PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkatkan hubungan antar negara. Namun dewasa ini, hubungan antar negara
adalah karena pentingnya hukum kooperatif dan organisasi antar negara dalam
hukum internasional.5
5
W. Friedmann, 1964, The Changing Structure of International Law, Columbia
University Press, New York, hlm.367
internasional tidak lagi hanya negara, akan tetapi organisasi internasional dan
individu.6
setiap anggota masyarakat baik dalam skala lokal, nasional, regional maupun
yang mengatur mereka adalah hukum internasional, dimana hukum tersebut yang
suatu negara, sebagai contoh adalah International Monetary Fund (IMF) dalam
pemerintah yang fundamental yang harus diambil atas saran dan rekomendasi
IMF. Lebih dari itu organisasi internasional sebagai entitas yang lahir dari negara,
yang diantaranya disebabkan oleh dua bencana besar yaitu Perang Dunia I dan
Perang Dunia II. Dimana dalam periode ini banyak ditengarai oleh perang dingin
antara blok komunisme dan liberalisme antara Uni Soviet dan Amerika beserta
dapat terlihat adanya dua kutub yang berseberangan antara globalisasi dengan
negara yang dapat ditentukan oleh dua faktor yang dijelaskan sebagai berikut:12
10
Roland Robertson, 1992, Globalization Social Theory and Global Culture , Sage
Publication, London, hlm. 16-19 sebagaimana dikutip Ade Maman Suherman, 2003, Ibid., hlm. 26
11
Fukuyama, Francis, 1989, The End of History, Quadrant. v.34(8), p.15-25 dalam
Pendleton, 1998, “Our Allegiance – Australians or Global Citizens”, Inaugural Professorial
Lecture Series, Murdoch University, Australia, hlm.5
12
Presentasi oleh Dale Pinto mengenai Good Governance in the Eye of Globalized World
dalam konperensi tahunan dosen Fakultas Hukum se-Australia pada tanggal 29 Oktober 2002
sebagaimana dikutip Ade Maman Suherman, 2003, op.cit., hlm.29
Namun dengan keberadaan organisasi internasional yang menempati posisi
strategis pada saat ini membuat kedaulatan negara menjadi terkikis. Dalam
konteks ini “state soverignty” suatu negara baik secara politik, ekonomi maupun
dan tujuan di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya di beberapa wilayah,
yakni:13
dalam satu kawasan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih besar
dan
beberapa negara dalam satu kawasan geografis yang dapat terjadi baik
(policy induced).
13
Arifin, 2010, Kerjasama Perdagangan Internasional, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, hlm. 174-175
Organisasi internasional sebagai bentuk penyatuan regional adalah Uni
Eropa yang dianggap sebagai organisasi regional yang paling sukses dan menjadi
oleh European Coal And Steel Community (ECSC) di tahun 1952, European
Atomic Energy Community (EAEC) pada tahun 1957 dan European Economic
hal yang sama agar mampu bersaing dengan kawasan lainnya dalam menghadapi
14
Christopher M. Dent, 1999, The European Union and East Asia: An Economic
Relationship, Routledge, London and New York, hlm.236
15
Astriana, Integrasi Regional Eropa Quo Vadis Hegemoni AS di Eropa?, dalam
http://shallowknife.wordpress.com/2009/01/26/integrasi-regional-eropa-quo-vadis-hegemoni-as-
di-eropa/ diakses pada tanggal 17 Februari 2014.
16
Gema R. Bastary,Sejarah dan Praktek Regionalisme Asia, dalam
http://peacefulanarchyjournal.blogspot.com/2013/02/sejarah-dan-praktek-regionalisme-asia.html
diakses pada tanggal 18 Februari 2014.
1. Adanya kesamaan pengalaman di masa lalu, yaitu sama-sama pernah
3. Adanya kesamaan etnis dari setiap negara tersebut. Kesamaan etnis ini
bahwa mereka semua berasal dari rumpun moyang yang sama, sehingga
gagasan ini dapat terbentuk dari berbagai macam hal, namun dalam kasus ASEAN
kesamaan tersebut terbentuk dari tiga hal: kesamaan sejarah, kesamaan ideologi,
dan kesamaan etnis. Namun begitu, regionalisme yang terbentuk dari hanya
Deklarasi Bali Concord I dan II yang ditandatangani oleh para pendiri ASEAN
tersebut di atas harus dirumuskan kembali di dalam sebuah ekosistem yang telah
mengglobal.
17
Ibid.
18
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,Kerjasama Ekonomi ASEAN, dalam
http://www.deplu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.docdiakses pada 20 Mei
2014.
ASEAN harus mampu mencari jawaban atas krisis keuangan dan ekonomi
yang pernah melanda Asia Tenggara agar krisis tersebut tidak terulang lagi.
Dengan keanggotaan yang telah diperluas dari lima negara menjadi sepuluh
yang akan muncul. Besarnya potensi kawasan ASEAN untuk maju juga
ASEAN. Selain sengketa politik yang masih sering terjadi di berbagai negara di
ASEAN, perebutan sumber daya energi dan pulau juga kerap muncul diantara
dan Thailand atas Kuil Preah Vihear, Sengketa Perebutan Pulau Sipadan-Ligitan
Malaysia, dan Sengketa Cukai dan Fiskal Rokok Filipina dengan Thailand.19
19
Hilton Tarnama Putra dan Eka An Aqimuddin, 2011, Mekanisme Penyelesaian
Sengketa di ASEAN Lembaga dan Proses, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.131-147
Meskipun dalam kerangka organisasi, ASEAN memiliki mekanisme untuk
Amity and Cooperation (TAC) 1976 dan forum Pertemuan Tingkat Tinggi
namun lebih banyak memilih forum internasional yang lebih besar. Hal ini
Dari uraian di atas maka penulis ingin membahas lebih dalam lagi terkait
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Obyektif
Community 2015.
2. Tujuan Subyektif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
internasional.
E. Keaslian Penelitian
potensi sengketa yang akan timbul akibat integrasi ekonomi saja. Fokus
anggota ASEAN.
Jurnal publikasi ini mengacu pada sukses yang telah dicapai oleh