Anda di halaman 1dari 8

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa thalasemia menyebabkan tidak efektifnya eritropoesis?


Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis
Hb yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sistesin rantai
globin. Rantai globin ada alfa dan beta. Thalasemia terjadi akibat kelainan
kuantitatif sintesis rantai globin. Globin sendiri merupakan salah satu
bahan berbentuk rantai yang menjadi salah satu bahan dari Hb. Hb
terkandung dalam sel darah merah dan berfungsi sebagai pigmen darah
pembawa ooksigen. Normalnya Hb ini nanti akan berpengaruh pada proses
eritropoesis (pembuatan sel darah merah). Eritripoesis sendiri berasala dari
normoblas (sel induk yang menjadi prekursor eritrosit). Pronormoblas
menyebabkan terbentuknya rangkaian normoblas yang semakin kecil
karena pembelahan. Akhirnya inti akan keluar dari normoblas, dan
menghasilkan stadium retikulosit, lalu nanti mengalami proses pematuran
menjadi eritrosit.
Pada penderita thalasemia, hemoglobin dalam darah akan keluar melalui
sel darah merah sehingga menyebar keseluruh bagian tubuh melalui alih
darah, ha ini membuat aliran darah menjadi kental. Selain itu, hemoglobin
(mengandung zat besi) yang menumpuk pada aliran darah akan membuat
kulit tampak menghitam.
Pada thalasemia eritrosit berumur pendek (<120 hari) sehingga terjadi
gangguan pematangan maka dari itu hanya ada sedikit eritrosit yang
fungsional.
2. Apa penyebab thalasemia dan mengapa jika pasangan tersebut menikah,
anak yang lahir dapat menderita thalasemia?
Penyebab thalasemia:
- Faktor genetik atau faktor keturunan
- kelainan pada sel darah merah (eritrosit) yang lebih pendek dari sel
darah merah (eritrosit) normal yang berumur 120 hari
- kegagalan pembentukan rantai hemoglobin
- kekurangan hemoglobin maka secara medis tidak dapat berumur
panjang
- penyebab thalasemia bisa terjadi jika alpha globin dan beta globin
mengalami kerusakan
Karena thalasemia merupakan kelainan gen yang terpaut pada autosom
yang alelnya dominan yang menurun pada anak. Dalam skenario pasangan
tersebut dua-duanya carier thalasemia sehingga dapat disimpulkan seperti
ini,
Ayah >>> Thth
Ibu >>> Thth

Ayah
Ibu Th th
Th ThTh Thth
th Thth thth

Dari persilangan tersebut diketahui bahwasannya jika calon pasangan


suami istri tersebut menikah kemungkinan anak yang dihasilkan 25%
normal, 50% carier dimana pada thalasemia karena yang terpaut kelainan
kromosom autosmal dominan sehingga carier merupakan penderita
thalasemia, sedangkan yang 25% nya letal atau mati kalaupun hidup hanya
sebentar.

3. Apa perbedaan antara thalasemia α dan β?


 Thalasemia alfa
Terjadi jika ada kelainan sintesis rantai globil alfa. Ada 4 macam
berdasarkan banyaknya gen yang terganggu
a. Delesi 1 gen (silent carriers)
Kelainan Hb sangat minimal dan tidak memberikan gejala. Keadaan
ini hanya dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium secara
molekuler. Seseorang yang mengalami penyakit ini adalah carrier dan
bisa menurunkan kepada anaknya meski tidak terlihat gejala
thalasemianya
b. Delesi 2 gen (Thalasemia alfa trait)
Ditemukan adanya gejala anemia ringan / tanpa anemia. Biasa dikenal
dengan thalassemia alpha minor
c. Delesi 3 gen (penyakit HbH)
Bisa dideteksi setelah kelahiran, disertai perbesaran limpa. Mencapai
tahap sedang atau l;ebih berat dari sebelumnya.
d. Delesi 4 gen (Hyfrops Fetalis)
Biasanya bayi akan meninggal dalam kandungan atau setelah
dilahirkan karena kadar Hb normal tidak mungkin terbentuk atau biasa
disebut Thalasemia alpha mayor
 Thalasemia beta

Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai
globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :

a. Beta Thalasemia Trait. Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal
dan satu gen yang bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang
ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).

b. Thalasemia Intermedia. Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi


masih bisa produksi sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami
anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

c. Thalasemia Mayor. Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga


tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Penderita thalasemia
mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup sehingga hampir
tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama
kelamaan akan menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung kongestif,
maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan transfusi
darah yang rutin dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya
(Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).
4. Bagaimana mekanisme terjadinya hemolisis?
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas
ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit
dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau
hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran
eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis)
medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit
melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel
eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan
yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya
hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan
keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

5. Penyakit apa saja yang timbul akibat berkurangnya produksi hemoglobin?


6. Bagaimana mekanisme terapi gen?
Dalam terapi gen ini kita memerlukan satu molekul yang berfungsi sebagai
karier disebut sebagai vektor . Vektor inilah yang membawa gen /DNA
yang normal ke sel target pasien , dan yang biasa dipakai sebagai vektor
adalah virus yang telah diubah secara genetik.

Pengobatan dengan gen terapi meliputi

 IMUNOTERAPI
Menggunakan sel yang telah dimodifikasi secara genetik dari
partikel virus untuk menstimulir sistem imun tubuh sehingga
mampu mengalahkan keganasan sel kanker
 VIRO ONKOLITIK
Menggunakan partikel sel virus yang bereplikasi didalam sel
kanker dan menyebabkan sel kanker menjadi mati.
 TRANSFER GEN
Tehnik ini relatif baru, dengan cara memperkenalkan gen 2 baru
yang dimasukan kedalam sel kanker atau mengelilingi jaringan
kanker sehingga dapat menghentikan pertumbuhan dan
menghancurkan sel kanker

Metode Terapi Gen:

1. Nonviral
Cara ini sering menggunakan liposom (vesikel lemak);

DNA yg mengandung gen yg diinginkan dikomplekskan dengan


liposom sehingga membentuk kompleks DNA-liposom 
Kompleks DNA-liposom masuk ke dalam sel dengan endositosis
lalu membentuk vesikel intraseluler (endosom)  Liposome
degradasi di dalam endosom dan DNA dilepaskan ke sitosol,
masuk ke dalam nucleus dan berintegrasi dengan kromosom sel
target.

Manfaat: tidak menimbulkan respon imun;

Kekurangan: efisiensi transfer gen rendah.

2. Viral
Virus yang sering digunakan: retrovirus; adenovirus dan
parvovirus. Virus yang digunakan telah dimodifikasi secara genetic
supaya tidak replikasi di dalam sel target.

Virus masuk kedalam sel dengan endositosis viral coat


membongkar lalu genom virus dilepaskan ke sitosol. Contoh: Jika
virus yg digunakan merupakan retrovirus (RNA), RNA akan di
reverse-transcribedke DNA  DNA virus yang membawa gen
yang diinginkan masuk ke dalam nucleus dan berintegrasi dengan
kromosomsel target.

Manfaat: efisein untuk transfer gen ke berbagai jenis sel manusia;

Kekurangan: bisa menimbulkan reaksi imun yang tidak diinginkan.

Pengobatan untuk Thalasemia :

Sejauh ini belum ditemukan obat untuk thalasemia, oleh sebab itu yang
dapat dilakukan adalah dengan transfusi darah seumur hidupnya, pada
thalasemia yang kronis kadang kala disarankan untuk melakukan cangkok
sumsum tulang belakang ke penderita agar tubuh pederita dapat
menghasilkan sel darah merah yang normal.

7. Apa kelebihan dan kekurangan terapi gen?

Dampak positif : terapi gen dapat mengobati berbagai macam penyakit,


termasuk diantaranya penyakit yang nyaris mustahil disembuhkan seperti
kelainan bawaan lahir, kanker, cystic fibrosis, penyakit jantung,
hemophilia, diabetes, dan lain – lain.

Namun, meski begitu karena terapi gen menggunakan vector berupa virus,
teknik ini masih berpotensi untuk memunculkan beberapa risiko yang
tidak diinginkan. Diantaranya :

 Reaksi berlebihan dari system kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh


dapat mendeteksi virus baru yang masuk sebagai penyusup dan akan
menyerangnya. Hal ini dapat menyebabkan peradangan atau kegagalan
organ pada akibat yang lebih parah.
 Bekerja pada sel yang salah. Karena virus dapat mempengaruhi lebih dari
satu jenis sel, bukan suatu hal yang tidak mungkin apabila virus tersebu
justru akan menginfeksi sel – sel lain yang sebenarnya tidak ditargetkan
untuk bermutasi. Jika ini terjadi, sel – sel sehat bisa menjadi rusak dan
berlanjut pada penyakit atau kelainan.
Kendala terapi gen:

1. Terapi gen akan efektif bila gangguan terjad pada gen tunggal
2. Virus yang berfungsi sebagai vektor, dalam tubuh manusia bisa berubah
sifatnya sehingga menimbulkan penyakit
3. Masih banyak terapi gen yang keberhasilannya pendek sehingga perlu
diulang
4. Sistem imun tubuh akan mengurangi efek terapi gen. Begitu pula terapi
gen yang berulang akan menyebabkan sistem imun tubuh akan meningkat
daya tolaknya.

8. Bagaimana cara KKP dan apa saja yang dibahas?


Konsultasi kesehatan pra nikah bertujuan untuk mendeteksi adanya
kelainan gen, penyakit menular, menahun, yang dapat mempengaruhi
kesehatan janin serta untuk mencegah resiko penularan.
Biasanya pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
1. Hematologirutin
Tes hematologi rutin berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
pada jumlah sel darah pada kedua calon mempelai.
2. Urine rutin
Tes urin bermanfaat untuk memeriksa ada tidaknya infeksi saluran
kemih dan kondisi ginjal.
3. Golongan darah
Tes golongan darah berguna untuk mengetahui golongan darah dan
rhesus (+ atau -) kedua calon pengantin.
4. Gula darah puasa
Biasanya untuk memeriksa gula darah, seseorang dianjurkan untuk
berpuasa terlebih dulu, hal ini brtujuan untuk mengamati kadar gula
darah dalam tubuh. Biasanya sampel darah kedua pasangan akan
diambil setelah berpuasa dan 2 jam setelah makan.
5. HBsAG (singkatandari Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan HBsAG dapat menunjukkan penyakit hepatitis B.
6. VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)
Tes VDRL berfungsi untuk mengetahui penyakit yang berhubungan
dengan kelamin seperti sipilis atau raja singa.
7. Gambaran darah tepi
Tes darah tepi bertujuan untuk mengetahui bentuk sel darah kedua
pasangan.
8. TORCH (Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, CytoMegalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) dan lain-lain)
Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang
bias menyebabkan gangguan pada kesubuaran pria maupun wanita.
Tubuh yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau
gangguan janin dalam kandungan.

Anda mungkin juga menyukai