Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Operasional

Nurhaliza

1993141096

Manajemen C 2019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020-2021
BAB IV
PERENCANAAN LOKASI PERUSAHAAN

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi


Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengambil suatu keputusan
lokasi atau daerah untuk ditempati perusahaan melakukan aktivitasnya, misalnya:
sumberdaya alam yang dibutuhkan untuk operasi, ketersediaan sumberdaya
manusia, fasilitas transportasi dan sebagainya.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengambil suatu keputusan
lokasi atau daerah untuk ditempati perusahaan melakukan aktivitasnya, misalnya:
sumberdaya alam yang dibutuhkan untuk operasi, ketersediaan sumberdaya
manusia, fasilitas transportasi dan sebagainya.
Lokasi operasi yang berbeda untuk suatu perusahaan akan mengakibatkan biaya
transportasi dan biaya modal berbeda. Hal tersebut antara lain disebabkan karena
biaya tenaga kerja, biaya transportasi, pajak, harga lahan, pembangkit tenaga dan
beberapa faktor lainnya. Kombinasi biaya variabel dan biaya tetap bagi lokasi yang
berbeda-beda dapat menciptakan hubungan antara biaya dan volume produksi yang
relatif baik bagi masing masing lokasi. Dalam penentuan lokasi ini tentu saja
terdapat faktor subjekti pemilih maupun pimpinan perusahaan.
Faktor seperti lingkungan masyarakat, fasilitas transportasi yang lancar, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja akan mempunyai pengaruh ekonomis terhadap pemilihan
lokasi perusahaan. Di dalam menentukan lokasi suatu perusahaan di daerah mana
perusahaan itu akan dididikan dan dibagian mana di daerah itu akan didirikan di
dalam kota atau diluar kota. Secara 93 umum penentuan lokasi dipengaruh oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Lingkungan masyarakat

Kesediaan masyarakat suatu daerah untuk menerima segala konsekwensi


positip maupun negatif didirikannya suatu pabrik di daerah tersebut merupakan
suatu syarat untuk dapat atau tidaknya suatu perusahaan didirikan di daerah itu.

b. Sumberdaya alam

Biaya produksi sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya bahan baku dan
bahan-bahan lainnya yang diperlukan dalam proses produksi. Harga bahan baku
dan bahan-bahan pembantu dipengaruhi pula oleh biaya yang harus ditanggung
dalam penyediaan bahan dan pendistribusiannya pada para pemakai atau
pabrik. Apabila suatu pabrik terletak jauh dari sumberdaya alam, maka akan
semakin tinggi biaya pengangkutan bahan dan distrubisi bahan tersebut.

c. Sumberdaya manusia

d. Pasar produk

Seperti halnya bahan baku , biaya distribusi perlu ditambahkan pada harga
barang jadi. Apakah produk itu perupakan barang yang harus dijual kepada
konsumen yang cukup luas atau hanya akan dijual kepada sebagian kecil
masyarakat ataupun barang tersebut sebagai bahan mentah pabrik lain. Akan
mempengaruhi penentuan lokasi pebrik.

e. Sarana transportasi

Tersedianya fasilitas transportasi yang baik (darat, laut dan udara) baik bahan
maupun hasil produksi yang dimiliki oleh suatu daerah, akan dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan dararah tersebut karena faktor pasar dan bahan baku.

f. Sarana Komunikasi

Dalam era informasi dewasa ini, tersedianya fasilitas komunikasi menjadi


factor utama yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemilihan lokasi
perusahaan.

g. Pembangkit tenaga

Hampir semua perusahaan membutuhkan pembangkit tenaga. Oleh karena itu


ketersediaan pembengkit tenaga yang memadai bagi perusahaan harus dijadikan
pertimbangan dalam memutuskan lokasi perusahaan.

h. Lahan untuk perluasan

Lahan di daerah perkotaan tentu saja sulit diperoleh dan harganya jauh lebih
mahal dibanding dengan lahan di pedesaan apalagi di pegunungan. Oleh karena
itu tidak sedikit pabrik yang didirikan di luar kota dengan pertimbangan
tingginya harga tanah di kota serta kemungkinan untuk melakukan perlusan di
masa yang akan datang.
Bagaimanapun juga faktor lain juga mempengaruhi lokasi perusahaan, selera
pemilik perusahaan, tersedianya lahan untuk ekspansi, tersedianya bangunan
(tinggal disewa) sarana transportasi, bahan baku, pembangkit tenaga, sarana
komunikasi dan kesediaan masyarakat setepat untuk menerima kehadiran
perusahaan di lokasinya. Untuk mengambil keputusan tentang penentuan lokasi
perusahaan, dewasa ini telah tersedia berbagai model yang dapat membantu para
investor dalam pengambilan keputusan di daerah mana sebaiknya mereka
mendirikan perusahaan. Secara umum ada dua model Analisis dalam penentuan
lokasi perusahaan yaitu: Analisis kualitatif dan analisis Kuantitatif.

2. Metode Evaluasi Alternatif Lokasi

Terdapat tiga model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah lokasi
yaitu: Analisis Pemeringkatan Faktor (Analisis descriptive), Analisis Biaya, model
transportasi. Oleh karena itu bab ini menguraikan pendekatan-pendekatan tersebut
dalam melakukan evaluasi terhadap penentuan lokasi perusahaan.

3. Analisis Peningkatan Faktor

Metode kualitatif adalah suatu model analisis yang digunakan dalam penentuan
lokasi perusahaan yang tidak dalam bentuk angka-angka. Motode kualitatif
dilakukan dengan cara melakukan survei di daerah yang akan dipilih secara
kualitatif. Baik buruknya suatu daerah untuk tepat operasi berhubungan dengan
faktor-faktor yang terdapat di daerah yang disurvei, sehingga investor dapat
membandingkan kelayakan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.
Suatu motode sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan pemilihan suatu
lokasi adalah dengan membentuk suatu tim, yang bertugas mengevaluasi setiap
lokasi atas dasar sejumlah faktor keinginan relatif kemudian mengevaluasi setiap
faktor dalam memberikan pertimbangan untuk menentukan suatu lokasi operasi
bagi suatu perusahaan.
Dalam melakukan analisis pemeringkatan factor ditempun enam tahap yaitu:

1. Mengidentifikasi factor-faktor yang terkait


2. Menetapkan bobot pada setiap factor utnuk melihat berapa penting faktor
tersebut dalam pencapaian tujuan perusahaan.
3. Mengembangkan suatu skala untuk setiap faktor (Misalnya 1 sampai 10 atau 1
sampai 100)
4. Meminta manajer menentukan skor setiap lokasi untuk setipa faktor, dengan
menggunakan skala yang telah dikembangkan pada tahap ke tiga.
5. Mengalikan skor itu dengan bobot dari setiap faktor dan menentukan jumlah
total untuk setiap lokasi.
6. Membuat rekomendasi yang didasarkan pada skor laba maksimum dengan
mempertimbang-kan hasil dari pendekatan kuantitatif.

4. Analisis Biaya
Konsep biaya tetap dan biaya variabel dapat membantu para pengusaha dalam
melakukan pilihan lokasi perusahaan. Kombinasi biaya tetap dan biaya variabel
bagi lokasi yang berbeda-beda dapat menciptakan suatu persamaan biaya. Yang
menunjukkan hubungan antar biaya dan volume produksi yang berlaku bagi
masing-masing lokasi.

5. Metode Transportasi
Metode transportasi terutama digunakan untuk meminimisasi biaya transportasi
dari berbagai lokasi pabrik ke berbagai lokasi distributor/gudang. Dalam hal ini
perusahaan harus memilih berbagai lokasi dari berbagai alternatif lokasi yang ada.
Secara teknis metode transportasi sebenarnya merupakan masalah khusus dari
program linear. Beberapa alternatif metode-metode untuk memecahkan masalah
transportasi telah tersedia yaitu antara lain, metode Sudut Barat Laut, MODI
(Modified Distribution

Method), dan VAM (Vogel’s Aproximation Method).


Masalah dalam metode transportasi yaitu sering hanya mempertimbangkan biaya
transportasi atau biaya pengangkutan relatif, tetapi bila pabrik-pabrik yang berbeda
menghasilkan biaya-biaya produksi yang berbeda maka terjadi dua jenis biaya
(biaya pabrik dan biaya transportasi) dapat dijumlahkan untuk mendapatkan biaya
pengiriman relatif yang digunakan dalam analisis.
Masalah transportasi yang dibahas sebelumnya adalah suplay total dari sumber
sama dengan permintaan total (Balanced Transportation problems). Dalam operasi-
oparsi yang sesungguhnya keadaan ini tidak selamanya terjadi. Dalam suatu sistusi
seringkali terjadi kapasitas total lebih besar dari kebutuhan atau sebaliknya.
Masalah transportasi semacam ini disebut tidak seimbang (unbalanced). Dimana
kebutuhan tidak sama dengan kapasitas yang tersedia. Apabila kapasitas lebih besar
dari kebutuhan, maka masdalah dapat dipecahkan dengan melakukan penambahan
terjahadap kolom semu (dummy colom). Dalam hal ini kita memasukkan biaya
transportasi sebesar nol (0) dalam sel-sel pada kolom semu dan jumlah surplus,
sehingga masalah yang tidak seimbang menjadi seimbang. Dalam hal ini kita
menganggap bahwa biaya penyimpangan per unit disemua surplus adalah sama
disemua disemua tempat asal. Apabil abiaya penyimpanan per unit berbeda, maka
harus dimasukkan sebagai pertimbangan.

BAB XI
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

1. Penjadwalan Proyek
Proyek didefinisikan sebagai rangkaian tugas-tugas (kegiatan) yang berkaitan
dan diarahkan menuju output yang besar. Seringkali proyek dalam suatu suatu
waktu menjadi tantangan bagi manajer operasi. Orang-orang berkepentingngan
sangat tinggi. Jutuaan bahkan milyaran biaya yang dihabiskan karena prencanaan
proyek yang sangat buruk. Penundaan yang tidak perlu telah terjadi karena
buruknya penjadwalan.
Organisasi proyek dalam perusahaan adalah menetapkan oranisasi tim guna
menangani banyak pekerjaan dan seringkali dibubarkan pada saat proyek telah
selesai. Secara umum manajemen proyek besar ,mencakup 3 fase yaitu:
a. Perencanaan
b. Penjadwalan
c. Pengendalian
Penjadwalan proyek pada dasarnya adalah menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan. Bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan
dalam setiap tahapan produksi dihitung dalam fase ini, juga ditentukan waktu yang
diperlukan untuk setiap aktivitas. Penjadwalan yang terpisah untuk kegiatan
personalia berdasarkan jenis kemampuan (manajemen teknik atau pengaliran yang
tepat misalnya dibuat dalam diagram). Diagram juga dapat dikembangkan untuk
menjadwalkan bahan baku.
PERT dan CPM adalah dua teknik jaringan yang banyak digunakan dan akan
dibicakan dalam bab ini, memiliki kemampuan untuk memperkirakan hubungan
utama dan kegiatan yang saling berkaitan yang dalam proyek yang komplkes.

2. Konsep PERT/CPM
Konsep PERT/CPM adalah perencanaan dan pengendalian proyek timbul karena
kompleksnya dan sifat saling bergantung dari kegiatankegiatan yang harus
dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek. Metode perencanaan proyek yang sering
disebut dengan metode jaringan kerja (Network), mulanya dikembangkan secara
terpisah oleh dua kelompok yang berbeda. DuPont Company mengembangkan
metode yang dikenal dengan Critical Path methods (CPM), dikembangkan untuk
perencanaan dan pemeliharaan pabrik kimia. Selanyutnya metode ini digunakan
secara meluas oleh Dupont Company untuk banyak fungsi rekayasa.
PERT dan CPM adalah metode penjadwalan yang sangat penting, karena kedua
model ini dapat membantu menjawab pertanyaan berikut:
a. Kapan keseluruhan proyek akan diselesaikan
b. Apa aktivitas keritis atau tugas-tugas dalam proyek yaitu satu pekerjaan yang
akan menunda keseluruhan proyek jika pekerjaan itu terlambat.
c. Apakah aktivitas non kritis atau pekerjaan-pekerjaan yang bisa berjalan
terlambat tampa menunda penyelesaian keseluruhan proyek.
d. Berapa probabilitas proyek itu dapat diselesaikan pada tanggal tertentu.
e. Pad atanggal tertentu apajkah proyek sesuai jadwal, dibelakang jadwal atau
mendahului jadwal.
f. Pada suatu tanggal yang telah ditentukan apakah jumlah uang dibelanjakan itu
sama, kurang atau lebih besar dari jumlah yang telah dianggarkan.
g. Apakah ada sumberdaya yang tersedia untuk menyelesaikan proyek tepat pada
waktunya.
h. Jika proyek ingin diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, cara apa yang
paling baik untuk menyelesaikan proyek ini dengan biaya yang sekecil
mungkin.
Aktivitas/Kegiatan (Activity) Adalah bagian dari keselurhan pekerjaan yang
dilaksanakan. Kegiatan mengkomsumsi waktu dan sumber daya serta mempunyai
waktu mulai dan waktu berakhir. Dalam diagram suatu kegiatan hanya digambarkan
dengan 1 anak panah saja, artinya bahwa setiap kegiatan digambarkan dengan anak
panah.
Peristiwa/Kejadian (Event) Menandai suatu permulaan dan akhir suatu aktivitas.
Dalam diagram suatu peristiwa digambarkan dengan suatu lingkaran dan juga diberi
nomor, cara penomoran adalah nomor lebih kecil bagi peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya. Dalam Diagram setiap aktivitas menghubungkan dua peristiwa.

Langkah-Langkah PERT/CPM :
1. Identifikasi semua kegiatan yang akan dilakukan sehubungan dengan
penyelesaian suatu proyek.
2. Merumuskan bagaimana hubungan antar kegiatan-kegiatan yang ada. Hubungan
tersebut sekaligus menunjukkan kegiatan mana yang harus dilaksanakan
pertama-tama, dan kegiatan mana yang harus dilaksanakan setelah selesainya
kegiatan tertentu.
3. Menetapkan waktu, jumlah tenaga kerja dan biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan.
4. Menyusun diagram diagram jaringan dengan memperhatikan hubungan yang
terdapat diantara kegiatan-kegiatan yang ada.
5. Dari diangram itu dengan memperhatikan waktu pelaksanaan kegiatan, tetapkan
jalur kritis proyek. Jalur kritis yang dimaksud adalah waktu yang paling
singkat/pendek untuk menyelesaikan suatu proyek secara keseluruhan
6. Mengting probabilitas penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang
diharapkan.
7. Menghitung biaya proyek dengan mepehatikan biaya dan waktu percepatan
proyek

3. Diagram Network PERT/CPM


Suatu diagram yang baik harus dikembangkan dengan memperhitungkan
diantara aktivitas, diagram harus didasarkan pada aktivitas yang lengkap, telah
diperiksa dan setujui.
Cara Membuat Diagram Network yaitu :
1. Suatu kegiatan hanya digambarkan dengan satu anak panah saja, artinya suatu
kegiatan hanya digambarkan dengan anak panah.
2. Kegiatan yang berbeda harus mempunyai simpul awal dan atau simpul akhir
yang berbeda.
3. Diagram harus menunjukkan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum kegiatan lainnya, kegiatan yang dapat dilaksanakan
secara bersama-sama dan kegiatan yang didahului oleh kegiatan lainnya.
4. Untuk membuat diagram secara benar, biasanya diperlukan kegiatan dammi
(dummy activity) yang memerlukan waktu kerja nol. Dalam diagram kegiatan
dummy biasanya dianggamarkan dalam bentuk anak panar yang terputus-putus.
4. Biaya Pelaksanaan Proyek
Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mengoptimalkan keuntungan. Oleh
karena perusahaan senantiasa berusaha untuk meminimumkan biaya pelaksanaan
proyek. Dalam analisis biaya pelaksanaan proyek dengan metode PERT, perusahaan
harus mengelompokkan biaya ke dalam dua kelompok yaitu biaya langsung dan
biaya tidak langsung.
1. Biaya langsung,
Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh karena pelaksanaan
kegiatan tertentu. Biaya ini pada dasarnya dapat ditambah atau dikurangi sesuai
dengan jangka waktu yang di-inginkan.
2. Biaya Tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah berupa biaya tetap (part time), dan biasanya
biaya ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan satu kegiatan saja. Biaya
tidak langsung biasanya bertambah besar apabila waktu pelaksanaan proyek
bertambah, dan sebaliknya, jika waktu pelaksanaan proyek dipercepat maka
biaya ini semakin kurang.

5. Kritik Atas PERT dan CPM


Sebagai suatu kritik atas diskusi kita tentang PERT dan CPM, berikut ini
beberapa ciri menganai operasi mana yang harus disadari oleh manajer operasi:
1. Keuntungan
 Berguna pada berbagai manajemen proyek, terutama dalam penjadwalan dan
pengendalian proyek/produk besar.
 Menampilkan secara grafik dengan menggunakan jaringan untuk
menunjukkan hubungan antara aktivitas proyek.
 Jalur kritis dan analisis waktu mundur membantu menunjuk sesuatu dengan
tepat yang perlu dilihat secara jelas dan dekat.
 Jaringan yang dihasilkan memberikan dokumentasi proyek yang berguna
dan secara grafik menunjuk siapa yang bertanggung jawab untuk aktivitas-
aktivitas yang beragam.
 Dapat diterapkan kevariasi proyek dan industri yang lebih luas.
 Berguna dalam memonitor bukan hanya pada jadwal tetapi juga pada biaya.
2. Keterbatasan
 Aktivitas proyek harus didefinisikan secara jelas, independen dan stabil
dalam hubungan diantaranya.
 Hubungan di antara kegiatan harus ditujukkan dan dikaitkan secara bersama-
sama.
 Perkiraan waktu cenderung subjektif dan menjadi subjek bagi manajer untuk
berbuat curang yang takut akan bahanya terlalu optimis atau tidak cukup
pesimis.
 Bahaya yang melekat karena terlalu banyak menekankan ditempatkan di
jalur yang paling pajang atau paling kritis.
BAB 7
ANALISIS BREAK EVENT POINT DAN PENENTUAN HARGA

1. Konsep Dasar Break Event Point


Break even point di suatu perusahan adalah keadaan perusahaan yang
operasinya tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian atau total
pengeluaran biaya sama nilainya dengan total hasil penjualan sehingga tidak ada
laba dan tidak ada rugi.
Salah satu upaya untuk mencapai keuntungan semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah, antara lain:
a. menekan biaya produksi ataupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas, dan kuantitas.
b. menentukan harga sesuai dengan laba yang dikehendaki
c. meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dalam kapasitasnya, analisis break event adalah suatu teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume
aktivitas. Posisi suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita
kerugian karena penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel
dan menutup sebagian kecil biaya tetap.
Makna lain dari memahami landasan break even point, di antaranya tentang
langkah-langkah untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok
penjualan (HPP), dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Adapun biaya variabel
bergantung pada penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Menurut Sigit (1993: 1), analisis break even point mempunyai beberapa
manfaat, antara lain:
a. sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba
tertentu,
b. sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang
berjalan,
c. sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual,
d. sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sesuai dengan karakteristiknya, analisis break even point tidak hanya
mendatangkan manfaat dan kegunaan, tetapi juga mempunyai kelemahan. Sesuai
dengan pernyataan Sofyan Syafri Harahap (1997: 364), kelemahan dalam analisis
BEP.
Sekalipun analisis break even banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak
dapat dilupakan bahwa analisis ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan
utama dari analisis break even point, antara lain asumsi tentang linearity, klasifikasi
biaya, dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.

2. Asumsi Break Event Point


Analisis break even point akan berguna ketika beberapa asumsi dasar dipenuhi
oleh asumsi-asumsi tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat.
Perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
b. Biaya yang dapat diperkirakan, dipisahkan dengan yang bersifat variabel dan
merupakan beban tetap (fixed cost). Analisis break even hanya dapat dihitung
jika sebagian biaya merupakan biaya tetap.
c. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi
dianggap terjual habis. Dengan demikian, tingkat persediaan barang jadi tidak
mengalami perubahan atau perusahaan tidak menyediakan stok barang jadi.
d. Harga jual produk perusahaan di berbagai tingkat penjualan tidak mengalami
perubahan. Hal ini berarti pasarnya demikian sempurna atau share pasaran
perusahaan sedemikian kecil sehingga tidak mampu mengubah harga pasar yang
terjadi.
e. Efesiensi perusahaan di berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga
biaya variabel setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi.
f. Tidak ada perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung
berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian, biaya tetap
keseluruhan juga tidak berubah.
g. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir.
Apabila dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, sales
mix dipertahankan tetap sama.
Diketahui bahwa salah satu keterbatasan dari analisis BEP dikarekan banyaknya
asumsi yang mendasari analisis ini. Di sisi lain, asumsi-asumsi tersebut diperlukan
apabila analisis ini ingin dilakukan secara cepat dan akurat. Asumsi-asumsi yang
dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggung jawabannya sering
diambangkan.
Adapun keterbatasan asumsi-asumsi dalam analisis BEP, antara lain sebagai
berikut :
1. Biaya dalam analisis BEP
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
3. Biaya Variabel (Variable Cost)
4. Harga Jual
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Pada umumnya, salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau
keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Menurut Adikoesoemah (1996:
359), analisis break even point digunakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk:
a. m e nge v al u as i t u ju an la b a da r i p er u s a haa n s e ca r a keseluruhan,
b. menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang diperlukan untuk
mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan,
c. mengganti sistem laporan yang tebal dengan suatu grafik yang mudah dibaca
dan dimengerti.

3. Perubahan Titik BEP dan Dampaknya


Pada prinsipnya, dalam break even point terdapat beberapa asumsi yang harus
dipenuhi, yaitu harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis,
demikian pula dengan biaya variabel per unit dan biaya tetap. Apabila asumsi-
asumsi tersebut tidak terpenuhi, titik break even akan mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Perubahan Harga Jual Per Unit
Perubahan harga jual per unit akan memengaruhi besarnya titik break
even. Apabila harga jual per unit naik sementara biaya tidak berubah maka akan
menurunkan titik break even.

2. Perubahan Biaya Variabel Per Unit


Terjadinya perubahan pada biaya variabel juga akan mengubah posisi
titik break even, yaitu apabila biaya variabel naik akan menaikkan titik break
even dan apabila turun maka akan menurunkan break even point.
3. Perubahan Biaya Tetap
Demikian pula perubahan biaya tetap akan mengubah posisi BEP
menjadi lebih besar apabila biaya tetap naik dan akan turun apabila biaya tetap
turun.
4. Perubahan Komposisi Sales Mix
Pada dasarnya, dalam asumsi BEP dinyatakan bahwa apabila perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk dan menghasilkan lebih dari dua
macam produk, tidak boleh ada perubahan komposisi dalam sales mix-nya

4. Strategi Penentuan dan pengelolaan Harga


Harga merupakan salah satu bagian yang penting dalam pemasaran suatu
produk. Harga adalah satu dari empat bauran pemasaran/marketing mix (4P =
product, price, place, promotion). Dalam pengertian lain, harga adalah suatu nilai
tukar dari produk barang ataupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Dalam konteks ini, harga merupakan salah satu penentu keberhasilan perusahaan
karena harga menentukan jumlah keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya, baik berupa barang maupun jasa.
Setiap usaha selalu memilih penetapan harga yang bertujuan menghasilkan laba
paling banyak. Besarnya persaingan menyebabkan suatu usaha sulit dalam
memastikan harga yang dapat menghasilkan laba paling banyak. Sebagai solusinya,
para pelaku usaha menggunakan pendekatan target laba, yaitu besar laba yang
sesuai dengan sasaran laba. Berorientasi pada volume, penetapan harga sedemikian
rupa dapat mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau pangsa
pasar tertentu.

Penetapan yang berorientasi pada volume bertujuan menetapkan harga untuk


mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar tertentu. Harganya lebih murah
dibandingkan harga yang berorientasi pada laba.
Keputusan penetapan harga juga membutuhkan analisis dari bauran produk,
strategi merek, kualitas produk, dan kegunaan produk. Keempat hal itu diperlukan
untuk menentukan bahwa faktor-faktor tersebut dianggap sangat berpengaruh dalam
penetapan harga. Strategi pendistribusian berfungsi untuk menyatakan bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi keputusan penetapan harga, yaitu jenis saluran,
kehebatan penyaluran, dan susunan penyaluran.
Strategi penetapan harga memerlukan pemantauan yang terus-menerus. Hal itu
dikarenakan perubahan kondisi eksternal, aksi persaingan, dan kesempatan untuk
melewati persaingan berdampingan dengan aksi penetapan harga.
Oleh karena itu, beberapa jenis situasi membutuhkan aksi penetapan harga,
antara lain:
a. memutuskan cara posisi nilai harga untuk produk baru atau produk sejenis;
b. mengevaluasi kebutuhan atas aturan harga yang dikenakan pada produk yang
ditinggalkan, selanjutnya menjadi daur hidup produk.
c. mengubah strategi posisi yang akan digunakan untuk memodifikasi strategi
penetapan harga yang berlaku
d. memutuskan strategi untuk merespons tekanan dari ancaman persaingan.
Harga dalam posisinya telah menunjukkan berbagai peranan dalam program
pemasaran. Hal itu merupakan pertanda atau indikator bagi pembeli, sebagai alat
dalam persaingan, mengembangkan tampilan keungan, dan sebagai pengganti untuk
fungsi program pemasaran lainnya. Berikut ini pertanda atau indikator-indikator
tersebut.
Tahapan utama dalam memilih strategi penetapan harga untuk produk baru atau
mempertahankan produk yang telah ada adalah menentukan penetapan harga
objektif untuk mencapai pengembangan strategi. Menganalisis situasi dalam
penetapan harga membawa dalam perhitungan permintaan, biaya, persaingan, dan
penetapan harga objektif. Berdasarkan analisis situasi dan penetapan harga objektif,
strategi penetapan harga dipilih. Tahapan terakhir harga tertentu dan politik operasi
ditentukan oleh pelaksanaan strategi.
Pada umumnya, perusahaan dalam menyesuaikan harga dasar untuk
memberikan penghargaan kepada pelanggan, serta merespons terhadap tanggapan-
tanggapan tertentu, seperti pembayaran tagihan yang lebih awal, volume pembelian
yang besar, dan pembelian di luar musim. Penyesuaian harga itu lazimnya
dinamakan diskon dan pada praktiknya memerlukan pengurangan harga.

Anda mungkin juga menyukai