cita-cita tak terkecuali dengan minat anak untuk berwirausaha.

4) Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu dapat menumbuhkan

semangat dan motivasi dari seorang anak untuk memperbaiki perekonomian

keluarga dengan menjadi seorang wirausaha, sehingga anak akan lebih

berminat untuk berwirausaha.

5) Pengertian orang tua yang baik yaitu orang tua yang baik tidak akan

memaksakan kehendak pada anak terlebih dalam masa depannya, jika anak

menginginkan menjadi seorang wirausaha orang tua dapat memberi

pengertian dan kesempatan anak untuk mewujudkan cita-citanya.

6) Latar belakang kebudayaan. Penanaman kebiasaan-kebiasaan dan contoh figur

yang baik agar anak terdorong dan termotivasi untuk lebih semangat meniti
13

masa depan dalam berkarier. Keluarga dengan latar belakang wirausaha akan

cenderung memengaruhi anak secara langsung maupun tidak langsung untuk

memilih karier sebagai wirausaha pula.

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan

lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi minat berwirausaha seseorang

adalah cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

c. Indikator Lingkungan Keluarga

Yusuf (2015: 42) mengatakan bahwa terdapat tiga hal pokok yang

memengaruhi perkembangan seseorang dalam hidupnya. Ketiga hal pokok

tersebut adalah:

1) Keberfungsian Keluarga

Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu

melaksanakan fungsinya. Peranan keluarga memiliki empat prinsip yaitu sebagai

modelling, mentoring, organizing, dan teaching. Dalam hal ini fungsi keluarga

terdiri dari fungsi pendidikan dan fungsi sosialisasi. Fungsi pendidikan

menyangkut peranan, pembimbingan, serta keterampilan-keterampilan terkait

berwirausaha yang bermanfaat bagi anak, sedangkan fungsi sosialisasi

menyangkut fungsi keluarga sebagai faktor penentu yang sangat memengaruhi

kualitas generasi yang akan datang termasuk dalam hal pemilihan karier anak

yang dalam hal ini adalah wirausaha.

2) Sikap dan Perlakuan Orang Tua terhadap Anak


14

Terdapat beberapa pola sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak yang

masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak. Sikap

dan perlakuan orang tua terhadap anak secara tidak langsung akan menjadi

panutan bagi anak dalam menjalani proses kehidupannya yang tentu akan

memengaruhi perkembangannya termasuk dalam hal minat berwirausaha anak.

Sikap dan perlakuan orang tua yang mendukung anak dalam berwirausaha akan

membawa motivasi dan minat anak yang lebih tinggi dalam berwirausaha.

3) Status Ekonomi

Orang tua yang memiliki status ekonomi rendah cenderung lebih

menekankan kepatuhan pada figur-figur yang mempunyai otoritas, sedangkan

pada status ekonomi kelas atas dan menengah cenderung menekankan pada

pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreativitas anak. Hal ini akan

memengaruhi bagaimana proses minat berwirausaha yang akan dijalankan oleh

anak.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud menjadikannya sebagai

indikator untuk mengukur pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat

berwirausaha. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

1) Keberfungsian keluarga.

2) Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak.

3) Status ekonomi

2. Hasil Belajar Keahlian Otomotif (Teknologi Pengelasan)

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana


15

(2009) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Selanjutnya Slameto (2013: 13) mengemukakan bahwa “Hasil belajar

merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau

keterampilan diperoleh dari suatu pembelajaran”.. Sugiharto, (2009: 74)

menambah bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan”.

Hasil belajar adalah hasil dari usaha belajar yang menunjukkan kecakapan

yang telah dicapai, biasanya hasil belajar ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai

angka yang diberikan oleh guru (Juniarto, 2014). Hasil belajar adalah hasil berupa

perubahan ranah kognitif, afektif, atau psikomotor pada diri siswa setelah

melaksanakan aktivitas proses pembelajaran (Efendi, 2013).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman

dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi karena adanya

interaksi individu dengan lingkungannya.

b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar,

diantaranya yaitu dikemukaan oleh Sugiharto (2009: 76) sebagai berikut:

1) Faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar terdiri dari :
16

a) aktor psikologis yang meliputi intelegnsi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kelelahan dan kepribadian.

b) Faktor jasmani yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor dari luar individu yang sedang belajar, faktor ini meliputi faktor

lingkungan alam, keluarga, masyarakat, faktor sosial ekonomi, guru, metode

mengajar, kurikulum, program, materi pembelajaran, sarana dan prasarana.

Sementara itu menurut Winkel (1983:43) menyebutkan faktor-faktor yang

memengaruhi proses belajar siswa sebagai berikut:

1) Faktor pada pihak siswa yang meliputi:

a) Faktor psikis intelektual dan non intelektual yang meliputi: taraf intelegensi,

kemampuan belajar, cara belajar, motivasi belajar, sikap, perasaan, minat,

kondisi akibat keadaan sosio kultural atau ekonomis.

b) Faktor fisik yang meliputi kondisi fisik siswa.

2) Faktor di luar siswa yang meliputi:

a) Faktor pengatur proses belajar di sekolah, di antaranya yaitu, kurikulum

pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa.

b) Faktor sosial di sekolah di antaranya yaitu, sistem sosial, status sosial siswa,

interaksi guru dan siswa.

c) Faktor situasional yang meliputi keadaan politik ekonomi, keadaan waktu dan

tempat dan keadaan musim iklim.

Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

proses belajar dan hasil belajar yang maksimal, maka siswa harus meningkatkan

faktor yang ada pada diri mereka, misalnya meningkatkan kemampuan, minat dan
17

motivasi belajar. Namun adanya faktor dari luar siswa menjadi penghambat bagi

siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Faktor dari luar tersebut

meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat siswa tinggal dan

lingkungan sekolah. Dari ketiga faktor ini yang sangat berperan untuk mendidik

siswa dalam meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu faktor keluarga dan

lingkungan sekolah.

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benjamin dalam Sudjana (2009: 22) yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor. Menurut Sudjana (2009: 22) yang berkaitan dengan ranah tersebut

adalah :

1.) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama yang disebut tingkat rendah dan

aspek kedua disebut aspek tingkat tinggi.

3) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerimaan, kawasan, reaksi, organisasi, dan internalisasi.

4) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotor yakni gerakan reflek,

keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan


18

interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara

ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru di

sekolah karena terkait dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan

pelajaran. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa setelah

melalui proses belajar yaitu siswa dapat memperoleh informasi dan pengetahuan

yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap dari siswa. Jadi seorang individu

dikatakan berprestasi bila terjadi perubahan sikap dalam diri orang tersebut yang

didapat melalui latihan dan pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan

bahwa hasil belajar adalah pengalaman dari usaha belajar yang menunjukan

perubahan pada diri mahasiswa setelah melaksanakan aktivitas proses

pembelajaran baik berupa perubahan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

d. Pengertian Keahlian Otomotif (Teknologi Pengelasan)

Keahlian berasal dari kata ahli yang berarti orang yang mahir, menguasai,

paham sekali dalam suatu ilmu atau orang yang memiliki kemampuan dalam

menelaah, menganalisis dan menginterpretasi suatu ilmu. Hal itu merupakan

kemampuan yang bisa di pindahkan dari satu orang ke orang yang lainnya.

Otomotif adalah sebuah istilah yang merujuk kepada hal-hal yang

berhubungan dengan alat-alat transportasi, khususnya sepeda motor dan mobil.

Teknik Otomotif mempelajari komponen kendaraan dan berbagai sistem yang

mengaturnya. Sedangkan secara etimologis, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), definisi Otomotif bermakna sesuatu yang berputar dengan


19

sendirinya. Memang jika merunut pada asal katanya yang sepertinya dari kata

“oto” dan “motif”. Maka artinya menjadi “sendiri” dan “alasan”. Maksudnya

adalah sesuatu yang mampu bergerak karena memiliki alasan tersendiri dan

mudahnya adalah sesuatu bergerak karena ada sistem yang melandasinya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa keahlian otomotif merupakan kemampuan yang mempelajari tentang

komponen-komponen kendaraan dan berbagai sistem yang mengaturnya.

Pada penelitian ini, penyusun lebih fokus pada Mata Kuliah Teknologi

Pengelasan. Mengelas adalah salah satu cara menyambung dua buah logam secara

permanen dengan menggunakan tenaga panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk

mencairkan bahan dasar yang akan disambung dan kawat las sebagai pengisi,

setelah dingin dan membeku, terbentuklah ikatan yang kuat dan permanen.

Menurut Eramahardika (2017), mengemukakan bahwa proses dan jenis

pengelasan berdasarkan panas listrik, salah satunya adalah jenis SMAW (Shield

Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik yang terlindung dengan

menggunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam.

Menurut Rasyid (2008: 5), ada beberapa posisi pengelasan yang harus

dilakukan untuk melaksanakan pengelasan sehingga memudahkan para pengelas

untuk menyelesaikan pekerjaan yaitu;

1. Posisi mendatar (bawah tangan). Posisi ini paling banyak diterapkan dalam
industri atau bengkel-bengkel pengelasan. Benda kerja dibuat mendatar
sehingga posisi ini diperoleh hasil pengelasan yang lebih baik dibanding
dengan posis lain.
2. Posisi Horizontal. Posisi pengelasan popular kedua ini adalah posisi
horizontal. Dengan posisi ini, juru las dapat mendepositokan logam las lebih
banyak disbanding dengan posisi mendatar. Kegagalan utama yang terjadi
dalam posisi pengelasan horizontal adalah terjadinya undercut dan overlap.
20

Hal ini timbul karena adanya gaya gravitasi terhadap cairan logam las yang
sulit dikontrol. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah dengen
memperpendek tinggi busur listrik.
3. Posisi vertikal. Ada dua jenis posisi pengelasan vertkal. Posisi vertikal keatas
atau posisi vertikal kebawah. Posisi vertikal keatas paling banyak digunakan
karena panas elektroda menembus lebih dalam benda sehingga penetrasi juga
lebih dalam. Posisi vertikal kebawah digunakan untuk keperluan ‘sealing’ atau
untuk pengelasan plat-plat tipis. Untuk melawan gaya gravitasi, juru-juru las
biasanya memiringkan elektroda sebesar 10-25°.
4. Posisi diatas kepala. Posisi ini merupakan posisi yang paling berbahaya karena
percikan cairan logam dan terak mungkin akan jatuh kekepala juru las.
Kemungkinan jatuhnya cairan logam dapat dicegah dengan memperpendek
tinngi busur dan variasi pergerakan elektroda.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan

bahwa hasil belajar keahlian otomotif (teknologi pengelasan) adalah hasil belajar

yang berupa perubahan ranah kognitif, afektif, atau psikomotor pada diri

mahasiswa setelah melaksanakan aktivitas proses pembelajaran Mata Kuliah

Teknologi Pengelasan yang dapat dilihat dari transkrip nilai akademik mahasiswa.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (2002) pengertian

kompetensi adalah kecakapan, berwenang, dan memutuskan atau menentutukan

suatu pengertian. Pengertian kompetensi menurut UU No. 13/2013 tentang

ketenagakerjaan; pasal 1 (10) “kompetensi adalah kemampuan kerja setiap

individu yang mencakup aspek pengetahuan keterampilan dan sikap kerja yang

sesuai dengan standar yang ditetapkan”.

Menurut Stephen (2007) bahwa berkopetensi adalah “ kemampuan atau

kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan,

dimana kemampuan ini ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik”. Sedangkan menurut Wibowo (2007)

“kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan


21

sesuatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan

kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa kemanpuan mahasiswa dalam mengerjakan praktik kompetensi atau

potensi yang dimiliki berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

digunakan saat praktik terkhusus dalam mata kuliah teknologi pengelasan.

3. Minat Berwirausaha

a. Pengertian Minat

Slameto (2013: 180) menyatakan bahwa minat merupakan suatu perasaan

lebih senang dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas atau suatu hal dari

dorongan diri sendiri atau tanpa suruhan orang lain. Suatu minat dapat

diperlihatkan dengan bentuk partisipasi dalam suatu kegiatan, dapat pula dengan

pilihan seseorang yang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Menurut

Purwanto (2014: 56), minat adalah perbuatan yang memuasatkan pada sebuah

tujuan yang mendorong seseorang melakukan perbuatan atau kegiatan itu sendiri.

Sujanto (2012: 92) memberi arti minat sebagai pemusatan perhatian pada

suatu hal yang tidak disengaja dan dengan penuh kemauan dalam diri seseorang

sendiri karena pengaruh bakat dan lingkungan sekitarnya. Dari beberapa

pengertian minat oleh para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa minat

merupakan suatu keinginan dan rasa ketertarikan yang besar akan suatu hal yang

menjadi pusat perhatiannya karena kemauan dalam diri sendiri tanpa ada yang

menyuruh. Secara sadar maupun tidak, suatu minat akan mendorong seseorang

untuk mendalaminya atau mempelajarinya. Seseorang yang memiliki minat dalam


22

dunia wirausaha maka orang tersebut akan mencurahkan perhatiannya dalam

kewirausahaan dan mendalami ilmu kewirausahaan yang selanjutnya akan

mempraktikkan ilmu yang telah dipelajarinya karena dorongan sebuah minat.

b. Pengertian Wirausaha

Wirausaha merupakan salah satu potensi pembangunan dalam kemajuan

perekonomian suatu negara serta dalam hal mengatasi masalah pengangguran.

Kasmir (2011: 19) menyatakan bahwa seorang wirausaha (entrepreneur) adalah

seseorang yang memiliki jiwa berani mengambil resiko untuk menjalankan suatu

usaha dalam berbagai peluang yang ada. Arti dari berjiwa berani mengambil

resiko yaitu memiliki mental mandiri untuk tidak bergantung pada orang lain dan

berani untuk memulai suatu usaha, serta dalam suatu kondisi apapun tidak merasa

takut atau cemas.

Menurut Schumpeter dalam ( Alma, 2013: 24) wirausaha adalah seseorang

yang melihat adanya sebuah peluang kemudian memanfaatkan peluang tersebut

dengan cara menciptakan sebuah organisasi. Organisasi yang dimaksud adalah

organisasi bisnis yang dapat menciptakan suatu barang dan jasa. Sedangkan

menurut Basrowi (2014: 4) wirausaha adalah seseorang yang memiliki

kemampuan dapat melihat dan menilai peluang bisnis yang ada kemudian

mengumpulkan sumber daya- sumber daya yang dibutuhkan dalam menjalankan

suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan serta analisis tindakan yang tepat

dalam menentukan suatu kesuksesan.

Menurut Parker wirausaha merupakan orang yang mengatur dan

mengelola bisnis dengan mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan


23

(2018: 11). Sedangkan Wijatno (2009: 4) mendefinisikan wirausaha

(entrepreneur) sebagai sosok orang yang berani untuk mengambil resiko, dapat

membaca kesempatan-kesempatan bisnis yang ada, dan dapat mengelola sumber

daya-sumber daya yang ada untuk memeroleh keuntungan. Sementara itu

Daryanto (2013: 3) memberi arti wirausaha sebagai seseorang yang mendapatkan

peluang bisnis kemudian menciptakan suatu organisasi untuk menggapai peluang

tersebut.

Menurut Syam (2019: 3) wirausaha adalah individu atau sekelompok

orang yang memiliki karakter atau sifat kreatif, inovatif, percaya diri, berinisiatif,

berjiwa kepemimpina, berani mengambil resiko, dan suka tantangan. Oleh karena

itu, proses kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki

jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu: (1) percaya diri, artinya: yakin: optimis, dan

penuh komitmen, (2) berinisiatif, artinya: energik dan percaya diri, (3) memiliki

motivasi berprestasi, artinya: berorientasi hasil dan berwawasan ke depan, (4)

memiliki jiwa kepemimpinan, artinya: berani tampil berbeda, (5) berani

mengambil resiko dengan penuh perhitungan, artinya: ia suka dengan tantangan.

Dari definisi-definisi wirausaha tersebut, peneliti dapat tarik kesimpulan

yang dimaksud dengan wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa

berani mengambil resiko, mampu membaca dan memanfaatkan peluang bisnis,

serta dapat mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk

memperoleh suatu keuntungan. Seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya

perlu memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan inovasi, kreativitas, kerja

keras, dan keberanian untuk mendapatkan peluang bisnis yang ada.


24

c. Pengertian Minat Berwirausaha

Minat Berwirausaha merupakan dua kata yang memiliki arti berbeda dari

masing-masing kata. Minat merupakan suatu keinginan dan rasa ketertarikan yang

besar akan suatu hal yang menjadi pusat perhatiannya karena kemauan dalam diri

sendiri tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan wirausaha adalah orang yang

berjiwa berani mengambil resiko, mampu membaca dan memanfaatkan peluang

bisnis, serta dapat mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk

memperoleh suatu keuntungan. Dari pengertian kedua kata tersebut, maka dapat

diketahui minat berwirausaha merupakan perasaan senang, tertarik, dan keinginan

pada dunia wirausaha yang memerlukan keberanian dan kreativitas untuk

memperoleh keuntungan.

Minat berwirausaha seseorang biasanya tumbuh karena ada dorongan pada

diri orang tersebut untuk membuktikan secara langsung apa yang menjadi pusat

perhatiannya selama ini. Minat berwirausaha juga didasari oleh perasaan senang

dan tertarik untuk terlibat dalam kegiatan bisnis. Seseorang yang memiliki minat

berwirausaha akan menjalankan suatu usaha sendiri atau memanfaatkan peluang-

peluang bisnis yang ada untuk menciptakan bisnis baru dengan inisiatif dan

inovatifnya.

Selain itu minat berwirausaha dapat timbul bukan karena telah ada dalam

diri seseorang begitu saja, melainkan minat berwirausaha dapat ditumbuhkan

dengan menanamkan jiwa kewirausahaan kepada seseorang yang disokong oleh

guru sekolah atau universitas, dengan memberikan mata kuliah kewirausahaan


25

yang praktis dan menarik sehingga dapat membangkitkan minat mahasiswa untuk

berwirausaha.

d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat Berwirausaha

Seseorang yang memiliki minat berwirausaha biasanya cenderung akan

mencari Faktor-faktor lain yang dapat mendukungnya, faktor tersebut antara lain

keluarga, teman, pengalaman, keadaan ekonomi, keadaan lapangan kerja, dan

sumber daya yang tersedia (Alma, 2013: 7). Alma juga menyebutkan lingkungan

dalam bentuk “role models” berpengaruh terhadap minat berwirausaha seseorang.

Lingkungan role models biasanya melihat kepada orang tua, saudara, teman-

teman, pasangan, tokoh idola pengusaha sukses, dan keluarga lain seperti kakek,

paman, bibi, dan lain-lain.

Daryanto (2013: 15) menekankan faktor-faktor yang berperan dalam

memengaruhi minat berwirausaha adalah meyangkut aspek kepribadian

seseorang, hubungan dengan teman-teman, hubungan dengan orang tua dan

keluarga, serta hubungan seseorang dengan lingkungannya. Sementara itu

Bygrave dalam (Alma, 2013: 11) beberapa faktor pemicu minat berwirausaha

seseorang adalah faktor personal, faktor lingkungan, dan faktor sosial.

1) Faktor Personal

Faktor ini dapat dilihat dari kepribadian yang mempunyai keberanian

untuk menanggung resiko serta memiliki komitmen atau minat yang tinggi

terhadap dunia wirausaha.


26

2) Faktor Lingkungan

Faktor ini dapat dilihat dari adanya sumber-sumber yang dapat

dimanfaatkan, serta adanya kemudahan akses dalam permodalan.

3) Faktor Sosial

Faktor ini dapat dilihat dari adanya hubungan atau relasi dengan orang lain

seperti teman yang dapat diajak untuk bekerjasama, adanya dorongan dan

berbagai bantuan yang memberi kemudahan dari lingkungan keluarga untuk

membuka usaha, serta mempunyai pengalam bisnis sebelumnya.

Dari paparan-paparan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi minat

berwirausaha oleh para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-

faktor yang dapat memengaruhi minat berwirausaha seseorang antara lain adalah

faktor personal yang menyangkut kepribadian, faktor sosial yang menyangkut

hubungan dan dorongan dari teman, serta faktor lingkungan yang menyangkut

sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan seperti keluarga.

e. Karakter Wirausaha

Karakter yang menjadi ciri khusus seorang wirausaha yaitu:

1. Kemampuan mengenali peluang

Salah satu ciri yang membedakan seorang wirausaha dengan yang bukan

wirausaha adalah memiliki kemampuan untuk mengenali peluang bisnis hal ini

penting dalam proses wirausaha terutama dalam pengembangan suatu bisnis.

Short, dkk. (2010) memdefinisikan (opportunity) sebagai ’’an idea or dream that

discovered or created by an entrepreneurial entity and that is revealed through

analysis over time to be potentially lucrative’’. Dari pengertian tersebut, terdapat


27

tiga hal mendasar. Pertama, beluang berasal dari ide atau mimpi. Kedua, peluang

ditemukan atau diciptakan. Ketiga, peluang diperoleh melalui analisis dari waktu

ke waktu untuk menjadi ide atau mimpi yang berpotensi menguntuntungkan.

Artinya, seorang wirausaha tidak menunggu diberikan peluang, tetapi dirinyalah

yang menjadi sumber peluang. Selain itu, suatu ide atau mimpi belum dapat

disebut peluang, kecuali telah dianalisis dengan matang untuk menjadi potensi

yang menguntungkan. Karenanya, dibutuhkan usaha terus-menerus dari seorang

wirausaha untuk memikirkan ide-ide pengembangan bisnis. Suatu peluang bisnis

dapat diciptakan lagi walaupun bisnis yang sedang dijalankan telah memberikan

keuntungan bagi pemiliknya. Suatu peluang bisnis adalah kesempatan bagi

wirausaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang belum terpuaskan.

2. Kemampuan mengambil resiko

Salah satu faktor yang menyebabkan orang takut berwirausaha adalah

resiko jika bisnisnya mengalami kegagalan. Kerugian akibat bisnis yang bangkrut

dapat menimbulkan efek yang menyulitkan bagi seseorang, baik dari segi materi

maupun dari segi moral. Semangatnya dapat hilang, bahkan dapat menimbulkan

stress bagi dirinya. Namun, suatu bisnis tidak dapat berkembang jika pemiliknya

tidak berani untuk mengambil resiko. Kemampuan mengambil resiko inilah yang

membedakan seorang wirausa dari individu lainnya.

Menurut Leigh (Lejuez, dkk., 2002), perilaku pengambilan resiko adalah

perilaku yang mengandung potensi menimbulkan kerugian, namun juga

memberikan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Ketika seseorang

memutuskan untuk memulai suatu bisnis, maka keputusan tersebut sebenarnya


28

sudah merupakan resiko. Setiap langkah adalah resiko bagi dirinya yang harus

diperhitungkan sebelum mengambil suatu keputusan.

3. Kreativitas dan inovasi

Kreativitas merupakan titik awal untuk sebuah inovasi. Semua inovasi

dimualai dengan ide-ide kreatif. Kreativitas diperlukan, tetapi bukan merupakan

kondisi yang harus ada untuk melakukan sebuah inovasi. Inovasi adalah

implementasi dari inspirasi kreatif.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat dan menciptakan suatu

menjadi bentuk yang baru, untuk menghasilkan suatu melalui keterampilan

imajinatif atau kreativitas adalah kemampuan menghasilkan ide baru dengan

menggabungkan, mengubah, atau memodifikasi ide yang telah ada. Sejumlah ide

kreatif dapat menakjubkan dan brilian atau sederhana dan praktis, da nada juga

ide yang belum pernah terpikirkan sebelumnya (Okpara, 2007). Setiap orang

memiliki kemampuan kreatif, namun ada yang tidak menyadarinya. Berkomitmen

untuk membangkitkan kembali semangat adalah yang dibutuhkan dalam

berkreativitas.

Inovasi didefinisikan sebagai penambah sesuatu yang baru terhadap suatu

produk atau proses yang ada (Okpara, 2007). Produk atau proses yang telah dibuat

sebelumnya mungkin telah berlangsung cukup baik. Ketika dilakukan perubahan

agar produk atau proses menjadi lebih baik, maka saat itu terjadi inovasi. Inovasi

adalah keberhasilan dalam mengeksploitasi ide-ide baru (Okpara, 2007).


29

f. Indikator Minat Wirausaha

Sutanto (2002) menyebutkan indikator minat secara umum adalah

perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian, dan keterlibatan. Penelitian ini

menggunakan pedoman indikator minat tersebut, sehingga untuk indikator minat

berwirausaha dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perasaan senang

Seseorang yang memiliki perasaan senang akan dunia bisnis maka akan

mendorong orang tersebut untuk terus mempelajari ilmu bisnis tanpa ada

keterpaksaan.

2. Ketertarikan seseorang

Ketertarikan seseorang terhadap berbagai informasi bisnis yang diperoleh

akan mendorong minat seseorang untuk kemudian mempraktikkan ilmu bisnisnya

menjadi suatu usaha.

3. Perhatian seseorang

Perhatian merupakan konsentrasi terhadap suatu pengamatan dengan

mengesampingkan yang lain. Seseorang yang memiliki minat pada dunia

wirausaha, dengan sendirinya akan memfokuskan perhatiannya pada aktivitas

usaha.

4. Keterlibatan seseorang

Ketertarikan seseorang dalam dunia wirausaha akan mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk ikut serta melibatkan diri dalam kegiatan atau

aktivitas berwirausaha.
30

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putra Indra Aditya, Sunyoto dan Widodo

Doni Rahmat (2009) dengan jurnal yang berjudul “Pengaruh Pengalaman

Praktik Kerja Industri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII

Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif Smk Texmaco Pemalang”

menunjukan hasil dalam kategori baik, yaitu dengan rata-rata persentase

sebesar 78,74%. Adapun minat berwirausaha juga temasuk dalam kategori

baik, dengan rata-rata persentase sebesar 77,27%. Hasil analisis regresi

diperoleh besarnya koefisien korelasi 0,658 dan koefisien determinasi (r2)

sebesar 0,4332. Besarnya koefisien determinasi tersebut menunjukan bahwa

perubahan tingkat pengalaman Prakerin berpengaruh terhadap minat

berwirausaha sebesar 43,32%.

2. Penelitan yang dilakukan Rochman Ainur Adam (2019), dengan jurnal yang

berjudul “Hubungan Kemampuan Praktik Dan Teori Mata Kuliah Produktif

Otomotif Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Purworejo” dengan penelitian Ex Post Facto dan dilakukan

di Universitas Muhammadiyah Purworejo pada mahasiswa semester 5

Jurusan Teknik Otomotif dengan jumlah Populasi sebanyak 50 Mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan metode kuisioner dan juga dokumentasi. Validasi

kuisioner yang akan diberikan kepada subyek berupa angket yang terlebih

dahulu diberikan kepada ahli dan menggunakan skala Likert empat pilihan

jawaban untuk mengukur minat berwirausaha mahasiswa. Data dari

kemampuan praktik dan teori diperoleh dengan metode dokumentasi diambil


31

dari database nilai dosen mata kuliah produtif otomotif. Teknik analisis yang

digunakan dalam menguji hipotesis adalah dengan teknik analisis deskriptif

dan teknik analisis regresi linear berganda. Adapun hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan praktik berhubungan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa, kemampuan teori berhubungan terhadap minat

berwirausaha, dan kemampuan praktik dan kemampuan teori secara bersama-

sama berhubungan terhadap minat berwirausaha.

3. Penelitan yang dilakukan Davinci Asriyadi Abang dan Maryati Tri (2011),

dengan jurnal yang berjudul “Kesiapan Berwirausaha Mahasiswa teknik

Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ditinjau Dari Pengetahuan

Kewirausahaan, Dukungan Keluarga, SoftSkill, Dan Prestasi Belajar”

menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan, dukungan

keluarga, softskill dan prestasi belajar terhadap kesiapan berwirausaha siswa,

ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap kewirausahaan siswa

kesiapan ditunjukkan dengan hasil korelasi parsial, ada pengaruh dukungan

keluarga terhadap kesiapan berwirausaha siswa, terdapat pengaruh softskill

terhadap siswa kesiapan berwirausaha, dan terdapat pengaruh prestasi belajar

terhadap siswa kesiapan berwirausaha.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha

Lingkungan keluarga adalah lingkungan utama bagi seorang anak, karena

di dalam keluargalah anak pertama kali mendapat didikan dan bimbingan yang

akan berpengaruh dalam pembentukan pola kepribadian dan perkembangan anak.


32

Melalui interaksi dalam membimbing dan mendidik anak, orang tua akan

memiliki pengaruh terhadap masa depan anaknya tak terkecuali dalam pemilihan

karier. Lingkungan keluarga yang berlatarbelakang wirausaha atau memiki jiwa

wirausaha serta memberikan dukungan positif seperti memberikan kebebasan,

memberi bantuan dan perlakuan yang mendukung minat anaknya akan jauh

meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa untuk berwirausaha, sebaliknya

lingkungan keluarga dengan latar belakang bukan wirausaha serta sikap dan

perlakuan yang kurang mendukung akan menyulitkan anak untuk memiliki minat

berwirausaha. Dengan demikian Lingkungan Keluarga diduga akan memiliki

pengaruh terhadap Minat Berwirausaha.

2. Pengaruh Hasil Belajar Keahlian Otomotif (Teknologi Pengelasan)

terhadap Minat Berwirausaha

Hasil belajar keahlian otomotif dalam hal ini Mata Kuliah Teknologi

Pengelasan dapat digunakan sebagai bekal bagi mahasiswa atau praktikan dan

sekaligus sebagai pendukung praktek di lapangan nantinya. Dengan adanya

Praktek Pengelasan tersebut maka mahasiswa akan mendapatkan keterampilan

yang dapat digunakan sebagai bekal dalam memasuki dunia usaha. Dengan

demikian Hasil Belajar Keahlian Otomotif (Teknologi Pengelasan) di duga akan

memiliki pengaruh terhadap Minat Berwirausaha.

3. Pengaruh Lingkungn Keluarga dan Hasil Belajar Keahlian Otomtif

(Teknologi Pengelasan) terhadap Minat Berwirausaha

Peran orang tua tak lepas dalam membimbing dan mengarahkan anaknya

menuju masa depan yang baik termasuk dalam pemilihan karier untuk
33

berwirausaha. Dengan dukungan dan bimbingan keluarga akan memengaruhi

minat mahasiswa dalam berwirausaha.

Pengalaman atau hasil yang pernah diperoleh akan menghasilkan

keterampilan dibanding dengan tenaga kerja yang belum memiliki keterampilan

dan kerja yang berbeda jauh pula. Begitu juga yang terjadi pada wirausaha yang

memiliki keahlian atau keterampilan dalam mengelas akan memiliki hasil kerja

yang lebih baik ketimbang dengan wirausaha lain yang tak pernah memiliki

pengalaman tentang pengelasan.

Dengan demikian Lingkungan keluarga dan Hasil Belajar Keahlian

Otomotif secara bersama-sama diduga akan memiliki pengaruh terhadap Minat

Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir

maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. H1: Terdapat Pengaruh positif Lingkungan Keluarga terhadap Minat

Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar.

2. H2: Terdapat Pengaruh positif Hasil Belajar Keahlian Otomotif (Teknologi

Pengelasan) terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Teknik

Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

3. H3: Terdapat Pengaruh positif Lingkungan Keluarga dan Hasil Belajar

Keahlian Otomotif secara bersama-sama terhadap Minat Berwirausaha


34

Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai