DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Topik yang
dipilih pada penelitian ini adalah kewirausahaan dengan judul Hubungan
Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Maret sampai Juni 2018.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi
selaku dosen pembimbing. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada
seluruh responden di desa Rabak, Cibodas, Tamansari, Sukamulya dan Sukasari
atas kesediaan waktu dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, serta penghargaan disampaikan kepada Bapak Suhendi di Kantor
Kecamatan Rumin yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang jumlah
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin. Penulis ucapkan terimakasih
kepada ayah, ibu, seluruh keluarga serta teman-teman atas motivasi dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi
tubuh manusia. Kandungan protein dalam telur cukup tinggi yaitu sebesar 13
gram dalam takaran 100 gram. Telur dihasilkan dari ayam petelur, salah satunya
adalah ayam ras petelur. Ayam ras digolongkan menjadi dua jenis yaitu ayam ras
pedaging dan ayam ras petelur. Ayam ras petelur adalah ayam-ayam betina
dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam ras petelur
merupakan jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul karena telah
mengalami perbaikan mutu genetis.
Permintaan terhadap telur semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2016, rata-rata
konsumsi produk peternakan di Indonesia, khususnya telur ayam ras pada tahun
2015 sampai 2016 mengalami peningkatan. Rata-rata konsumsi telur ayam ras per
kapita pada tahun 2015 sebanyak 97 398 butir dan pada tahun 2016 sebanyak 99
796 butir. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Sebagai salah satu sumber protein, produksi telur ayam ras potensial
memasok sumber gizi berupa protein hewani. Usaha peternakan ayam ras petelur
di Indonesia kini telah berkembang dari skala usaha keluarga menjadi skala usaha
industri yang komersial (Pambudy 1999). Peternakan ayam ras petelur merupakan
salah satu jenis usaha di bidang agribisnis pada subsektor peternakan yang
memiliki banyak kegiatan kewirausahaan dari subsistem hulu hingga subsistem
hilir. Kegiatan kewirausahaan tersebut meliputi kegiatan penyediaan sarana
produksi peternakan (saprotan), kegiatan budidaya atau beternak, kegiatan pasca
panen hingga pemasaran. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan pada
tahun 2017, produksi telur ayam ras di Provinsi Jawa Barat mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 produksi telur ayam ras sebanyak
131 586 ton, tahun 2014 sebanyak 134 581 ton, tahun 2015 sebanyak 133 436 ton,
tahun 2016 sebanyak 139 193 ton dan pada tahun 2017 sebanyak 145 862 ton. Hal
ini dapat diihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi telur ayam ras (ton) di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017
Tahun
Jawa Barat
2013 2014 2015 2016 2017
Produksi 131 586 134 581 133 436 139 193 145 862
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2017
Jumlah produksi telur ayam ras yang meningkat setiap tahunnya diiringi
pula dengan meningkatnya jumlah populasi ayam ras petelur di Provinsi Jawa
2
Tabel 3 Populasi ayam ras petelur (ekor) di Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2017
Tahun
Jawa Barat
2013 2014 2015 2016 2017
Populasi 12 882 2622 13 290 146 14 469 405 15 143 460 15 476 462
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017)
Produksi dan populasi ayam ras petelur yang meningkat setiap tahun
menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu sentra usaha peternakan ayam ras
petelur, salah satunya yaitu berada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan pada tahun 2016 produksi telur
ayam ras di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor sebesar 743 562 kg. Produksi
telur ayam ras yang tinggi ini dihasilkan oleh beberapa perusahaan peternakan
ayam ras petelur yang berada di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor yang
tersebar di beberapa desa antara lain Cibodas, Rabak, Tamansari, Sukamulya dan
Sukasari. Produksi telur ayam ras yang tinggi bila dibandingkan dengan
kecamatan yang lain menggambarkan bahwa peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin diduga memiliki karakteristik kewirausahaan yang kuat dan
diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha peternak ayam ras petelur. Hal
ini berdasarkan penelitian terdahulu mengenai hubungan karakteristik peternak
yang memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan kinerja usaha (Fauziyah et.
al 2015).
Untuk mencapai kinerja usaha dalam berwirausaha, seorang wirausaha
membutuhkan karakteristik kewirausahaan yang baik (Wickham, 2004). Sebagai
seorang wirausaha pada usaha yang memiliki risiko tinggi seperti peternakan
ayam ras petelur maka para peternak harus mampu mengelola usahanya dengan
baik. Karakteristik individu wirausaha merupakan salah satu hal yang melekat
pada diri seorang wirausaha, karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang
dimiliki oleh individu sepanjang hidupnya, meliputi faktor kognitif dan
karakteristik lain yang dimiliki individu yang menentukan dalam proses belajar
(Woolfolk, 2004). Hisrich dan Peter (1992) menyatakan bahwa latar belakang dan
karakteristik individu dari seorang wirausaha meliputi usia, pendidikan formal,
lama usaha, sumber modal dan luas lahan. Menurut Wickham (2004),
karakteristik kewirausahaan meliputi percaya diri, berani mengambil risiko,
inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan tanggung jawab. Pada enam karakteristik
kewirausahaan tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel-variabel
yang diduga dijadikan pertimbangan oleh peternak dalam melakukan usaha
peternakan ayam ras petelur yang dimilikinya. Sehingga karakteristik tersebut
diindikasikan memiliki hubungan dengan capaian kinerja usaha peternakan yang
dijalankannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan suatu kajian
mengenai karakteristik kewirausahaan peternak dalam menjalankan usaha serta
hubungan kinerja usaha peternak ayam ras petelur yang dijalankannya.
3
Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Kewirausahaan
(Muharastri et al. 2015, Angeltra 2017, Pratama 2017) dan tanggung jawab
(Pratama 2017).
Kinerja Usaha
KERANGKA PEMIKIRAN
Karakteristik Kewirausahaan
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda. Salah satunya teori wirausaha yang dikembangkan oleh Meredith et
al. (1989), mengemukakan ciri dan watak kewirausahaan antara lain:
1. Percaya diri, dengan indikator meliputi memiliki keyakinan yang kuat,
ketidaktergantungan, individualis dan optimisme.
2. Berorientasi hasil, indikatornya meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi
laba, ketekunan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat, energik
dan inisiatif.
3. Pengambilan risiko, indikatornya meliputi kemampuan mengambil risiko yang
wajar dan suka tantangan.
4. Kepemimpinan, indikatornya meliputi berjiwa kepemimpinan, mudah
beradaptasi dengan orang lain dan terbuka terhadap saran dan kritik.
5. Keorisinilan, indikatornya meliputi inovatif, kreatif, fleksible, memiliki
banyak sumber, serba bisa dan pengetahuannya luas.
6. Berorientasi ke masa depan, indikatornya meliputi memiliki visi dan
perspektif terhadap masa depan.
Ahli lain seperti Scarborough dan Zimmerer (1993) dalam Suryana (2006)
mengemukakan 8 karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:
1 Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu
mawas diri.
2 Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya
selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu
tinggi.
3 Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk
memperoleh kesuksesan.
9
4 Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan
segera.
5 High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6 Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan
jauh kedepan.
7 Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumberdaya untuk menciptakan nilai tambah.
8 Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada
uang.
Karakteristik merupakan sifat-sifat yang melekat yang terdapat dalam
penampilan diri. Karakteristik wirausaha merupakan sifat dasar dan kemampuan
khusus yang melekat pada seorang wirausaha. Suryana (2006) menjelaskan bahwa
karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain, seorang wirausaha mempunyai
karakter yang khas dibandingkan dengan yang lainnya. Seorang wirausaha yang
memiliki karakter wirausaha yang kuat akan bersungguh-sungguh dalam
melakukan setiap pekejaannya, ia memiliki komitmen yang tinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu, seorang wirausaha juga berani
mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, artinya seorang wirausaha harus
dapat merencanakan usahanya dengan matang sehingga dapat mengukur dengan
baik risiko yang akan diambil. Mengacu pada teori dan penelitian terdahulu, maka
indikator karakteristik kewirausahaan dalam penelitian ini adalah percaya diri,
berani mengambil risiko (risk taker), inovatif, kerja keras, kepemimpinan dan
tanggung jawab.
1. Percaya diri
Percaya diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi suatu pekerjaan. Menurut Alma (2011) orang yang percaya
diri memiliki watak teguh, tidak tergantung oleh orang lain, kepribadiannya
mantap dan optimis. Orang yang percaya akan kemampuan diri untuk
menjalankan usahanya akan merasa dapat memenuhi tantangan usaha yang
dihadapinya. Orang yang sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah
orang yang sudah matang jasmani serta rohaninya. Kematangan seseorang
terlihat dari tidak tergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab yang
tinggi, obyektif, dan kritis. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk
memahami diri sendiri, oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah yang
mandiri dan percaya diri. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat
kepercayaan diri seseorang diantaranya kesuksesan dan kegagalan,
kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, tingkat kemandirian dan
kemampuan untuk berdiri sendiri, serta keimanan (Soersono 2002).
2. Berani mengambil risiko (risk taker)
Dunia bisnis sangat dekat dengan ketidakpastian. Setiap usaha selalu
menanggung risiko. Risiko bisnis, kecelakaan kerja, bencana alam,
perampokan dan pencurian, kebangkrutan adalah beberapa contoh dari risiko
yang lazim terjadi pada suatu usaha (Muslich 2007). Risiko adalah peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan
pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat
kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna
10
6. Tanggung jawab
Seorang wirausaha berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuannya dan tidak ingin dianggap gagal apabila tidak tercapai. Sebagai
upaya dalam mengukur tingkat kienrjanya, para wirausahawan menggunakan
indikator terhadap kinerja usahanya seperti kemampuan usahanya dalam
bertahan hidup, kemampuan untuk berkembang dan besarnya hasil yang
diperoleh serta tingkat pertumbuhan usahanya. Indikator tersebut akan
mengukur keberhasilan dari suatu usaha yang dijalankan. Seorang
wirausahawan akan berani secara konsekuen dalam memikul tanggung jawab
dalam usahanya. Tanggung jawab yang dipikul artinya ketika usaha tersebut
dirasa gagal makan bertekad akan berusaha menekuni dan memperbaiki
kekurangannya. Wirausahawan mempercayai bahwa kerja keras dengan
memikul tanggung jawab akan membuahkan keberhasilan dalam suatu usaha.
Tanggung jawab tidak hanya pada segi materil namun juga moral pada
berbagai pihak (Riyanti 2003). Bertanggung jawab diukur dari kesediaan
wirausahawan untuk memenuhi kesepakatan dan tanggung jawab atas
kegiatan yang dilakukan tenaga kerja.
Kinerja Usaha
Kinerja didefinisakan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan suatu
perusahaan atau organisasi. Kinerja adalah salah satu langkah yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu usaha. Kriteria kinerja usaha kecil
menunjukan peningkatan dalam akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah
pelanggan, perluasan usaha, dan perbaikan fisik. Kepuasan kerja dapat menjadi
salah satu tolak ukur kinerja karena menjadi prakondisi bagi tingkat produktivitas,
tanggung jawab, kualitas dan costumer service. Unsur terpenting dibalik
keberhasilan usaha adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus
dan mengembangkan suatu usaha di pasar tersebut (Riyanti 2003).
Smith dalam Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa performance atau
kinerja adalah: “... output drive from processes, human or otherwise”, jadi
dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Kinerja
merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi yang dapat dicapai oleh suatu
usaha. Prestasi total sebuah bisnis ditentukan oleh sikap dan tindakan dari seorang
wirausaha (Meredith et al. 1989).
Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja merupakan hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam
melaksanakan pekerjaan dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti
standar hasil kerja, target atau kriteria yang telah ditentukan. Kinerja tidak dapat
berjalan sendiri untuk menjelaskan fungsinya, kinerja berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan dan dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, dan sifat-sifat individu.
Kinerja usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor yang digunakan pada penelitian ini adalah volume penjualan, keuntungan
dan wilayah pemasaran.
1. Volume penjualan
13
juga sebagai peningkatan daya saing suatu produk pada sebuah bisnis dengan
produk lainnya. Menurut David (2006) perluasan wilayah pemasaran dapat
menjadi strategi yang efektif, apabila:
a. Ketika tersedia jaringan distribusi baru yang dapat diandalkan, murah dan
berkualitas bagus.
b. Ketika perusahaan sangat berhasil dengan apa yang dilakukannya.
c. Ketika ada pasar yang belum tersentuh atau jenuh.
d. Ketika perusahaan memiliki kebutuhan modal dan sumber daya untuk
mengelola operasi yang berkembang.
e. Ketika perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi.
f. Ketika ruang lingkup industri dasar perusahaan menjadi global dengan
cepat.
kinerja usaha peternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang paling
banyak digunakan oleh penelitian terdahulu, maka variabel yang akan digunakan
yaitu volume penjualan (Muharastri 2013, Zulhastami 2016, Nasution 2016, dan
Sari 2016, Pratama 2017). keuntungan (Rahayu 2014, Fauziyah et al. 2015,
Zulhastami 2016, Nasution 2016, Sari 2016, Pratama 2017) dan wilayah
pemasaran (Wahyuningsih 2015, Nasution 2016, Zulhastami 2016, Pratama
2017). Bagan kerangka operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan 1.
METODE PENELITIAN
untuk keperluan pengolahan data dan kegiatan turun lapang sebagai bentuk dari
observasi keadaan di lapang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan, observasi dan diskusi yang
berpedoman pada daftar pertanyaan kuisioner yang disesuaikan dengan masalah
penelitian. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada
responden yaitu peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin melalui
kuisioner yang disediakan serta melakukan observasi di lapang. Data sekunder
diperoleh dari dinas/kantor terkait objek penelitian serta kumpulan literatur yang
berkaitan dengan karakteristik kewirausahaan dan kinerja usaha peternak ayam ras
petelur. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri atas data yang bersumber dari
BPS, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Jurnal Peternakan dan
literatur lainnya yang sesuai dengan objek penelitian.
Analisis Deskriptif
Sugiyono (2004) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu
metode yang digunakan dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai berbagai
fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Cara pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui teknik
wawancara dengan bantuan kuesioner. Analisis deskriptif pada penelitian ini
19
∑
√
Dimana:
( ) (∑ ∑ )
( ) (∑ ∑ )
Keterangan:
: Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu
: Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu
: Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i
: Observasi ke-i,untuk i = 1, 2, ..., n
Σ : Jumlah untuk seluruh angka sama
Nilai koefisien korelasi Rank Spearman merupakan pengukuran tentang
keeratan hubungan antara dua peubah yaitu X dan Y. Nilai koefisien korelasi
Rank Spearman dapat bertanda positif maupun negatif dengan nilai mutlak
maksimal 1 dan minimal 0. Tanda positif menunjukkan bahwa kedua variabel
berkorelasi searah, artinya semakin tinggi nilai variabel X maka variabel Y akan
cenderung memiliki nilai yang semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya. Tanda
negatif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah, artinya
apabila nilai variabel X semakin tinggi, maka variabel Y akan cenderung semakin
rendah, begitupun sebaliknya. Bila nilai yang dihasilkan sama dengan 0, maka
kedua variabel tidak berkorelasi. Sedangkan apabila nilai Rank Spearman yang
20
dihasilkan sama dengan 1, maka kedua variabel memiliki korelasi sempurna. nilai
koefisien korelasi Rank Spearman dapat dikategorikan menjadi lima kategori
berikut:
1. Bila 0.0 < |rs| < 0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat
lemah.
2. Bila 0.2 ≤ |rs| < 0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah.
3. Bila 0.4 ≤ |rs| < 0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang.
4. Bila 0.6 ≤ |rs| < 0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi kuat.
5. Bila 0.8 ≤ |rs| < 1.0, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat
kuat.
Lokasi peternakan ayam ras petelur merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan karena jika lahan atau lokasi tidak layak maka usaha tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Lokasi usaha peternakan ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin sebagian besar berada jauh dari tempat pemukiman warga,
hal ini untuk menghindari dampak negatif dari usaha peternakan usaha seperti bau
dan limbah yang dihasilkan. Selain itu lokasi usaha juga jauh dari jalan raya hal
ini untuk menghindari kebisingan akibat lalu lintas kendaraan sehingga ayam akan
dapat tenang dalam proses bertelur. Jaringan listrik yang memadai juga penting
untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan, pada peternakan ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin sebagian besar sudah menggunakan lampu penerangan
untuk mempermudah proses kegiatan dimalam hari. Lokasi peternakan ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin merupakan lokasi yang dekat dengan sumber air
bersih, hal ini untuk mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan.
Namun akses transportasi dan jalan masih sulit untuk dilalui oleh kendaran. Untuk
menuju lokasi peternakan sebagian besar jalan yang dilalui masih belum diaspal
atau masih bebatuan. Hal ini cukup menyulitkan bagi kendaraan untuk melewati
lokasi peternakan tersebut. Apabila jalan menuju lokasi peternakan diperbaiki
maka proses pengiriman telur ayam ras dapat berjalan dengan baik dan
meningkatkan kualitas telur ayam ras seperti persentase telur yang pecah yang
diakibatkan jalan yang kurang baik.
Kandang pada peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin sebagian
besar menggunakan atap dari asbes dengan kerangka yang terdiri dari kayu hutan
berbentuk bulat dan bambu dengan panjang rata-rata empat meter, sedangkan
pondasinya terbuat dari bambu dengan tinggi sekitar 4 meter. Di dalam kandang
terdapat cage atau batre sebagai tempat ayam tinggal, ukuran sebuah kandang
batre adalah sekitar 30x30 cm. Ukuran kandang sekitar 35 x 8 meter dalam satu
kandang, dimana terdapat sekitar 116 batre yang diisi maksimal oleh 2-3 ekor
ayam, batre terbuat dari bahan bambu dan besi kawat sehingga kuat dan tahan
lama. Bagian kandang dibuat dengan susunan tingkat dua sampai tiga tingkat
sehingga kotoran dapat turun dan tertampung pada selokan yang telah dibuat
sehingga kotoran akan mudah dibersihkan. Lokasi kandang dibuat atau didesain
supaya matahari dapat masuk di pagi hari dan ayam tidak kepanasan di siang hari.
Satu buah kandang dapat menampung sekitar 2 500 ekor ayam.
Jenis atau varietas ayam ras petelur yang banyak digunakan dalam usaha
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin adalah Isa Brown. Varietas
ini memiliki kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kematian yang rendah
sekitar 0.3 sampai 3 persen sebelum layer. Bibit atau layer yang digunakan oleh
peternak berumur sekitar 18 minggu. Proses budidaya pemeliharaan ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini didasarkan pada pola produksi
dengan umur produksi 65 minggu, yang dimulai dari 18 sampai 65 minggu,
dengan puncak produksi pada umur 23 sampai 45 minggu.
Proses pemanenan pada usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan
Rumpin pada penelitian ini dimulai ketika ayam berusia sekitar 18 minggu
kemudian ayam mulai bertelur. Ketika berumur 18 sampai 24 minggu ayam ras
petelur akan mulai bertelur peningkatan hen day ayam per hari 3 sampai 4 persen
puncak produksi dicapai pada minggu ke 25 sampai 40 hen day dalam kondisi
puncak produksi. Pemanenan telur dilakukan dengan cara manual dengan
menempatkan telur pada egg tray, pemanenan dilakukan dua kali dalam sehari
22
yaitu sekitar jam 10.00 pagi dan jam 16.00 sore. Kegiatan pengemasan dilakukan
dalam gudang yang di dalamnya terdapat kegiatan sortasi dan grading, telur yang
akan dikirim dimasukan ke dalam peti yang telah disediakan sebelumnya, telur
yang dimasukan haruslah bersih dan utuh, jika terdapat telur yang kotor maka
karyawan akan memisahkan dan mencucinya dan apabila ada telur yang retak
akan dipisahkan dan dijual dengan harga yang lebih murah. Setelah telur
dimasukan ke dalam peti kemudian disusun ke dalam tumpukan telur dengan rapi.
Usia
Pada penelitian ini usia para peternak ayam ras petelur yang menjadi
responden beragam. Rata-rata usia peternak yaitu antara 41 tahun sampai 60 tahun
yaitu sebanyak 60 persen, kemudian usia 25 tahun sampai 40 tahun sebanyak 10
persen, dan usia lebih dari 61 tahun sebanyak 30 persen. Sebagian besar peternak
sudah cukup berpengalaman dalam berwirausaha ayam ras petelur, para peternak
sudah memulai belajar usaha sejak usia belasan tahun. Sehingga mereka memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang cukup banyak mengenai usaha ayam ras
petelur. Usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin sebagian besar
merupakan usaha turun temurun dari keluarga. Data mengenai karakteristik
responden peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin berdasarkan usia
dapat dilihat pada Tabel 5.
Pendidikan Formal
Sebagian besar peternak ayam ras petelur di Kecamatan Rumpin pada
penelitian ini memiliki latar belakang tingkat pendidikan formal SMA yaitu
sebanyak 45 persen. Peternak ayam ras petelur yang memiliki latar belakang
tingkat pendidikan formal Sarjana sebanyak 33 persen, tingkat pendidikan SMP
sebanyak 11 persen dan tingkat pendidikan SD sebanyak 11 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 6.
Sebagian besar peternak setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SMA,
mereka kemudian melanjutkan kehidupannya dengan berwirausaha pada
peternakan ayam ras petelur untuk bertahan hidup. Para peternak ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini didominasi oleh wirausaha yang berasal
dari China yang sudah lama tinggal di Indonesia setelah menyelesaikan
pendidikan formalnya untuk melakukan usaha peternakan ayam ras petelur di
Indonesia. Pendidikan formal mempengaruhi pola pikir pelaku wirausaha
(Syafiuddin dan Jahi, 2007). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kompetensi wirausaha (Camuffo et al. 2012). Selain
itu, tingkat pendidikan wirausaha juga memiliki efek signifikan terhadap
keberhasilan suatu usaha (Islam et al. 2011).
Lama Usaha
Lama usaha rata-rata para peternak ayam ras petelur adalah antara 11
tahun sampai 20 tahun yaitu sebanyak 60 persen, 5 tahun sampai 10 tahun
sebanyak 30 persen dan kurang dari lima tahun sebanyak 10 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 7. Sebagian besar usaha peternakan ayam ras petelur di
Kecamatan Rumpin pada penelitian ini merupakan usaha turun temurun dari
keluarga.
Lamanya usaha peternakan ayam ras petelur yang dilakukan memengaruhi
tingkat pengalaman dalam menjalankan usaha, sehingga mempengaruhi cara
mereka dalam pengambilan keputusan. Secara umum para pengusaha peternakan
ayam ras petelur ini sudah menjalankan usaha ternaknya lebih dari sepuluh tahun,
sehingga dapat dikatakan para pengusaha peternakan ayam ras petelur sudah
memiliki pengalaman yang cukup dalam usaha peternakan ayam ras petelur
maupun pemasaran. Pengalaman tersebut dijadikan sebagai pembelajaran secara
otodidak oleh peternak sejak masih beternak dengan keluarga maupun setelah
berwirausaha secara mandiri. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa peternak melakukan usaha ternak ayam ras petelur berdasarkan
kebiasaan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun. Lamanya usaha yang
telah dijalankan ini mengindikasikan para peternak di Kecamatan Rumpin sudah
cukup berpengalaman. Artinya mereka lebih terampil dan memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terjadinya risiko dan ketidakpastian
dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras petelur.
Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam beternak
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Peternak yang sudah lama
berwirausaha akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada peternak pemula.
Perbedaan pengalaman dalam beternak menimbulkan perbedaan dalam
mengadopsi teknologi dan inovasi. Pada penelitian ini lama menjalankan usaha
dibagi menjadi tiga kategori: yaitu pemula ( kurang dari 5 tahun), sedang (5 tahun
sampai 10 tahun) dan berpengalaman (11 tahun sampai 20 tahun). Pengelompokan
kategori tersebut berdasarkan hasil pembagian responden yang disesuaikan
dengan lama menjalankan usaha yang terlama dengan yang terbaru.
Sumber modal
Sumber modal yang digunakan sebagian besar peternak ayam ras petelur
di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini berasal dari meminjam kepada bank
yaitu sebanyak 60 persen dan modal sendiri sebanyak 40 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 8. Para peternak memperoleh modal dari meminjam dana ke
bank swasta yang mampu memberikan bantuan kredit untuk modal usaha. Selain
itu sumber modal juga ada yang diperoleh dari keluarga dan modal sendiri.
Dengan modal tersebut, peternak mampu membangun usaha peternakan
ayam ras petelur baik dalam skala kecil, skala menengah maupun skala besar
dengan jumlah ternak, jumlah tenaga kerja, peralatan, fasilitas, dan teknologi yang
25
Skala Usaha
Skala usaha peternakan ayam rad petelur di Kecamatan Rumpin pada
penelitian ini sebagian besar termasuk ke dalam skala usaha pengusaha kecil
peternakan yaitu sebesar 60 persen, kemudian peternakan rakyat sebesar 30 persen
dan pengusaha peternakan sebanyak 10 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/KptsTN.330/6/96, usaha peternakan
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan
dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang
mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per
periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan
ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan
untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan
ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode (Pambudy 1999).
Luas lahan
Luas lahan peternakan ayam ras petelur rata-rata pada kisaran satu sampai
dua hektar yaitu sebanyak 60 persen, luas lahan tiga sampai empat hektar
sebanyak 30 persen dan lebih dari empat hektar sebanyak 10 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 10.
Luas lahan yang digunakan untuk usaha peternakan ayam ras petelur
tergantung dari jumlah modal yang dimiliki pengusaha ayam ras petelur. Semakin
besar modal yang dimiliki maka semakin luas lahan yang digunakan. Lahan yang
digunakan merupakan lahan milik sendiri yang dibeli khusus untuk usaha
peternakan ayam ras petelur.
26
Percaya diri
Berdasarkan penelitian diperoleh karakteristik percaya diri pada peternak
ayam ras petelur menempati posisi kelima dengan rata-rata skor sebesar 4.10
dalam kategori baik. Karakteristik percaya diri pada peternak ayam ras petelur
dilihat dari beberapa aspek seperti kemandirian para peternak atau tidak
tergantung kepada orang lain dari segi beternak maupun pemasaran, optimisme
peternak ayam ras petelur yang dapat membuat peternak memperoleh kehidupan
yang lebih baik, keberanian untuk mengemukakan pendapat maupun penemuan
dalam beternak serta optimisme dalam menghasilkan produk telur yang
berkualitas baik. Berdasarkan aspek kemandirian para peternak dalam
mengusahakan ayam ras petelur dari segi proses produksi maupun pemasaran
mereka melakukan usaha mandiri atau tidak bergantung dengan peternak yang
lain. Peternak memiliki optimis yang besar dalam memperoleh kehidupan yang
lebih baik dengan berwirausaha ayam ras petelur, dimana dengan berwirausaha
ayam ras petelur dapat memberi keuntungan yang besar. Peternak juga optimis
dapat menghasilkan produk telur yang berkualitas baik dengan cara pemeliharaan
ayam secara intensif. Dalam hal keberanian untuk mengemukakan pendapat
maupun penemuan dalam beternak, sebagian besar peternak kurang terbiasa untuk
berbicara di depan khalayak. Jadi dapat disimpulkan bahwa peternak ayam ras
petelur di Kecamatan Rumpin pada penelitian ini sebagian besar sudah memiliki
percaya diri yang baik karena sudah mampu menjalankan usahanya secara mandiri
dan yakin terhadap usaha peternakan ayam ras petelur yang dijalankan akan
sukses.
27
Sikap percaya diri mengandung sikap optimis dan keyakinan terhadap usaha
yang dijalankannya. Menurut Alma (2011) orang yang memiliki rasa percaya diri
memiliki watak teguh, tidak tergantung pada orang lain, kepribadiannya mantap
serta optimis terhadap tantangan yang ada sehingga mampu menyelesaikan
usahanya secara mandiri serta mengatasi masalahnya sendiri.
Inovatif
Karakteristik inovatif peternak ayam ras petelur menempati posisi keenam
dengan rata-rata skor sebesar 4.06 dengan kategori baik. Seorang wirausaha yang
ingin tetap bertahan dalam persaingan akan meningkatkan inovasi dalam
berwirausaha. Peternak ayam ras petelur juga melakukan inovasi dalam perjalanan
usahanya. Pada penelitian ini, karakteristik inovatif dilihat dari aspek kemauan
para peternak menggunakan sapronak modern, kegemaran peternak dalam
mencoba hal baru seperti menggunakan varietas bibit ayam ras petelur yang
berbeda dari sebelumnya, perubahan sistem kandang yang dilakukan peternak dan
pengolahan limbah lebih lanjut sehingga memiliki nilai tambah. Para peternak
dalam menggunakan sapronak modern sudah baik, hal ini dapat dilihat dari
bangunan kandang yang menggunakan sistem cage atau kandang baterai, dimana
dalam satu cage terdiri dari dua sampai tiga ekor ayam. Kandang dibuat
menggunakan sistem panggung yaitu antara dua sampai tiga panggung. Tempat
pakan terbuat dari seng berbentuk setengah lingkaran yang memanjang pada
kandang dan tempat minum menggunakan pipa peralon di sepanjang kandang.
Tempat untuk meletakkan telur, peternak menyiapkan tempat yang terbuat dari
28
bambu dan besi yang terletak di bawah supaya telur tidak jatuh ataupun pecah.
Varietas ayam ras petelur yang digunakan peternak adalah Isa Brown yang
memiliki daya tahan terhadap penyakit serta mampu menghasilkan telur yang
cukup banyak. Para peternak dalam mengelola limbah dari ayam yang mati
dengan cara dikubur ataupun dibakar untuk dijadikan pakan ikan, sedangkan
limbah dari kotoran ayam dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
Kerja keras
Karakteristik kerja keras menempati posisi kedua dengan skor rata-rata
sebesar 4.40 dalam kategori sangat baik. Karakteristik kerja keras peternak pada
penelitian ini dilihat dari aspek waktu yang dihabiskan peternak untuk melakukan
usaha peternakan ayam ras petelur, tanggapan peternak pada saat berhasil panen
atau gagal panen dan kesungguhan peternak dalam melakukan usaha peternakan
ayam ras petelur. Para peternak selalu mengawasi dan mengontrol bagaimana
kegiatan produksi sampai pemasaran telur ayam ras baik setiap hari maupun setiap
minggunya, jika terdapat masalah pada produksi maupun pemasaran maka
langsung didiskusikan dan diselesaikan masalahnya dengan para mandor maupun
karyawan yang bersangkutan. Para peternak sebagian ada yang mengontrol secara
langsung di tempat peternakan, dimana peternak bertempat tinggal dalam satu
area peternakan ayam ras petelur untuk memudahkan pengontrolan. Selain itu
peternak juga ada yang tinggal tidak jauh dari tempat peternakan yaitu di daerah
BSD, Serpong, Tangerang. Dalam menghadapi gagal panen atau mengalami
penurunan produksi telur, sikap para peternak adalah tidak mudah menyerah dan
jika gagal maka para peternak akan berusaha bangkit lagi. Sehingga dengan kerja
keras yang tinggi dan mampu bangkit lagi dari kegagalan menjadikan usaha ayam
ras petelur terus berkembang.
Kepemimpinan
Sikap kepemimpinan adalah sesuatu yang penting yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha karena seorang wirausaha harus mampu memberikan arahan
kepada orang lain, memberikan motivasi dan memecahkan konflik yang terjadi.
Seorang pemimpin juga harus mampu menjalankan fungsi manajemen yang baik
supaya usahanya dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Berdasarkan
penelitian karakteristik kepemimpinan peternak ayam ras petelur menempati
posisi keempat dengan rata-rata skor sebesar 4.20 dalam kategori baik.
Karakteristik kepemimpinan peternak dilihat dari beberapa aspek seperti
kemampuan peternak dalam membagikan tugas kepada karyawannya, kemampuan
peternak menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran, kemampuan
peternak dalam memengaruhi karyawan serta tanggapan peternak dalam
menerima masukan dari karyawan. Kemampuan peternak dalam membagikan
tugas kepada para karyawannya sudah baik hal ini dilihat dari kemampuan
peternak dalam menyusun struktur organisasi kerja yang terdiri dari bagian
pengelolaan kandang ayam ras petelur, bagian sortasi dan grading dan packing
hasil telur ayam, bagian gudang penyimpanan telur ayam, satpam/bagian
keamanan, bagian di dapur untuk konsumsi dan bagian staf kantor. Kemampuan
peternak menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran dilihat dari
cara peternak memberi contoh yang baik kepada karyawannya tentang bagaimana
teknik produksi yang tepat. Dalam hal pemasaran, peternak selalu mengontrol
29
harga di pasar dan pendistribusian telur ayam ras yang akan dikirim ke pedagang
besar di beberapa daerah Jabotabek. Kemampuan peternak dalam memengaruhi
karyawan dengan cara memberi gaji yang cukup kepada karyawannya, tempat
tinggal di mess dengan fasilitas yang memadai, memelihara hubungan baik
dengan karyawan, membantu karyawan jika sedang membutuhkan bantuan serta
percaya dengan karyawannya.
Tanggung Jawab
Berdasarkan penelitian karakteristik tanggung jawab pada peternak
menempati posisi ketiga dengan skor rata-rata sebesar 4.34 dalam kategori sangat
baik. Karakteristik tanggung jawab peternak dilihat dari aspek kemampuan para
peternak dalam melakukan pencatatan terperinci atau pembukuan, kemampuan
peternak dalam menerima segala konsekuensi dari setiap kesalahan yang
dilakukan serta kemampuan peternak untuk melakukan tugas sebagai tanggung
jawabnya. Para peternak selalu melakukan pencatatan secara terperinci, hal
tersebut guna memudahkan peternak melakukan pengontrolan arus masuk
keluarnya keuangan. Peternak memiliki kemampuan yang baik dalam hal
menerima segala konsekuensi dari proses beternak ayam ras petelur, misalnya
pada saat mengalami gagal panen, peternak menerima konsekuensi dengan tidak
menyalahkan karyawan dan berusaha menemukan dan menyelesaikan
masalahnya. Sikap tanggung jawab seorang wirausaha adalah berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan dan tidak ingin dianggap gagal
apabila terjadi kegagalan. Hal ini penting dimiliki oleh seorang wirausaha karena
ketika dirasa gagal, dia akan memenuhi kesepakatan yang ada sambil tetap belajar
dari kesalahan supaya tidak terulang kembali.
penelitian ini tingkat keberagamannya kecil atau relatif homogen. Rata-rata skor
kinerja usaha yang dimiliki peternak ayam ras petelur berada pada rataan yang
sama yaitu kategori baik.
Volume Penjualan
Kinerja usaha pada volume penjualan memiliki rata-rata skor sebesar 4.10
termasuk dalam kategori baik. Volume penjualan telur ayam ras di Kecamatan
Rumpin pada penelitian ini dilihat dari aspek volume penjualan telur ayam ras
yang tercapai sesuai target, volume penjualan telur yang terus meningkat dan
volume penjualan telur lebih banyak dibanding dengan peternak lain. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa sebagian besar peternak untuk volume penjualan telur
sudah mampu mencapai target yang diinginkan. Hal ini juga mempengaruhi
volume penjualan telur yang sebagian besar peternak mampu meningkatkan
penjualannya.
Volume penjualan telur ayam ras pada penelitian ini dihitung berdasarkan
satuan ton per hari pada setiap responden peternak ayam ras petelur. Volume
penjualan telur sebesar 0.1 ton sampai 3 ton sebanyak 80 persen dalam kategori
sedang dan volume penjualan sebasar lebih dari 3 ton sebanyak 20 persen dalam
kategori tinggi. Volume penjualan telur antara peternak satu dengan yang lainnya
beragam. Hal ini sesuai dengan jumlah ayam ras petelur yang dipelihara,
manajemen pemelihaan dan modal usaha peternak yang digunakan. Hal yang
terkadang masih menjadi kendala pada usaha peternakan ayam ras petelur adalah
adanya harga pakan yang naik, untuk skala usaha yang masih kecil dengan modal
yang terbatas masih kesulitan dalam pemberian pakan yang menyebabkan kualitas
telur yang dihasilkan lebih rendah. Volume penjualan telur ayam ras petelur dapat
dilihat pada Tabel 13.
Keuntungan
Kinerja usaha peternak ayam ras petelur pada keuntungan memiliki nilai
rata-rata skor sebesar 4.17 termasuk kategori baik. Kinerja usaha pada keuntungan
dilihat dari aspek keuntungan yang diperoleh peternak dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari, keuntungan yang melebihi target digunakan untuk
mengembangkan usaha dan keuntungan yang diperoleh meningkat setiap
siklusnya. Para peternak dalam memperoleh keuntungan dari hasil usaha
peternakan ayam ras petelur sudah mampu mencukupi kebutuhnnya sehari-hari,
keuntungan yang melebihi target digunakan untuk memperbaiki kandang yang
sudah rusak, penambahan kandang dan pengembangan usaha. Keuntungan dari
hasil usaha peternakan ayam ras petelur dapat meningkat setiap siklusnya.
Keuntungan yang diperoleh peternak ayam ras petelur berkisar antara Rp 1
130 000 sampai Rp 44 450 000 dalam satu hari yaitu sebanyak 80 persen dan
keuntungan sebasar lebih dari Rp 44 450 000 sebanyak 20 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 14. Usaha peternakan ayam ras petelur bagi peternak sebagian
31
besar menjadi pekerjaan utama dari para peternak tersebut meskipun beberapa
peternak masih mempunyai usaha sampingan lainnya diluar usaha ayam ras
petelur. Telur ayam ras dijual dalam volume yang besar yaitu dalam satuan ton
yang dikemas dalam sebuah peti dimana dalam satu peti berisi 240 butir telur
dengan berat 15 kilogram telur ayam. Bobot telur ayam ras pada saat panen sekitar
40-80 gram per telur, dengan harga jual di tingkat peternak adalah Rp 15 000 per
kilogram (ceteris paribus).
Wilayah Pemasaran
Berdasarkan hasil pengolahan data pada kinerja usaha untuk wilayah
pemasaran memiliki nilai rata-rata skor sebesar 4.13 termasuk dalam kategori
baik. Wilayah pemasaran diukur dari tanggapan mengenai jaringan yang dapat
diandalkan, memiliki wilayah distribusi baru dan memiliki kelebihan kapasitas
produksi sehingga dapat memungkinkan untuk memperluas wilayah pemasaran.
Wilayah pemasaran produk telur ayam ras antara lain Bogor, Tangerang, Jakarta
dan Bekasi. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden peternak ayam ras
petelur diketahui bahwa sebagian besar peternak menjual produk telur ayam ras
pada tiga wilayah yaitu Bogor, Tangerang dan Jakarta sebanyak 60 persen,
kemudian pada empat wilayah yaitu Bogor, Tangerang, Jakarta dan Bekasi
sebanyak 20 persen dan satu wilayah sebanyak 20 persen yaitu daerah sekitar
Bogor. Proses distribusi produk telur dimulai dari adanya permintaan telur dari
agen atau pedagang besar di beberapa wilayah, kemudian produsen atau peternak
mengecek persediaan telur di gudang, apabila tersedia sesuai permintaan agen
atau pedagang besar maka kedua belah pihak menentukan harga, jika sesuai maka
terjadi transaksi penjualan dan pembelian. Harga telur merupakan harga yang
ditetapkan dari pasar. Para peternak mengantar produk telur ayam ras kepada agen
atau pedagang besar menggunakan transportasi berupa mobil bak maupun truk.
Telur yang akan dikirim ke tempat tujuan diletakkan di dalam rak-rak telur dan
peti untuk menjaga supaya telur tidak pecah maupun rusak saat dalam perjalanan.
Sebagian besar peternak sudah memiliki pelanggan tetap yang secara rutin
memesan telur.
bisa mengalami kerugian, maka para peternak yang memiliki percaya diri yang
tinggi dengan usaha yang dijalankannya akan sukses dan mendapatkan
keuntungan, maka mereka akan tetap memilih untuk berwirausaha ayam ras
petelur.
selalu mengontrol harga di pasar dan pendistribusian telur ayam ras yang akan
dikirim ke pedagang besar di beberapa daerah Jabotabek.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Longnecker JG, Moore CW, Petty JW. 2001. Kewirausahaan: Manajemen Usaha
Kecil. Jakarta: Salemba Empat. Manurung M, Pratama R. 2006. Teori
Ekonomi Mikro. Ed ke-3. Jakarta: FEUI.
Manurung M dan Pratama R. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Ed ke-3. Jakarta:
FEUI.
Meredith GG, Nelson RE dan Neck PA. 1989. Kewirausaan Teori dan Praktek.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Muatip K, Sugihen BG, Susanto D, Asngari PS. 2008. Kompetensi
Kewirausahaan Peternak Sapi Perah Kasus Peternak Sapi Perah di
Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan.
Muharastri M. 2013. Karakteristik Wirausaha, Kompetensi Kewirausahaan, dan
Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perah Di KTTSP Kania Bogor. [skripsi].
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Muharastri Y, Pambudy R, Priatna WB. 2015. Hubungan Karakteristik Wirausaha
dengan Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah di Kabupaten
Bogor. [Jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Muslich. 2007. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta:PT.
Bumi Angkasa.
Nasution W. 2016. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha
Petani Sayuran Organik di Kecamatann Pacet Kabupaten Cianjur. [Skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2014. Metode Penelitian. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Nitisusastro M. 2009. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung
(ID): Alfabeta.
Noviana R. 2013. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha terhadap
Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pambudy R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak dan
Penyuluhan dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. [tesis]. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Pratama JS. 2017. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan Petani dengan Kinerja
Usahatani Ikan Tetra di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat.
[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek Terhadap
Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten
Bogor dan Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahayu MNP. 2014. Hubungan karakteristik wirasuaha dengan kinerja industri
tempe di Kabupaten Bogor.[Skripsi].Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan RP dan Burhanuddin. 2015. Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan
dengan Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. [Jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Rangkuti F. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
42
Rivai dan Basri. 2005. Performance Apraisal : Sistem yang Tepat untuk Menilai
Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta (ID):
Rajagrafindo Persada.
Riyanti BDP. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Jakarta (ID): Grasindo
Roscoe, JT. 1975. Fundamental Research Statistics for the Behavioural Sciences.
New York: Holt Rinehart and Winston.
Sari NMW. (2016). Pengaruh Karakteristik Kewirasuahaan Terhadap Kinerja
UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat. [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV Mandar Maju.
Setiadi D. 2015. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi dan Risiko
Harga Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1999. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada.
Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID): Fateta IPB.
Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID): Fateta IPB.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID):CV Alfabeta.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis; Kiat dan Proses Sukses. Jakarta:
Penerbit Salemba.
Swastha B. 2009. Manajemen Penjualan. Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta.
Syafiuddin, Jahi A. 2007. Hubungan Karakteristik Indinvidu dengan Kompetensi
Wirausaha Petani Rumput Laut di Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan.
3(1):35-44.
Wahyuningsih DC. 2015. Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha
Bawang Goreng di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. [tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Wickham PA. 2004. Strategic Entrepreneurship 3th Ed. Essex (GB): Pearson
Education Limited.
Widodo WD. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. Bogor: IPB Press.
Woolfolk AE. 2004. Educational Psychology 9th Ed. Boston (US): Pearson
Education, Inc.
Zimmerer TW dan Scarborough N. 1993. Entrepreneurship the New Venture
Formation. Prenice-Hall International, Inc.
Zulhastami N. 2016. Hubungan Perilaku Wirasuaha dengan Kinerja Wirasuaha
Petani Ikan Lele di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.[Skripsi].Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
43
LAMPIRAN
Correlations
Percaya diri kinerja usaha
Spearman's rho Percaya diri Correlation Coefficient 1.000 .738*
Sig. (2-tailed) . .015
N 10 10
*
kinerja usaha Correlation Coefficient .738 1.000
Sig. (2-tailed) .015 .
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
berani mengambil
risiko kinerja usaha
Spearman's rho berani mengambil risiko Correlation Coefficient 1.000 .676*
Sig. (2-tailed) . .032
N 10 10
*
kinerja usaha Correlation Coefficient .676 1.000
Sig. (2-tailed) .032 .
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
N 10 10
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
45
Correlations
N 10 10
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
N 10 10
N 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
tanggung kinerja
jawab usaha
N 10 10
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
46
RIWAYAT HIDUP