Anda di halaman 1dari 63

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

DENGAN KINERJA USAHA PETERNAK AYAM RAS


PETELUR DI KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR

RIFQI ALFIANI RAHMAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan


Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018

Rifqi Alfiani Rahmah


NIM H34164030
ABSTRAK
RIFQI ALFIANI RAHMAH. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan
Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di Kecamatan Rumpin Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.

Kecamatan Rumpin merupakan salah satu sentra peternakan ayam ras


petelur yang menghasilkan produksi terbanyak dibandingkan dengan daerah
lainnya yaitu Kecamatan Parung dan Kecamatan Ciseeng. Hal ini dapat dijadikan
salah satu indikator keberhasilan usaha pada wilayah tersebut. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis hubungan karakteristik kewirausahaan dengan
kinerja usaha peternak ayam ras petelur yang ada di Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Rank
Spearman. Hasil analisis menunjukan bahwa hubungan karakateristik
kewirausahaan memiliki nilai yang positif dan signifikan dengan kinerja usaha
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Kata kunci : korelasi, karakteristik kewirausahaan, kinerja usaha, peternakan ayam


ras petelur

ABSTRACT

RIFQI ALFIANI RAHMAH. Correlation Analysis of Entreprenurial


Characteristics and Business Performance of Laying Hens Entrepreneur in
Rumpin Subdistrict. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI.

Rumpin subdistrict is one of Laying Hens center which produce


production compared with other area that is Parung and Ciseeng Subdistrict. It can
be an indicator of business success in the region. This research was conducted to
analyze the relationship of entrepreneurial characteristic to the performance of
Laying Hens farmer business in Rumpin Subdistrict, Bogor Regency. The
analytical tool used is the Rank Spearman correlation analysis. The result of the
analysis shows that the entrepreneurial characteristic correlates significantly to the
business performance in Rumpin Subdistrict, Bogor Regency.

Keywords: correlation, entrepreneurial characteristics, business performance,


laying hens
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
DENGAN KINERJA USAHA PETERNAK AYAM RAS
PETELUR DI KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR

RIFQI ALFIANI RAHMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Topik yang
dipilih pada penelitian ini adalah kewirausahaan dengan judul Hubungan
Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Maret sampai Juni 2018.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi
selaku dosen pembimbing. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada
seluruh responden di desa Rabak, Cibodas, Tamansari, Sukamulya dan Sukasari
atas kesediaan waktu dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, serta penghargaan disampaikan kepada Bapak Suhendi di Kantor
Kecamatan Rumin yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang jumlah
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin. Penulis ucapkan terimakasih
kepada ayah, ibu, seluruh keluarga serta teman-teman atas motivasi dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Rifqi Alfiani Rahmah


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Karakteristik Kewirausahaan 4
Kinerja Usaha 6
Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha 6
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Wirausaha dan Kewirausahaan 7
Karakteristik Kewirausahaan 8
Kinerja Usaha 12
Kerangka Pemikiran Operasional 14
METODE PENELITIAN 15
Lokasi dan Waktu 15
Jenis dan Sumber Data 16
Populasi dan Pengambilan Sampel 16
Metode Penentuan Sampel 16
Analisis dan Pengolahan Data 17
Uji Validitas dan Reabilitas 17
Analisis Deskriptif 18
Analisis Korelasi Rank Spearman 19
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Karakteristik Individu Peternak Ayam Ras Petelur 22
Karakteristik Kewirausahaan Peternak Ayam Ras Petelur 26
Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur 29
Hubungan Indikator Karakteristik Kewirausahaan dengan Indikator Kinerja
Usaha 32
Hubungan Indikator Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha 35
Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha 39
SIMPULAN DAN SARAN 40
Simpulan 40
Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 42
RIWAYAT HIDUP 49
DAFTAR TABEL

1 Rata-rata konsumsi telur di Indonesia tahun 2015-2016 1


2 Produksi ayam ras petelur di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017 1
3 Populasi ayam ras petelur di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017 2
4 Pengelompokan kategori jawaban responden 17
5 Usia peternak ayam ras petelur 22
6 Pendidikan formal peternak ayam ras petelur 23
7 Lama usaha peternak ayam ras petelur 24
8 Sumber modal peternak ayam ras petelur 25
9 Skala usaha peternak ayam ras petelur 25
10 Luas lahan peternak ayam ras petelur 26
11 Karakteristik peternak ayam ras petelur 26
12 Kinerja usaha peternak ayam ras petelur 29
13 Volume penjualan telur ayam ras 30
14 Keuntungan telur ayam ras 31
15 Wilayah pemasaran telur ayam ras 31
16 Hubungan indikator karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha 32
17 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan indikator kinerja usaha 35
18 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha 38

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka operasional 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji validitas dan reliabilitas 43


2 Hubungan indikator karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha 43
3 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha 46
4 Dokumentasi penelitian 47
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi
tubuh manusia. Kandungan protein dalam telur cukup tinggi yaitu sebesar 13
gram dalam takaran 100 gram. Telur dihasilkan dari ayam petelur, salah satunya
adalah ayam ras petelur. Ayam ras digolongkan menjadi dua jenis yaitu ayam ras
pedaging dan ayam ras petelur. Ayam ras petelur adalah ayam-ayam betina
dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam ras petelur
merupakan jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul karena telah
mengalami perbaikan mutu genetis.
Permintaan terhadap telur semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2016, rata-rata
konsumsi produk peternakan di Indonesia, khususnya telur ayam ras pada tahun
2015 sampai 2016 mengalami peningkatan. Rata-rata konsumsi telur ayam ras per
kapita pada tahun 2015 sebanyak 97 398 butir dan pada tahun 2016 sebanyak 99
796 butir. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rata-rata konsumsi telur di Indonesia tahun 2015-2016


Tahun
Konsumsi Satuan
2015 2016
telur ayam ras
97 398 99 796 Butir
Sumber : BPS, Susenas Maret 2016

Sebagai salah satu sumber protein, produksi telur ayam ras potensial
memasok sumber gizi berupa protein hewani. Usaha peternakan ayam ras petelur
di Indonesia kini telah berkembang dari skala usaha keluarga menjadi skala usaha
industri yang komersial (Pambudy 1999). Peternakan ayam ras petelur merupakan
salah satu jenis usaha di bidang agribisnis pada subsektor peternakan yang
memiliki banyak kegiatan kewirausahaan dari subsistem hulu hingga subsistem
hilir. Kegiatan kewirausahaan tersebut meliputi kegiatan penyediaan sarana
produksi peternakan (saprotan), kegiatan budidaya atau beternak, kegiatan pasca
panen hingga pemasaran. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan pada
tahun 2017, produksi telur ayam ras di Provinsi Jawa Barat mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 produksi telur ayam ras sebanyak
131 586 ton, tahun 2014 sebanyak 134 581 ton, tahun 2015 sebanyak 133 436 ton,
tahun 2016 sebanyak 139 193 ton dan pada tahun 2017 sebanyak 145 862 ton. Hal
ini dapat diihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi telur ayam ras (ton) di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017
Tahun
Jawa Barat
2013 2014 2015 2016 2017
Produksi 131 586 134 581 133 436 139 193 145 862
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2017
Jumlah produksi telur ayam ras yang meningkat setiap tahunnya diiringi
pula dengan meningkatnya jumlah populasi ayam ras petelur di Provinsi Jawa
2

Barat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan


tahun 2017, populasi ayam ras petelur di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013
sampai 2017 mengalami peningkatan. Populasi ayam ras petelur pada tahun 2013
sebanyak 12 882 262 ekor, pada tahun 2014 sebanyak 13 290 146 ekor, tahun
2015 sebanyak 14 469 405 ekor, tahun 2016 sebanyak 15 143 460 ekor dan tahun
2017 sebanyak 15 476 462 ekor. Hal ini berdasarkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Populasi ayam ras petelur (ekor) di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017
Tahun
Jawa Barat
2013 2014 2015 2016 2017
Populasi 12 882 2622 13 290 146 14 469 405 15 143 460 15 476 462
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017)

Produksi dan populasi ayam ras petelur yang meningkat setiap tahun
menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu sentra usaha peternakan ayam ras
petelur, salah satunya yaitu berada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan pada tahun 2016 produksi telur
ayam ras di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor sebesar 743 562 kg. Produksi
telur ayam ras yang tinggi ini dihasilkan oleh beberapa perusahaan peternakan
ayam ras petelur yang berada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor yang
tersebar di beberapa desa antara lain Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan
Sukasari. Produksi telur ayam ras yang tinggi bila dibandingkan dengan
kecamatan yang lain menggambarkan bahwa peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin diduga memiliki karakteristik kewirausahaan yang kuat dan
diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha peternak ayam ras petelur. Hal
ini berdasarkan penelitian terdahulu mengenai hubungan karakteristik peternak
yang memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan kinerja usaha (Fauziyah et.
al 2015).
Untuk mencapai kinerja usaha dalam berwirausaha, seorang wirausaha
membutuhkan karakteristik kewirausahaan yang baik (Wickham, 2004). Sebagai
seorang wirausaha pada usaha yang memiliki risiko tinggi seperti peternakan
ayam ras petelur maka para peternak harus mampu mengelola usahanya dengan
baik. Karakteristik individu wirausaha merupakan salah satu hal yang melekat
pada diri seorang wirausaha, karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang
dimiliki oleh individu sepanjang hidupnya, meliputi faktor kognitif dan
karakteristik lain yang dimiliki individu yang menentukan dalam proses belajar
(Woolfolk, 2004). Hisrich dan Peter (1992) menyatakan bahwa latar belakang dan
karakteristik individu dari seorang wirausaha meliputi usia, pendidikan formal,
lama usaha, sumber modal dan luas lahan. Menurut Wickham (2004),
karakteristik kewirausahaan meliputi percaya diri, berani mengambil risiko,
inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan tanggung jawab. Pada enam karakteristik
kewirausahaan tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel-variabel
yang diduga dijadikan pertimbangan oleh peternak dalam melakukan usaha
peternakan ayam ras petelur yang dimilikinya. Sehingga karakteristik tersebut
diindikasikan memiliki hubungan dengan capaian kinerja usaha peternakan yang
dijalankannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan suatu kajian
mengenai karakteristik kewirausahaan peternak dalam menjalankan usaha serta
hubungan kinerja usaha peternak ayam ras petelur yang dijalankannya.
3

Perumusan Masalah

Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia semakin meningkat,


salah satunya adalah usaha ayam ras petelur. Hal ini ditandai dengan banyak
berdirinya perusahaan peternakan ayam ras petelur yang berada di Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor. Perusahaan perunggasan seperti ayam ras petelur
merupakan salah satu usaha agribisnis pada subsektor peternakan yang
menghasilkan telur dengan jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sehari-hari bagi masyarakat. Usaha peternakan ayam ras petelur memiliki
karakteristik tersendiri, salah satunya yaitu usaha ini memiliki risiko yang cukup
besar jika dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Setiadi (2015) pada
penelitiannya tentang risiko ayam ras pedaging dapat dihadapkan pada dua risiko
utama, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Hal ini tidak berbeda dengan usaha
ayam ras petelur yang memiliki risiko produksi dan risiko harga meskipun risiko
yang dihadapi lebih kecil dibandingkan usaha ayam ras pedaging.
Besarnya risiko pada usaha ayam ras petelur tidak berbanding lurus dengan
menurunnya jumlah peternak dan menurunnya jumlah populasi ayam ras petelur
yang dikelola. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai usaha
peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan bahwa besarnya risiko
pada usaha ini tidak berbanding lurus dengan menurunnya jumlah peternak dan
menurunnya jumlah populasi ayam ras pedaging yang dikelola (Ramadhan RP
dan Burhanuddin 2015). Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor tahun 2016 menunjukkan bahwa Kecamatan Rumpin
merupakan sentra produksi ayam ras petelur di Kabupaten Bogor. Hal ini dilihat
dari besarnya jumlah produksi telur ayam ras di Kecamatan Rumpin yaitu sebesar
743.562 kg. Besarnya produksi dan populasi ayam ras petelur pada usaha
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin tentunya menjadi salah satu
sumber pemasukan utama bagi peternak di wilayah tersebut. Oleh karena itu, para
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin diduga merupakan para
wirausahawan yang memiliki watak khusus dalam menjalankan usahanya. Watak
kewirausahaan yang dimiliki peternak telah mampu menjadikan usaha peternakan
ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor memiliki kinerja usaha
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah produksi telur ayam ras yang
diusahakannya.
Rumpin merupakan wilayah yang berada di Kabupaten Bogor yang
berpotensi dalam pengembangan usaha di bidang peternakan, khususnya ayam ras
petelur. Hal ini didukung dengan aspek geografis yang cocok untuk usaha seperti
beriklim tropis, ketersediaan air yang melimpah dan suhu antara 26-30 derajat
celcius. Kondisi geografis yang baik ini didukung pula dengan lokasi yang dekat
dengan wilayah pemasaran produk telur ayam ras yaitu Jakarta dan Tangerang.
Usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin merupakan salah satu
sentra produksi telur ayam ras untuk memasok kebutuhan konsumen di Kabupaten
Bogor. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin?
2. Bagaimana kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin?
4

3. Bagaimana hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha


peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini


adalah :
1. Menganalisis karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin.
2. Menganalisis kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin.
3. Menganalisis hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peneliti dalam


menambah pengetahuan tentang karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras
petelur serta sebagai bentuk dari implementasi konsep-konsep mata kuliah
kewirausahaan yang telah diperoleh selama proses belajar. Selain itu penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan bagi pelaku usaha
peternakan ayam ras petelur dan pemerintah daerah dalam upaya untuk
meningkatkan karakteristik kewirausahaan dan kinerja usaha peternak ayam ras
petelur.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor yang


menjadi sentra produksi telur ayam ras terbesar di Kabupaten Bogor. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha
peternak ayam ras petelur. Kriteria responden yang dipilih pada penelitian ini
antara lain adalah peternak ayam ras petelur yang berada di wilayah Kecamatan
Rumpin yang tersebar di 5 desa yaitu Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan
Sukasari.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Kewirausahaan

Untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha, seorang wirausaha


membutuhkan karakteristik kewirausahaan yang baik. Penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu (2014) mengenai karakteristik wirausaha, indikator karaktersitik
individu yang digunakan meliputi usia, tingkat pendidikan, lama usaha dan skala
produksi. Sedangkan indikator karakteristik wirausaha yang digunakan adalah
percaya diri, berorientasi hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan dan
berorientasi ke masa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh Muharastri et al. (2015) mengenai
karakteristik wirausaha peternak digunakan indikator yaitu karakteristik individu
5

dan karakteristik kewirausahaan. Indikator karakteristik individu wirausaha


meliputi pendidikan formal, pendapatan rumah tangga, pendidikan informal,
motivasi usaha, pemanfaatan media infomasi dan modal usaha. Sedangkan
indikator karakteristik kewirausahaan meliputi kemauan bekerja bekerja keras,
inisiatif, memiliki tujuan atau sasaran, keuletan, kepercayaan diri, kemauan
menerima ide baru, keinginan mengambil risiko, keinginan untuk mencari
informasi, kemauan untuk belajar, kebiasaan untuk mencari peluang, kemauan
untuk berubah, ketegasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah, et al. (2015) indikator yang
digunakan pada karakterisrik kewirausahaan peternak antara lain karakteristik
individu dan karakteristik kewirausahaan peternak. Indikator karakteristik
personal meliputi usia, pendidikan formal, penyuluhan/pelatihan dan
kosmopolitan. Indikator karakteristik kewirausahaan meliputi inisiatif, ambisi,
fokus pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, berpikir kreatif,
pengambilan risiko, fleksibilitas dan adaptabilitas, kemampuan interpersonal,
jejaring dan kesiapan belajar.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhan dan Burhanuddin (2015),
indikator karakteristik individu meliputi usia, pengalaman usaha dan tingkat
pendidikan. Indikator yang digunakan dalam penilaian terhadap watak
kewirausahaan peternak adalah sikap kepemimpinan peternak di kandang,
keberanian dalam mengambil risiko dan membuat keputusan, perencanaan bisnis
peternakan dan seberapa efektif peternak dalam menggunakan waktu. Noviana
(2013) yang melakukan penelitian serupa menunjukkan bahwa watak yang sesuai
dengan karakteristik peternak adalah watak penggunaan waktu secara efektif dan
perencana bisnis. Perbedaan watak wirausaha yang dimiliki peternak disebabkan
oleh perbedaan karakteristik usaha peternakan yang dijalankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Angeltra (2017) mengenai karakteristik
wirausaha, indikator karaktersitik individu meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan formal, pengalaman usaha, status usaha, dan luas lahan. Sedangkan
indikator karakteristik wirausaha yang digunakan adalah kemauan bekerja keras,
memiliki tujuan atau sasaran, percaya diri, disiplin, keinginan mengambil resiko,
kemauan untuk belajar dan kemauan untuk berubah.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2017) mengenai karakteristik
kewirausahaan, karakteristik wirausaha terdiri dari karakteristik individu dan
karakteristik kewirausahaan. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, lama usaha dan luas lahan. Sedangkan indikator karakteristik
kewirausahaan meliputi percaya diri, pengambil risiko, kepemimpinan, inovatif,
kerja keras dan tanggung jawab.
Karakteristik kewirausahaan yang diambil sebagai indikator dalam
penelitian ini adalah karakteristik yang paling banyak digunakan oleh penelitian
terdahulu. Indikator karaktersitik individu yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi usia, pendidikan formal, lama usaha, sumber modal, skala usaha dan luas
lahan. Indikator karakteristik kewirausahaan yang digunakan meliputi percaya diri
(Rahayu 2014, Muharastri et al. 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017), berani
mengambil risiko (Rahayu 2014, Muharastri et al. 2015, Fauziyah, et al. 2015,
Ramadhan dan Burhanuddin 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017), kepemimpinan
(Rahayu 2014, Ramadhan dan Burhanuddin 2015, Pratama 2017), Inovatif
(Muharastri et al. 2015, Fauziyah, et al. 2015, Pratama 2017), kerja keras
6

(Muharastri et al. 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017) dan tanggung jawab
(Pratama 2017).
Kinerja Usaha

Penelitian yang dilakukan oleh Muharastri (2013) mengenai kinerja usaha


peternak indikator yang digunakan adalah produktivitas, kepemilikan dan
pendapatan usaha. Kinerja usaha dalam penelitian Rahayu (2014) indikator yang
digunakan meliputi produksi, omzet dan keuntungan usaha. Penelitian yang
dilakukan oleh Fauziyah et al. (2015) indikator kinerja usaha peternak dilihat dari
keberlangsungan usaha, pertumbuhan usaha, keuntungan dan produktivitas.
Wahyuningsih (2015) faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kinerja usaha
adalah perluasan wilayah pemasaran dan peningkatan keuntungan. Penelitian yang
dilakukan Nasution (2016) mengenai kinerja usaha indikator yang digunakan
meliputi volume penjualan, keuntungan dan hasil produksi. Penelitian yang
berkaitan dengan kinerja usaha lainnya yaitu dilakukan oleh Zulhastami (2016)
yang meneliti mengenai hubungan perilaku kewirausahaan terhadap kinerja usaha,
indikator kinerja usaha yang digunakan adalah penjualan, wilayah pemasaran dan
keuntungan. Sari (2016) yang meneliti mengenai pengaruh karakteristik
kewirausahaan terhadap kinerja usaha, dalam mengukur kinerja usaha
menggunakan indikator pendapatan, keuntungan dan volume penjualan. Penelitian
yang dilakukan oleh Pratama (2017) kinerja usaha yang menjadi indikator adalah
volume penjualan, keuntungan dan wilayah pemasaran. Kinerja usaha
menggambarkan tingkat capaian hasil peternak dalam menjalankan usahanya.
Kinerja usaha setiap peternak akan berbeda tergantung dari sikap dalam
menjalankan usahanya, karakteristik kewirausahaan yang terdapat pada peternak
dan pengelolaan usaha yang dimiliki oleh peternak tersebut.
Indikator kinerja usaha peternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang paling banyak digunakan oleh penelitian terdahulu, maka variabel yang akan
digunakan yaitu volume penjualan (Muharastri 2013, Nasution 2016, Zulhastami
2016, Sari 2016 dan Pratama 2017), keuntungan (Rahayu 2014, Fauziyah et al.
2015, Zulhastami 2016, Nasution 2016, Sari 2016, Pratama 2017) dan wilayah
pemasaran (Wahyuningsih 2015, Nasution 2016, Zulhastami 2016, Pratama
2017).

Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha

Pada penelitian Puspitasari (2013), hasil penelitiannya mengenai


karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha anggrek memiliki pengaruh
positif dan signifikan. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik kewirausahaan
berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha. Karakteristik kewirausahaan
ketekunan, ketanggapan terhadap peluang, inovatif, keberanian mengambil risiko
dan kemandirian memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014) yang meneliti mengenai
hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha pada industri tempe
di Kabupaten Bogor menemukan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan
antara karakteristik kewirausahaan berorientasi hasil, pengambil risiko,
keorisinilan dan berorientasi masa depan terhadap kinerja usaha.
7

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Burhanuddin (2015)


mengenai hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan menemukan bahwa terdapat korelasi
positif dan signifikan antara karakteristik kewirausahaan perencana bisnis,
kepemimpinan, pengambil risiko dan pengambil keputusan dengan kinerja usaha
peternak.
Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha pada penelitian
Nasution (2016) pada petani sayuran di gapoktan Kecamatan Pacet menemukan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara karakteristik wirausaha
terhadap kinerja usaha pada petani sayuran konvensional meliputi inovatif
terhadap keuntungan, kerja keras terhadap volume penjualan dan tanggung jawab
terhadap hasil produksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2017) hubungan karakateristik
kewirausahaan dengan kinerja usaha pada petani ikan Tetra di Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor memiliki nilai positif dan berkorelasi signifikan yaitu
karakteristik percaya diri terhadap keuntungan, pengambil risiko terhadap
keuntungan, kerja keras terhadap volume penjualan, keuntungan dan wilayah
pemasaran, kepemimpinan terhadap volume penjualan, keuntungan dan wilayah
pemasaran serta tanggung jawab terhadap keuntungan. Hubungan keseluruhan
karakteristik kewirausahaan terhadap masing-masing kinerja usaha didapatkan
hasil bahwa karakteristik kewirausahaan berhubungan signifikan terhadap volume
penjualan dan keuntungan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirausaha dan Kewirausahaan


Wirausaha merupakan orang yang berbakat dalam melihat peluang produk
baru, membuat proses produksi baru, mengatur permodalan usahanya serta
memasarkannya. Meredith et al. (1989) menyatakan wirausaha adalah orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari
padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Para
wirausaha ini merupakan individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan
bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Menurut
Longnecker et al. (2001) menyatakan wirausaha adalah seorang pembuat
keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas.
Sebagian besar wirausaha berperan sebagai pendorong perubahan, inovasi dan
kemajuan perekonomian, karena merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha dapat dikatakan sebagai wirausahawan.
Menurut Widodo (2005) wirausahawan adalah seorang yang memahami akan
adanya peluang bisnis, kemudian mengorganisasikan usaha untuk mewujudkan
peluang tersebut sebagai kegiatan usahanya yang nyata. Kasmir (2006)
8

mengatakan kewirausahaan adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko


untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil
risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan akan
berusaha mencari, memanfaatkan serta menciptakan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan.
Kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan untuk
mengkoordinir faktor input produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Suryana (2006) menyatakan kewirausahaan (entrepreneurship) adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk
mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker dalam
Suryana (2006) adalah kemampuan untuk menciptakan suatu barang baru dan
berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Sementara itu, Zimmerer dalam Kasmir (2006) mengartikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Jadi
inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda melalui berpikir kreatif dan inovatif. Seseorang yang memiliki
kreativitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan
sesuatu yang baru, lebih baik dan berbeda dari sebelumnya.

Karakteristik Kewirausahaan
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda. Salah satunya teori wirausaha yang dikembangkan oleh Meredith et
al. (1989), mengemukakan ciri dan watak kewirausahaan antara lain:
1. Percaya diri, dengan indikator meliputi memiliki keyakinan yang kuat,
ketidaktergantungan, individualis dan optimisme.
2. Berorientasi hasil, indikatornya meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi
laba, ketekunan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat, energik
dan inisiatif.
3. Pengambilan risiko, indikatornya meliputi kemampuan mengambil risiko yang
wajar dan suka tantangan.
4. Kepemimpinan, indikatornya meliputi berjiwa kepemimpinan, mudah
beradaptasi dengan orang lain dan terbuka terhadap saran dan kritik.
5. Keorisinilan, indikatornya meliputi inovatif, kreatif, fleksible, memiliki
banyak sumber, serba bisa dan pengetahuannya luas.
6. Berorientasi ke masa depan, indikatornya meliputi memiliki visi dan
perspektif terhadap masa depan.
Ahli lain seperti Scarborough dan Zimmerer (1993) dalam Suryana (2006)
mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:
1 Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu
mawas diri.
2 Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya
selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu
tinggi.
3 Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk
memperoleh kesuksesan.
9

4 Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan
segera.
5 High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6 Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan
jauh kedepan.
7 Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumberdaya untuk menciptakan nilai tambah.
8 Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada
uang.
Karakteristik merupakan sifat-sifat yang melekat yang terdapat dalam
penampilan diri. Karakteristik wirausaha merupakan sifat dasar dan kemampuan
khusus yang melekat pada seorang wirausaha. Suryana (2006) menjelaskan bahwa
karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain, seorang wirausaha mempunyai
karakter yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. Seorang wirausaha yang
memiliki karakter wirausaha yang kuat akan bersungguh-sungguh dalam
melakukan setiap pekejaannya, ia memiliki komitmen yang tinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, seorang wirausaha juga berani
mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, artinya seorang wirausaha harus
dapat merencanakan usahanya dengan matang sehingga dapat mengukur dengan
baik risiko yang akan diambil. Mengacu pada teori dan penelitian terdahulu, maka
indikator karakteristik kewirausahaan dalam penelitian ini adalah percaya diri,
berani mengambil risiko (risk taker), inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan
tanggung jawab.
1. Percaya diri
Percaya diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi suatu pekerjaan. Menurut Alma (2011) orang yang percaya
diri memiliki watak teguh, tidak tergantung oleh orang lain, kepribadiannya
mantap dan optimis. Orang yang percaya akan kemampuan diri untuk
menjalankan usahanya akan merasa dapat memenuhi tantangan usaha yang
dihadapinya. Orang yang sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah
orang yang sudah matang jasmani serta rohaninya. Kematangan seseorang
terlihat dari tidak tergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab yang
tinggi, obyektif, dan kritis. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk
memahami diri sendiri, oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah yang
mandiri dan percaya diri. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat
kepercayaan diri seseorang diantaranya kesuksesan dan kegagalan,
kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, tingkat kemandirian dan
kemampuan untuk berdiri sendiri, serta keimanan (Soersono 2002).
2. Berani mengambil risiko (risk taker)
Dunia bisnis sangat dekat dengan ketidakpastian. Setiap usaha selalu
menanggung risiko. Risiko bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam,
perampokan dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko
yang lazim terjadi pada suatu usaha (Muslich 2007). Risiko adalah peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan
pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat
kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna
10

yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak


dapat diukur oleh pengambil keputusan. Semakin tinggi risiko maka akan
semakin tinggi pengembalian. Kondisi ini memunculkan tiga keputusan dalam
menghadapi risiko, yaitu:
a. Risk averter, yaitu sikap menghindari risiko.
b. Risk neutral, yaitu sikap yang netral dalam menghadapi risiko.
c. Risk taker, yaitu sikap seseorang yang berani mengambil risiko.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan ketimbang usaha yang
kurang menantang, oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh
sukses yang relatif rendah, sebaliknya risiko yang terlalu tinggi kemungkinan
akan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan risiko kegagalan yang
sangat tinggi pula, oleh sebab itu wirausaha biasanya akan lebih menyukai
risiko yang paling seimbang (Suryana 2006).
3. Inovatif
Inovasi (innovation) adalah kemampuan untuk menerapkan solusi
kreatif terhadap masalah dan peluang. Inovasi terdapat dalam dua bentuk yaitu
melakukan dengan lebih baik dan melakukan sesuatu yang berbeda. Inovasi
memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang
dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan
unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan lebih baik (Nitisusastro
2009). Wirausaha yang inovatif adalah orang-orang yang memiliki ciri-ciri:
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik.
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjannya.
c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan aktivitas.
Menurut Hidayati (2011) inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan.
Inovasi dalam bisnis menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas lebih
tinggi yang merupakan hasil dari tindakan para wirausaha, yang bersedia
menerima tantangan-tantangan lebih besar dan memikul risiko yang sudah
diperhitungkan.Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah
barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi.
4. Kerja keras
Seorang wirausaha termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan dorongan naluri dan keinginannya. Mereka mengejar kepuasan batin,
tidak terbatasi oleh dimensi waktu dan ruang melainkan berorientasi terhadap
hasil kerja atau sesuatu yang ingin dicapai (Nitisusastro 2009). Sifat dalam
bekerja keras menunjukan bahwa seseorang selalu terliat dalam situasi kerja,
pantang menyerah sebelum pekerjaan selesai. Sebagai upaya mencapai tujuan
wirausaha mengutamakan kerja sehingga menghasilkan perbuatan yang nyata.
Seorang pekerja bukan hanya bekerja demi hasil akhir berupa kegagalan atau
keberhasilan, tetapi yang lebih penting tidak hanya berpangku tangan dan
lebih nyaman jika terlibat dalam pekerjaan yang nyata.
5. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan yang mencakup diantaranya
memotivasi bawahan, mengarahkan orang lain, menyeleksi saluran
11

komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik-konflik.


Kepemimpinan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi membuat
seorang wirausaha selalu menampilkan barang dan jasa baru dan berbeda yang
dihasilkan dengan cepat, lebih dulu berada di pasar sehingga menjadi pelopor
dalam produk maupun pemasaran. Oleh karena itu, perbedaan bagi seorang
pengusaha yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan
untuk menciptakan nilai. Efektivitas sebagai pemimpin ditentukan oleh hasil-
hasil yang dicapai (Meredith et al. 1989). Menurut Kartono (2001), terdapat
beberapa tipe kepemimpinan, yaitu:
a. Tipe kharismatis, pemimpin memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai banyak pengikut dan pengawal yang bisa dipercaya.
b. Tipe paternalistis, yaitu tipe kebapaan, dengan sifat-sifat antara lain:
1) Menganggap bawahannya sebagai anak sendiri yang belum dewasa
sehingga perlu dikembangkan.
2) Bersikap terlalu melindungi.
3) Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, untuk berinisiatif dan untuk mengembangkan daya
kreativitas mereka sendiri.
4) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
c. Tipe militeristis, yaitu tipe yang sifatnya kemiliter-militeran dengan sifat
antara lain:
1) Lebih banyak menggunakan perintah, keras, kaku, dan kurang bijaksana.
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
3) Sangat menyenangi formalitas dan upacara ritual yang berlebihan.
4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
5) Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya.
6) Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
d. Tipe otokratis, yaitu tipe pemimpin yang mendasarkan diri pada kekuatan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpin tipe ini memiliki sifat
diantaranya selalu berperan sebagai pemain tunggal, berambisi untuk
merajai situasi, berdiri jauh dari bawahannya, keras mempertahankan
prinsip, serta setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi
dengan bawahannya.
e. Tipe laissez faire, yaitu tipe pemimpin yang bersifat tidak praktis
memimpin dan membiarkan bawahannya berbuat sesuai dengan
keinginannya sendiri. Pemimpin tipe ini tidak berpartisipasi sedikit pun
dalam kegiatan kelompoknya, tidak mempunyai wibawa serta tidak
mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif.
f. Tipe populistis, yaitu pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional dan kurang mempercayai terhadap kekuatan
asing.
g. Tipe administratif atau eksekutif, yaitu pemimpin yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga dapat
dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien.
h. Tipe demokratis, yaitu pemimpin yang berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Pemimpin
12

demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengar nasihat,


dan mampu memanfaatkan kapasitas bawahannya.

6. Tanggung jawab
Seorang wirausaha berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuannya dan tidak ingin dianggap gagal apabila tidak tercapai. Sebagai
upaya dalam mengukur tingkat kienrjanya, para wirausahawan menggunakan
indikator terhadap kinerja usahanya seperti kemampuan usahanya dalam
bertahan hidup, kemampuan untuk berkembang dan besarnya hasil yang
diperoleh serta tingkat pertumbuhan usahanya. Indikator tersebut akan
mengukur keberhasilan dari suatu usaha yang dijalankan. Seorang
wirausahawan akan berani secara konsekuen dalam memikul tanggung jawab
dalam usahanya. Tanggung jawab yang dipikul artinya ketika usaha tersebut
dirasa gagal makan bertekad akan berusaha menekuni dan memperbaiki
kekurangannya. Wirausahawan mempercayai bahwa kerja keras dengan
memikul tanggung jawab akan membuahkan keberhasilan dalam suatu usaha.
Tanggung jawab tidak hanya pada segi materil namun juga moral pada
berbagai pihak (Riyanti 2003). Bertanggung jawab diukur dari kesediaan
wirausahawan untuk memenuhi kesepakatan dan tanggung jawab atas
kegiatan yang dilakukan tenaga kerja.

Kinerja Usaha
Kinerja didefinisakan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan suatu
perusahaan atau organisasi. Kinerja adalah salah satu langkah yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu usaha. Kriteria kinerja usaha kecil
menunjukan peningkatan dalam akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah
pelanggan, perluasan usaha, dan perbaikan fisik. Kepuasan kerja dapat menjadi
salah satu tolak ukur kinerja karena menjadi prakondisi bagi tingkat produktivitas,
tanggung jawab, kualitas dan costumer service. Unsur terpenting dibalik
keberhasilan usaha adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus
dan mengembangkan suatu usaha di pasar tersebut (Riyanti 2003).
Smith dalam Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa performance atau
kinerja adalah: “... output drive from processes, human or otherwise”, jadi
dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Kinerja
merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi yang dapat dicapai oleh suatu
usaha. Prestasi total sebuah bisnis ditentukan oleh sikap dan tindakan dari seorang
wirausaha (Meredith et al. 1989).
Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja merupakan hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam
melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti
standar hasil kerja, target atau kriteria yang telah ditentukan. Kinerja tidak dapat
berjalan sendiri untuk menjelaskan fungsinya, kinerja berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan dan dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, dan sifat-sifat individu.
Kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor yang digunakan pada penelitian ini adalah volume penjualan, keuntungan
dan wilayah pemasaran.
1. Volume penjualan
13

Penjualan merupakan kegiatan melakukan transaksi antara penjual dan


pembeli secara tunai maupun kredit yang merupakan sumber pendapatan bagi
perusahaan. Tujuan utama penjualan ialah mencapai penjualan tertentu,
mendapatkan laba dan menunjang pertumbuhan perusahaan (Swastha 2009).
Volume penjualan merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
pengukuran kinerja usaha. Volume penjualan yang meningkat menunjukkan
kinerja usaha yang meningkat. Peningkatan volume penjualan akan
meningkatkan pendapatan yang diterima wirausaha, sehingga indikator
volume penjualan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kinerja
usaha.
Penjualan merupakan tujuan utama dilakukannya kegiatan perusahaan.
Perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa mempunyai tujuan akhir
yaitu menjual barang atau jasa tersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu,
penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan agar produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dapat terjual dan memberikan penghasilan bagi
perusahaan. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk
menjual barang atau jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk
menutup biaya guna memperoleh laba. Kegiatan penjualan yang dilaksanakan
oleh perusahaan bertujuan untuk mencapai volume penjualan yang diharapkan
dan menguntungkan untuk mencapai laba maksimum bagi perusahaan.
Menurut Rangkuti (2009) volume penjualan adalah pencapaian yang
dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu
produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya
penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter. Volume
penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan
barang. Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan maka
semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh
karena itu volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus
dievaluasi untuk kemungkinan perusahaan agar tidak rugi.
2. Keuntungan
Wirausahawan adalah orang yang mengkombinasikan berbagai produksi
untuk ditransformasikan menjadi output barang atau jasa. Pada proses
tersebut, seorang wirausahawan harus menanggung risiko kegagalan. Atas
keberaniannya tersebut, wirausaha mendapat balas jasa berupa laba. Semakin
tingginya risiko, laba yang diharapkan semakin besar. Sebab tujuan utama
perusahaan adalah memaksimalkan laba (Manurung 2006). Keuntungan
merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan. Sehingga untuk melihat
kinerja suatu usaha salah satu aspek yang dilihat adalah keuntungan.
Perhitungan keuntungan diperoleh dari seluruh total pendapatan yang
dikurangi dengan total biaya. Pengukuran keuntungan tidak hanya penting
untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga sebagai informasi
bagi pembagian keuntungan dan penentuan kebijakan investasi (Kuswadi
2005).
3. Wilayah Pemasaran
Wilayah pemasaran merupakan kawasan suatu produk dapat dijual.
Wilayah pemasaran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memperoleh laba, karena semakin luas wilayah pemasaran maka produk yang
dapat didistribusikan akan semakin banyak. Wilayah pemasaran digunakan
14

juga sebagai peningkatan daya saing suatu produk pada sebuah bisnis dengan
produk lainnya. Menurut David (2006) perluasan wilayah pemasaran dapat
menjadi strategi yang efektif, apabila:
a. Ketika tersedia jaringan distribusi baru yang dapat diandalkan, murah dan
berkualitas bagus.
b. Ketika perusahaan sangat berhasil dengan apa yang dilakukannya.
c. Ketika ada pasar yang belum tersentuh atau jenuh.
d. Ketika perusahaan memiliki kebutuhan modal dan sumber daya untuk
mengelola operasi yang berkembang.
e. Ketika perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi.
f. Ketika ruang lingkup industri dasar perusahaan menjadi global dengan
cepat.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di Kecamatan Rumpin,


Kabupaten Bogor memiliki keberhasilan dalam memproduksi telur ayam ras
terbesar di Kabupaten Bogor. Hal tersebut menjadikan Kecamatan Rumpin
sebagai sentra produksi telur ayam ras di Kabupaten Bogor. Produksi telur ayam
ras yang tinggi didukung dengan kondisi geografis yang baik di wilayah tersebut
untuk usaha peternakan ayam ras petelur. Kecamatan Rumpin merupakan wilayah
yang dekat dengan Jakarta dan Tangerang yang menjadi wilayah pemasaran
produk telur dari hasil usaha peternakan ayam ras petelur. Produksi telur ayam ras
yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya menggambarkan bahwa
Kecamatan Rumpin diduga memiliki karakteristik kewirausahaan yang kuat dan
cenderung memengaruhi kinerja usahanya. Sehingga menarik untuk dikaji
mengenai hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak
ayam ras petelur yang berada di Kecamatan Rumpin. Oleh karena itu, peternak di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor menarik untuk dikaji dan cocok untuk
dijadikan contoh dan teladan bagi para peternak di daerah lainnya dan sebagai
bahan masukan bagi para penyuluh untuk menumbuhkan karakteristik
kewirausahaan yang berhubungan dengan kinerja usaha peternak ayam ras petelur.
Indikator karaktersitik individu yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi usia, pendidikan formal, lama usaha, sumber modal, skala usaha dan luas
lahan. Karakteristik kewirausahaan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
percaya diri, berani mengambil risiko, kepemimpinan, inovatif, kerja keras dan
tanggung jawab. Hasil dari gambaran karakteristik kewirausahaan yang dianlisis
tersebut dihubungkan dengan kinerja usaha. Indikator kinerja usaha peternak yang
diteliti meliputi volume penjualan, keuntungan dan wilayah pemasaran. Variabel
karakteristik kewirausahaan yang diambil sebagai indikator dalam penelitian ini
adalah variabel yang paling banyak digunakan oleh penelitian terdahulu, maka
variabel yang akan dijadikan indikator adalah percaya diri (Rahayu 2014,
Muharastri et al. 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017), berani mengambil risiko
(Rahayu 2014, Muharastri et al. 2015, Fauziyah, et al. 2015, Ramadhan dan
Burhanuddin 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017), kepemimpinan (Rahayu 2014,
Ramadhan dan Burhanuddin 2015, Pratama 2017), Inovatif (Muharastri et al.
2015, Fauziyah, et al. 2015, Pratama 2017), kerja keras (Muharastri et al. 2015,
Angeltra 2017, Pratama 2017) dan tanggung jawab (Pratama 2017). Indikator
15

kinerja usaha peternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang paling
banyak digunakan oleh penelitian terdahulu, maka variabel yang akan digunakan
yaitu volume penjualan (Muharastri 2013, Zulhastami 2016, Nasution 2016, dan
Sari 2016, Pratama 2017). keuntungan (Rahayu 2014, Fauziyah et al. 2015,
Zulhastami 2016, Nasution 2016, Sari 2016, Pratama 2017) dan wilayah
pemasaran (Wahyuningsih 2015, Nasution 2016, Zulhastami 2016, Pratama
2017). Bagan kerangka operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan 1.

Wilayah Kecamatan Rumpin yang memproduksi


ayam ras petelur

Karakteristik keberhasilan kewirausahaan dibutuhkan untuk meningkatkan


kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin

Karakteristik kewirausahaan: Kinerja usaha:


1. Percaya diri 1. Volume penjualan
2. Berani mengambil risiko 2. Keuntungan
3. Inovatif 3. Wilayah pemasaran
4. Kerja keras
5. Kepemimpinan
6. Tanggung jawab

Karakteristik kewirausahaan yang baik


akan meningkatakan kinerja usaha

Gambar 1 Bagan kerangka operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor pada


lima desa yaitu: Rabak, Cibodas, Sukamulya, Tamansari dan Sukasari.
Pengambilan data dilakukan sejak bulan Maret hingga Juni 2018 pada usaha
peternakan ayam ras petelur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja
(purposive location) berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Rumpin
merupakan salah satu sentra produksi telur ayam ras tertinggi di Kabupaten
Bogor. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi kegiatan pengumpulan data
16

untuk keperluan pengolahan data dan kegiatan turun lapang sebagai bentuk dari
observasi keadaan di lapang.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan, observasi dan diskusi yang
berpedoman pada daftar pertanyaan kuisioner yang disesuaikan dengan masalah
penelitian. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada
responden yaitu peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin melalui
kuisioner yang disediakan serta melakukan observasi di lapang. Data sekunder
diperoleh dari dinas/kantor terkait objek penelitian serta kumpulan literatur yang
berkaitan dengan karakteristik kewirausahaan dan kinerja usaha peternak ayam ras
petelur. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri atas data yang bersumber dari
BPS, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Jurnal Peternakan dan
literatur lainnya yang sesuai dengan objek penelitian.

Populasi dan Pengambilan Sampel

Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode


probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Metode yang digunakan adalah cluster sampling. Metode ini digunakan jika
populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan terdiri dari kelompok-
kelompok individu atau cluster. Metode sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Responden pada penelitian ini adalah para peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Peternak yang dipilih merupakan peternak
yang telah melakukan usahanya lebih dari satu tahun. Jumlah peternak yang
menjadi responden adalah sepuluh peternak ayam ras petelur, hal ini sesuai
dengan teori Roscoe (1975) bahwa untuk penelitian eksperimental sederhana
dengan kontrol eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai 20. Pada penelitian ini, sampel
diambil dari populasi peternak ayam ras petelur yang tersebar pada lima desa di
Kecamatan Rumpin yaitu desa Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan
Sukasari, dari lima desa tersebut diambil dua responden pada masing-masing desa
dengan jumlah total responden sebanyak sepuluh peternak pada perusahaan ayam
ras petelur.

Metode Penentuan Sampel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi karakteristik


kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak ayam ras petelur. Karakteristik
kewirausahaan peternak ayam ras petelur pada penelitian ini diukur dengan enam
indikator yaitu percaya diri, berani mengambil risiko, inovatif, kerja keras,
kepemimpinan, dan tanggung jawab. Sedangkan indikator kinerja usaha diukur
dengan tiga indikator yaitu volume penjualan, keuntungan dan wilayah
17

pemasaran. Masing-masing indikator karakteristik wirausaha dan kinerja usaha


diukur dengan menggunakan skala likert dengan skala 1 sampai 5 (Sudaryono
2017) dengan keterangan 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 =
setuju, 5 = sangat setuju dan diwakili dengan berbagai pernyataan. Variabel-
variabel pengukuran tersebut kemudian dikelompokkan menjadi lima kelompok
kategori untuk menilai jawaban responden berada pada kategori yang sangat baik,
baik, cukup baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Selengkapnya akan disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengelompokan kategori jawaban responden


Deskripsi Penilaian Kategori
1 – 1.80 Sangat tidak baik
1.81 – 2.61 Tidak baik
2.62 – 3.42 Cukup baik
3.43 – 4.23 Baik
4.24 – 5 Sangat baik

Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan


masalah penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan jawaban
dari responden dari pengisian kuisoner. Pengolahan data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis digunakan untuk menghitung pencapaian
kinerja dan mengukur hubungan karakteristik kewiraushaan dengan kinerja usaha
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Analisis
tersebut meliputi uji validitas dan realibilitas, analisis statistika deskriptif dan
analisis korelasi Rank Spearman.

Uji Validitas dan Reliabilitas


Menurut Husein (2003) uji validitas menyatakan bahwa sejauh mana alat
pengukur mampu mengukur apa yang diinginkan dari sebuah kuesioner sehingga
uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang
terdapat di dalam kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur. Menurut Kerlinger
(1973) dalam Nazir (2014) terdapat beberapa jenis validitas yaitu:
1. Validitas isi
Validitas isi mempersoalkan apakah isi dari sutu alat ukur (bahannya,
topiknya, substansinya) cukup representatif atau cukup mewakilkan sebuah
sampling. Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik
pendapat sendiri maupun orang lain. Tiap-tiap item atau soal dalam ujian perlu
dipelajari secara seksama dan kemudian dipertimbangkan tentang representatif
tidaknya isi yang akan diuji.
2. Validitas yang berhubungan dengan kriteria
Validitas yang berhubungan dengan kriteria adalah validitas yang dilihat
dengan membandingkan dengan suatu kriteria atau variabel yang diketahui atau
yang dipercaya dapat digunakan untuk mengukur suatu atribut tertentu.
3. Validitas konstrak
Konstrak adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan
suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai
pengertian terbatas. Konstrak tersebut diberi definisi sehingga dapat diamati
18

dan diukur. Dalam melihat validitas konstrak, beberapa pertanyaan perlu


dijawab, yaitu:
a. Komponen-komponen atau dimensi apa saja yang membentuk konsep?
b. Apakah landasan teori yang merangkum dimensi tersebut?
c. Bukti empiris apakah yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara
komponen atau dimensi-dimensi diatas?
4. Validitas muka
Validitas muka berhubungan dengan pengukuran atribut yang konkrit
tanpa memerlukan inferensi. Selain itu validitas muka juga berhubungan
dengan penelitian para ahli terhadap suatu alat ukur. Misalnya peneliti ingin
menyusun skala tentang persepsi. Skala tersebut diperlihatkan pada beberapa
ahli. Jika ahli-ahli tersebut berpendapat bahwa unsur-unsur dalam skala
tersebut dapat mengukur persepsi secara baik, maka skala tersebut mempunyai
validitas muka yang tinggi.
Pada penelitian ini dilakukan uji validitas terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin
yang tertulis dalam kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan software SPSS. Jika terdapat variabel yang tidak valid, maka akan
dihilangkan. Penilaian valid atau tidak validnya masing-masing variabel dapat
dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing variabel.
Ketika suatu variabel dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r tabel. Sedangkan ketika variabel dinyatakan
tidak valid apabila Corrected Item-Total Correlation lebih kecil dari nilai r tabel.
Menurut Nazir (2014) suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas yang
tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat
ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan
(predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya
dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan
memberikan hal yang serupa. Reliabilitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur.
Dalam penelitian ini, teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik
Cronbach’s karena skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert
Summated Rating. Indikator reliabilitas variabel-variabel dapat dilihat dari nilai
Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
1. Cronbach’s Alpha 0.00-0.20 = tidak reliabel.
2. Cronbach’s Alpha 0.21-0.50 = kurang reliabel.
3. Cronbach’s Alpha 0.51-0.60 = cukup reliabel.
4. Cronbach’s Alpha 0.61-0.80 = reliabel.
5. Cronbach’s Alpha 0.81-1.00 = sangat reliabel.

Analisis Deskriptif
Sugiyono (2004) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu
metode yang digunakan dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai berbagai
fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Cara pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui teknik
wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisis deskriptif pada penelitian ini
19

dilakukan untuk menggambarkan kinerja yang telah dicapai oleh karakteristik


kewirausahaan peternak yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dengan demikian
dapat diketahui korelasi dari setiap faktor-faktor tersebut terhadap kesuksesan
kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Analisis Korelasi Rank Spearman
Analisis korelasi Rank Spearman digunakan untuk pengamatan dari dua
variabel minimal dalam bentuk skala ordinal. Pada penelitian ini dilakukan
analisis korelasi Rank Spearmen karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Variabel
karakteristik kewirausahaan pada penelitian ini meliputi percaya diri, berani
mengambil risiko, inovatif, kerja keras, tanggung jawab dan kepemimpinan.
Sedangkan variabel kinerja usaha pada penelitian ini meliputi volume penjualan,
keuntungan dan wilayah pemasaran. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS for Windows dan Microsoft Excel. Menurut Nazir (2014), prosedur
yang harus dilakukan untuk mencari koefisien korelasi Rank Spearman adalah
sebagai berikut :
1. Atur pengamatan dari kedua variabel dalam bentuk ranking
2. Cari beda dari masing-masing pengamatan yang sudah berpasangan
3. Lakukan perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman dengan menggunakan
rumus:


Dimana:

( ) (∑ ∑ )

( ) (∑ ∑ )

Keterangan:
: Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu
: Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu
: Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i
: Observasi ke-i,untuk i = 1, 2, ..., n
Σ : Jumlah untuk seluruh angka sama
Nilai koefisien korelasi Rank Spearman merupakan pengukuran tentang
keeratan hubungan antara dua peubah yaitu X dan Y. Nilai koefisien korelasi
Rank Spearman dapat bertanda positif maupun negatif dengan nilai mutlak
maksimal 1 dan minimal 0. Tanda positif menunjukkan bahwa kedua variabel
berkorelasi searah, artinya semakin tinggi nilai variabel X maka variabel Y akan
cenderung memiliki nilai yang semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya. Tanda
negatif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah, artinya
apabila nilai variabel X semakin tinggi, maka variabel Y akan cenderung semakin
rendah, begitupun sebaliknya. Bila nilai yang dihasilkan sama dengan 0, maka
kedua variabel tidak berkorelasi. Sedangkan apabila nilai Rank Spearman yang
20

dihasilkan sama dengan 1, maka kedua variabel memiliki korelasi sempurna. nilai
koefisien korelasi Rank Spearman dapat dikategorikan menjadi lima kategori
berikut:
1. Bila 0.0 < |rs| < 0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat
lemah.
2. Bila 0.2 ≤ |rs| < 0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah.
3. Bila 0.4 ≤ |rs| < 0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang.
4. Bila 0.6 ≤ |rs| < 0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi kuat.
5. Bila 0.8 ≤ |rs| < 1.0, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat
kuat.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Wilayah

Kecamatan Rumpin merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor


yang memiliki luas wilayah 13 708 57 hektar. Kecamatan Rumpin berada di batas
utara Kecamatan Parung Panjang, batas barat Kecamatan Cigudeg, batas selatan
Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan Cibungbulang, dan batas timur
Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Rumpin memiliki 13 desa atau kelurahan, yaitu
Cibodas, Cidokom, Cipinang, Gobang, Kampung Sawah, Kertajaya, Leuwibatu,
Mekarsari, Rabak, Rumpin, Sukamulya, Sukasari dan Tamansari. Penelitian ini
pada usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin yang tersebar pada
lima desa yaitu Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan Sukasari.
Kecamatan Rumpin merupakan wilayah yang dekat dengan Jakarta serta
dekat dengan perbatasan Bogor dan Tangerang Selatan. Hal ini merupakan potensi
yang besar dalam usaha peternakan, khususnya ayam ras petelur. Berdasarkan
data dinas kantor Kecamatan Rumpin tahun 2015, perusahaan peternakan ayam
ras petelur di Kecamatan Rumpin berada di desa Cibodas, Rabak, Tamansari,
Sukamulya dan Sukasari. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
pada lima desa yaitu desa Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan Sukasari
sebanyak sepuluh peternak pada perusahaan peternakan ayam ras petelur.
Pengambilan sampel ini didasarkan pada klaster atau pengelompokkan desa yang
mengusahakan peternakan ayam petelur dimana setiap desa diambil masing-
masing dua responden dengan total responden sebanyak sepuluh responden.

Keadaan Umum Usaha dan Teknis Beternak Ayam Ras Petelur di


Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor

Kecamatan Rumpin merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor


yang memiliki potensi yang baik untuk mengusahakan peternakan ayam ras
petelur. Kondisi geografis yang cocok untuk usaha ini menjadikan lokasi tersebut
untuk melakukan usaha peternakan oleh banyak wirausahawan di Kecamatan
Rumpin, salah satunya yaitu peternakan ayam ras petelur. Sebagian besar peternak
ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin sudah mulai melakukan usahanya cukup
lama yatu sejak sekitar tahun 1980 sampai tahun 2002.
21

Lokasi peternakan ayam ras petelur merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan karena jika lahan atau lokasi tidak layak maka usaha tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Lokasi usaha peternakan ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin sebagian besar berada jauh dari tempat pemukiman warga,
hal ini untuk menghindari dampak negatif dari usaha peternakan usaha seperti bau
dan limbah yang dihasilkan. Selain itu lokasi usaha juga jauh dari jalan raya hal
ini untuk menghindari kebisingan akibat lalu lintas kendaraan sehingga ayam akan
dapat tenang dalam proses bertelur. Jaringan listrik yang memadai juga penting
untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan, pada peternakan ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin sebagian besar sudah menggunakan lampu penerangan
untuk mempermudah proses kegiatan dimalam hari. Lokasi peternakan ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin merupakan lokasi yang dekat dengan sumber air
bersih, hal ini untuk mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan.
Namun akses transportasi dan jalan masih sulit untuk dilalui oleh kendaran. Untuk
menuju lokasi peternakan sebagian besar jalan yang dilalui masih belum diaspal
atau masih bebatuan. Hal ini cukup menyulitkan bagi kendaraan untuk melewati
lokasi peternakan tersebut. Apabila jalan menuju lokasi peternakan diperbaiki
maka proses pengiriman telur ayam ras dapat berjalan dengan baik dan
meningkatkan kualitas telur ayam ras seperti persentase telur yang pecah yang
diakibatkan jalan yang kurang baik.
Kandang pada peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin sebagian
besar menggunakan atap dari asbes dengan kerangka yang terdiri dari kayu hutan
berbentuk bulat dan bambu dengan panjang rata-rata empat meter, sedangkan
pondasinya terbuat dari bambu dengan tinggi sekitar 4 meter. Di dalam kandang
terdapat cage atau batre sebagai tempat ayam tinggal, ukuran sebuah kandang
batre adalah sekitar 30x30 cm. Ukuran kandang sekitar 35 x 8 meter dalam satu
kandang, dimana terdapat sekitar 116 batre yang diisi maksimal oleh 2-3 ekor
ayam, batre terbuat dari bahan bambu dan besi kawat sehingga kuat dan tahan
lama. Bagian kandang dibuat dengan susunan tingkat dua sampai tiga tingkat
sehingga kotoran dapat turun dan tertampung pada selokan yang telah dibuat
sehingga kotoran akan mudah dibersihkan. Lokasi kandang dibuat atau didesain
supaya matahari dapat masuk di pagi hari dan ayam tidak kepanasan di siang hari.
Satu buah kandang dapat menampung sekitar 2 500 ekor ayam.
Jenis atau varietas ayam ras petelur yang banyak digunakan dalam usaha
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin adalah Isa Brown. Varietas
ini memiliki kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kematian yang rendah
sekitar 0.3 sampai 3 persen sebelum layer. Bibit atau layer yang digunakan oleh
peternak berumur sekitar 18 minggu. Proses budidaya pemeliharaan ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini didasarkan pada pola produksi
dengan umur produksi 65 minggu, yang dimulai dari 18 sampai 65 minggu,
dengan puncak produksi pada umur 23 sampai 45 minggu.
Proses pemanenan pada usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan
Rumpin pada penelitian ini dimulai ketika ayam berusia sekitar 18 minggu
kemudian ayam mulai bertelur. Ketika berumur 18 sampai 24 minggu ayam ras
petelur akan mulai bertelur peningkatan hen day ayam per hari 3 sampai 4 persen
puncak produksi dicapai pada minggu ke 25 sampai 40 hen day dalam kondisi
puncak produksi. Pemanenan telur dilakukan dengan cara manual dengan
menempatkan telur pada egg tray, pemanenan dilakukan dua kali dalam sehari
22

yaitu sekitar jam 10.00 pagi dan jam 16.00 sore. Kegiatan pengemasan dilakukan
dalam gudang yang di dalamnya terdapat kegiatan sortasi dan grading, telur yang
akan dikirim dimasukan ke dalam peti yang telah disediakan sebelumnya, telur
yang dimasukan haruslah bersih dan utuh, jika terdapat telur yang kotor maka
karyawan akan memisahkan dan mencucinya dan apabila ada telur yang retak
akan dipisahkan dan dijual dengan harga yang lebih murah. Setelah telur
dimasukan ke dalam peti kemudian disusun ke dalam tumpukan telur dengan rapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Individu Peternak Ayam Ras Petelur

Indikator karakteristik individu peternak ayam ras petelur di Kecamatan


Rumpin pada penelitian ini yaitu usia, pendidikan formal, lama usaha, sumber
modal, skala usaha dan luas lahan.

Usia
Pada penelitian ini usia para peternak ayam ras petelur yang menjadi
responden beragam. Rata-rata usia peternak yaitu antara 41 tahun sampai 60 tahun
yaitu sebanyak 60 persen, kemudian usia 25 tahun sampai 40 tahun sebanyak 10
persen, dan usia lebih dari 61 tahun sebanyak 30 persen. Sebagian besar peternak
sudah cukup berpengalaman dalam berwirausaha ayam ras petelur, para peternak
sudah memulai belajar usaha sejak usia belasan tahun. Sehingga mereka memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang cukup banyak mengenai usaha ayam ras
petelur. Usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin sebagian besar
merupakan usaha turun temurun dari keluarga. Data mengenai karakteristik
responden peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin berdasarkan usia
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Usia peternak ayam ras petelur


Usia (tahun) Jumlah Persentase
18-40 1 10%
41-60 6 60%
>60 3 30%

Tingkatan usia banyak digunakan sebagai indikator produktif atau tidaknya


seseorang dalam bekerja, dan juga untuk menilai banyak atau tidak pengalaman
seseorang. Semakin tua usia peternak maka dimungkinkan akan semakin banyak
pula pengetahuan dan pengalaman beternak yang diperoleh. Menurut Soekartawi
(1999), rata-rata peternak di Indonesia yang cenderung berusia tua sangat
berpengaruh terhadap produktivitas sektor pertanian di Indonesia. Peternak
berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan
atau inovasi teknologi.
Menurut Hurlock (Riyanti, 2003) perkembangan karir berjalan seiring
dengan proses perkembangan manusia, yang mengelompokkan perkembangan
karir manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu (1) usia dewasa awal antara 18
23

sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan tugas pengembangan dalam


membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas pokok, memilih bidang
pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimiliki
sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2) usia dewasa madya
antara 41 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam pekerjaan.
Keberhasilan itu biasanya dicapai pada usia 40 tahun dan 50 tahun, pada usia ini
kebanyakan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan yang lebih baik
dibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda; (3) usia dewasa
akhir diatas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi kegiatan kariernya, karena
menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak melakukan kegiatan sosial dan
menikmati hasil jerih payah selama bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian, usia peternak ayam ras petelur di Kecamatan
Rumpin berkisar antara 41 tahun sampai 60 tahun. Berdasarkan hal tersebut,
peternak ayam ras petelur dalam penelitian ini sebagian besar termasuk usia
dewasa madya, artinya peternak sedang mendapat keberhasilan dalam usaha
peternakan ayam ras petelur tersebut. Keberhasilan dicapai pada usia 40 tahun dan
50 tahun, pada usia ini sebagian besar sedang mencapai prestasi puncak, memiliki
pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih
muda.

Pendidikan Formal
Sebagian besar peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin pada
penelitian ini memiliki latar belakang tingkat pendidikan formal SMA yaitu
sebanyak 45 persen. Peternak ayam ras petelur yang memiliki latar belakang
tingkat pendidikan formal Sarjana sebanyak 33 persen, tingkat pendidikan SMP
sebanyak 11 persen dan tingkat pendidikan SD sebanyak 11 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 6.
Sebagian besar peternak setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SMA,
mereka kemudian melanjutkan kehidupannya dengan berwirausaha pada
peternakan ayam ras petelur untuk bertahan hidup. Para peternak ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini didominasi oleh wirausaha yang berasal
dari China yang sudah lama tinggal di Indonesia setelah menyelesaikan
pendidikan formalnya untuk melakukan usaha peternakan ayam ras petelur di
Indonesia. Pendidikan formal mempengaruhi pola pikir pelaku wirausaha
(Syafiuddin dan Jahi, 2007). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kompetensi wirausaha (Camuffo et al. 2012). Selain
itu, tingkat pendidikan wirausaha juga memiliki efek signifikan terhadap
keberhasilan suatu usaha (Islam et al. 2011).

Tabel 6 Pendidikan formal peternak ayam ras petelur


Pendidikan Jumlah Persentase
Lulus SD 1 11%
Lulus SMP 1 11%
Lulus SMA 5 45%
Sarjana 3 33%
24

Lama Usaha
Lama usaha rata-rata para peternak ayam ras petelur adalah antara 11
tahun sampai 20 tahun yaitu sebanyak 60 persen, 5 tahun sampai 10 tahun
sebanyak 30 persen dan kurang dari lima tahun sebanyak 10 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 7. Sebagian besar usaha peternakan ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin pada penelitian ini merupakan usaha turun temurun dari
keluarga.
Lamanya usaha peternakan ayam ras petelur yang dilakukan memengaruhi
tingkat pengalaman dalam menjalankan usaha, sehingga mempengaruhi cara
mereka dalam pengambilan keputusan. Secara umum para pengusaha peternakan
ayam ras petelur ini sudah menjalankan usaha ternaknya lebih dari sepuluh tahun,
sehingga dapat dikatakan para pengusaha peternakan ayam ras petelur sudah
memiliki pengalaman yang cukup dalam usaha peternakan ayam ras petelur
maupun pemasaran. Pengalaman tersebut dijadikan sebagai pembelajaran secara
otodidak oleh peternak sejak masih beternak dengan keluarga maupun setelah
berwirausaha secara mandiri. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa peternak melakukan usaha ternak ayam ras petelur berdasarkan
kebiasaan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun. Lamanya usaha yang
telah dijalankan ini mengindikasikan para peternak di Kecamatan Rumpin sudah
cukup berpengalaman. Artinya mereka lebih terampil dan memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terjadinya risiko dan ketidakpastian
dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras petelur.
Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam beternak
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Peternak yang sudah lama
berwirausaha akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada peternak pemula.
Perbedaan pengalaman dalam beternak menimbulkan perbedaan dalam
mengadopsi teknologi dan inovasi. Pada penelitian ini lama menjalankan usaha
dibagi menjadi tiga kategori: yaitu pemula ( kurang dari 5 tahun), sedang (5 tahun
sampai 10 tahun) dan berpengalaman (11 tahun sampai 20 tahun). Pengelompokan
kategori tersebut berdasarkan hasil pembagian responden yang disesuaikan
dengan lama menjalankan usaha yang terlama dengan yang terbaru.

Tabel 7 Lama usaha peternak ayam ras petelur


Lama usaha (tahun) Jumlah Presentase
Pemula (<5) 1 10%
Sedang (5-10) 3 30%
Berpengalaman (11-20) 6 60%

Sumber modal
Sumber modal yang digunakan sebagian besar peternak ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini berasal dari meminjam kepada bank
yaitu sebanyak 60 persen dan modal sendiri sebanyak 40 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 8. Para peternak memperoleh modal dari meminjam dana ke
bank swasta yang mampu memberikan bantuan kredit untuk modal usaha. Selain
itu sumber modal juga ada yang diperoleh dari keluarga dan modal sendiri.
Dengan modal tersebut, peternak mampu membangun usaha peternakan
ayam ras petelur baik dalam skala kecil, skala menengah maupun skala besar
dengan jumlah ternak, jumlah tenaga kerja, peralatan, fasilitas, dan teknologi yang
25

memadai. Modal usaha merupakan besarnya modal yang dikeluarkan oleh


peternak untuk memulai usaha dan tambahan modal yang dikeluarkan selama
berternak ayam ras petelur. Keterbatasan modal dapat menjadikan wirausaha
menjadi kurang inovatif terhadap inovasi yang ada (Muatip et al. 2008). Besarnya
modal usaha berkaitan dengan seberapa besar skala usaha yang dapat dibangun
peternak saat memulai usahanya, serta seberapa baik fasilitas perkandangan dan
peralatan ternak. Selain itu, besarnya modal usaha juga berkaitan dengan modal
yang dikeluarkan peternak untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaannya.

Tabel 8 Sumber modal peternak ayam ras petelur


Sumber modal Jumlah Presentase
Modal sendiri 4 40%
Pinjam Bank 6 60%

Skala Usaha
Skala usaha peternakan ayam rad petelur di Kecamatan Rumpin pada
penelitian ini sebagian besar termasuk ke dalam skala usaha pengusaha kecil
peternakan yaitu sebesar 60 persen, kemudian peternakan rakyat sebesar 30 persen
dan pengusaha peternakan sebanyak 10 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/KptsTN.330/6/96, usaha peternakan
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan
dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang
mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per
periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan
ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan
untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan
ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode (Pambudy 1999).

Tabel 9 Skala usaha peternak ayam ras petelur


Skala usaha Jumlah Persentase
Peternakan rakyat 3 30%
Pengusaha kecil peternakan 6 60%
Pengusaha peternakan 1 10%

Luas lahan
Luas lahan peternakan ayam ras petelur rata-rata pada kisaran satu sampai
dua hektar yaitu sebanyak 60 persen, luas lahan tiga sampai empat hektar
sebanyak 30 persen dan lebih dari empat hektar sebanyak 10 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 10.
Luas lahan yang digunakan untuk usaha peternakan ayam ras petelur
tergantung dari jumlah modal yang dimiliki pengusaha ayam ras petelur. Semakin
besar modal yang dimiliki maka semakin luas lahan yang digunakan. Lahan yang
digunakan merupakan lahan milik sendiri yang dibeli khusus untuk usaha
peternakan ayam ras petelur.
26

Tabel 10 Luas lahan peternak ayam ras petelur


Luas lahan Jumlah Presentase
1-2 ha 6 60%
3-4 ha 3 30%
>4 ha 1 10 %

Karakteristik Kewirausahaan Peternak Ayam Ras Petelur

Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat


karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin
meliputi percaya diri, berani mengambil risiko, inovatif, kerja keras,
kepemimpinan dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil pengolahan data, rata-rata
skor pada karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras petelur di Kecamatan
Rumpin dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik peternak ayam ras petelur


Karakteristik Standar deviasi Rata-rata skor Kategori
Percaya diri 0.29 4.10 Baik
Berani mengambil risiko 0.19 4.54 Sangat baik
Inovatif 0.20 4.06 Baik
Kerja keras 0.19 4.40 Sangat baik
Kepemimpinan 0.19 4.20 Baik
Tanggung jawab 0.31 4.34 Sangat baik

Percaya diri
Berdasarkan penelitian diperoleh karakteristik percaya diri pada peternak
ayam ras petelur menempati posisi kelima dengan rata-rata skor sebesar 4.10
dalam kategori baik. Karakteristik percaya diri pada peternak ayam ras petelur
dilihat dari beberapa aspek seperti kemandirian para peternak atau tidak
tergantung kepada orang lain dari segi beternak maupun pemasaran, optimisme
peternak ayam ras petelur yang dapat membuat peternak memperoleh kehidupan
yang lebih baik, keberanian untuk mengemukakan pendapat maupun penemuan
dalam beternak serta optimisme dalam menghasilkan produk telur yang
berkualitas baik. Berdasarkan aspek kemandirian para peternak dalam
mengusahakan ayam ras petelur dari segi proses produksi maupun pemasaran
mereka melakukan usaha mandiri atau tidak bergantung dengan peternak yang
lain. Peternak memiliki optimis yang besar dalam memperoleh kehidupan yang
lebih baik dengan berwirausaha ayam ras petelur, dimana dengan berwirausaha
ayam ras petelur dapat memberi keuntungan yang besar. Peternak juga optimis
dapat menghasilkan produk telur yang berkualitas baik dengan cara pemeliharaan
ayam secara intensif. Dalam hal keberanian untuk mengemukakan pendapat
maupun penemuan dalam beternak, sebagian besar peternak kurang terbiasa untuk
berbicara di depan khalayak. Jadi dapat disimpulkan bahwa peternak ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini sebagian besar sudah memiliki
percaya diri yang baik karena sudah mampu menjalankan usahanya secara mandiri
dan yakin terhadap usaha peternakan ayam ras petelur yang dijalankan akan
sukses.
27

Sikap percaya diri mengandung sikap optimis dan keyakinan terhadap usaha
yang dijalankannya. Menurut Alma (2011) orang yang memiliki rasa percaya diri
memiliki watak teguh, tidak tergantung pada orang lain, kepribadiannya mantap
serta optimis terhadap tantangan yang ada sehingga mampu menyelesaikan
usahanya secara mandiri serta mengatasi masalahnya sendiri.

Berani mengambil risiko


Karakteristik berani mengambil risiko pada penelitian ini menempati posisi
pertama dengan rata-rata skor 4.54 dalam kategori sangat baik. Karakteristik
berani mengambil risiko dilihat dari aspek tanggapan peternak pada saat gagal
panen, ketidakpastian iklim maupun cuaca, alternatif yang dilakukan dalam
menghadapi risiko serta ketidakpastian ketersediaan input. Para peternak ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini dalam menjalankan usahanya
selalu memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi seperti harga pakan naik
maupun risiko penyakit pada ayam untuk meminimalisir kerugian. Risiko gagal
panen pada telur ayam ras terjadi ketika adanya serangan penyakit flu burung pada
ayam yang menyebabkan banyak ayam yang mati sehingga produksi telur menjadi
menurun dan peternak mengalami kerugian yang besar. Untuk mencegah serangan
penyakit agar tidak menular ke peternakan ayam lainnya maka para peternak
melakukan pemberian vaksin secara rutin dan manajemen pemeliharaan yang baik
pada ayam ras. Selain itu seorang peternak juga harus sigap dalam mengetahui
informasi mengenai kondisi lingkungan dan kesehatan peternakan baik yang di
dalam perusahaan maupun lingkungan luar perusahaan. Faktor alam seperti cuaca
dan iklim juga menjadi risiko dalam beternak ayam ras petelur, jika suhu kandang
tidak stabil dapat menyebabkan kualitas telur kurang baik. Untuk menjaga supaya
suhu tetap stabil dalam keadaan hangat maka, ketika malam hari lampu menyala
pada setiap kandang. Ketersediaan input seperti pakan dan obat-batan masih
menjadi kendala bagi peternak ayam ras petelur karena harganya yang tinggi dan
fluktuatif sedangkan pemberian pakan dan obat-obatan mempengaruhi kualitas
produksi telur ayam ras.

Inovatif
Karakteristik inovatif peternak ayam ras petelur menempati posisi keenam
dengan rata-rata skor sebesar 4.06 dengan kategori baik. Seorang wirausaha yang
ingin tetap bertahan dalam persaingan akan meningkatkan inovasi dalam
berwirausaha. Peternak ayam ras petelur juga melakukan inovasi dalam perjalanan
usahanya. Pada penelitian ini, karakteristik inovatif dilihat dari aspek kemauan
para peternak menggunakan sapronak modern, kegemaran peternak dalam
mencoba hal baru seperti menggunakan varietas bibit ayam ras petelur yang
berbeda dari sebelumnya, perubahan sistem kandang yang dilakukan peternak dan
pengolahan limbah lebih lanjut sehingga memiliki nilai tambah. Para peternak
dalam menggunakan sapronak modern sudah baik, hal ini dapat dilihat dari
bangunan kandang yang menggunakan sistem cage atau kandang baterai, dimana
dalam satu cage terdiri dari dua sampai tiga ekor ayam. Kandang dibuat
menggunakan sistem panggung yaitu antara dua sampai tiga panggung. Tempat
pakan terbuat dari seng berbentuk setengah lingkaran yang memanjang pada
kandang dan tempat minum menggunakan pipa peralon di sepanjang kandang.
Tempat untuk meletakkan telur, peternak menyiapkan tempat yang terbuat dari
28

bambu dan besi yang terletak di bawah supaya telur tidak jatuh ataupun pecah.
Varietas ayam ras petelur yang digunakan peternak adalah Isa Brown yang
memiliki daya tahan terhadap penyakit serta mampu menghasilkan telur yang
cukup banyak. Para peternak dalam mengelola limbah dari ayam yang mati
dengan cara dikubur ataupun dibakar untuk dijadikan pakan ikan, sedangkan
limbah dari kotoran ayam dijual untuk dijadikan pupuk kandang.

Kerja keras
Karakteristik kerja keras menempati posisi kedua dengan skor rata-rata
sebesar 4.40 dalam kategori sangat baik. Karakteristik kerja keras peternak pada
penelitian ini dilihat dari aspek waktu yang dihabiskan peternak untuk melakukan
usaha peternakan ayam ras petelur, tanggapan peternak pada saat berhasil panen
atau gagal panen dan kesungguhan peternak dalam melakukan usaha peternakan
ayam ras petelur. Para peternak selalu mengawasi dan mengontrol bagaimana
kegiatan produksi sampai pemasaran telur ayam ras baik setiap hari maupun setiap
minggunya, jika terdapat masalah pada produksi maupun pemasaran maka
langsung didiskusikan dan diselesaikan masalahnya dengan para mandor maupun
karyawan yang bersangkutan. Para peternak sebagian ada yang mengontrol secara
langsung di tempat peternakan, dimana peternak bertempat tinggal dalam satu
area peternakan ayam ras petelur untuk memudahkan pengontrolan. Selain itu
peternak juga ada yang tinggal tidak jauh dari tempat peternakan yaitu di daerah
BSD, Serpong, Tangerang. Dalam menghadapi gagal panen atau mengalami
penurunan produksi telur, sikap para peternak adalah tidak mudah menyerah dan
jika gagal maka para peternak akan berusaha bangkit lagi. Sehingga dengan kerja
keras yang tinggi dan mampu bangkit lagi dari kegagalan menjadikan usaha ayam
ras petelur terus berkembang.

Kepemimpinan
Sikap kepemimpinan adalah sesuatu yang penting yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha karena seorang wirausaha harus mampu memberikan arahan
kepada orang lain, memberikan motivasi dan memecahkan konflik yang terjadi.
Seorang pemimpin juga harus mampu menjalankan fungsi manajemen yang baik
supaya usahanya dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Berdasarkan
penelitian karakteristik kepemimpinan peternak ayam ras petelur menempati
posisi keempat dengan rata-rata skor sebesar 4.20 dalam kategori baik.
Karakteristik kepemimpinan peternak dilihat dari beberapa aspek seperti
kemampuan peternak dalam membagikan tugas kepada karyawannya, kemampuan
peternak menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran, kemampuan
peternak dalam memengaruhi karyawan serta tanggapan peternak dalam
menerima masukan dari karyawan. Kemampuan peternak dalam membagikan
tugas kepada para karyawannya sudah baik hal ini dilihat dari kemampuan
peternak dalam menyusun struktur organisasi kerja yang terdiri dari bagian
pengelolaan kandang ayam ras petelur, bagian sortasi dan grading dan packing
hasil telur ayam, bagian gudang penyimpanan telur ayam, satpam/bagian
keamanan, bagian di dapur untuk konsumsi dan bagian staf kantor. Kemampuan
peternak menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran dilihat dari
cara peternak memberi contoh yang baik kepada karyawannya tentang bagaimana
teknik produksi yang tepat. Dalam hal pemasaran, peternak selalu mengontrol
29

harga di pasar dan pendistribusian telur ayam ras yang akan dikirim ke pedagang
besar di beberapa daerah Jabotabek. Kemampuan peternak dalam memengaruhi
karyawan dengan cara memberi gaji yang cukup kepada karyawannya, tempat
tinggal di mess dengan fasilitas yang memadai, memelihara hubungan baik
dengan karyawan, membantu karyawan jika sedang membutuhkan bantuan serta
percaya dengan karyawannya.

Tanggung Jawab
Berdasarkan penelitian karakteristik tanggung jawab pada peternak
menempati posisi ketiga dengan skor rata-rata sebesar 4.34 dalam kategori sangat
baik. Karakteristik tanggung jawab peternak dilihat dari aspek kemampuan para
peternak dalam melakukan pencatatan terperinci atau pembukuan, kemampuan
peternak dalam menerima segala konsekuensi dari setiap kesalahan yang
dilakukan serta kemampuan peternak untuk melakukan tugas sebagai tanggung
jawabnya. Para peternak selalu melakukan pencatatan secara terperinci, hal
tersebut guna memudahkan peternak melakukan pengontrolan arus masuk
keluarnya keuangan. Peternak memiliki kemampuan yang baik dalam hal
menerima segala konsekuensi dari proses beternak ayam ras petelur, misalnya
pada saat mengalami gagal panen, peternak menerima konsekuensi dengan tidak
menyalahkan karyawan dan berusaha menemukan dan menyelesaikan
masalahnya. Sikap tanggung jawab seorang wirausaha adalah berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan dan tidak ingin dianggap gagal
apabila terjadi kegagalan. Hal ini penting dimiliki oleh seorang wirausaha karena
ketika dirasa gagal, dia akan memenuhi kesepakatan yang ada sambil tetap belajar
dari kesalahan supaya tidak terulang kembali.

Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur

Kinerja adalah salah satu langkah yang digunakan untuk mengukur


keberhasilan suatu usaha. Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan
pekerjaan dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja,
target atau kriteria yang telah ditentukan. Kinerja usaha yang diteliti pada
peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor meliputi
volume penjualan, keuntungan dan wilayah pemasaran. Setiap kinerja usaha
tersebut diukur menggunakan kuesioner melalui wawancara. Berdasarkan hasil
pengolahan data rata-rata skor kinerja usaha pada volume penjualan, keuntungan
dan wilayah pemasaran dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Rata-rata skor kinerja usaha peternak ayam ras petelur
Kinerja Usaha Standar deviasi Rata-rata skor Kategori
Volume penjualan 0.16 4.10 Baik
Keuntungan 0.18 4.17 Baik
Wilayah pemasaran 0.17 4.13 Baik

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa kinerja usaha pada ketiga variabel


peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor memiliki nilai
standar deviasi yang kecil, artinya kinerja usaha pada volume penjualan,
keuntungan dan wilayah pemasaran dari setiap peternak ayam ras petelur pada
30

penelitian ini tingkat keberagamannya kecil atau relatif homogen. Rata-rata skor
kinerja usaha yang dimiliki peternak ayam ras petelur berada pada rataan yang
sama yaitu kategori baik.

Volume Penjualan
Kinerja usaha pada volume penjualan memiliki rata-rata skor sebesar 4.10
termasuk dalam kategori baik. Volume penjualan telur ayam ras di Kecamatan
Rumpin pada penelitian ini dilihat dari aspek volume penjualan telur ayam ras
yang tercapai sesuai target, volume penjualan telur yang terus meningkat dan
volume penjualan telur lebih banyak dibanding dengan peternak lain. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa sebagian besar peternak untuk volume penjualan telur
sudah mampu mencapai target yang diinginkan. Hal ini juga mempengaruhi
volume penjualan telur yang sebagian besar peternak mampu meningkatkan
penjualannya.
Volume penjualan telur ayam ras pada penelitian ini dihitung berdasarkan
satuan ton per hari pada setiap responden peternak ayam ras petelur. Volume
penjualan telur sebesar 0.1 ton sampai 3 ton sebanyak 80 persen dalam kategori
sedang dan volume penjualan sebasar lebih dari 3 ton sebanyak 20 persen dalam
kategori tinggi. Volume penjualan telur antara peternak satu dengan yang lainnya
beragam. Hal ini sesuai dengan jumlah ayam ras petelur yang dipelihara,
manajemen pemelihaan dan modal usaha peternak yang digunakan. Hal yang
terkadang masih menjadi kendala pada usaha peternakan ayam ras petelur adalah
adanya harga pakan yang naik, untuk skala usaha yang masih kecil dengan modal
yang terbatas masih kesulitan dalam pemberian pakan yang menyebabkan kualitas
telur yang dihasilkan lebih rendah. Volume penjualan telur ayam ras petelur dapat
dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Volume penjualan telur ayam ras


Penjualan per hari (ton) Jumlah Presentase
(rendah)<0.1 - -
(sedang)0.1-3 8 80%
(tinggi)>3 2 20%

Keuntungan
Kinerja usaha peternak ayam ras petelur pada keuntungan memiliki nilai
rata-rata skor sebesar 4.17 termasuk kategori baik. Kinerja usaha pada keuntungan
dilihat dari aspek keuntungan yang diperoleh peternak dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari, keuntungan yang melebihi target digunakan untuk
mengembangkan usaha dan keuntungan yang diperoleh meningkat setiap
siklusnya. Para peternak dalam memperoleh keuntungan dari hasil usaha
peternakan ayam ras petelur sudah mampu mencukupi kebutuhnnya sehari-hari,
keuntungan yang melebihi target digunakan untuk memperbaiki kandang yang
sudah rusak, penambahan kandang dan pengembangan usaha. Keuntungan dari
hasil usaha peternakan ayam ras petelur dapat meningkat setiap siklusnya.
Keuntungan yang diperoleh peternak ayam ras petelur berkisar antara Rp 1
130 000 sampai Rp 44 450 000 dalam satu hari yaitu sebanyak 80 persen dan
keuntungan sebasar lebih dari Rp 44 450 000 sebanyak 20 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 14. Usaha peternakan ayam ras petelur bagi peternak sebagian
31

besar menjadi pekerjaan utama dari para peternak tersebut meskipun beberapa
peternak masih mempunyai usaha sampingan lainnya diluar usaha ayam ras
petelur. Telur ayam ras dijual dalam volume yang besar yaitu dalam satuan ton
yang dikemas dalam sebuah peti dimana dalam satu peti berisi 240 butir telur
dengan berat 15 kilogram telur ayam. Bobot telur ayam ras pada saat panen sekitar
40-80 gram per telur, dengan harga jual di tingkat peternak adalah Rp 15 000 per
kilogram (ceteris paribus).

Tabel 14 Keuntungan telur ayam ras petelur


Keuntungan per hari Jumlah Presentase
< Rp 1 130 000 - -
Rp 1 130 000 – Rp 44 450 000 8 80%
>Rp Rp 44 450 000 2 20%

Wilayah Pemasaran
Berdasarkan hasil pengolahan data pada kinerja usaha untuk wilayah
pemasaran memiliki nilai rata-rata skor sebesar 4.13 termasuk dalam kategori
baik. Wilayah pemasaran diukur dari tanggapan mengenai jaringan yang dapat
diandalkan, memiliki wilayah distribusi baru dan memiliki kelebihan kapasitas
produksi sehingga dapat memungkinkan untuk memperluas wilayah pemasaran.
Wilayah pemasaran produk telur ayam ras antara lain Bogor, Tangerang, Jakarta
dan Bekasi. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden peternak ayam ras
petelur diketahui bahwa sebagian besar peternak menjual produk telur ayam ras
pada tiga wilayah yaitu Bogor, Tangerang dan Jakarta sebanyak 60 persen,
kemudian pada empat wilayah yaitu Bogor, Tangerang, Jakarta dan Bekasi
sebanyak 20 persen dan satu wilayah sebanyak 20 persen yaitu daerah sekitar
Bogor. Proses distribusi produk telur dimulai dari adanya permintaan telur dari
agen atau pedagang besar di beberapa wilayah, kemudian produsen atau peternak
mengecek persediaan telur di gudang, apabila tersedia sesuai permintaan agen
atau pedagang besar maka kedua belah pihak menentukan harga, jika sesuai maka
terjadi transaksi penjualan dan pembelian. Harga telur merupakan harga yang
ditetapkan dari pasar. Para peternak mengantar produk telur ayam ras kepada agen
atau pedagang besar menggunakan transportasi berupa mobil bak maupun truk.
Telur yang akan dikirim ke tempat tujuan diletakkan di dalam rak-rak telur dan
peti untuk menjaga supaya telur tidak pecah maupun rusak saat dalam perjalanan.
Sebagian besar peternak sudah memiliki pelanggan tetap yang secara rutin
memesan telur.

Tabel 15 Wilayah pemasaran telur ayam ras


Jumlah kota Jumlah Presentase
1-2 2 20%
3 6 60%
4 2 20%
32

Hubungan Indikator Karakteristik Kewirausahaan dengan Indikator


Kinerja Usaha

Pada penelitian ini terdapat indikator yang digunakan untuk melihat


hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak ayam ras
petelur. Setiap peternak memiliki karakteristik yang berbeda dalam menjalankan
usahanya. Perbedaan ini akan menghasilkan karakteristik kewirausahaan yang
berbeda serta menghasilkan pencapaian kinerja usaha yang berbeda-beda. Enam
karakteristik kewirausahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah percaya
diri, berani mengambil risiko, inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan tanggung
jawab. Keenam karakter tersebut dihubungkan dengan kinerja usaha yang diukur
dengan volume penjualan, keuntungan dan wilayah pemasaran. Hubungan
karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja usaha dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak


Kinerja Usaha
Karakteristik Volume penjualan Keuntungan Wilayah pemasaran
kewirausahaan Koefisien Sig. Koefisien Sig. Koefisien Sig.
korelasi korelasi korelasi
Percaya diri *
0.584 0.076 0.678 0.031 0.437 0.206
Berani
mengambil 0.717* 0.020 0.292 0.413 0.745* 0.013
risiko
Inovatif 0.354 0.316 0.721* 1.019 0.478 0.162
Kerja keras ** *
0.370 0.292 0.553 0.097 0.655 0.040
Kepemimpinan 0.863 **
0.001 0.188 0.602 0.538 0.109
Tanggung
jawab 0.740* 0.014 0.036 0.922 0.729* 0.017
Keterangan: * berhubungan nyata pada α = 0.05
** berhubungan nyata pada α = 0.01

Hubungan Percaya Diri dengan Kinerja Usaha


Hasil perhitungan analisis Rank Spearman pada hubungan karakteristik
percaya diri dengan masing-masing variabel kinerja usaha menunjukkan hasil
yang beragam. Pada volume penjualan nilai koefisiennya sebesar 0.584 artinya
memiliki korelasi sedang, pada keuntungan nilai koefisien sebesar 0.678 artinya
berkorelasi kuat dan wilayah pemasaran nilai koefisiennya sebesar 0.437 artinya
berkorelasi sedang. Percaya diri dengan keuntungan berhubungan secara nyata
pada taraf α=0.05, sedangkan volume penjualan dan wilayah pemasaran tidak
berhubungan secara nyata. Tanda positif pada keuntungan menunjukkan bahwa
variabel tersebut berkorelasi searah, artinya semakin tinggi tingkat percaya diri
peternak maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Hubungan yang
kuat ini menandakan bahwa percaya diri mampu menggambarkan seseorang dapat
meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Sikap percaya diri diperlukan bagi
para peternak untuk meningkatkan usaha peternakan ayam ras petelur secara
konsisten dan kontinu. Jika terdapat masalah seperti gagal panen akibat harga
pakan naik maupun produksi telur menurun karena serangan penyakit sehingga
33

bisa mengalami kerugian, maka para peternak yang memiliki percaya diri yang
tinggi dengan usaha yang dijalankannya akan sukses dan mendapatkan
keuntungan, maka mereka akan tetap memilih untuk berwirausaha ayam ras
petelur.

Hubungan Berani Mengambil Risiko dengan Kinerja Usaha


Perhitungan analisis korelasi Rank Spearman pada karakteristik berani
mengambil risiko dengan masing-masing variabel kinerja usaha menunjukkan
hasil yang beragam. Pada volume penjualan nilai koefisiennya sebesar 0.717
artinya memiliki korelasi kuat, pada keuntungan sebesar 0.292 artinya berkorelasi
lemah dan wilayah pemasaran nilai koefisiennya sebesar 0.745 artinya berkorelasi
kuat. Berani mengambil risiko dengan volume penjualan dan wilayah pemasaran
memiliki hubungan yang signifikan pada taraf α=0.05, sedangkan pada
keuntungan tidak berhubungan secara nyata. Tanda positif pada volume penjualan
dan wilayah pemasaran menunjukkan bahwa variabel tersebut berkorelasi searah,
artinya semakin tinggi tingkat percaya diri peternak maka volume penjualan dan
wilayah pemasaran yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Namun untuk
keuntungan dalam sikap berani mengambil risiko belum mampu menggambarkan
secara nyata dalam meningkatkan kinerja usaha peternak. Berani mengambil
risiko dalam usaha peternakan ayam ras petelur seperti risiko harga pakan tinggi,
risiko penyakit, risiko bencana alam, risiko penurunan produksi. Berdasarkan
hasil wawancara kepada peternak, bahwa para peternak selalu memperhitungkan
risiko dalam menjalankan usaha dan berusaha untuk mengatasi risiko yang
dihadapi dengan cermat supaya produksi telur meningkat dan dapat memenuhi
permintaan konsumen dari berbagai wilayah pemasaran yang saling bekerjasama.

Hubungan Inovatif dengan Kinerja Usaha


Perhitungan analisis Rank Spearman pada hubungan antara inovatif dengan
masing-masing variabel kinerja usaha menunjukkan bahwa nilai koefisien volume
penjualan sebesar 0.354 artinya berkorelasi lemah, nilai koefisien keuntungan
sebesar 0.721 artinya bekorelasi kuat dan nilai koefisien wilayah pemasaran
sebesar 0.478 artinya berkorelasi sedang. Dari ketiga variabel kinerja usaha yang
memiliki hubungan signifikan adalah keuntungan yaitu pada taraf α=0.05,
sedangkan volume penjualan dan wilayah pemasaran tidak memiliki hubungan
yang signifikan. Tanda positif pada nilai koefisien keuntungan menunjukkan
bahwa inovatif memiliki hubungan secara nyata dan mampu menggambarkan
seorang peternak dalam meningkatkan keuntungan dalam usaha peternakan ayam
ras petelur. Namun untuk volume penjualan tidak memiliki hubungan yang
signifikan, artinya inovatif belum mampu menggambarkan peternak dalam
meningkatkan volume penjualan telur ayam ras. Inovatif dalam usaha peternakan
ayam ras petelur seperti penggunaan sistem kandang yang lebih efisien yaitu
menggunakan sistem cage dimana dalam satu cage terdiri dari dua sampai tiga
ekor ayam dengan tingkatan kandang dua sampai tiga tingkat. Hal ini
menguntungakan karena dapat menghemat lahan dan memaksimalkan populasi
ayam sehingga dapat meningkatkan produksi telur.
34

Hubungan Kerja Keras dengan Kinerja Usaha


Perhitungan analisis Rank Spearman pada korelasi kerja keras dengan
variabel kinerja usaha menunjukkan bahwa nilai koefisien volume penjualan
sebesar 0.370 artinya berkorelasi lemah, koefisien keuntungan sebesar 0.553
artinya berkorelasi sedang dan koefisien wilayah pemasaran sebesar 0.655 artinya
berkorelasi kuat. Kerja keras dengan keuntungan berhubungan secara nyata pada
taraf α=0.01 dan wilayah pemasaran berhubungan secara nyata pada taraf α=0.05.
Sedangkan volume penjualan tidak memiliki hubungan secara nyata. Tanda positif
pada keuntungan dan wilayah pemasaran menunjukkan bahwa variabel tersebut
berkorelasi searah, artinya semakin tinggi kerja keras peternak maka keuntungan
dan wilayah pemasaran yang diperoleh akan semakin tinggi. Kerja keras peternak
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan kandang secara intensif,
pemberian pakan dan obat-obatan secara berkala, pembersihan kandang secara
rutin agar ayam ras petelur dapat terjamin kesehatannya serta penanganan hasil
telur secara tepat. Semakin banyak waktu yang diluangkan untuk usaha
peternakan ayam ras petelur tersebut, maka akan menghasilkan telur dengan
jumlah yang maksimal dan kualitas yang unggul, hal ini akan berdampak positif
pula terhadap keuntungan. Selain itu sikap kerja keras peternak yang tidak
menunda-nunda waktu dalam mengerjakan sesuatu serta bersungguh-sungguh
dalam melakukan suatu pekerjaan juga dapat meningkatkan wilayah pemasaran,
dimana dengan kerja keras peternak dapat menghasilkan telur yang berkualitas
akan berdampak pada peningkatan wilayah pemasarannya. Volume penjualan
yang memiliki korelasi lemah artinya tidak memiliki hubungan secara nyata dan
belum mampu menggambarkan seseorang untuk dapat meningkatkan volume
penjualannya dengan adanya kerja keras.

Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Usaha


Perhitungan analisis Rank Spearman pada korelasi kepemimpinan dengan
variabel kinerja usaha menunjukkan bahwa nilai koefisien volume penjualan
sebesar 0.863 artinya berkorelasi sangat kuat, koefisien keuntungan sebesar 0.188
sangat lemah artinya berkorelasi sedang dan koefisien wilayah pemasaran sebesar
0.538 artinya berkorelasi sedang. Pada ketiga variabel kinerja usaha tersebut yang
memiliki hubungan signifikan dengan kepemimpinan adalah volume penjualan
yang berhubungan secara nyata pada taraf α=0.01. Sedangkan pada keuntungan
dan wilayah pemasaran tidak berhubungan secara nyata. Pada keuntungan dan
wilayah pemasaran yang tidak memiliki hubungan secara nyata menunjukkan
bahwa kepemimpinan belum mampu menggambarkan seseorang dapat
meningkatkan keuntungan dan wilayah pemasarannya. Tanda positif pada volume
penjualan menunjukkan bahwa volume penjualan berkorelsi searah, artinya
semakin tinggi jiwa kepemimpinan seorang peternak maka akan semakin tinggi
pula volume penjualannya. Kepemimpinan peternak dilihat dari cara peternak
membagi tugas kepada setiap karyawannya sesuai kemampuan dan pengetahuan
supaya hasil produksi telur dalam usaha peternakan ayam ras petelur dapat
maksimal sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Kemampuan peternak
menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran dilihat dari cara
peternak memberi contoh yang baik kepada karyawannya tentang bagaimana
teknik produksi yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi dan
keuntungan yang diperoleh lebih besar. Dalam hal pemasaran produk, peternak
35

selalu mengontrol harga di pasar dan pendistribusian telur ayam ras yang akan
dikirim ke pedagang besar di beberapa daerah Jabotabek.

Hubungan Tanggung Jawab dengan Kinerja Usaha


Perhitungan analisis Rank Spearman pada korelasi tanggung jawab dengan
variabel kinerja usaha menunjukkan bahwa nilai koefisien volume penjualan
sebesar 0.740 artinya berkorelasi kuat, koefisien keuntungan sebesar 0.036 artinya
berkorelasi sangat lemah dan koefisien wilayah pemasaran sebesar 0.729 artinya
berkorelasi kuat. Karakteristik tanggung jawab memiliki hubungan negatif dan
tidak berkorelasi terhadap volume penjualan keuntungan dan wilayah pemasaran.
Hubungan tanggung jawab dengan volume penjualan dan wilayah pemasaran
berhubungan secara nyata pada taraf α=0.05. Sedangkan keuntungan tidak
memiliki hubungan secara nyata dengan tanggung jawab. Tanda positif pada
volume penjualan dan wilayah pemasaran menunjukkan bahwa variabel tersebut
berkorelasi searah, artinya semakin tinggi tingkat tanggung jawab peternak maka
keuntungan dan wilayah pemasaran yang diperoleh akan semakin tinggi.
Tanggung jawab seorang peternak dapat dilihat dari pencatatan laporan
perusahaan secara terperinci hal ini untuk memudahkan peternak melakukan
pengontrolan. Peternak juga memiliki kemampuan hal menerima segala
konsekuensi dari proses beternak ayam ras petelur ketika mengalami gagal panen,
peternak menerima konsekuensi dengan tidak menyalahkan karyawan dan
berusaha menemukan dan menyelesaikan masalahnya. Sikap tanggung jawab
seorang wirausaha adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan
dan tidak ingin dianggap gagal apabila terjadi kegagalan. Sikap tanggung jawab
yang tinggi yang dimiliki peternak ini akan meningkatkan volume penjualan telur
ayam ras dan pengembangan wilayah pemasaran.

Hubungan Indikator Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha

Berdasarkan hasil pengolahan data hubungan karakteristik kewirausahaan


peternak ayam ras petelur secara keseluruhan yaitu percaya diri, berani
mengambil risiko, inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan tanggung jawab
dengan kinerja usaha memiliki hubungan yang signifikan artinya memiliki
hubungan yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha


Kinerja Usaha
Karakteristik Kewirausahaan
Koefisien Korelasi Sig.
*
Percaya diri 0.738 0.015
Berani mengambil risiko 0.676* 0.032
Inovatif 0.654* 0.040
Kerja keras 0.833** 0.003
Kepemimpinan 0.658** 0.002
Tanggung jawab 0.583* 0.021
Keterangan: * berhubungan nyata pada α = 0.05
** berhubungan nyata pada α = 0.01
36

Hubungan Percaya Diri dengan Kinerja Usaha


Hubungan percaya diri dengan kinerja usaha berdasarkan hasil pengolahan
data analisis Rank Spearman menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.738
artinya memiliki korelasi yang kuat. Hubungan percaya diri dengan kinerja usaha
signifikan pada taraf α = 0.05. Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukkan
bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya semakin tinggi tingkat
percaya diri peternak maka kinerja usaha yang akan diperoleh semakin tinggi
pula. Kemandirian peternak dalam mengusahakan ayam ras petelur dari segi
proses produksi maupun pemasaran mereka dapat melakukan usaha secara
mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. Peternak juga memiliki optimis
untuk dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan berwirausaha ayam
ras petelur dengan keuntungan yang besar. Selain itu peternak mampu
menghasilkan produk telur yang berkualitas baik dengan cara pemeliharaan ayam
secara intensif sehingga volume penjualan dapat meningkat. Dalam
mengemukakan pendapat maupun penemuan dalam beternak, peternak berusaha
untuk terbiasa berbicara di depan khalayak sehingga bisa saling bekerjasama
dengan banyak pihak dan dapat mengembangkan wilayah pemasaran telur ayam
ras. Sikap percaya diri yang baik ini dapat meningkatkan kinerja usaha secara
keseluruhan.

Hubungan Berani Mengambil Risiko dengan Kinerja Usaha


Hubungan berani mengambil risiko dengan kinerja usaha berdasarkan
hasil analisis Rank Spearman memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.676
artinya berkorelasi kuat dan memiliki hubungan secara nyata pada taraf α = 0.05.
Nilai positif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut
bersifat searah, artinya semakin tinggi tingkat berani mengambil risiko peternak
maka kinerja usaha yang akan diperoleh semakin tinggi pula.
Para peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini
dalam menjalankan usahanya selalu memperhitungkan risiko yang mungkin
terjadi. Risiko gagal panen pada telur ayam ras ketika banyak terjadi serangan
penyakit flu burung maka peternak berusaha meminimalisir penyebaran penyakit
dengan cara memberikan vaksin secara rutin sehingga produksi telur yam ras tetap
optimal yang berpengaruh terhadap volume penjualan telur stabil dan mengurangi
tingkat kerugian yang besar. Selain itu seorang peternak yang sigap dalam
mengetahui informasi mengenai kondisi lingkungan dan kesehatan peternakan
baik yang di dalam perusahaan maupun lingkungan luar perusahaan untuk dapat
meningkatkan keuntungan dan mempertahankan wilayah pemasaran usahanya.
Faktor alam seperti cuaca dan iklim juga menjadi risiko dalam beternak ayam ras
petelur diantisipasi dengan menyediakan sarana prasarana yang memadai seperti
menyediakan lampu penerangan ketika malam hari pada setiap kandang untuk
keamanan kandang dan menjaga suhu tetap dalam keadaan hangat. penyediaan
input seperti pakan dan obat-batan bagi peternak ayam ras petelur berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan ayam supaya produksi telur tetap
optimal sehingga meskipun biaya yang dikeluarkan besar tetapi akan dapat
meningkatkan volume penjualan dan keuntungan. Risiko yang tinggi menjadikan
peluang bagi peternak untuk dapat memenuhi kebutuhan protein telur bagi
konsumen sehingga dapat mempertahankan dan mengembangkan wilayah
pemasarannya.
37

Hubungan Inovatif dengan Kinerja Usaha


Hubungan inovatif dengan kinerja usaha berdasarkan hasil analisis Rank
Spearman memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.654 artinya memiliki
korelasi kuat dan signifikan pada taraf α = 0.05. Nilai positif pada koefisien
korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya
semakin tinggi tingkat inovatif peternak maka kinerja usaha yang akan diperoleh
semakin tinggi pula. Inovatif peternak dapat dilihat dari penggunaan sistem cage
atau kandang baterai, dimana dalam satu cage terdiri dari dua sampai tiga ekor
ayam dan kandang dibuat menggunakan sistem panggung yaitu antara dua sampai
tiga panggung. Hal ini menjadi lebih efisien untuk penggunaan lahan dan jumlah
populasi ayam dapat bertambah sehingga dapat meningkatkan produksi telur dan
berpengaruh terhadap volume penjualan dan keuntungan. dengan volume
penjualan yang tinggi dari hasil produksi yang unggul dapat meningkatkan
wilayah pemasaran dengan upaya memenuhi kebutuhan konsumen yang belum
terpenuhi.

Hubungan Kerja Keras dengan Kinerja Usaha


Hubungan kerja keras dengan kinerja usaha berdasarkan hasil analisis
Rank Spearman memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.833 artinya berkorelasi
sangat kuat dan signifikan pada taraf α = 0.05. Nilai positif pada koefisien korelasi
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya semakin
tinggi kerja keras peternak maka kinerja usaha yang akan diperoleh semakin
tinggi pula. Kerja keras seorang peternak dapat dilihat dari waktu seberapa sering
peternak dalam mengelola usahanya. Sebagian peternak memiliki kerja keras yang
tinggi. Para peternak yang selalu mengawasi dan mengontrol kegiatan produksi
sampai pemasaran telur ayam ras baik setiap hari maupun setiap minggunya akan
dapat meningkatakan produksi telur yang berpengaruh terhadap volume
penjualannya. Ketika menghadapi masalah pada saat produksi maupun pemasaran
yang langsung ditanggapi dengan para mandor maupun karyawan yang
bersangkutan menjadikan dapat menghindari kerugian. Pengontrolan secara
langsung oleh peternak yang bertempat tinggal dalam satu area peternakan ayam
ras petelurmaupun yang tiinggal tidak jauh dari tempat peternakan dapat
mengurangi tingkat kegagalan panen dan dapat meningkatkan produksi telur.
Kerja keras yang tinggi dan mampu bangkit lagi dari kegagalan menjadikan usaha
ayam ras petelur terus berkembang sehingga dapat mempertahankan dan
mengembangkan wilayah pemasarannya.

Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Usaha


Hubungan kepemimpinan dengan kinerja usaha berdasarkan hasil analisis
Rank Spearman memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.658 artinya berkorelasi
kuat. Kedua variabel ini memiliki hubungan secara nyata. Nilai positif pada
koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah,
artinya semakin tinggi kepemimpinan peternak maka kinerja usaha yang akan
diperoleh semakin tinggi pula. Hubungan kepemimpinan dengan kinerja usaha
pada peternakan ayam ras petelur saling berpengaruh. Pemimpin yang mampu
mengelola sumber daya yang ada dengan baik maka akan meningkatkan kinerja
usahanya. Peternak sebagai pemimpin dalam usaha peternakan ayam ras petelur
harus mampu memimpin dengan baik, membuat struktur organisasi sesuai
38

kemampuan dan pengetahuan karyawan, menjadi contoh yang baik bagi


karyawannya. Kemampuan peternak menjadi pelopor dalam proses produksi
maupun pemasaran dilihat dari cara peternak memberi contoh yang baik kepada
karyawannya tentang bagaimana teknik produksi yang tepat sehingga dapat
meningkatkan produksi dan keutungan pada usahanya. Dalam hal pemasaran,
peternak selalu mengontrol harga di pasar dan pendistribusian telur ayam ras yang
akan dikirim ke pedagang besar di beberapa daerah Jabotabek. Kemampuan
peternak dalam memengaruhi karyawan dengan cara memberi gaji yang cukup
kepada karyawannya, tempat tinggal di mess dengan fasilitas yang memadai,
memelihara hubungan baik dengan karyawan, membantu karyawan jika sedang
membutuhkan bantuan serta percaya dengan karyawannya menjadikan usahanya
dapat bertahan lama dan memiliki karyawan yang loyal sehingga dapat
mempertahankan usahanya dan tetap mempertahankan wilayah pemasaran produk
telur kepada konsumen.

Hubungan Tanggung Jawab dengan Kinerja Usaha


Hubungan tanggung jawab dengan kinerja usaha berdasarkan hasil analisis
Rank Spearman memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.583 artinya berkorelasi
sedang. Kedua variabel memiliki hubungan secara nyata. Nilai positif pada
koefisien korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah,
artinya semakin tinggi tanggung jawab peternak maka kinerja usaha yang akan
diperoleh semakin tinggi pula. Dalam hal ini tanggung jawab peternak sebagai
pemilik usaha dalam mengelola usahanya harus mampu mengemban amanah dan
menjalankan usahanya dengan sungguh-sungguh. Mampu menerima konsekuensi
dari setiap kejadian dan bila terjadi masalah maka akan diselesaikan secara
bijaksana dan tidak menyalahkan karyawannya. Jika produksi menurun maka
peternak akan mencoba menyelesaikan penyebab kegagalan produksi dan
mengevaluasi hasil kinerja usahanya dengan para karyawannya.

Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha

Tabel 17 Hubungan karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha


Kinerja Usaha
Hubungan
Koefisien Korelasi Sig.
Karakteristik Kewirausahaan 0.883** 0.001
Keterangan: * berhubungan nyata pada α = 0.05
**berhubungan nyata pada α = 0.01

Berdasarkan hasil analisis Rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan


karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor memiliki nilai koefisien sebesar 0.883
dengan kategori berkorelasi kuat. Nilai positif pada koefisien korelasi
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya semakin
tinggi tingkat karakteristik kewirausahaan peternak maka kinerja usaha yang akan
diperoleh semakin tinggi. Karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha
memiliki hubungan yang signifikan pada taraf α=0.01. Hubungan yang kuat ini
menandakan bahwa karakterisitik kewirausahaan mampu menggambarkan
seseorang dapat meningkatkan kinerja usaha peternak ayam ras petelur di
39

Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Karakteristik kewirausahaan diperlukan


bagi para peternak untuk meningkatkan kinerja usaha peternakan ayam ras petelur
secara konsisten dan kontinu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai analisis hubungan karakteristik


kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor maka dapat disimpulkan bahwa:
1 Karakteristik kewirausahaan peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor beragam. Karakteristik berani mengambil risiko, kerja keras
dan tanggung jawab termasuk dalam kategori sangat baik, karakteristik
percaya diri, inovatif dan kepemimpinan dalam kategori baik.
2 Kinerja yang diteliti pada peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin
meliputi volume penjualan, keuntungan dan wilayah pemasaran. Kinerja usaha
yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini termasuk pada kategori
baik.
3 Hubungan karakateristik kewirausahaan dengan kinerja usaha pada peternak
ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor memiliki nilai
positif dan berkorelasi signifikan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik kewirausahaan dengan kinerja


usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor,
terdapat beberapa saran sebagai bahan pertimbangan baik untuk peternak,
pemerintah, maupun penelitian selanjutnya:
1 Peternak sebaiknya lebih meningkatkan karakteristik percaya diri dan inovatif
karena dapat meningkatkan keseluruhan kinerja usaha. Kemudian untuk
meningkatkan kinerja usaha sebaiknya para peternak lebih giat dalam
mengikuti diskusi dengan para peternak yang lain untuk mendapatkan
informasi dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan volume penjualan,
keuntungandan wilayah pemasaran.
2 Pemerintah melalui dinas peternakan dapat ikut berperan dalam meningkatkan
karakteristik kewirausahaan dan kinerja usaha dengan mengadakan pelatihan
secara rutin dan memperbanyak penyuluh yang aktif yang berada di
Kecamatan Rumpin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan
pelatihan yang berkaitan dengan kepemimpinan dan kerja keras agar kinerja
usaha menjadi meningkat.
3 Penelitian ini hanya terbatas pada menganalisa hubungan antara karakteristik
kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak di Kecamatan Rumpin. Pada
penelitian selanjutnya diharapkan akan dapat menganalisa pengaruh antara
karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha secara langsung.
40

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Rata-Rata Konsumsi Produk Peternakan di


Indonesia.
Abidin Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Petelur. Jakarta:
Agromedia.
Abidin Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Jakarta:
Agromedia.
Alma B. 2011. Kewirausahaan. Bandung (ID): CV Alfabeta.
Angeltra H. 2017. Hubungan Karakteristik Wirausaha dan Dukungan Eksternal
dengan Kinerja Usahatani Kakao di Gapoktan Pandan Bajurai Kota
Sawahlunto. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Camuffo A, Gerli F, Gubitta P. 2012. Competencies Matter: Modelling Effective
Entrepreneurship in Northeast of Italy Small Firms. Cross Cultural
Management Journal. 19(1):48-66.
David FR. 2006. Manajemen Strategi. Jakarta: Salemba Empat.
Dinas Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. 2015. Perusahaan Peternakan Ayam
Ras Petelur di Kecamatan Rumpin tahun 2015.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2016. Produksi Ayam Ras
Petelur di Kabupaten Bogor.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Populasi Ayam Ras
Petelur di Provinsi Jawa Barat.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2017. Produksi Telur Ayam Ras di Provinsi Jawa
Barat.
Fauziyah D, Nurmalina R dan Burhanuddin. 2015. Pengaruh Karakteristik
Peternak Melalui Kompetensi Peternak Terhadap Kinerja Usaha Ternak
Sapi Potong di Kabupaten Bandung. [Jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Hidayati NI. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Bagi Santri Putri di Pondok
Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta. [tesis]. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hisrich RD, Peter MP. 1992. Entrepreneurship: Starting, Developing and
Managing a New Enterprise 2nded. Illinois (US): Richard D. Irwin, Inc.
Husein U. 2003. Metodologi penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Islam MA, Khan MA, Obaidullah AZM, Alam MS. 2011. Effect of Entrepreneur
and Firm Characteristics on The Business Success of Small and Medium
Entreprise (SMEs) in Bangladesh. International Journal of Business and
Management. 6(3):289-299.
Kartono K. 2001. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta (ID): CV Rajawali.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kerlinger FN. 1973. Founding of Behavior Research, Holt. Rinchart and Winston
Inc. New York.
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan.
Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.
41

Longnecker JG, Moore CW, Petty JW. 2001. Kewirausahaan: Manajemen Usaha
Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Manurung M, Pratama R. 2006. Teori
Ekonomi Mikro. Ed ke-3. Jakarta: FEUI.
Manurung M dan Pratama R. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Ed ke-3. Jakarta:
FEUI.
Meredith GG, Nelson RE dan Neck PA. 1989. Kewirausaan Teori dan Praktek.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Muatip K, Sugihen BG, Susanto D, Asngari PS. 2008. Kompetensi
Kewirausahaan Peternak Sapi Perah Kasus Peternak Sapi Perah di
Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan.
Muharastri M. 2013. Karakteristik Wirausaha, Kompetensi Kewirausahaan, dan
Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perah Di KTTSP Kania Bogor. [skripsi].
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Muharastri Y, Pambudy R, Priatna WB. 2015. Hubungan Karakteristik Wirausaha
dengan Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah di Kabupaten
Bogor. [Jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Muslich. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta:PT.
Bumi Angkasa.
Nasution W. 2016. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha
Petani Sayuran Organik di Kecamatann Pacet Kabupaten Cianjur. [Skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2014. Metode Penelitian. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Nitisusastro M. 2009. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung
(ID): Alfabeta.
Noviana R. 2013. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha terhadap
Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pambudy R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak dan
Penyuluhan dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. [tesis]. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Pratama JS. 2017. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan Petani dengan Kinerja
Usahatani Ikan Tetra di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat.
[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek Terhadap
Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten
Bogor dan Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahayu MNP. 2014. Hubungan karakteristik wirasuaha dengan kinerja industri
tempe di Kabupaten Bogor.[Skripsi].Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan RP dan Burhanuddin. 2015. Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan
dengan Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. [Jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Rangkuti F. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
42

Rivai dan Basri. 2005. Performance Apraisal : Sistem yang Tepat untuk Menilai
Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID):
Rajagrafindo Persada.
Riyanti BDP. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Jakarta (ID): Grasindo
Roscoe, JT. 1975. Fundamental Research Statistics for the Behavioural Sciences.
New York: Holt Rinehart and Winston.
Sari NMW. (2016). Pengaruh Karakteristik Kewirasuahaan Terhadap Kinerja
UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat. [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV Mandar Maju.
Setiadi D. 2015. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi dan Risiko
Harga Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1999. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada.
Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID): Fateta IPB.
Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID): Fateta IPB.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID):CV Alfabeta.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat dan Proses Sukses. Jakarta:
Penerbit Salemba.
Swastha B. 2009. Manajemen Penjualan. Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta.
Syafiuddin, Jahi A. 2007. Hubungan Karakteristik Indinvidu dengan Kompetensi
Wirausaha Petani Rumput Laut di Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan.
3(1):35-44.
Wahyuningsih DC. 2015. Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha
Bawang Goreng di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Wickham PA. 2004. Strategic Entrepreneurship 3th Ed. Essex (GB): Pearson
Education Limited.
Widodo WD. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor: IPB Press.
Woolfolk AE. 2004. Educational Psychology 9th Ed. Boston (US): Pearson
Education, Inc.
Zimmerer TW dan Scarborough N. 1993. Entrepreneurship the New Venture
Formation. Prenice-Hall International, Inc.
Zulhastami N. 2016. Hubungan Perilaku Wirasuaha dengan Kinerja Wirasuaha
Petani Ikan Lele di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.[Skripsi].Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
43

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji validitas dan reliabilitas


Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PD1 154.43 164.947 .623 .929
PD2 154.60 162.395 .527 .930
PD3 154.50 163.045 .534 .930
PD4 154.63 163.495 .552 .928
PD5 154.93 162.892 .515 .929
RISIKO1 154.23 168.585 .542 .930
RISIKO2 154.17 164.764 .620 .928
RISIKO3 154.37 160.189 .480 .999
RISIKO4 154.63 169.730 .455 .931
RISIKO5 154.83 167.385 .535 .930
INOVATIF1 154.70 162.024 .622 .928
INOVATIF2 154.40 167.559 .531 .930
INOVATIF3 154.87 163.016 .461 .928
INOVATIF4 154.35 168.075 .526 .930
INOVATIF5 154.47 163.775 .588 .929
KERJA1 154.03 178.892 .419 .931
KERJA2 154.12 177.082 .395 .928
KERJA3 154.70 178.924 .425 .929
KERJA4 154.54 170.028 .413 .930
KERJA5 154.53 165.982 .434 .930
PIMPIN1 154.20 168.924 .552 .931
PIMPIN2 154.83 172.764 .443 .928
PIMPIN3 154.03 179.344 .397 .930
PIMPIN4 154.10 175.403 .420 .928
PIMPIN5 154.40 174.731 .455 .929
TJAWAB1 154.07 179.994 .395 .931
TJAWAB2 154.34 177.309 .525 .930
TJAWAB3 154.43 179.861 .643 .931
TJAWAB4 154.57 178.654 .429 .930
TJAWAB5 154.20 174.531 .430 .930
VOL1 154.30 172.210 .395 .931
VOL2 154.70 175.366 .431 .929
VOL3 154.13 176.984 .581 .928
UNTUNG1 152.63 178.979 .441 .930
UNGUNG2 153.97 176.839 .420 .930
UNTUNG3 153.43 179.609 .537 .929
WIL1 153.70 176.579 .429 .930
WIL2 153.80 175.528 .446 .929
WIL3 154.00 178.592 .452 .931
44

Lampiran 2 Hubungan indikator karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha

Correlations
Percaya diri kinerja usaha
Spearman's rho Percaya diri Correlation Coefficient 1.000 .738*
Sig. (2-tailed) . .015
N 10 10
*
kinerja usaha Correlation Coefficient .738 1.000
Sig. (2-tailed) .015 .
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
berani mengambil
risiko kinerja usaha
Spearman's rho berani mengambil risiko Correlation Coefficient 1.000 .676*
Sig. (2-tailed) . .032
N 10 10
*
kinerja usaha Correlation Coefficient .676 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

inovatif kinerja usaha

Spearman's rho inovatif Correlation Coefficient 1.000 .654*

Sig. (2-tailed) . .040

N 10 10

kinerja usaha Correlation Coefficient .654* 1.000

Sig. (2-tailed) .040 .

N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
45

Correlations

kerja keras kinerja usaha

Spearman's rho kerja keras Correlation Coefficient 1.000 .833**

Sig. (2-tailed) . .003

N 10 10

kinerja usaha Correlation Coefficient .833** 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .

N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

kepemimpinan kinerja usaha

Spearman's rho kepemimpinan Correlation Coefficient 1.000 .658**

Sig. (2-tailed) . .002

N 10 10

kinerja usaha Correlation Coefficient .658** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations

tanggung kinerja
jawab usaha

Spearman's rho tanggung jawab Correlation Coefficient 1.000 .583*

Sig. (2-tailed) . .021

N 10 10

kinerja usaha Correlation Coefficient .583* 1.000

Sig. (2-tailed) .021 .

N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
46

Lampiran 3 Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha


Correlations
karakteristik
kewirausahaan kinerja usaha
Spearman's rho karakteristik Correlation Coefficient 1.000 .883**
kewirausahaan Sig. (2-tailed) . .001
N 10 10
kinerja usaha Correlation Coefficient .883** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
47

Lampiran 4 Dokumentasi penelitian

Peternakan ayam ras petelur di desa Rabak


Wahyu Satwa Farm

Peternakan ayam ras petelur di Desa Cibodas


Karunia Jaya Farm

Peternakan ayam ras petelur di desa Sukamulya


Kartono Farm
48

Harko Hartopo Djong

Peternakan ayam ras petelur di desa Sukasari


168 Farm, Tri Tunggal Farm

Peternakan ayam ras petelur di desa Tamansari


PSB (Poncol Sejahtera Berjaya)
49

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 9 Maret 1994.


Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Masno
Noor Chasan dan Ibu Alfiyah. Pada tahun 1999 – 2000 penulis menempuh
pendidikan di Taman Kanak-Kanak Tarbiyatul Masyitoh Kebumen, Jawa Tengah.
Pada tahun 2000 – 2006 penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2
Depokrejo Kebumen, Jawa Tengah. Pada tahun 2006 – 2009 penulis menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Kebumen, Jawa Tengah. Pada
tahun 2009 – 20012 penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Kutowinangun Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kemudian pada
tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Diploma Jurusan Agrobisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman melalui jalur Ujian Masuk
Bersama (UMB) PTN. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan studi di Alih Jenis
Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Organisasi yang pernah diikuti penulis selama
masa kuliah adalah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agrobisnis
(HIMAGRITA) sebagai Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi (PDD) pada periode
2013-2014, Panitia Makrab Aglaonema sebagai P3K dan ikut berperan aktif
dalam mengikuti seminar-seminar yang diadakan di Kampus. Di Institut Pertanian
Bogor penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan gelar Sarjana dengan
judul “Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha Peternak
Ayam Ras Petelur di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor”

Anda mungkin juga menyukai