Anda di halaman 1dari 7

“ Perdagangan Internasional ”Mengintegrasikan Pertumbuhan Ekonomi

Bangsa

Muhammad Alfarizi

142200278

Tujuh puluh tiga tahun bangsa Indonesia terbebas dari penjajah. Perlu
perjuangan keras untuk berteriak “merdeka!”. Merdeka karena rasa integrasi yang
melekat di hati bangsa sehingga bisa menyatukan beribu-ribu pulau Indonesia
yang sangat luas ini. Dari hal tersebut, Indonesia sangat diuntungkan di bidang
perdagangan karena bisa memanfaatkan ekonomi hasil alamnya. Menurut
Baldwin, R., Forslid, R., Martin, P., Ottaviano, G., Robert-Nicoud, (2013:45) “
geografi suatu negara sangat menguntungkan kegiatan ekonominya.” Apalagi
dalam lingkungan ekonomi Negara, salah satu kata terkenal yaitu pertumbuhan
ekonomi. Meski ada yang lain Pengangguran, inflasi atau kenaikan harga Proyek
bersama Kemiskinan, distribusi pendapatan dan segera. Pertumbuhan ekonomi
Penting dalam konteks Ekonomi suatu negara karena bisa Sebagai ukuran
Pertumbuhan atau prestasi Meski perekonomian nasional Tindakan yang tidak
bisa disangkal lain. Untuk itu perdagangan suatu negara sangat berhubungan
sekali dengan pertumbuhan ekonomi. Maka pada artikel ini dipaparkan tentang
spesialisasi yang menguntungkan perdagangan Internasional, faktor yang sangat
merugikan perdagangan internasional, dan kesimpulan pada artikel ini.

Salah satu hal yang bisa digunakan Kekuatan pendorong pertumbuhan


ekonomi adalah memanfaatkan perdagangan internasional Penyelamat
menuunjukkan bahwa memanfaatkan perdagangan internasional bangsa bisa
Menjadi mesin pertumbuhan ( stade as engine of growth, Salvatore, 2004). Salah
satu contohnya yaitu dilansir dari CNBC Indonesia peningkatan ekspor tertinggi
ada pada sektor pertanian yang tercatat US$ 4,12 miliar atau naik 13,98%
dibandingkan 2019 sebesar US$ 3,61 miliar. Namun, share (porsi terhadap pangsa
pasar) sektor pertanian untuk keseluruhan ekspor sangat kecil yakni 2,52%,
sehingga meski tumbuh tinggi tapi tidak terlalu berdampak besar bagi total ekspor
tahun lalu. Selanjutnya, industri pengolahan yang tercatat US$ 131,13 miliar atau
naik 2,95% dibandingkan dengan 2019 yang sebesar US$ 127,38 miliar.

Oeh karena itu, kebijakan ekspor Indonesia berhasil karena pada saat itu
hasil pertanian sangat melimpah. Tentu saja perpindahan modal antar negara
Juga merupakan bagian penting Diteliti. Sejalan dengan teori Vernon
mengusulkan untuka memanfaatkan perdagangan internasional sebaik-baiknya,
terutama investasi modal. Mulailah dengan perdagangan Internasional
(McAusland C,2008). Ketika Perdagangan internasional yang sedang
berlangsung daalam bentuk impor dan ekspor, file datang dengan situs produksi
seluler. Perluasan skala pasar ditandai dengan peningkatan Impor produk
tertentu di suatu negara / kawasan, akan Memproduksi barang-barang ini di
dalam negeri Pengimpor. Kemungkinan ini didasarkan pada perbandingan antara
harga pokok produksi di negara pengekspor ditambah dengan biaya
pengangkutan dan biaya produksi barang di negara pengimpor. Jika biaya
produksi negara pengekspor ditambah biaya pengangkutan lebih besar dari biaya
produksi negara pengimpor, maka investor akan memindahkan lokasi produksi
ke negara pengimpor (McAusland C, 2008). Perdagangan internasional
mendorong setiap negara ke arah tempat yang mengkhususkan diri dalam
produksi barang. Negara memiliki keuntungan Membandingkan. Jika biayanya
konstan, Akan ada spesialisasi produksi lengkap, dan jika terjadi peningkatan
biaya, spesialisasi tidak lengkap. Menurut Chen MX and Mattoo A (2008:13)
spesialisasi tidak membawa manfaat apapun dengan sendirinya Komunitas,
kecuali didampingi Kemungkinan pertukaran hasil diproduksi dengan barang
lain yang dibutuhkan

Didalam perdagangan internasional diperlukan spesialisaasi agar


pertumbuhan ekononomi meningkat. Menurut Copeland B and Gulati S (2006:5)
spesialisasi plus perdagangan bisa meningkatkan pendapatan riil masyarakat,
tetapi spesialisasi tanpa perdagangan itu sebenarnya bisa mengurangi
kesejahteraan publik. Salah satu contohnya Indonesia berspesialisasi di bidang
minyak sawit yang dimana dilansir dari Bisnis.Com bahwa total pendapatan
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDPKS) dari pungutan
ekspor sawit dari 2015 - 2020 mencapai Rp51 triliun. Tapi apa spesialisasi plus
ini? perdagangan selalu menguntungkan negara? Dalam uraian di atas, kita bisa
menyimpulkan bahwa CPF adalah setelah perdagangan selalu lebih tinggi atau
setidaknya sama dengan CPF sebelumnya sehingga perdagangan akan gagal
pendapatan riil masyarakat lebih rendah, dan sangat mungkin saya akan berbuat
lebih banyak tinggi Namun harap diperhatikan analisisnya Ini "statis", artinya
tidak Mempertimbangkan efek ini Muncul saat situasi berubah atau berkembang
yang sudah dijumpai faktanya.

Bayangkan negara seperti ini karena dorongan spesialisasi perdagangan,


hanya memproduksi karet dan kayu. Kalau karet dan kayu harganya jatuh
keruntuhan ekonomi domestik akan jatuh secara otomatis. Kasus lain jika negara
tidak hanya mengkhususkan diri pada keduanya, tetapi juga dengan
menghasilkan hal-hal baik lainnya untuk ekspor serta untuk kebutuhan pokok di
negara sendiri. Harga lebih rendah dari satu atau dua hal mungkin cukup
dikompensasi dengan kenaikan harga barang lainnya. Ini adalah konflik atau
konflik antara spesialisasi dan diversifikasi. Menurut Gulati S (2008:15) “
Spesialisasi meningkatkan penghasilan masyarakat secara maksimal denggan
resiko konsekuensi mereka harus demikian mengorbankan beberapa
pertumbuhan pendapatan dari spesialisasi”. Sekarang hampir semua negara di
dunia bahwa spesialisasi yang terlalu jauh( meskipun didasarkan atas prinsip ke
unggulan komperatif, seperti yan gditunjukan oleh teori ekonomi) bukanlah
keadaan yang baik. Manfaat dari diversifikasi harus pula diperhitungkan

Menurut Jaffe A, Peterson S, Portney P, and Stavins R (1993:13)


Keamanan nasional juga berpengaruh terhadap perdagangan internasional yang
merupaka dasar untuk mempertumbuhkan ekonom. Bayangkan saja negara
menghasilkan satu barang seperti karet dan mereka harus mengimpor dahulu .
Meski ada karet cabang produksi di negara itu berada memiliki keunggulan
komparatif yang tertinggi sehingga bisa naik .Tentu saja, CPF menjadi semakin
mungkin dengan keadaan seperti tidak sehat..Seandainya terjadi perang atau
apapun yangmenghambat perdagangan luar negeri, dari manakah diperoleh
bahan makanan bagipenduduk negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi
seperti yang didiktekan olehkeunggulan komperatif tidak harus selaludiikuti
apabila ternyata kelangsungan hidupnegara itu sendiri sama sekali tidak terjamin

Dualisme pun mempengerahi perdagangan Internasional. Menurut


Lyon TP and Maxwell JW (2008:9) “ Sejarah perdagangan internasional negara
berkembang, terutama saat mereka masi menjadi koloni negara-negara Eropa,
yang ditandai dengan munculnya sektor berorientasi ekspor ke pasar dunia dan
sedikit terkait dengan sektor tradisional dalam negeri. Sektor ekspor, di satu sisi
bukan bagian dari negri tersebut, tetapi bagian dari pasar dunia. “ Di keadaan
seperti spesialisasi dan perdagangan internasional tidak memberi manfaat bagi
perekonomian dalam negeri. Hal tersebut adalah keadaan di negara-negara
berkembang setelah mereka menunjukkan kemerdekaan perubahan.

Ketiga keadaan tersebut di atas adalah peringatan bagi kita untuk tidak
begitu saja dan tanpa reserve menerima dalil perdagangan Neoklasik bahwa
spesialisasi dan perdagangan selalu menguntungkan dalam keaadaan apapun.
Tetapi di lain pihak, uraian diatas tidak merupkan bukti bahwa manfaat dari
perdagangan tidaklah bisa dipetik dalam kenyataan. Teori keunggulan komperatif
masih memiliki kebenaran dasarnya, yaitu bahwa suatu negara seyogyanya
memanfaatkan keunggulan komperatifnya dan kesempatan”transformasi lewat
perdagangan”. hanya saja perlu diperhatikan bahwa dalam hal-hal tertentu
pertimbangan-pertimbangan lain yang jangan dilupakan.

Perdagangan meningkatkan pendapatan riil masyarakat. Menurut


Copeland B and Scott Taylor M (2004:25) “ Dengan pendapatan riil yang lebih
tinggi berarti negara tersebut mampu untuk menyisihkan dana sumber-sumber
ekonomi yang lebih besar bagi investasi (inilah yang disebut “investible
surplus”).” Investasi yang lebih tinggi berarti laju pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi. Jadi perdagangan bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi. inilah
inti dari pengaruh perdagangan internasional terhadap produksi lewat investible
surplus.

Kenaikan investible surplus karena perdagangan adalah sesuatu yang


nyata. Tetapi kita harus mmpertanyakan lebih lanjut siapa yang memperoleh
manfaat, berapa besar manfaat tersebut yang di realisir sebagai investasi dalam
negeri, dan adakah pengaruh dari manfaat tersebut terhadap pembangunan
ekonomi dalam arti yang sesungguhnya.

Menurut Gulati S and Roy D (2008:28) “ perdagangan luar negeri


membuka daerah pasar baru yang lebih luas bagi hasil-hasil didalam negeri ”.
Produksi dalam negeri yang semula terbatas karena terbatasnya pasar di dalam
negeri, sekarang bisa diperbesar lagi. Sumber-sumber ekonomi yang semula
menggangur (surplus) sekarang memperoleh saluran (vent) untuk bisa
dimanfaatkan, karena adanya daerah pasar yang baru. inti dari konsep “vent for
surplus” adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terangsang oleh terbukanya daerah
pasar baru. Sebagai contoh, suatu negara yang kaya raya tanah pertanian tetapi
penduduk relatif sedikit. Sebelum kemungkinan perdagangan dengan luar negeri
terbuka, negara tersebut hanya mnghasilkan bahan makanan yang cukup untuk
menghidupi penduduknya dan tidak lebih dari itu

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salat satu faktor utama untuk meningkatkan
value. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun
(lihat Jalur sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi,
sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan 
Sumber Referensi

Baldwin, R., Forslid, R., Martin, P., Ottaviano, G., Robert-Nicoud, F., 2003.
Economic Geography and Public Policy. Princeton University Press, Princeton.

Chen MX and Mattoo A (2008) Regionalism in standards: Good or bad for


trade? Canadian Journal of Economics.

Copeland B and Gulati S (2006) Trade and the environment in developing


countries. In: Lopez RE and Toman M (eds.) Economic Development and
Environmental Sustainability: New Policy Options. In: Stiglitz JE (ed.) The
Initiative for Policy Dialogue Series. New York: Oxford University Press.

Copeland B and Scott Taylor M (2004) Trade, growth and the environment.
Journal of Economic Literature.

Edi Suwiknyo, 2021 “ BPDKS Busukan pendapatan Rp 51 Triliun dari kelapa


sawit, ini rinciannya”,

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200715/9/1266211/bpdpks-bukukan-
pendapatan-rp51-triliun-dari-ekspor-kelapa-sawit-ini-rinciannya-, Diakses pada
23 maret 2021.

Gulati S and Roy D (2008) National treatment and the optimal regulation of
environmental externalities. Canadian Journal of Economics.

Jaffe A, Peterson S, Portney P, and Stavins R (1995) Environmental regulation


and the competitiveness of U.S. Manufacturing: What does the evidence tell US?
Journal of Economic Literature .

Lyon TP and Maxwell JW (2004) Corporate Environmentalism and Public Policy.


Cambridge, UK; New York: Cambridge University Press.

Lidya Julitas Sembiring, 2021. “10 komoditas paling banyak diekspor 2020, inilah
daftarnya“, https://www.cnbcindonesia.com/news/20210115155714-4-216349/10-
komoditas-ri-paling-banyak-diekspor-di-2020-ini-daftarnya-, diakses pada 23
maret 2021

McAusland C (2008) Trade, politics and the environment: Tailpipe vs.


smokestack. Journal of Environmental Economics and Management.

Salvatore, Dominick. 2004. Theory and Problem of Micro Economic Theory. 3rd
Edition. Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul. Penebit Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai