Anda di halaman 1dari 14

Pokok Pokok Mediasi Berdasarkan

PERMA NO.1 TAHUN 2016


“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Berstruktur Mata Kuliah
Mediasi Hukum Keluarga”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK XI:

MHD. TARMIZI (0201182061)


ANNISA DALIMUNTHE (0201182092)
SITI NUR KHAMSANI (0201186178)

Dosen Pembimbing:
Ratih Lusiani Bancin,M.H

JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa dijadikan landasan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 4 Desember 2020


Penulis

Kelompok XI

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................... 1

1.3. Tujuan Masalah....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2

2.1. Pokok Pokok Mediasi Berdasarkan Perma No.1 2016 .......... 2

2.2. Iktikad Baik............................................................................. 2

2.3. Mediasi Sukarela..................................................................... 2

2.4. Mediasi Bersifat Tertutup....................................................... 3

2.5. Kesepakatan Perdamaian Sebagian........................................ 3

2.6. Perdamaian diluar Pengadilan................................................ 5

2.7. Mediasi tidak dapat dilakukan................................................ 6

2.8. Perbedaan Perma No.1 2008 dan Perma No.1 2016............... 7

2.9. Analisis................................................................................... 8

BAB III PENUTUP..................................................................................... 9

3.1. Kesimpulan............................................................................ 9

3.2. Saran....................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa yang ditengahi oleh seorang
atau lebih mediator. Mediasi yang saat ini berkembang di Indonesia adalah mediasi
yang telah terintegrasi ke dalam sistem peradilan perdata. Mediasi ini bersumber pada
PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang prosedur pelaksanaan mediasi di Pengadilan.
Pada dasarnya prinsip mediasi adalah win-winsolution atau dengan kata lain diartikan
sebagai penyelesaian sengketa yang saling menguntungkan (tanpa merasa kalah).
Namun dengan sifatnya yang menguntungkan tersebut, pelaksanaan mediasi di
Pengadilan masih sering mengalami kegagalan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana yang dimaksud dengan Iktikad Baik dalam perma No.1 tahun 201
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Mediasi Sukarela ?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan Mediasi Bersifat Tertutup?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Kesepakatan Perdamaian Sebagian?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan Perdamaian diluar Pengadilan?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan Mediasi tidak dapat dilakukan?
7. Apa yang menjadi Perbedaan antara Perma No.1 2008 dan Perma No.1 2016?
8. Menganalisis

1.3 Tujuan Masalah

1. Menjelaskan apa saja yang menjadi pokok pokok mediasi didalam Perma No. 1
Tahun 2016

1
BAB II

PEMBAHASAN

Hal Hal Pokok Mediasi yang terdapat didalam Perma No. 1 Tahun 2016

I. Itikad Baik

Didalam beritikad baik disini dimaksudkan adalah, agar para pihak yang
bersangkutang untuk ikut hadir dan ikut serta dalam setiap proses penyelesaian kasus,
salah satu hal yang dapat dinyatakan bahwa setiap pihak yang tidak beritikad adalah
tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 kali berturut turut dalam pertemuan
mediasi tanpa alasan yang sah, namun ada lagi ketika pertemuan pertama hadir,
namun setelah itu unutk pertemuan selanjutnya tidak hadir meskipun telah dipanggil
berturut turut, ketidak hadiran yang berulang yang dapat mengganggu jadwal
pertemuan mediasi tanpa alasan yang sah, menghadiri pertemuan tetapi tidak
memperdulikan atau tidak menanggapi resume pihak pihak lain. Apabila pihak
dinyatakan tidak beritikad baik dalam mediasi gugatan dinyatakan tidak dapat di
terima oleh Hakim Pemeriksa Perkara , terdapat didalam pasal 22 PERMA NO. 1
TAHUN 2016.

J. Media Sukarela

Pada tahap upaya hukum

a. selama perkara belum diputus ditingkat banding kasasi dan peninjauan


kembali para pihak atas kesepakatan dapat menempuh upaya perdamaian.

b. Hasil kesepakatan diajukan secara tertulis kepada ketua pengadilan untuk


diserahkan kepada Hakim Pemeriksa Perkara ditingkat Banding, Kasasi, atau
peninjaun kembali.

c. Kesepakatan harus mengesampingkan putusan yang telah ada sebelumnya.

2
d. Hakim pemeriksa perkara ditingkat banding, kasasi dan peninjauna kembali
memutus berdasarkan kesepakatan tersebut.

K. Mediasi Bersifat Tertutup

Proses mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali para pihak yang ingin
menghendakinya, namun ketika beberapa pihak sedang menjalankan mediasi ingin
mediasinya bersifat umum agar didengar orang, maka pertemuan ini dapat dilakukan
dengan melalui media komunikasi audio visual jarak jauh yang memungkinkan
semua pihaksaling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam
pertemuan.

L. KESEPAKATAN PERDAMAIAN SEBAGIAN

Kesepakatan perdamaian sebagian terdiri dari dua jenis, yaitu kesepakatan atau akta
perdamaian yang meliputi, yaitu:

1. Perdamaian sebagian menyangkut sebagian pihak saja yang menyepakati


perdamaain (Pasal 29 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016).
2. Perdamaian sebagian dalam hal semua pihak hanya menyepakati perdamaian
untuk sebagian sengketa (Pasal 30 ayat 1 Perma No.1 tahun 2016).

1.PerdamaianSebagian (Pihak) (Pasal 29 ayat 1 Perma No.1 tahun 2016). Di dalam


konsep perdamaian pada umumnya adalah bersifat menyelesaikan sengketa secara
menyeluruh.Jadi akta perdamaian memuat klausul perdamaian yang menyelesaikan
substansi sengketa.Dengan penandatanganan akta perdamaian berarti sengketa telah
selesai dan pengadilan tidak perlu melanjutkan persidangan terkait sengketa a quo.Di
dalam Perma No. 1 Tahun 2016 terdapat prkemangan konsep baru mengenai
kesepakatan perdamaian, yaitu kesepakatan perdamaian sebagian. Dalam hal suatu
sengketa terdiri dari penggugat dan beberapa tergugat apabila dalam proses mediasi
tercapai kesepakatan anatara penggugat dengan salah satua tau beberapa

3
penggugat( tetapi tidak menyagkut seluruh tergugat), maka kesepakatan tersebut bisa
dibuat dan ditandatangani oleh sebagian pihak tergugat serta mediator.

Kesepakatan tersebut hanya boleh dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian


apabila tidak mengangkut hal antara lain aset, harta kekayaan dan/atau kepentingan
pihak yang tidak mencapai kesepakatan Pasal 27 ayat.
Dengan demikian, terhadap pihak yang belum tercapai kesepakatan bisa
diajukan gugatan baru.Jadi gugatan baru yang diajukan penggugat hanya ditujukan
pada pihak tergugat yang belum mencapai kesepakatan (Pasal 29 ayat 4 Perma No.1
tahun 2016).Kesepakatan perdamaian sebagian model ini tidak dapat dilakukan pada
perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya hukum banding,
kasasi atau peninjauan kembali (Pasal 29 ayat 6 Perma No.1 tahun 2016).
Tetapi apabila jumlah penggugat lebih dari satu dan sebagian penggguga
tmencapai kesepakatan dengan sebagian atau seluruh pihak tergugat, tetapi sebagian
penggugat yang tidak mencapai kesepakatan tidak bersedia mengubah gugatan, maka
mediasi tersebut sinyatakan tidak berhasil Pasal 29 ayat 5 Perma No.1 tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
1. Perdamaian Sebagian (SubstansiSengketa) (Pasal 30 ayat 1 Perma No.1 tahun
2016). Terhadap apabila terjadi perdamaian antara semua pihak dalam
sengketa tetapi yang disepakati hanya sebagian saja dari seluruh pokok
sengketa, maka kesepakatan perdamaian sebagian tersebut bisa dilaporkan
kepada hakim pemeriksa dengan ditandatangani oleh mediator.
Konsekuensinya adalah terhadap hal-hal yang sudah disepakati oleh para
pihak tidak lagi menjadi materi dalam gugatan yang akan diperiksa oleh
hakim pemeriksa.Terhadap hal yang sudahdisepakati, maka hakim pemeriksa
wajib mencantumkan dalam pertimbangan serta amar putusan. Kesepakatan
perdamaian suka rela pada tahap pemeriksaan perkara dan tingkat upaya
hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali.

4
L. PERDAMAIAN DI LUAR PENGADILAN

Perma No.1 Tahun 2016 juga mengakomodasiperdamaian yang dilakukan


diluar pengadilan bisa mencapai perdamaian dengan atau tanpa bantuan mediator bisa
mengajukan supaya klausul perdamaian yang mereka buat bisa dikuat kan menjadi
akta perdamaian oleh pengadilandengancaraengajukangugatan. Di dalamgugatan
yang diajukanharusdilampirkankesepakatanperdamaian yang merekabuat di
luarpengadilantersebut (Pasal 36 ayat 2 Perma No.1 Tahun 2016). Hakim pemeriksa
perkara harus emeriksa apakah kesepakatan yang diajukan dalam bentuk
gugatanuntukdikuatkanmenjadiaktaperdamaiantersebuttidakmemuatketentuan yang
diaturdalamPasal 27 ayat 2 Perma No.Tahun 2016, antaralain :

a. Bertentangandenganhukum, ketertibanumum, dan/ataukesusilaan.


b. Merugikanpihakketiga, atau
c. Tidakdapatdilaksanakan1

Hakim pemeriksa diperkenan kan menguat kan kesepakatan di luar pengadilan


menjadi akta perdamaian apabila tidak terdapat tiga aspek tersebut di atas di dalam
klausul-klausul kesepakatan yang dibuat antara para pihak.Tiga hal pokok tersebut
menjadi larangan bagi dkuatkannya kesepakatan menjadi akta perdamaian adalah
untuk mencegah penyeludupan hukum yang secara substansi akan merusak tatanan
hukum serta supaya tidak menjadi cara untuk melanggar atau menguasai hak milik
orang lain yang tidak terkait. Juga terhadap kesepakatan yang tidak dapat
dilaksanakan tidak boleh dikuat kan menjad di akta perdamaian. Akta
perdamaianatasgugatanuntukmenguatkankesepakatanperdamaiansebagaimanadimaks
udpadaPasal 36 ayat 1 Perma No.1 Tahun 2016 harusdiucapkanoleh hakim
pemeriksaperkaradalamsidang yang terbukauntukumum paling lama 14
hariterhitungsejakgugatandidaftarkan. Apabila klausul dalam kesepakata
nperdamaian ada yang tidakbersesuaiandenganketentuanPasal 27 ayat 2, maka hakim
pemeriksaperkarawajibmemberipetunjukpada para pihak.Ataspetunjukituselanjutnya
1
MaskurHidayat, SH,MH, Strategi Dan TaktikMediasiBerdasarkanPerma No.1Tahun 2016,(Jakarta :
Prenada Media Group, 2016), hlm.83

5
para pihak memperbaiki kesepakatan yang mereka buat dan kemudian
menyerahkankonsep yang telahdiperbaikitersebutkepada hakim pemeriksaperkara.2

N. MEDIASI TIDAK DAPAT DILAKUKAN

Adapun mmengenai mediasi tidak dapatdilaksanakan, Pasal 32 ayat 2


memebri ketentuan bahwa mediator wajib menyatakan mmediasi tidak dapat
dilaksanakan dan memberitahukannya secara tertulis kepada hakim pemeriksa
perkara, dalam hal;

a. Melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan


dengan pihak yang lain:
1. Tidak diikut sertakan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang
berkepentingan tidak menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi,
2. Diikut sertakan sebagai pihak dalam surat gugatan didalam hal pihak berperkara
lebih sari satu subjek hukum, tetapi tida hhadir di persidangan sehingga tidak
menjadi pihak dalam proses mediasi; atau
3. Diikut sertakan sebagai pihak dalam surat gugatan dalam hal pihak berperkara
lebih dari satusu bjek hukum dan hadir di persidangan, tetapi tidak pernah hadir
dalam proses mediasi.
b. Melibatkan wewenang kementerian/lembaga/instansi di tingkat
pusat/daerahdan/ataubadan usaha milik negara/ daerah yang tidak menjadi pihak
berperkara, kecuali pihak berperkara yang terkait dengan pihak-
pihaktersebuttelahmemperolehpersetujuantertulisdarikementerian/lembaga/instansi
dan/atau badan usaha milik begara/daerah untuk mengambil keputusandalam
proses mediasi.
c. Para pihakdinyatakantidakberiktikadbaiksebagaimanadimaksuddalamPasal 7 ayat
(2) huruf a, huruf b, danhuruf c.

2
Ibid 84

6
d. Setelahmenerimapemberitahuansebagaimanadimaksudpadaayat (1) danayat (2)
hakim pemeriksa perkara segera menerbitkan penetapan untuk melanjutkan
pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku.3

O. Perbedaan antara Perma No. 1 tahun 2008 dan Perma No 1 tahun 2016

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur


Mediasi di Pengadilan merupakan penyempurnaan dari Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 1 Tahun 2008, karena PERMA Nomor 1 Tahun 2008 dianggap
belum optimal dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan mediasi yang lebih berdaya
guna dan mampu meningkatkan keberhasilan mediasi di Pengadilan. Dalam rangka
menyempurnakan PERMA Nomor 1 Tahun 2008, maka PERMA Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan mengatur lebih rinci beberapa hal yang
belum diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008, antara lain sebagai berikut:

1) Terkait batas waktu mediasi yang lebih singkat dari 40 (empat puluh) hari
menjadi 30 hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi.

2) Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 mengenal kesepakatan sebagian pihak


(partial settlement) yang terlibat dalam sengketa atau kesepakatan sebagian objek
sengketanya. Hal ini berbeda dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2008, di mana apabila
hanya sebagian pihak yang bersepakat atau tidak hadir, maka mediasi dianggap dead
lock (gagal).

. 3) Pengaturan masalah kewajiban para pihak menghadiri pertemuan mediasi


dengan atau tanpa kuasa hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi kesehatan
yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat
keterangan dokter; di bawah pengampuan; mempunyai tempat tinggal, kediaman atau
kedudukan di luar negeri; atau menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau
pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

3
Mujahidin Ahmad, SH,M.H, RuangLingkup Dan PraktikMediasiSengketaEkonomiSyariah,
(Yogyakarta : Deepublish,2018) hlm, 33

7
4) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 menegaskan kembali peranan Mediator
Independen untuk berperan lebih aktif dalam menyelesaikan perkara atau sengketa di
luar pengadilan, yang kemudian hasil mediasi yang disepakati dapat diajukan
penetapan ke Pengadilan melalui mekanisme gugatan.

5) Berhubungan dengan masalah pengaturan iktikad baik dan akibat hukum para
pihak yang tidak beriktikad baik dalam proses mediasi, dalam PERMA Nomor 1
Tahun 2008 penjabarannya tidak rinci seperti di dalam PERMA Nomor 1 Tahun
2016.

P. ANALISIS

Dari semua hal yang dicantumkan diatas bahwa didalam PERMA NO.1 TAHUN
2016 di teteapkan beberap hal yang menjadi pokok dalam menyelesaikan mediasi
antare beberapa sengketa, ada beberap sengketa yang akan ditolak atau tidak di
selesaikan adalah sengketa yang orang yang berpekara tidak beritikad baik selama
proses penyelesain sengketa, lalu ada juga sanksi yang akan di berikan kepada orang
yang menjadikan atau merusak jadwal pertemuan karena dalam proses tidak hadir
dengan alasan yang sah, seperti penanggungan biaya perkara, perkara yang ditolak
dan sanksi berupa menanggung biaya perkara yang telah dipanjar.

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Didalam beritikad baik disini dimaksudkan adalah, agar para pihak yang
bersangkutang untuk ikut hadir dan ikut serta dalam setiap proses
penyelesaian kasus
2. Perdamaian sebagian menyangkut sebagian pihak saja yang menyepakati
perdamaain (Pasal 29 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016).
3. Perdamaian sebagian dalam hal semua pihak hanya menyepakati perdamaian
untuk sebagian sengketa (Pasal 30 ayat 1 Perma No.1 tahun 2016).

SARAN

Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis banyak memiliki kekeliruan


yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu, diharapkan kepada seluruh
pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat, maka kami
para penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun,
supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan
karya-karya ilmiah yang lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Maskur Hidayat, SH,MH, Strategi Dan Taktik Mediasi Berdasarkan Perma


No.1Tahun 2016,Jakarta : Prenada Media Group, 2016

Mujahidin Ahmad, SH,M.H, Ruang Lingkup Dan Praktik Mediasi Sengketa Ekonomi
Syariah, Yogyakarta : Deepublish,2018.

Abbas,Syahrizal.Mediasi Dalam Hukum Syariah. Jakarta : Predana Media Group,


2009.

Soemartono, gatot. Arbitrase dan mediasi di indonesia. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama, 2006.

Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 Tentang prosedur Mediasi di


Pengadilan

Anda mungkin juga menyukai