Anda di halaman 1dari 10

Lex Crimen Vol. III/No.

1/Jan-Mar/2014

PROSES PENYELESAIAN PELANGGARAN dalam kegiatan penyiaran iklan niaga.


DALAM KEGIATAN PENYIARAN Pertama larangan dalam melakukan
IKLAN NIAGA1 kegiatan penyiaran siaran iklan niaga, yaitu
Oleh : Harry Richard Umboh2 melakukan promosi yang merendahkan dan
menyinggung perasaan ajaran suatu
ABSTRAK agama, ideologi, pribadi dan/atau
Informasi telah menjadi kebutuhan pokok kelompok dan bertentangan dengan
bagi masyarakat dan telah menjadi kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai
komoditas penting dalam kehidupan agama. Kedua, proses penyelesaian
bermasyarakat, berbangsa, dan pelanggaran dan pemberlakuan sanksi
bernegara.Perkembangan teknologi hukum akibat terjadinya pelanggaran
komunikasi dan informasi telah membawa dalam kegiatan siaran iklan niaga,
implikasi terhadap dunia penyiaran, dilaksanakan oleh Komisi Penyiaran
termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran Indonesia yang berwenang menyusun
sebagai penyalur informasi dan pembentuk peraturan dan menetapkan pedoman
pendapat umum, perannya makin sangat perilaku penyiaran,serta mengawasi
strategis, terutama dalam mengembangkan pelaksanaannya sesuai standar program
alam demokrasi di negara kita. Penyiaran siaran. Dari hasil penelitian dapat ditarik
telah menjadi salah satu sarana kesimpulan materi siaran iklan niaga wajib
berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga memenuhi persyaratan Komisi Penyiaran
penyiaran, dunia bisnis, dan pemerintah. Indonesia. Apabila lembaga penyiaran
Perkembangan tersebut telah terbukti melakukan pelanggaran, maka
menyebabkan landasan hukum pengaturan dikenakan sanksi administrasi dan denda
penyiaran yang ada selama ini menjadi administratif bahkan sanksi pidana
tidak memadai. Penulisan ini bertujuan dan/atau denda.
untuk mengetahui mengenai larangan Kata Kunci : Pelanggaran, Iklan Niaga
dalam melakukan kegiatan siaran iklan
niaga dan proses penyelesaiannya serta PENDAHULUAN
pemberlakuan sanksi hukum akibat A. Latar Belakang
terjadinya pelanggaran dalam kegiatan Perkembangan teknologi komunikasi
penyiaran iklan niaga. Sesuai dengan dan informasi tersebut telah membawa
metode penelitian hukum yang digunakan, implikasi terhadap dunia penyiaran,
maka penulis berupaya mengumpulkan termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran
Bahan-bahan hukum yang terdiri dari: sebagai penyalur informasi dan pembentuk
bahan hukum primer yaitu peraturan pendapat umum, perannya makin sangat
perundang-undangan dan juga bahan- strategis, terutama dalam mengembangkan
bahan hukum sekunder yang terdiri dari: alam demokrasi di negara kita. Penyiaran
literatur, karya-karya ilmiah hukum, dan telah menjadi salah satu sarana
referensi lainnya. Hasil penelitian berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga
menunjukkan bagaimana larangan dalam penyiaran, dunia bisnis, dan pemerintah.
melakukan kegiatan penyiaran iklan niaga, Perkembangan tersebut telah
dan bagaimana proses penyelesaian menyebabkan landasan hukum pengaturan
pelanggaran dan pemberlakuan sanksi penyiaran yang ada selama ini menjadi
hukum akibat terjadinya pelanggaran tidak memadai.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
1
tentang Penyiaran, Pasal 15 menyatakan
Artikel Skripsi pada ayat:
2
NIM 090711309

79
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

(1) Sumber pembiayaan Lembaga bermanfaat dalam kehidupannya. Oleh


Penyiaran Publik berasal dari: karena itu kegiatan siaran iklan niaga
a. iuran penyiaran; diharapkan tidak bertentangan dengan
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai
Negara atau Anggaran Pendapatan agama.
dan Belanja Daerah; Apabila siaran iklan niaga tidak
c. sumbangan masyarakat; disampaikan secara jujur, atau mengelabui
d. siaran iklan; dan dan menyesatkan, maka masyarakat
e. usaha lain yang sah yang terkait memerlukan perlindungan hukum atas hak
dengan penyelenggaraan penyiaran. memperoleh informasi yang benar,
(2) Setiap akhir tahun anggaran, Lembaga sehingga diperlukan kepastian hukum
Penyiaran Publik wajib membuat mengenai kewajiban dan larangan dalam
laporan keuangan yang diaudit oleh menjalankan kegiatan penyiaran iklan niaga
akuntan publik dan hasilnya yang perlu ditaati dan dilaksanakan oleh
diumumkan melalui media massa. lembaga-lembaga penyiaran serta
Periklanan sebagai salah satu sarana pemberlakuan sanksi hukum apabila terjadi
pemasaran dan sarana penerangan pelanggaran.
memegang peranan penting di dalam
pembangunan yang dilaksanakan bangsa B. Rumusan Masalah
Indonesia. Sebagai sarana penerangan dan 1. Bagaimana larangan dalam melakukan
pemasaran, periklanan merupakan bagian kegiatan penyiaran iklan niaga ?
dari kehidupan media komunikasi yang vital 2. Bagaimana proses penyelesaian
bagi pengembangan dunia usaha, serta pelanggaran dan pemberlakuan sanksi
harus berfungsi menunjang hukum akibat terjadinya pelanggaran
pembangunan(Tata Krama dan Tata Cara dalam kegiatan penyiaran iklan niaga ?
Periklanan Indonesia). 3 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang C. Metode Penelitian
Penyiaran,dalam Pasal 1 angka 1 Penyusunan Karya Ilmiah dalam bentuk
menyatakan: Siaran iklan niaga adalah Karya tulis ini menggunakan Metode
siaran iklan komersial yang disiarkan Penelitian hukum normatif. Sesuai dengan
melalui penyiaran radio atau televisi metode penelitian hukum yang digunakan,
dengan tujuan memperkenalkan, maka penulis berupaya mengumpulkan
memasyarakatkan, dan/atau Bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
mempromosikan barang atau jasa kepada bahan hukum perimer yaitu peraturan
khalayak sasaran untuk mempengaruhi perundang-undangan dan juga bahan-
konsumen agar menggunakan produk yang bahan hukum sekunder yang terdiri dari:
ditawarkan.Apabila siaran iklan niaga literatur, karya-karya ilmiah hukum, dan
dilakukan dengan cara yang bertentangan referensi lainnya. Bahan-bahan hukum
dengan peraturan perundang-undangan tesier juga diperlukan sesuai kebutuhan
tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi dalam penulisan Karya tulis ini seperti:
masyarakat, karena siaran iklan niaga kamus-kamus hukum yang dapat dipakai
merupakan sumber informasi bagi untuk menjelaskan pengertian yang relevan
masyarakat untuk mengetahui mengenai dengan penulisan ini Karya tulis ini. Bahan-
sesuatu hal yang dibutuhkan dan bahan hukum yang digunakan dalam
penulisan Karya tulis ini setelah
3
GunawanWidjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang dikumpulkan dianalisis dengan secara
Perlindungan Konsumen, Cetakan Keempat, PT. normatif untuk memberikan penjelasan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 172.

80
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

mengenai ketentuan-ketentuan hukum 2. Siaran iklan wajib menaati asas, tujuan,


yang berlaku berkaitan dengan proses fungsi, dan arah penyiaran sebagaimana
penyelesaian pelanggaran dalam kegiatan dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,
penyiaran iklan niaga. dan Pasal 5.
3. Siaran iklan niaga dilarang melakukan:
PEMBAHASAN a. promosi yang dihubungkan dengan
A.Larangan Dalam Melakukan Penyiaran ajaran suatu agama, ideologi, pribadi
Iklan Niaga dan/atau kelompok, yang
Periklanan sebagai salah satu sarana menyinggung perasaan dan/atau
pemasaran dan sarana penerangan merendahkan martabat agama lain,
memegang peranan penting di dalam ideologi lain, pribadi lain, atau
pembangunan yang dilaksanakan bangsa kelompok lain;
Indonesia. Sebagai sarana penerangan dan b. promosi minuman keras atau
pemasaran, periklanan merupakan bagian sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
dari kehidupan media komunikasi yang vital c. promosi rokok yang memperagakan
bagi pengembangan dunia usaha, serta wujud rokok;
harus berfungsi menunjang pembangunan.4 d. hal-hal yang bertentangan dengan
Larang (Ind); melarang; memerintahkan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai
supaya tidak melakukan sesuatu; tidak agama; dan/atau
memperbolehkan berbuat sesuatu.5Antara e. eksploitasi anak di bawah umur 18
larangan dan ancaman pidana ada (delapan belas) tahun.
hubungan yang erat, oleh karena di antara 4. Materi siaran iklan yang disiarkan
kejadian itu ada hubungan yang erat pula melalui lembaga penyiaran wajib
dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari memenuhi persyaratan yang
yang lain. Kejadian tidak dapat dilarang jika dikeluarkan oleh KPI.
yang menimbulkan bukan orang dan orang 5. Siaran iklan niaga yang disiarkan
tidak dapat diancam pidana, jika tidak menjadi tanggung jawab lembaga
karena kejadian yang ditimbulkan olehnya penyiaran.
dan justru untuk menyatakan hubungan 6. Siaran iklan niaga yang disiarkan pada
yang erat itu, maka dipakailah perkataan mata acara siaran untuk anak-anak
perbuatan, yaitu suatu pengertian abstrak wajib mengikuti standar siaran untuk
yang menunjuk pada dua keadaan konkret: anak-anak.
pertama, adanya kejadian yang tertentu 7. Lembaga Penyiaran wajib menyediakan
dan kedua adanya orang yang berbuat yang waktu untuk siaran iklan layanan
menimbulkan kejadian itu. 6 masyarakat.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 8. Waktu siaran iklan niaga untuk
tentang Penyiaran, Pasal 46 menyatakan Lembaga Penyiaran Swasta paling
pada ayat: banyak 20% (dua puluh per seratus),
1. Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga sedangkan untuk Lembaga Penyiaran
dan siaran iklan layanan masyarakat. Publik paling banyak 15% (lima belas
per seratus) dari seluruh waktu siaran.
9. Waktu siaran iklan layanan masyarakat
4
GunawanWidjaja dan Ahmad Yani, Op.cit, hal. 172 untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling
(Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia). sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari
5
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam, PT. siaran iklan niaga, sedangkan untuk
Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 242 Lembaga Penyiaran Publik paling sedikit
6
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 59-60.

81
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

30% (tiga puluh per seratus) dari siaran meskipun untuk aplikasinya cenderung sulit
iklannya. untuk mencari ukuran-ukuran dan batasan-
10. Waktu siaran lembaga penyiaran batasannya.7
dilarang dibeli oleh siapa pun untuk Mengambil salah satu contoh seperti
kepentingan apa pun, kecuali untuk iklan rokok, secara khusus kode etik
siaran iklan. periklanan meyebutkan:
11. Materi siaran iklan wajib menggunakan a. Iklan tidak boleh mempengaruhi atau
sumber daya dalam negeri. merangsang orang untuk mulai merokok;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 b. Iklan tidak boleh menyarankan bahwa
tentang Penyiaran, mengatur mengenai tidak merokok adalah hal yang tidak
sensor isi siaran dalam Pasal 47:Isi siaran wajar;
dalam bentuk film dan/atau iklan wajib c. Iklan tidak boleh menggambarkan orang
memperoleh tanda lulus sensor dari merokok dalam kegiatan-kegiatan yang
lembaga yang berwenang. membahayakan keselamatan;
Sebagai sarana pemasaran tentunya d. Iklan rokok tidak boleh menampilkan
peran iklan dimaksudkan untuk mendorong atau ditujukan terhadap anak-anak di
penciptaan kebutuhan produk konsumen bawah usia 16 (enam belas) tahun dan
yang diiklankan, memantapkan dan atau atau wanita hamil;
meningatkan pangsa pasar produk e. Iklan tidak boleh dimuat pada media
tersebut, sedangkan sebagai sarana periklanan yang khalayak sasaran
penerangan iklan berfungsi pula sebagai utamanya anak-anak di bawah usia 16
penyampai keterangan yang seharusnya (enam belas) tahun.8
juha memenuhi persyaratan jujur dan Periklanan merupakan suatu bidang
bertanggung jawab dalam menawarkan usaha yang cukup unik, di satu sisi ia terikat
produk atau gagasan pada khalayak ramai. pada hubungan kerja dengan pelaku usaha
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah yang memperkerjakannya, namun disisi lain
apakah Tata Krama dan Tata Cara ia di wajibkan untuk turut bertanggung
Periklanan Indonesia (TKTCPI) menyediakan jawab atas hasil kerja/hasil karya yang
tolok ukur dari prinsip-prinsip etika, dibuatnya berdasarkan atas perjanjian dan
tanggung jawab sosial, dan perlindungan perintah kerja yang diterimanya. Pada
nilai-nilai budaya ? dan apakah Tata Krama umumnya pelaku usaha periklanan. Hanya
dan Tata Cara Periklanan Indonesia bekerja berdasarkan data dan informasi
(TKTCPI) dilengkapi dengan badan penaatan yang disediakan oleh pelaku usaha yang
Tata Krama yang memiliki, wewenang mempekerjakannya. Prestasi yang
objektif ? Kewenangan dimaksud adalah dihasilkannya pun banyak dipengaruhi atas
kewenangan untuk secara mandiri lepas kehendak dari pihak yang
dari kepentingan bisnis yang mempekerjakannya. Mengakomodasi itu
melatarbelakanginya dalam mengambil semua, pelaku usaha periklanan harus
keputusan, menetapkan ada atau tidaknya dapat menempatkan posisinya secara
pelanggaran prinsip-prinsip berusaha yang nentral dan seimbang, dengan tidak
telah ditetapkan. Badan ini haruslah melupakan kewajibannya untuk menaati
memenuhi syarat-syarat objektif dalam ketentuan hukum yang berlaku dan
mengambil setiap keputusan dan putusan mengindahkan asas kepatutan, kesusilaan,
itu efektif dalam pelaksanaannya.
Prinsipnya setiap Kode Etik Profesi tentulah
yang menjadi tolok ukurnya adalah “hati 7
nurani”, “moral” dan “nilai-nilai etik”, Ibid, hal. 26.
8
Ibid.

82
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

ketertiban umum, dan kebiasaan yang dicegah penggunaan iklan menyesatkan,


berlaku pada masyarakat luas.9 menipu atau mengelabui konsumen.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Mengenai periklanan, rancangan undang-
tentang Perlindungan Konsumen, undang perlindungan konsumen tidak
menyatakan dalam Pasal 17 ayat (1): mengatur secara spesifik, karena
Pelaku usaha periklanan dilarang diharapkan ketentuan periklanan dapat
memproduksi iklan yang : diatur dalam peraturan perundang-
a. mengelabui konsumen mengenai undangan tersendiri. Muatan yang akan
kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan diatur dibatasi kepada kegiatan atau
harga barang dan/atau tarif jasa serta perbuatan pengusaha yang menawarkan
ketepatan waktu penerimaan barang barang melalui iklan termasuk perusahaan
dan/atau jasa; periklanan atau media periklanan.10
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap Pentingnya informasi-informasi tentang
barang dan/atau jasa; mutu/kualitas dan hal-hal lain yang
c. memuat informasi yang keliru, salah, berkaitan dengan produk barang dan jasa
atau tidak tepat mengenai barang yang ditawarkan juga diharapkan dapat
dan/atau jasa; memproteksi konsumen dari praktik-praktik
d. tidak memuat informasi mengenai risiko iklan yang mengandung unsur-unsur
pemakaian barang dan/atau jasa; kecurangan dan penipuan (deception).11
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau Hakikatnya iklan-iklan yang tidak jujur dan
seseorang tanpa seizin yang berwenang tidak bertanggung jawab masih tetap
atau persetujuan yang bersangkutan; berjalan dan risiko dari iklan tersebut tetap
f. melanggar etika dan/atau ketentuan dipikul oleh pihak konsumen. Banyak aspek
peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi sulitnya penegakan
mengenai periklanan. hukum dalam praktik periklanan ini. Baik
Pasal 17 ayat (2): Pelaku usaha dari kalangan konsumen sendiri, pelaku
periklanan dilarang melanjutkan peredaran usaha maupun belum adanya political will
iklan yang telah melanggar ketentuan pada dari pemerintah. 12Tanggung jawab sosial
ayat (1). lainnya dari perusahaan atau prosuden
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 adalah dalam hal kegiatan komunikasi
tentang Perlindungan Konsumen, perusahaan. Salah satu bentuk kegiatan
menyatakan dalam Pasal 13 ayat (2): Pelaku komunikasi perusahaan adalah promosi
usaha dilarang menawarkan, atau iklan.13 Di dalam menjalankan kegiatan
mempromosikan atau mengiklankan obat, promosi, perusahaan harus memperhatikan
obat tradisional, suplemen makanan, alat berbagai aspek terutama yang terkait
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan kondisi sosial dan budaya
dengan cara menjanjikan pemberian hadiah
berupa barang dan/atau jasa lain. 10
ErmanRajagukgukdkk, Hukum Perlindungan
Hakikat iklan dalam kerangka Konsumen, (Penyunting) HusniSyawali dan Neni Sri
perlindungan konsumen merupakan janji Imaniyati, Cetakan l. CV. Mandar Maju. Bandung,
dari pihak yang mengumumkan. Iklan 2000, hal. 19. (Lihat Nurmadjito, Kesiapan Perangkat
dalam berbagai bentuknya mengikat pihak Peraturan Perundang-Undangan tentang
Perlindungan Konsumen Dalam Menghadapi Era
yang mengumumkan dengan segala Perdagangan Bebas. hal. 19).
akibatnya. Sebagai sumber informasi 11
Taufik H. Simatupang, Op.Cit, 2004, hal. 13.
12
barang atau jasa yang ditawarkan. Harus Ibid, hal. 14.
13
H. Mulyadi, Nitisusastro, Perilaku Konsumen
Dalam Perspektif Kewirausahaan, cetakan kesatu.
9
Ibid, hal. 49. alfabeta, cv. Bandung. 2012, hal. 253.

83
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

masyarakat. Iklan-iklan yang sudah berhasil Republik Indonesia, dan KPI Daerah
menarik pembeli yang dilakukan di suatu diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat
negara tidak serta merta dapat dilakukan di Daerah Provinsi.
negara yang sedang berkembang. Di Undang-Undang Nomor 32 Tahun
negara-negara yang sedang berkembang di 2002 tentang Penyiaran, dalam Pasal 8
mana nilai-nilai keagamaan masih sangat menyatakan pada ayat:
kental, perusahaan harus menaruh (1) KPI sebagai wujud peran serta
perhatian yang khusus dalam pemasangan masyarakat berfungsi mewadahi
iklan. Pencitraan suatu produk melalui aspirasi serta mewakili kepentingan
personifikasi seorang bintang film masyarakat akan penyiaran.
perempuan dengan pakaian yang tidak (2) Dalam menjalankan fungsinya
sesuai dengan nilai budaya setempat akan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
mengudang proses masyarakat. Hal ini KPI mempunyai wewenang:
telah terjadi beberapa tahun yang lalu dan a. menetapkan standar program siaran;
protes masyarakat tidak berlajutkarna b. menyusun peraturan dan
produsen pemasang iklan segera merubah menetapkan pedoman perilaku
tampilan iklannya. Masih ada beberapa penyiaran;
contoh bentuk-bentuk komunikasi c. mengawasi pelaksanaan peraturan
pemasaran lainnya yang kurang sesuai dan pedoman perilaku penyiaran
dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. serta standar program siaran;
Sekali kagi tanggung jawab sosial para d. memberikan sanksi terhadap
produsen meliputi wilayah yang sangat luas pelanggaran peraturan dan pedoman
dan perlu mendapat perhatian perilaku penyiaran serta standar
14
sebagaimana mestinya. program siaran;
e. melakukan koordinasi dan/atau
B. Penyelesaian Pelanggaran Dalam kerjasama dengan Pemerintah,
Kegiatan Penyiaran Iklan Niaga lembaga penyiaran, dan masyarakat.
1. Wewenang dan Tugas Komisi Penyiaran (3) KPI mempunyai tugas dan kewajiban:
Indonesia (KPI) a. menjamin masyarakat untuk
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 memperoleh informasi yang layak
tentang Penyiaran, dalam Pasal 7 mengatur dan benar sesuai dengan hak asasi
kedudukan Komisi Penyiaran Indonesia manusia;
sebagaimana disebutkan dalam ayat: b. ikut membantu pengaturan
1. Komisi penyiaran sebagaimana dimaksud infrastruktur bidang penyiaran;
dalam Pasal 6 ayat (4) disebut Komisi c. ikut membangun iklim persaingan
Penyiaran Indonesia, disingkat KPI. yang sehat antarlembaga penyiaran
2. KPI sebagai lembaga negara yang dan industri terkait;
bersifat independen mengatur hal-hal d. memelihara tatanan informasi
mengenai penyiaran. nasional yang adil, merata, dan
3. KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk di seimbang;
tingkat pusat dan KPI Daerah dibentuk di e. menampung, meneliti, dan
tingkat provinsi. menindaklanjutiaduan, sang-gahan,
4. Dalam menjalankan fungsi, tugas, serta kritik dan apresiasi masyarakat
wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat terhadap penye-lenggaraan
diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat penyiaran; dan
f. menyusun perencanaan
14 pengembangan sumber daya
Ibid, hal. 253.

84
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

manusia yang menjamin e. pembekuan kegiatan siaran untuk waktu


profesionalitas di bidang penyiaran. tertentu;
Penjelasan Pasal 8 ayat (2) huruf f. tidak diberi perpanjangan izin
(b):Pedoman perilaku penyiaran tersebut penyelenggaraan penyiaran;
diusulkan oleh asosiasi/ masyarakat g. pencabutan izin penyelenggaraan
penyiaran kepada KPI. Huruf (c):Yang penyiaran.
dimaksud dengan mengawasi pelaksanaan Pasal 46 ayat (6): Siaran iklan niaga yang
peraturan adalah mengawasi pelaksanaan disiarkan pada mata acara siaran untuk
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh KPI. anak-anak wajib mengikuti standar siaran
Huruf (d):Sanksi yang dapat dikenakan untuk anak-anak. Pasal 46 ayat (7):Lembaga
terhadap pelanggaran peraturan dan Penyiaran wajib menyediakan waktu untuk
pedoman perilaku penyiaran dan standar siaran iklan layanan masyarakat. Ayat (8):
program siaran. Penyelesaian pelanggaran Waktu siaran iklan niaga untuk Lembaga
dalam kegiatan siaran iklan niaga tentunya Penyiaran Swasta paling banyak 20% (dua
melalui pemeriksaan oleh Komisi Penyiaran puluh per seratus), sedangkan untuk
Indonesia dan apabila terbukti lembaga Lembaga Penyiaran Publik paling banyak
penyiaran menjalankan kegiatan siaran 15% (lima belas per seratus) dari seluruh
iklan niaga yang bertentangan dengan waktu siaran. Ayat (9): Waktu siaran iklan
peraturan perundang-undangan, maka layanan masyarakat untuk Lembaga
Komisi Penyiaran Indonesia sesuai Penyiaran Swasta paling sedikit 10%
kewenangannya dapat memberikan sanksi (sepuluh per seratus) dari siaran iklan
terhadap pelanggaran peraturan dan niaga, sedangkan untuk Lembaga Penyiaran
pedoman perilaku penyiaran serta standar Publik paling sedikit 30% (tiga puluh per
program siaran. seratus) dari siaran iklannya. Ayat (11):
Materi siaran iklan wajib menggunakan
2. Pemberlakuan Sanksi Hukum sumber daya dalam negeri.
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 32 Izin adalah perangkat hukum
Tahun 2002 tentang Penyiaran, disebutkan adminsitrasi yang digunakan pemerintah
bahwa: Pimpinan badan hukum lembaga untuk mengendalikan warganya agar
penyiaran bertanggung jawab secara umum berjalan dengan teratur dan untuk tujuan
atas penyelenggaraan penyiaran dan wajib ini diperlukan perangkat administrasi. Salah
menunjuk penanggung jawab atas tiap-tiap satu perangkat administrasi adalah
program yang dilaksanakan. Sanksi organisasi dan agarorganisasi ini berjalan
Administrasi diatur dalam Undang-Undang dengan baik, perlu dilakukan pembagian
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tugas. Sendi utama dalam pembagian tugas
Pasal 55 menyatakan pada ayat (1)Setiap adalah adanya koordinasi dan
orang yang melanggar ketentuan pengawasan.15 Izin adalah suatu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat persetujuan dari penguasa berdasarkan
(6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), dan ayat (11), peraturan perundang-undangan dan
dikenai sanksi administratif, berupa: peraturan pemerintah. Izin pada prinsipnya
a. teguran tertulis; memuat larangan, persetujuan yang
b. penghentian sementara mata acara yang merupakan dasar pengecualian.
bermasalah setelah melalui tahap Pengecualian itu harus diberikan oleh
tertentu;
15
c. pembatasan durasi dan waktu siaran; H. JuniarsoRidwan dan Achmad SodikSudrajat,
d. denda administratif; Hukum Adminsitrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik, Cetakan l. Nuansa. Bandung.
2010, hal. 92.

85
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

undang-undang untuk menunjukkan 2. pidana penjara;


legalitas sebagai suatu ciri negara hukum 3. pidana kurungan;
yang demokrasi.16 4. pidana denda;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 5. pidana tutupan.
tentang Penyiaran, Pasal 58 b. pidana tambahan:
menyatakan:dipidana dengan pidana 1. pencabutan hak-hak tertentu;
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau 2. perampasan barang-barang tertentu;
denda paling banyak Rp500.000.000,00 3. pengumuman putusan hakim.
(lima ratus juta rupiah) untuk penyiaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
radio dan dipidana dengan pidana penjara tentang Penyiaran,mengaturmengenai
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda penyidikan terhadap tindak pidana di bidang
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima penyiaran termasuk dalam kegiatan
miliar rupiah) untuk penyiaran televisi, siaraniklan niaga sebagaimana dinyatakan
setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 56 ayat:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1. Penyidikan terhadap tindak pidana yang
(3): Siaran iklan niaga dilarang melakukan: diatur dalam Undang-undang ini
a. promosi yang dihubungkan dengan dilakukan sesuai dengan Kitab Undang-
ajaran suatu agama, ideologi, pribadi undang Hukum Acara Pidana.
dan/atau kelompok, yang menyinggung 2. Khusus bagi tindak pidana yang terkait
perasaan dan/atau merendahkan dengan pelanggaran ketentuan
martabat agama lain, ideologi lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
pribadi lain, atau kelompok lain; ayat (5) huruf b dan huruf e, penyidikan
b. promosi minuman keras atau sejenisnya dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri
dan bahan atau zat adiktif; Sipil sesuai dengan ketentuan Undang-
c. promosi rokok yang memperagakan undang yang berlaku.
wujud rokok; Pasal 34 ayat (5) Undang-Undang Nomor
d. hal-hal yang bertentangan dengan 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai menyatakan Izin penyelenggaraan
agama; dan/atau penyiaran dicabut karena: huruf (b):
e. eksploitasi anak di bawah umur 18 melanggar penggunaan spektrum frekuensi
(delapan belas) tahun. radio dan/atau wilayah jangkauan siaran
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 yang ditetapkan; huruf (e): melanggar
tentang Penyiaran, Pasal 59:Setiap orang ketentuan mengenai standar program
yang melanggar ketentuan sebagaimana siaran setelah adanya putusan pengadilan
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (10) dipidana yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
dengan pidana denda paling banyak Penyelesaian pelanggaran dalam
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) kegiatan siaran iklan niagamemerlukan
untuk penyiaran radio dan paling banyak dukungan dari Komisi Penyiaran Indonesia
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang mempunyai wewenang menyusun
untuk penyiaran televisi. peraturan dan menetapkan pedoman
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum perilaku penyiaran dan mengawasi
Pidana (KUHP), menyebutkan Pidana terdiri pelaksanaan peraturan dan pedoman
atas: perilaku penyiaran serta standar program
a. pidana pokok: siaran dan memberikan sanksi terhadap
1. pidana mati; pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program
16 siaran termasuk melakukan koordinasi
Ibid, hal. 92.

86
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, dan denda administratif


lembaga penyiaran, dan masyarakat. diberlakukanterhadap lembaga
Diperlukan peningkatan kesadaran hukum penyiaran apabila terbukti melakukan
dari lembaga penyiaran untuk mencegah pelanggaran sanksi pidana yaitu
adanya kegiatan siaran iklan niaga, yang penjara paling lama 2 (dua) tahun
melakukan promosi yang isinya dan/atau denda paling banyak
bertentangan ajaran suatu agama, ideologi, Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
pribadi dan/atau kelompok, yang rupiah) untuk penyiaran radio dan
menyinggung perasaan dan/atau pidana penjara paling lama 2 (dua)
merendahkan martabat agama lain, tahun dan/atau denda paling banyak
ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
lain dan promosi minuman keras atau rupiah) untuk penyiaran televisi.
sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
promosi rokok yang memperagakan wujud B. Saran
rokok serta hal-hal yang bertentangan 1. Larangan dalam melakukan kegiatan
dengan kesusilaan masyarakat dan nilai- penyiaran siaran iklan niaga perlu
nilai agama. ditaati oleh lembaga penyiaran dan
untuk materi siaran iklan niaga yang
PENUTUP disiarkan melalui lembaga penyiaran
A. Kesimpulan perlu diawasi oleh Komisi Penyiaran
1. Larangan dalam melakukan kegiatan Indonesia untuk mencegah terjadinya
penyiaran siaran iklan niaga, yaitu pelanggaran atas Undang-Undang
melakukan promosi yang merendahkan Nomor 32 Tahun 2002 tentang
dan menyinggung perasaan ajaran Penyiaran.Komisi Penyiaran Indonesia
suatu agama, ideologi, pribadi perlu meingkatakan kerjasama dan
dan/atau kelompok dan bertentangan koordinasi dengan dengan Pemerintah,
dengan kesusilaan masyarakat dan lembaga penyiaran, dan masyarakat.
nilai-nilai agama. Siaran iklan niaga 2. Proses penyelesaian pelanggaran
juga dilarang melakukan promosi dalam penyiaran siaran iklan niaga
minuman keras atau zat adiktif lain harus diselesaikan melalui Komisi
termasuk promosi rokok yang Penyiaran Indonesia dengan
memperagakan wujud rokok serta memberikan sanksi terhadap
eksploitasi anak di bawah umur 18 pelanggaran peraturan dan pedoman
(delapan belas) tahun. Materi siaran perilaku penyiaran serta standar
iklan niaga wajib memenuhi program siaran kemudian
persyaratan Komisi Penyiaran menindaklanjuti bentuk pelanggaran
Indonesia. yang memenuhi unsur-unsur tindak
2. Penyelesaian pelanggaran dan pidana melalui proses peradilan
pemberlakuan sanksi hukum akibat terhadap lembaga penyiaran dan
terjadinya pelanggaran dalam kegiatan pimpinan badan hukum lembaga
siaran iklan niaga, dilaksanakan oleh penyiaran serta penanggung jawab
Komisi Penyiaran Indonesia yang atas tiap-tiap program yang
berwenang menyusun peraturan dan dilaksanakan baik untuk lembaga
menetapkan pedoman perilaku penyiaran swasta maupun publik.
penyiaran,serta mengawasi
pelaksanaannya sesuai standar
program siaran.Sanksi administratif

87
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

DAFTAR PUSTAKA Konsumen, Cetakan ke-1. PT. Citra Bakti,


Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara, Bandung, 2004.
Bandung, 2008. Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Keenam, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum,
Empat, Jakarta, 2011. Cetakan Kelima, PT. Rineka Cipta,
BarkatullahHalimAbdul, Perlindungan Jakarta, 2007.
Hukum Bagi Konsumen Dalam Transaksi Tebba Sudirman, Hukum Media Massa
E-Commerce Lintas Negara di Indonesia, Nasional, Cetakan l. Pustaka ir-Van,
Pascasarjana FH UII dan FH UII Press. Ciputat, Tangerang, Banten. 2007.
Yogyakarta. 2009. WidjajaGunawan dan Ahmad Yani, Hukum
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Tentang Perlindungan Konsumen,
(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Cetakan Keempat, PT. Gramedia Pustaka
Grafika, Jakarta, 2008. Utama, Jakarta, 2008.
Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Cetakan
Ke-l. PT. RadjaGrafindo Persada. Jakarta,
2010.
Kristiyanti Tri Celina, Hukum Perlindungan
Konsumen, Edisi l. Cetakan Pertama.
Sinar Grafika. Jakarta, 2008.
Miru Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
NitisusastroMulyadiH., Perilaku Konsumen
Dalam Perspektif Kewirausahaan,
cetakan kesatu. alfabeta, cv. Bandung.
2012.
NugrohoAdiSusanti, Proses Penyelesaian
Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya,
Edisi l. Cetakan ke-l. KencanaPrenada
Media Group. Jakarta. 2008.
RajagukgukErmandkk, Hukum Perlindungan
Konsumen, (Penyunting) HusniSyawali
dan Neni Sri Imaniyati, Cetakan l. CV.
Mandar Maju. Bandung, 2000.
Ridwan HR, Hukum Adminstrasi Negara,
Edisi l. Cet. 4. PT. RadjaGrafindo, Jakarta,
2008.
RidwanJuniarsoH dan Achmad
SodikSudrajat, Hukum Adminsitrasi
Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Cetakan l. Nuansa. Bandung. 2010.
Simatupang H. Taufik, Aspek Hukum
Periklanan Perspektif Perlindungan

88

Anda mungkin juga menyukai