Anda di halaman 1dari 12

FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No.

01, Januari-Juni 2020


https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

NILAI EDUKATIF TRADISI PERINGATAN HARI KEMATIAN


DI KENAGARIAN MANGGOPOH, SUMATRA BARAT

Irsyadul Ubad
MTsS Nurul Yaqin Siti Manggopoh Kabupaten Agam, irsyadulubad@roketmail.com

Silfia Hanani
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, silfia_hanani@yahoo.com

Iswantir M.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, iswantir@iainbukittinggi.ac.id

Diterima: 31 Maret 2020 Direvisi : 27 Juni 2020 Diterbitkan: 30 Juni 2020

Abstract
The Nagari Manggopoh community has a tradition of commemorating the day of one's death which takes
place on the third, seventh, fourteenth, fortieth, hundredth, and thousandth days, but the community does
not yet understand the educational values. The focus of the research is educative values in the tradition of
commemorating the day of death, and their implications for strengthening Minangkabau traditional values.
The object of this research is the Islamic community in Nagari Manggopoh that carries out a tradition of
commemorating one's death by analyzing the educational values contained in it. The population in this
study is the community who carry out the tradition of the commemoration of death. Data collection
techniques are observation and interviews, then analyzed using qualitative analysis techniques, with
inductive, deductive, and descriptive methods. The results of this research showed that there were some
educative values contained in the tradition, namely sociological, cultural and cultural educational values,
historical, and leadership.
Keywords: Tradition, Educational Value, Minangkabau Custom, Manggopoh.

Abstrak
Masyarakat Nagari Manggopoh memiliki sebuah tradisi memperingati hari kematian
seseorang yang berlangsung pada hari ketiga, ketujuh, keempatbelas, keempatpuluh,
keseratus, dan keseribu, akan tetapi masyarakat belum memahami nilai-nilai edukatifnya.
Fokus penelitian adalah nilai-nilai edukatif dalam tradisi memperingati hari kematian, serta
implikasinya terhadap penguatan nilai-nilai adat Minangkabau. Objek penelitian ini adalah
masyarakat Islam yang berada di Nagari Manggopoh, yang melakukan tradisi memperingati
kematian seseorang dengan menganalisis nilai-nilai edukatif yang terdapat di dalamnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melaksanakan tradisi peringatan
kematian. Teknik pengumpulan data adalah observasi dan wawancara, kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisa kualitatif, dengan metode induktif, deduktif, dan
deskriptif. Hasil penelitian ditemukan beberapa nilai educatif, yakni nilai edukatif sosiologis,
budaya dan tradisi, historis, dan kepemimpinan.
Kata Kunci: Tradisi, Nilai Edukatif, Adat Minangkabau, Manggopoh.

Irsyadul Ubad, dkk. 30 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

PENDAHULUAN Nagari Manggopoh pun beragam. Mayoritas


Manggopoh, secara tatanan sosial (99%) etnis Minang dengan beberapa suku, yakni;
kemasyarakatan, merupakan nagari peralihan dan Sikumbang, Caniago, Tanjung, Koto, Mandailing,
perpaduan dalam hal budaya, adat istiadat, dan Melayu, Jambak, Guci, dan lebihnya(1%)terdiri
tradisi. Perpaduan budaya, adat istiadat, dan dari etnis Jawa, Batak, Nias, dan NTT.3
tradisi tesebut juga membawa pengaruh pada Dalam praktek ritual keagamaan yang
praktek ritual keagamaan masyarakat di paling berpengaruh terhadap masyarakat
Manggopoh. Peralihan dan perpaduan budaya, Manggopoh yaitu pemahaman keagamaan yang
tradisi, serta ritual keagamaan tersebut terjadi terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, yang
karena Manggopoh mendapat pengaruh dari merupakan warisan dari ajaran Syaikh
Kecamatan Tanjung Mutiara yang mempraktekan Burhanuddin dan murid-muridnya, berupa aliran
budaya, adat istiadat, dan tradisi yang terdapat di Tarekat Syatariyah dengan berbagai tradisi ritual
daerah Padang Pariaman. keagamaan serta beberapa pemahaman lainnya.
Kekayaan budaya Manggopoh bisa Salah satu tradisi yang masih berkembang pada
dipahami secara baik dengan melihat wilayah masyarakat Manggopoh adalah tradisi
tersebut dari aspek geografisnya. Manggopoh memperingati hari kematian pada bilangan hari
merupakan salah satu Nagari di Kecamatan tertentu bagi anggota keluarga yang meninggal.
Lubuk Basung. Balai Satu merupakan pusat nagari Tradisi tersebut memiliki kesamaan dengan yang
sekaligus menjadi Ibu Kota dari Kecamatan dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Padang
Lubuk Basung. Nagari Manggopoh berbatasan Pariaman umumnya, bahkan mirip dengan
dengan Kecamatan Tanjung Mutiara dibagian kebanyakan tradisi yang dipraktekkan oleh
barat, Kecamatan Ampek Nagari disebelah Utara, masyarakat bermahzab Syafi’i di seluruh
Nagari Garagahan dibagian Selatan, sedangkan Indonesia.
pada bagian timurnya berbatasan dengan Nagari Tatacara penyelenggraan jenazah dan
Kampung Pinang dan Nagari Lubuk Basung. peringatan kematian dilaksanakan meniru kepada
Manggopoh juga dilalui Jalan Lintas Pasaman- yang sudah berlangsung selama ini dalam simbol-
Padang via Pariaman, dan Pasaman-Bukittinggi simbol yang dipakai, baik itu yang terdapat pada
via Maninjau.1 waktu, tempat, peralatan, dan prosesi pelaksanaan
Ditinjau dari segi keagamaan, dari jumlah dari acara memperingati kematian. Oleh sebab itu
total 22.042 penduduk nagari Manggopoh, warga proses mempelajari atau system pengajaran tradisi
yang memeluk agama Islam adalah 21.868 jiwa tersebut dinamakan proses belajar sosial, dengan
atau 99,21%, Kristen 173 jiwa, dan Katolik 1 teori imitasi yang dikemukakan oleh Miller dan
(satu) jiwa atau 0,79%.2 Pemahaman atau sekte Dolard yang menekankan pada pengaruh tiruan.4
umat Islam yang terdapat pada masyarakat Kearifan lokal (local wisdom) telah membentuk
Manggopoh terdiri dari; penganut Tarekat nilai-nilai sosial yang menjadi bagian dari
Syattariyah 80%, Naqsabandiyah 12%, Wihdatul kehidupan sehari-hari masyarakat.5
Wujud dan lain sebagainya 3%. Ada juga Adapun nilai edukatif yang terkandung
kelompok-kelompok Islam seperti; dalam ritual penyelenggaraan jenazah, peringatan
Muhammadiyah, Jama’ah Tabligh, Hizbut Tahrir,
Salafi, dan lain-lain 5%. Etnis yang menempati 3 Tim Perumus Profil Nagari Manggopoh, Profil
Nagari Manggopoh.
4 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam
1 Tim Perumus Profil Nagari Manggopoh, Profil (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2008), 251
Nagari Manggopoh (Agam: Kantor Wali Nagari Manggopoh, 5 Kori Lilie Muslim, “Nilai-Nilai Islam Dalam

2015). Budaya Dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya


2 Dinas Cacatan Sipil, Data Kependudukan, Data Minangkabau),” FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan Dan
Kependudukan (Dinas Catatan Sipil, 2018). Kemasyarakatan 01. No. 01 (2019): 49.

Irsyadul Ubad, dkk. 31 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

tiga sampai seribu hari tersebut, diantaranya: mengalami pembusukan dan hancur.8 Mereka
penanaman dan pelestarian tradisi, persaudaran melaksanakan tradisi peringatan hari ke 3, 7, 14,
dan kekeluargaan (ukhuwah), kerjasama dan 40, 100, setahun, 1000 hari tersebut dengan
gotong royong, tanggungjawab sosial, adanya merujuk kepada pendapat ulama dalam kitab-
pembiasaan saling membantu di antara anggota kitab tersebut.
masyarakat baik dalam bentuk materi dan fisik, Di samping itu untuk menguatkan
maupun dari segi rohani (menghilangkan pendapat mereka juga berdalil dengan kaidah
kesedihan keluarga dari yang meninggal, dan juga Dasar ushul fiqih dari hadits Nabi Saw,
nilai edukasi religius atau ibadah, dimana setiap dinyatakan :
hari peringatan tersebut dilaksanakan do’a yang ‫ رسول هللا صلى هللا‬،‫عن ابن مسعود رضي هللا عنه قال‬
sudah baku bacaannya, juga ada istilah sedekah kaji,
َِ ‫ ما رآه الْمسلِمو َن حسنا فَهو ِعْن َد‬:‫عليه وسلم‬
‫اّلل َح َس ٌن‬
yaitu murid-murid TPA, Santri Pesantren, atau َ ًَ َ ْ َ َ
remaja dan masyarakat yang ada disekitarnya akan
)‫(رواه أمحد‬
berdatangan tiap malam untuk tadarus al Qur’an
di rumah kematian sampai hari ke tujuh. Artinya : Dari Ibnu Ma’ud radiallahu ‘anhu, rasulullah
besabda: “Apa-apa yang dianggap baik oleh orang Islam
Nilai-nilai edukasi tersebut searah dengan maka baik pula disisi Allah”.(HR.Ahmad).9
yang dikemukakan Sarjono, yang mengemukakan Dengan demikian tradisi memperingati
empat nilai dasar pendidikan Islam, yakni; nilai hari kematian di kenagarian Manggopoh
keimanan dan ketakwaan, penghargaan terhadap merupakan kelanjutan atau persamaan dari tradisi
manusia dengan segala potensinya, kebebasan dan serupa di Jawa dan berbagai daerah di Indonesia
kemerdekaan, dan tanggung jawab sosial.6 yang dikembangkan oleh penyebar agama Islam
Dalam pelaksanaan peringatan hari tempo dulu, seperti Wali Songo, para Syaikh,
kematian ini juga didapatkan teori pertukaran, termasuk Syaikh Burhanuddin di Sumatera Barat.
yakni ketika semakin banyak seseorang Dalam pelaksanaan tradisi tersebut yang diawali
menghadiri dan memberi, maka apa yang akan pada hari kematian sampai pada peringatan hari
kita terima juga akan lebih baik ataupun ketiga, ketujuh, dan seterusnya terdapat nilai-nilai
seimbang. Orang akan tertarik untuk memberi luhur, diantaranya nilai-nilai pendidikan yang
bila mereka juga akan menerima imbalan, atau mesti dipelajari, dikembangakan dan dilestarikan.
keuntungan dari orang yang diberi.7 Sebagian Penelitian ini menggunakan pendekatan
besar dari pemuka agama sekarang melandaskan kualitatif fenomenologi dan etnografi, yaitu
pelestarian tradisi tersebut kepada kitab-kitab metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
yang sudah dikarang puluhan bahkan ratusan postpositivisme.10
tahun yang mereka pelajari dari Pesantren- Metode kualitatif dipandang sebagai
pesantren kuno seperti; Kitab al-Hawiy, Kitab prosedur penelitian yang menghasilkan data
Nihayah al-Zain, I’anatuttaalibin, Kitab Daqaiqul deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
Akhbar (Berita Ghaib dan Alam Akhirat) yang orang-orang dan perilaku ini dapat diamati
menyatakan bahwa roh manusia sampai hari terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan
ketujuh akan bolak balik ke rumah dan ke melaporkannya seperti apa yang akan terjadi.
kuburnya untuk melihat kondisi orang-orang yang Pendekatan kualitatif ini berkaitan erat dengan
ia tinggalkan, serta melihat jasadnya yang terus
8 M. Ali Chasan Umar, Berita Ghaib & Alam
6 Sarjono, “Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam,” Akhirat (Semarang: Toha Putra, 1977), 76-78.
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. II, N (2005). 9 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Kriteria
7 George Ritzer, Teori Sosiologi: Dari Klasik Sampai Sunnah Dan Bid’ah (Semarang: Pustaka Riski Putra, n.d.), 77.
Perkembangan Terakhir Pasmodern (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 10 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan
2012), 272. (Bandung: Alfabeta, 2014), 15.

Irsyadul Ubad, dkk. 32 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah sendiri yang menjadi awal dan terlepasnya
laku manusia itu sendiri, terlebih objek belenggu kehidupan dunia.12 Tradisi kematian
penelitiannya adalah masyarakat minang yang adalah merupakan bentuk penghormatan yang
kental akan unsur budaya dan agama. diberikan oleh yang hidup terhadap yang mati,
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diiringi dengan doa-doa untuk kebaikan sang
bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul jenazah sekaligus pengingat bagi yang hidup
data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas bahwa suatu saat akan mengikuti jejaknya.13
peran peneliti sebagai pengamat penuh. Dapat diartikan bahwa ada tradisi yang dipelajari
Kehadiran peneliti di ritual tradisi peringatan secara formal atau dengan sengaja di lembaga atau
kematian di Nagari Manggopoh berperan sebagai pada orang-orang tertentu, dan ada pula tradisi
subjek atau informan. Dimaksudkan untuk yang didapatkan melalu proses meniru kepada apa
mempermudah dan mengawal jalannya proses yang sudah berlangsung lama di tengah-tengah
penelitian lapangan. masayarakat, tanpa meneliti atau menganalisa
Untuk menentukan data yang akan manfaat atau kepentingan dari pelaksanaan tradisi
dipergunakan, maka dibutuhkan teknik tersebut bernilai pendidikan atau tidak.
pengumpulan data agar bukti-bukti dan fakta- Peringatan hari kematian sangat erat
fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data dengan kepemimpinan yang dalam satu
objektif. Adapaun teknik pengumpulan data yang masyarakat. Secara umum kepemimpinan
digunakan dalam penelitian ini ada tiga yakni: memiliki tiga unsur, yakni siapa atau apa yang
observasi (observation), wawancara (interview), dan dipimpin, pemimpin dan pedomannya.14 Tradisi
dokumentasi (documentation). kematian sarat dengan nilai-nilai, termasuk nilai
Data yang telah diperoleh melalui kepemimpinan dalam suatu masyarakat. Diantara
wawancara, observasi dan dokumentasi, akan fungsi pendidikan adalah pewarisan budaya,
dilakukan analisis melalui pemaknaan atau proses keterampilan, nilai-nilai serta kepercayaan,
interprestasi terhadap data-data yang telah pemeliharaan generasi muda dan promosi
diperoleh dalam rangka mencari dan menata kelompok bermain. Nilai-nilai seperti kejujuran,
secara sistematis catatan hasil observasi, solidaritas, gotong royong adalah nilai-nilai yang
wawancara dan dokumentasi, agar tersaji dengan tak dapat tidak harus wujud kalau masyarakat itu
baik. akan terus hidup.15 Dalam pendidikan Islam tiga
pokok nilai-nilai Islam harus dikembangkan, yakni
MEMAKNAI TRADISI akidah, ibadah dan akhlak.16
Tradisi terbentuk dari mitos, legenda, Maka hendaknya dalam pelaksanaan
epos, sejarah nyata yang pernah terjadi, maupun tradisi baik yang dipelajari maupun ditiru mesti
refleksi seorang tokoh atas kehidupan yang saat terdapat nilai-nilai pendidikan sosial, yang
itu menjadi persoalan.11 Tradisi yang ada pada
filosof “Ulama‟, dan kaum pelajar adalah sebuah 12 Abdul Karim, “Makna Ritual Kematian Dalam
Tradisi Islam Jawa,” Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan 2
tradisi yang ditanamkan dengan penuh kesadaran, (2017): 161–71.
sementara tradisi dari kebanyakan orang adalah 13 A Abi Aufa, “Memaknai Kematian Dalam

Upacara Kematian Di Jawa,” Humaniora 1 No. 1 (2017): 1–


tradisi yang diterima dari dahulu dengan apa
11.
adanya dan tidak pernah di teliti atau di saring 14 Sadri, “Reorientasi Nilai-Nilai Kepemimpinan

pengembangannya. Kematian adalah suatu fase Lembaga Pendidikan Islam Muhammadiyah Di Indonesia,”
FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan Dan Kemasyarakatan 3.
dan sebuah perjalanan kehidupan masnusia itu No. 1 J (2019): 68.
15 Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, 17.

Agus S S, Suwito, Hidayat A, “Tradisi Dan


11 16 Hasnul Yakin, “Urgensi Akhlak Di Sekolah,”

Ritual Keagamaan Wong Islam Jawa,” Jurnal Kajian Islam FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan Dan Kemasyarakatan
Dan Budaya 2 (2015): 6–25. 02. No. 01 (2018): 48.

Irsyadul Ubad, dkk. 33 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

berguna bagi keberlangsungan suatu masyarakat. kepemimpinan, kerjasama, gotong royong,


Sedangkan pada tataran sosiologis pendidikan keadilan, dan lain sebagainya.
sebuah tradisi ataupun budaya akan tetap Berdasarkan pengalaman pribadi dan
berlanjut walaupun terjadi perubahan-perubahan. penelitian lapangan melalui pengamatan,
Akan tetapi keberlangsungan tradisi atau budaya wawancara, serta data dokumentasi terhadap
tersebut biasanya mengalami beberapa penyelenggaraan jenazah serta tradisi
perubahan, yakni terjadi pengurangan maupun memperingati hari kematian yang peneliti lakukan
penambahan. di Nagari Manggopoh, kemudian dianalisa secara
mendalam, maka secara garis besar ada beberapa
NILAI EDUKATIF DALAM nilai edukasi yang terdapat dalam pelaksanaan
PERINGATAN KEMATIAN tradisi peringatan kematian tersebut, yaitu;
Dalam prosesi penyelengaraan jenazah
dan ritual tradisi memperingati hari kematian di 1. Nilai Edukasi Religius
kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Dengan terjadinya suatu peristiwa
Basung, yang dilaksanakan dari hari kematian, kematian dan dilaksanakannya berbagai ritual
kemudian hari ketiga, ketujuh sampai pada dalam peringatan kematian akan muncul nilai
peringatan hari keseribu, terdapat nilai-nilai edukasi religius baik bagi individu maupun bagi
edukatif, yakni terdapat aspek edukatif, dan kelompok masyarakat tersebut. Nilai edukasi
menimbulkan nilai dan efek edukasi terhadap religius itu diantaranya terdapat pada;
masyarakat, terutama pada generasi muda yang a. Tatacara penyelenggaraan jenazah mulai dari
akan melanjutkan keberlangsungan tradisi yang memandikan, mengkafani, menshalatkan,
sudah diwarisi secara turun temurun tersebut. mengkafani dan menguburkan, pada dasarnya
Aspek edukatif yang terdapat pada tradisi dilaksanakan dengan berpedoman kepada
tersebut di antaranya terdapat pada cara ajaran agama Islam baik dari segi bacaan
pelestariannya yang diajarkan secara turun maupun pelaksanaan, walaupun diselingi
temurun oleh pemuka masyarakat atau tokoh dengan tradisi tertentu seperti bakar
agama kepada generasi penerusnya. Cara yang kemenyan, makan-minum, dan lainnya.
lebiha dominan dapat juga melalui proses belajar b. Nilai edukasi religiusnya juga terlihat dari cara
sosial dengan proses meniru, yaitu dengan meniru berpakaian yang Islami; pakai peci bagi laki-
terhadap peristiwa yang sama yang sudah terjadi laki, dan jilbab atau kerudung bagi perempuan
sebelumnya baik dari segi tatalaksana maupun lambang wanita muslimah.
simbol-simbol yang digunakan dalam peristiwa c. Mengikuti shalat jenazah dan setiap do’a-do’a
kematian dan hari-hari peringatan tersebut. serta bacaan-bacaan zikir yang dibacakan mulai
Sedangkan nilai-nilai edukatif yang setelah pemakaman sampai peringatan-
terkandung dalam penyelenggaraan jenazah dan peringatan.
peringatan hari kematian tersebut diantaranya d. Dimulai pada malam (setelah shalat isya)
adalah dari segi nilai edukasi religius, seperti; pertama sampai hari ketujuh dari kematian
ketaqwaan dengan mengingat Allah (zikrullah) seseorang, maka kelompok-kelompok warga
sebagai yang Maha Menciptakan, Maha serta anak-anak TPA/ MDA datang ke rumah
Menghidupkan dan Maha Mematikan, juga ahli waris untuk memberikan sidakah kaji
mengingat akan adanya peristiwa kematian (zikru (membaca al Qur’an) dengan sistem tadarusan,
al maut), nilai akidah Islamiyah, nilai pendidikan al artinya mereka saling menyimak bacaan,
Qur’an, ritual dan do’a-do’a. Kemudian pada sehingga bila ada yang salah akan diperbaiki
tradisi tersebut tentu memiliki nilai edukasi sosial, bacaannya, pahala bacaan mereka dihadiahkan
yakni nilai persaudaran, toleransi, tanggung jawab, kepada yang meninggal.

Irsyadul Ubad, dkk. 34 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

ِ ِ ِ ‫ت قَْبا فَأ‬ ٍ
‫َج ِر‬
ْ ‫َج ِر َكأ‬ َ ‫َجنَه فْيه أ ْج ِر‬ َ ً ْ ِ‫َح َفَر لَ َمي‬
e. Ada sedekah yang diberikan oleh pelayat untuk
meringankan beban ahli waris, juga ada ْ ‫ي لَه م َن األ‬
sedekah dari ahli waris kepada anak-anak ‫َل يَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة‬ ِ ْ ‫مس َك ٍن أ‬
ََ ‫َس َكنَه إ‬ َْ
dikuburan, dan kepada pelaksana Artinya: “Barang siapa yang memandikan mayit dan
penyelenggaran jenazah. ia menyembunyikan cacat jenazah tersebut, niscaya
f. Nilai Edukasi Aqidah Islamiyah yaitu dosanya diampuni sebanyak 40 dosa. Dan barang
menambah keyakinan akan adanya Allah siapa yang mengkafani mayit, niscaya Allah akan
memakaikan kepadanya kain sutra yang halus dan
subhanahu wa ta’ala, adanya Malaikat Maut
tebal dari sorga. Dan barang siapa yang menggali
pencabut nyawa, adanya kematian, azab kubur kuburan untuk mayit, dan dia memasukkannya ke
dan alam akhirat, ada dosa dan pahala sehingga dalam kuburan tersebut, maka dia akan diberi
pada sebagian warga akan terlihat keshalehan pahala seperti pahala membuatkan rumah, yang
individunya pasca terjadinya peristiwa mayit itu dia tempatkan (di dalamnya) sampai hari
kematian. kiamat”.(HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)17
e. Tradisi manyuruak sebagai bentuk
2. Nilai Edukasi Akhlak penghormatan terakhir oleh keluarga yang
Ada beberapa nilai edukasi akhlak yang ditinggal, dimana tradisi ini dimulai dari
dapat diambil dalam tradisi tersebut, diantaranya: keluarga yang tertua sampai yang terkecil. Ini
a. Tuan rumah menyambut tamu yang datang di merupakan akhlak terhadap yang telah
depan rumah atau di halaman dengan meninggal.
menyalami dan mempersilahkan duduk pada
tempat yang tersedia. 3. Nilai Edukasi Sosial
b. Tamu yang datang saling mengucapkan salam Nilai edukasi sosial pada tradisi
dan berjabat tangan (bersalaman). Dimana penyelenggaraan jenazah dan peringatan kematian
yang muda akan menyalami yang tua, dan yang dapat dilihat diantaranya pada;
baru datang akan menyalami yang sudah a. Saat terjadinya kematian masyarakat datang
duluan datang ke lokasi kematian. berbondong-bondong untuk manjaguak tanpa
c. Penghormatan kepada yang tua-tua serta diundang, yang terkenal dengan istilah alek
pemuka, bahkan untuk pemuka agama dan baiak baimbauan (pesta baik diundang), dan alek
pemuka adat akan diberi tempat duduk di atas buruak baambuan (musibah datang berhamburan).
kasur yang sudah dibentangkan berbentuk ’U’ b. Mereka datang membawa berbagai bentuk
atau ’L’, dan di atas langit-langit (loteng) barang seperti perlengkapan mandi jenazah
dipasangi tirai. dan kain kafan, serta uang untuk meringankan
d. Kemudian edukasi akhlak juga terlihat dalam beban ahli waris.
penyelenggaraan jenazah, yang dilakukan c. Terjadi juga nilai pertukaran sosial, karena saat
dengan penuh penghormatan, menjaga aib itu akan terlihat eksistensi kita selama ini, siapa
jenazah, memandikan dengan penuh yang rajin mendatangi alek dan sering
kelembutan, menguburkan dengan pelan- memberi, maka akan ramai juga orang yang
pelan, yang semuanya diberi pahala. datang dan memberi, begitu juga sebaliknya.
Dari Abu Rafi’ Aslam Radhiyallahu ‘anhu, dia d. Penggalian kuburan, menyiapkan tenda dan
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segala hal yang diperlukan dalam proses
bersabda: penyelenggaraan jenazah, mengangkat jenazah
yang dilakukan dalam bentuk gotong royong
ِ ِ ِ
‫ َو َم ْن‬,‫ْي َمَرًة‬َ ْ ‫َم ْن َغ َس َل َميِتًا فَ َكتَ َم َعلَْيه غفَر لَه أ َْربَع‬
‫اْلَن َِة َوَم ْن‬ ُّ ‫َن َميِتًا َك َساه هللا ِم َن‬
ْ ‫السْند ِس َو إِ ْستَ ْ َْب ِق‬ َ ‫َكف‬ Imam Nawawi, Riyadhush Shalihin (Jakarta: Darul
17

Haq, 2015), 631.

Irsyadul Ubad, dkk. 35 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

dan kebersamaan juga merupakan nilai edukasi tersebut ditambah dengan mendirikan payung
sosial yang diwariskan secara turun menurun. kuning di depan rumah bila yang meninggal
e. Dalam pelaksanaan peringatan muncul nilai seorang pemangku adat (Datuk).
edukasi kepedulian sosial, yaitu dengan d. Tradisi Malamang dan membuat sumareh
membawa beras, minyak, kelapa, dan ayam (Serabi), dengan mitos yang diyakini kelak
untuk dimasak di rumah duka oleh ahli waris lemang akan menjadi tongkat dan serabi jadi
dan warga, untuk dihidangkan kepada para payung bagi orang yang meninggal dunia
pelayat. tersebut di akhirat.
f. Berkaitan dengan itu, Rasulullah Shalallahu e. Membawa ayam untuk disambal/ digulai, dan
’Alaihi wa Sallam brsabda: beras ketan (sipuluik) untuk nasi lamak (nasi
‫ فانه جاء هم ما يشغلهم‬,‫اصنعوا الل جعفر طعاما‬ kuning) bagi kerabat, atau ayam dengan ukuran
tertentu bagi pemuka adat.
)‫(رواه امحد و غريه‬ f. Tuduang saji penutup singgang ayam untuk
Artinya: Buatkanlah makanan untuk keluarga orang alim dan pemuka adat yang dibuka
Ja’far! Karena telah datang kepada mereka urusan ditengah-tengah bacaan do’a ketika ada ucapan
yang membuat mereka sibuk. (HR. Ahmad dan shalawat atau nama nabi Muhammad
Lainnya)18 Shalallahu ’alaihi wa sallam.
g. Adanya tradisi Japuik Adaik bagi suami yang
4. Nilai Edukasi Budaya atau Tradisi
kematian Istri, dan Basuah Lantai bagi istri yang
Ada beberapa edukasi budaya atau tradisi
kematian suami pada hari ketujuh setelah
yang dapat dijumpai dalam penyelenggaraan
kematian. Tradisi ini sebagai tanda bagi yang
jenazah dan peringatan kematian di Nagari
ditinggal mati pasangannya, bahwa mereka
Manggopoh, baik dalam bentuk simbol-simbol,
sudah boleh menikah kembali. Walau ini hanya
maupun ritualitas, diantaranya:
bersifat simbolis, tapi sudah menjadi tradisi
a. Informasi atau Pemberitahuan kematian
yang tidak bisa ditinggalkan.
dengan Tabuah (bedug) yang dipukul secara
h. Membakar kemenyan setiap akan berdo’a,
pelan dengan nada sendu melambangkan
yang diyakini merupakan harum-haruman
dukacita, dipukul dalam hitungan tiga kali-tiga
surga yang dapat memancing datangnya ruh
kali, diantara tiap pukulan terdapat jeda.
dan malaikat, sebab mereka suka harum-
b. Pemberitahuan kematian melalui mikrofon
haruman.
Masjid/ Mushalla dengan kalimat yang sama
i. Mendirikan tenda putih di atas kuburan
disetiap tempat, yakni ”Telah berpulang ke
kalangan tertentu (ulama, ninik mamak),
Rahmatullah”, meskipun yang meninggal
kuburannya dipayungi dengan kain putih atau
termasuk golongan orang-orang yang tidak
dibuatkan tenda dari kain putih, sebagai
pernah melaksanakan perintah Allah seperti
bentuk kelas sosialnya ditengah masyarakat.
shalat dan puasa, dan sering melanggar
”Seorang yang bergelar datuk atau pusako dari
laranganNya seperti judi, minuman keras, dan
kaum, maka didirikan di atas kuburannya semacam
lainnya. tenda dari kain berwarna putih yang dibiarkan
c. Pemberitahuan kematian dengan menegakkan sampai hancur sendiri.”19
di depan rumah duka bendera hitam bila yang j. Memakai pakaian serba hitam; baju dan jilbab
meninggal orang dewasa, dan bendera putih hitam sebagai simbol suasana berduka cita,
bila yang meninggal adalah anak-anak. Bendera biasanya dilakukan oleh wanita-wanita istri
pejabat, atau yang sudah terbiasa diperkotaan
Abu Ubaidilah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi,
18 (tradisi baru).
Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian Dan Perayaan Haul)
(Bogor: Media Tarbiyah, 2013), 51. 19 Buya Damiri, Wawancara, 27 Desember 2017.

Irsyadul Ubad, dkk. 36 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

k. Meletakkan di depan rumah sebuah nampan/ Indonesia atau Sumatera Barat kala itu yang telah
panci bertutup kain di atas meja tempat memeluk agama Hindu, Budha, Animisme, dan
sedekah pelayat untuk menjaga kerahasiaan Dinamisme.
dan keihklasan orang yang bersedekah. Di Buku yang ditulis oleh Abdurrahman
beberapa daerah di nagari Manggopoh Wahid dengan judul Pergulatan Negara, Agama,
memungut sedekah dengan mencatat nama dan Kebudayaan:
dan jumlahnya, sehingga dapat mendorong Proses Interaksi Islam dengan budaya
semacam perlombaan dalam kebaikan yang lokal menunjukkan bahwa Islam dapat
menyebabkan nominal sedekah yang diterima terakomodasi oleh nilai-nilai lokal dan pada sisi
ahli waris lebih banyak daripada yang lain Islam berusaha mengakomodasi nilai-nilai
dimasukan ke dalam nampan. lokal. Proses inilah yang disebut dengan
l. Adanya karangan bunga ucapan berduka cita pribumisasi Islam, yaitu bagaimana Islam sebagai
bagi kalangan tertentu (pejabat, tokoh ajaran yang normatif diakomodasikan ke dalam
masyarakat, atau orang terpandang), kebudayaan tanpa kehilangan identitas masing-
menunjukan adanya status sosial dan jenjang masing. Pribumisasi Islam adalah kebutuhan
sosial, baik pihak yang memberi maupun yang bukan untuk menghindari polarisasi antara agama
menerima. dan budaya.20
m. Terdapat pula dua jenis bentuk kuburan, yaitu Dua pendapat tersebut menunjukan
berbentuk persegi panjang dan berbentuk bahwa telah terjadi percampuran antara Islam
busur sesuai dengan kondisi struktur tanah di yang datang belakangan, dengan budaya dan
lokasi kuburan. Tanah yang kuat strukturnya tradisi yang dianut agama-agama yang sudah ada
maka bentuk kuburannya dibuat seperti busur di Indonesia sebelumnya. Percampuran tersebut
dan lahadnya dibuat menjorok disisi yang datar disebut dengan akulturasi dan asimilasi, atau
yakni bagian baratnya, sedangkan tanah yang dengan istilah lain Pribumisasi, sehingga
labil (berpasir, gembur, atau berawa), maka melahirkan tradisi peringatan kematian yang
posisi lahadnya dibuat ditengah-tengah bernuansa Islam.
kuburan. Sebagian tempat ada yang terpaksa Sementara Duski Samad, dalam tulisannya
dibuatkan peti karena banyaknya air atau batu. yang berjudul Tradisi Malamang dan Maulud Badikia
mengatakan:
5. Nilai Edukasi Historis Teori sejarah tentang kedatangan Islam ke
Bentuk nilai edukasi historis dari tradisi Nusantara menyebutkan bahwa Islam dengan
peringatan kematian berdasarkan analisa peneliti pemahaman sufistik yang cendrung lebih
terdapat pada sejarah awal diadakannya tradisi mengutamakan batini adalah faktor penyebab Islam
dapat dengan mudah diterima masyarakat dan
tersebut, yang terdiri dari beberapa versi:
berakulturasi dengan adat, kebiasaan dan budaya
a. Versi Para Ahli setempat. Ajaran Islam yang menekankan pada
Perkembangan tradisi peringatan kematian di kebenaran tauhid, kelurusan hidup, kejujuran dan
Nagari Manggopoh tidak bisa dilepaskan dari kebersihan jiwa dan penanaman akhlak mulia saling
peran penebar dakwah Islam masa lalu, yakni para menguatkan dengan budaya asli masyarakat, khusus
wali yang sembilan di Pulau Jawa (Wali Songo) lagi masyarakat adat”.21
terutama kelompok Sunan Kali Jaga dan Sunan
Bonang pada abad ke-13, dan Syaikh
Burhanuddin di Sumatera Barat murid Syaikh
Abdurrauf Singkel. Pola dakwah yang mereka 20 Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama,

laksanakan yaitu dengan cara akulturasi dan Dan Kebudayaan (Jakarta: Desantara, 2001), 111.
21 Duski Samad, Tradisi Malamang Dan Maulud
asimilasi dengan tradisi yang ada pada masyarakat Badikia (Padang: Fakultas Tarbiyah Padang, 2015), 1.

Irsyadul Ubad, dkk. 37 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

Sementara Bakhtiar dan Kawan-kawan dikemukakan oleh Damiri Tuanku Malin Ameh
dalam bukunya Ranah Minang Ditengah seorang guru besar Pondok Pesantren Nurul
Cengkraman Kristenisasi menyatakan bahwa; Yaqin Siti Manggopoh dan ulama Manggopoh,
Melalui murid-murid Burhanuddin lah yang menukil dalam kitab “Al-Hawi lil Fatawi:
Islam berkembang sampai ke daerah Darek ‫قال االمام أمحد بن حنبل رضي هللا عنه ىف كتاب الزهد‬
(dataran tinggi). Sehubungan dengan itu muncul
pepatah adat mengatakan bahwa syarak mandaki ‫حدثنا األشجعى عن‬:‫ حدثنا هاشم بن القاسم قال‬:‫له‬
adat menurun. Artinya, Islam mulai
‫ ان املوتى يفتنون ىف بورهم سبعا‬:‫سفيان قال طاوس‬
dikembangkan dari daerah pesisir ke daerah
pedalaman, sementara adat berasal dari darek ‫ قال‬, ‫فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك األايم‬
baru kemudian dikembangkan ke daerah rantau
termasuk pesisir.22 Meksipun ketika itu penguasa
‫ حدثنا أبو بكر بن مالك حدثنا‬:‫احلافظ أبو نعيم ىف اْلنة‬
memberikan dukungan penuh kepada para da’i, ‫عبد هللا بن أمحد بن حنبل حدثنا أىب حدثنا هاشم بن‬
namun penyiaran Islam tidak dilakukan melalui
pendekatan kekuasaan, tetapi tetap melalui
‫ ان‬:‫ قال اوس‬:‫القاسم حدثنا األشجعى عن سفيان قال‬
pendekatan kultural masyarakat, sehingga tidak ‫املوتى يفتنون ىف قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا‬
terjadi akses negatif, apalagi meresahkan
masyarakat setempat.23 ‫عنهم تلك األايم‬
Banyak lagi pendapat yang mendukung Artinya: “Telah berkata Imam Ahmad bin
teori tersebut, sebagaimana yang dikemukakan Hanbal Radhiyallaahu ‘anhu di dalam kitabnya
yang menerangkan tentang kitab zuhud: Telah
oleh Ummi Sumbulah, bahwa Islam datang ke
menceritakan kepadaku Hasyim bin Qasim sambil
bumi Jawa di saat budaya dan tradisi non-Islam berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i
terutama Hindu dan Budha telah mengakar kuat dari Sufyan sambil berkata: Telah berkata Imam
dalam masyarakat Jawa. Karya Clifford Geetz Thawus (ulama besar zaman Tabi’in, wafat kira-
yang berjudul The Religion of Java, menjadi rujukan kira tahun 110 H / 729 M): Sesungguhnya orang-
utama hampir seluruh peneliti Barat yang concern orang yang meninggal akan mendapat ujian dari
mengkaji agama Jawa.24 Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. Maka,
disunnahkan bagi mereka yang masih hidup
Pendapat tersebut menunjukan bahwa
mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-
kajian tentang teori masuknya Islam serta proses orang yang sudah meninggal selama hari-hari
perpaduannya dengan tradisi lokal sangat banyak tersebut.25
diteliti oleh para ahli, dan kebanyakan meneliti
Dalil tersebut menjadi landasan bagi
dari faktor sejarah sebagai penyebab terjadinya
masyarakat yang bermahzab Syafi’i untuk
akulturasi.
melaksanakan peringatan dalam bentuk jamuan
makan dan minum serta berdo’a pada hari-hari
b. Versi Kitab Kuning
yang telah disebutkan.
Dalam kajian kitab kuning yang diajarkan
di Pesantren-pesantren Salafiyah (kuno), terdapat
6. Nilai Edukasi Kepemimpinan
tata cara atau dalil-dalil yang mengatakan bahwa
Sebagai panutan dan pembina keagamaan
tradisi tersebut sudah berlangsung semenjak
di tengah masyarakat nagari Manggopoh ada
zaman sahabat dan tabi’in, sebagaimana yang
beberapa sebutan tokoh, dimana merekalah
22 Bakhtiar, Ranaah Minang Di Tengah Cengkeraman tempat bertanya sekaligus yang memimpin dalam
Kristenisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 17-18.
23 Bakhtiar, 18-19.
24 Ummi Sumbulah, “Islam Jawa Dan Akulturasi 25 Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi,
Budaya: Karakteristik, Variasi Dan Ketaantan Ekspresif,” Kitab Al-Hawi Lil Fatawi (Bairut: Darul Kutub Illmyyah,
El-Harakah 14 No. 1 (2012): 52. 2000), 178.

Irsyadul Ubad, dkk. 38 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

pelaksanaan tradisi keagamaan, termasuk tradisi Dari mereka itulah proses penyebaran dan
peringatan kematian, diantaranya: pelestarian tradisi peringatan kematian di Nagari
a. Buya adalah para pimpinan Pondok yang sudah Manggopoh tetap terjaga sampai sekarang. Proses
memilik keilmuan yang luas dalam agama. mempertahankan tradisi yang dilakukan dengan
b. Tuangku adalah para guru atau pendakwah system proses belajar non formal, dalam bentuk
yang telah menamatkan pendidikan selama proses belajar sosial, baik secara imitasi maupun
minimal 7 tahun di Pondok Pesantren mewariskan secara turun temurun.
bercorak Salafiyah berinduk pada Pesantren- Dari paparan di atas, tradisi memperingati
pesantren yang ada di Padang Pariaman. kematian mengandung nilai-nilai Edukatif, yakni
c. Ustazd panggilan kepada para ustazd yang nilai edukasi religius, nilai edukasi sosial budaya,
umumnya yang telah lulus dari perguruan nilai edukasi historis, dimana pada unsur
tinggi Islam, dan bertitel; Drs, S.Ag, atau pendidikan tersebut terdapat domain kognitif
S.PdI, dan lain-lain. yang terdapat dalam penggunaan simbol-simbol,
d. Katik Nagari, suatu jabatan yang cukup psikomotor pada pelaksanaan, dan domain afektif
berpengaruh di Nagari, karena selevel dengan yang ditunjukan dalam edukasi akhlak dan
KAN, dan Wali Nagari. Jabatan tersebut dapat religius.
digantikan bila yang bersangkutan sudah Oleh karena Nagari Manggopoh
meninggal dunia. berkomitmen dalam program pemerintah
e. Imam Nagari selevel dengan khatib Nagari yang Kabupaten Agam yakni “kembali ka Surau dan
berfungsi sebagai jabatan struktural di tengah kembali ke Nagari”, dengan falsafah adat basandi
masyarakat. sarak sarak basandi Kitabullah (adat berlandaskan
f. Labai mempunyai peran dalam hal agama, dan agama berlandaskan pada al Qur’an), maka
penyelenggaraan jenazah, dan do’a-do’a di peran ninik mamak sangat signifikan dalam
hari-hari sakral tertentu. proses pelestarian tradisi tersebut. Hal itu
g. Rubiah, pemimpin penyelenggaraan jenazah diperkuat dengan program pemerintah
khusus perempuan. Kabupaten Agam yang mencanangkan Gerakan
h. Kapalo Mungkin, seseorang yang memiliki Nagari Madani, mau tidak mau Manggopoh mesti
kemampuan multi talenta dibidang agama, ikut berkompetisi diantara 82 Nagari di
sehingga dapat berperan menggantikan fungsi Kabupaten Agam untuk menerapkan program
keagamaan lainnya seperti Khatib, Labai, strategis tersebut. Dimana salah satu program dari
Imam, maupun Bilal (mu’azin), bila mereka gerakan Nagari Madani disamping meningkatkan
berhalangan. program-program pendidikan keagamaan,
Peran yang dominan dalam majelis ilmu perlindungan terhadap kampung, olah raga yang
dan merupakan panutan dalam hal ibadah adalah sesuai syariat Islam, juga meningkatkan
para “Tuangku” dan “Buya”. Selebihnya seperti pelestarian seni budaya dan tradisi Minangkabau.
Labai, Bilal, dan Kapalo Mungkin hanya berfungsi Secara umum adat Minangkabau
pelaksana tugas karena keterbatasan ilmu dan mengajak kepada masyarakatnya untuk senantiasa
keahlian yang mereka miliki. Sedangkan yang bertingkah laku baik dan berakhlak mulia sesuai
berperan dalam keberlangsungan tradisi yang dengan ajaran agama Islam, karena tata kehidupan
bernilai edukatif disamping para tokoh di atas masyarakat Minangkabau didasarkan pada
adalah pejabat pemerintahan seperti Wali Nagari falsafah hidup adat Minangkabau yaitu adat
Manggopoh dan Sembilan Wali Jorong dan Ninik basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (adat
Mamak yang terdiri dari 7 (tujuh) suku dibawah berlandaskan syara’/agama, syara’ berlandaskan
kepemimpinan 37 orang Ninik Mamak. pada Kitabullah/al-Qur’an) yang mempunyai
makna syara’ mangato adat mamakai (agama

Irsyadul Ubad, dkk. 39 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

berfatwa, adat melaksanakan) dengan makna berfungsi sebagai alat informasi terjadinya
melaksanakan adat istiadat/tradisi/beramal sesuai kematian, baju hitam simbol berduka, tuduang
dengan ajaran agama. saji memuliakan ulama dan pemuka, tradisi
malamang, dan seterusnya yang diajarkan
PENUTUP melalui proses turun temurun dan imitasi.
Tradisi Peringatan Kematian di Nagari 4. Nilai Edukasi Historis yaitu kita bisa
Manggopoh memiliki nilai edukasi sosial, edukasi menelusuri jejak sejarah kemunculan tradisi
budaya, edukasi akhlak, dan terutama edukasi tersebut, yang tak bisa dilepaskan dari peran
religius yang dapat mengingatkan keberadaan, juru dakwah pembawa agama Islam ke
kebesaran, dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Nusantara.
ta’ala, dan mengingatkan akan kematian dan alam 5. Nilai Edukasi Kepemimpinan, yaitu dapat
akhirat. Kemudian dalam peringatan kematian mempelajari struktur sosial fungsional yang
tersebut tercermin kehidupan sosial menjadi pemimpin dan pelaksana dari tradisi
kemasyarakatan, musyawarah mufakat, saling tersebut. Serta para ahli yang berperan
tolong menolong, kerjasama, kepedulian sosial, mengajarkan atau menirukan ritual-ritual
struktur sosial kemasyarakatan, perubahan- dalam tradisi peringatan kematian tersebut.
perubahan sosial, perubahan perilaku, adaptasi, Sebagai penutup peneliti nyatakan, bahwa
toleransi. Tradisi Peringatan Kematian di Kenagarian
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Manggopoh dari segi sosiologis edukatif akan
Tradisi Peringatan Kematian yang berlangsung di memberi implikasi positif, apabila mempedomani
Nagari Manggopoh merupakan warisan budaya apa yang telah dideklarasikan Ulama
yang perlu dilestarikan selama tidak Minangkabau masa lalu di Bukit Marapalam “
berseberangan dengan syariat Islam. Pada tradisi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,
memperingati hari kematian di Nagari Syarak Mangato, Adat Mamakai”, dalam makna
Manggopoh tersebut terdapat nilai-nilai edukasi, pelaksanaan adat dan tradisi selalu berpedoman
diantaranya yaitu: kepada Al Qur’an dan Sunnah.
1. Nilai Edukasi Sosiologi (Sosiology of Berdasarkan kesimpulan tersebut
Education) diantaranya, yaitu: musyawarah dan disarankan kepada masyarakat Nagari
mufakat, kerjasama, gotong royong, tolong Manggopoh, civitas akademika, dan pemerintah,
menolong, toleransi, dan solidaritas. Nilai-nilai serta ulama, agar:
tersebut tertanam ditengah masyarakat tanpa 1. Menjaga kelestarian tradisi tersebut selama
harus belajar di lembaga-lembaga formal. tidak menyelisihi nilai-nilai kemurnian ajaran
Mereka bisa melanjutkan nilai positif dari Islam, dan bermanfaat demi kemaslahatan
tradisi tersebut melalui proses meniru (imitasi). umat dari segi edukasi.
2. Nilai Edukuasi Religius (Agama), diantaranya 2. Melakukan penggalian lebih mendalam
yaitu; sedekah, kerukunan, silaturrahim sebagai terhadap tradisi tersebut dan berbagai tradisi
bentuk ukhuwah Islamiyyah, nilai keutamaan yang telah berasimilisi dan beralkulturasi
mengingat kematian (dzikru al maut), nilai dengan agama Islam.
mengingat Allah (dzikrullah), membaca kitab 3. Agar membuat kajian yang mendalam
suci al Qur’an dan unsur do’a dan dakwah berdasarkan nilai-nilai dan landasan dasar
yang bernilai ibadah. agama Islam berupa Al Qur’an dan Sunnah.
3. Nilai Edukasi Budaya dan Tradisi (education of
cultural and tradition), hal itu terlihat dari DAFTAR KEPUSTAKAAN
berbagai simbol yang digunakan, seperti: Abi Aufa, A. “Memaknai Kematian Dalam
Upacara Kematian Di Jawa.” Humaniora 1
bendera hitam/ putih, tabuah (bedug) yang

Irsyadul Ubad, dkk. 40 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 04 No. 01, Januari-Juni 2020
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/fuaduna/index

No. 1 (2017): 1–11. Tim Perumus Profil Nagari Manggopoh. Profil


As-Sidawi, Abu Ubaidilah Yusuf bin Mukhtar. Nagari Manggopoh. Agam: Kantor Wali
Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian Dan Nagari Manggopoh, 2015.
Perayaan Haul). Bogor: Media Tarbiyah, Umar, M. ALi Chasan. Berita Ghaib & Alam
2013. Akhirat. Semarang: Toha Putra, 1977.
As-Suyuthi, Imam Jalaluddin Abdurrahman. Kitab Wahid, Abdurrahman. Pergulatan Negara, Agama,
Al-Hawi Lil Fatawi. Bairut: Darul Kutub Dan Kebudayaan. Jakarta: Desantara, 2001.
Illmyyah, 2000. Yakin, Hasnul. “Urgensi Akhlak Di Sekolah.”
Ash Shidiqi, Tengku Muhammad Hasbi. Kriteria FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan Dan
Sunnah Dan Bid’ah. Semarang: Pustaka Riski Kemasyarakatan 02. No. 01 (2018).
Putra, n.d.
Bakhtiar. Ranaah Minang Di Tengah Cengkeraman
Kristenisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Buya Damiri. Wawancara, 27 Desember (2017).
Dinas Cacatan Sipil. Data Kependudukan. Data
Kependudukan. Dinas Catatan Sipil, 2018.
Karim, Abdul. “Makna Ritual Kematian Dalam
Tradisi Islam Jawa.” Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan 2 (2017): 161–71.
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam.
Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2008.
Muslim, Kori Lilie. “Nilai-Nilai Islam Dalam
Budaya Dan Kearifan Lokal (Konteks
Budaya Minangkabau).” FUADUNA: Jurnal
Kajian Keagamaan Dan Kemasyarakatan 01. No.
01 (2019).
Nawawi, Imam. Riyadhush Shalihin. Jakarta: Darul
Haq, 2015.
Ritzer, George. Teori Sosiologi: Dari Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Pasmodern. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2012.
S, Suwito, Hidayat A, dan Agus S. “Tradisi Dan
Ritual Keagamaan Wong Islam Jawa.” Jurnal
Kajian Islam Dan Budaya 2 (2015): 6–25.
Sadri. “Reorientasi Nilai-Nilai Kepemimpinan
Lembaga Pendidikan Islam Muhammadiyah
Di Indonesia.” FUADUNA: Jurnal Kajian
Keagamaan Dan Kemasyarakatan 3. No. 1 J
(2019).
Samad, Duski. Tradisi Malamang Dan Maulud
Badikia. Padang: Fakultas Tarbiyah Padang,
2015.
Sarjono. “Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Islam.”
Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. II, N
(2005).
Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2014.
Sumbulah, Ummi. “Islam Jawa Dan Akulturasi
Budaya: Karakteristik, Variasi Dan
Ketaantan Ekspresif.” El-Harakah 14 No. 1
(2012): 52.

Irsyadul Ubad, dkk. 41 Analisis Nilai-nilai Edukatif pada Tradisi...

Anda mungkin juga menyukai