OKSIDASI REDUKSI
PENDAHULUAN
1. Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini adalah dengan mereaksikan zat yang memiliki
bilangan oksidasi berdasarkan pada reaksi reduksi oksidasi.
2. Tujuan
1. Mengetahui bilangan oksidasi pada suatu unsur
2. Mengetahui reaksi reduksi dan oksidasi suatu unsur berdasarkan perubahan
bilangan oksidasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi oksidasi dan reduksi merupakan reaksi yang menggabungkan ion, dalam hal ini
bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang bereaksi tidak mengalami perubahan. Namun, ada
beberapa reaksi yang menunjukkan keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan pertukaran
elektron antara pereaksi, ini disebut reaksi oksidasi-reduksi atau disingkat reaksi redoks.
Berdasarkan sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses ketika oksigen diambil
oleh suatu zat dan reduksi dianggap sebagai proses ketika oksigen diambil dari dalam suatu
zat. Kehilangan hidrogen dapat juga disebut sebagai oksidasi dan penangkapan hidrogen
disebut sebagai reduksi. Reaksi-reaksi lain yang tidak melibatkan oksigen dan hidrogen belum
dapat digolongkan sebagai oksidasi dan reduksi sebelum munculnya definisi umum oksidasi
dan reduksi yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron (Svehla, dkk. 1997:
107).
Redoks sering ditandai dengan terjadinya perubahan warna lebih sering daripada yang
diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu
terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan
reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang
lainnya karena jumlah zat yang diperlukan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama
halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus dapat disetimbangkan
dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah
sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurhakan pada
penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stokiometri. Menurut
batasan reaksi umu reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua sistem
redoks (Rivai,1995).
Reaksi redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta merta dan disertai
pembebasan energy berupa panas yang ditandai dengan perbuahan suhu. Sementara reaksi
redoks non-spontan terjadi apabila harga E° sel negative. Suatu reaksi kimia (termasuk reaksi
redoks) yang tidak spontan tidak terjadi apapun (Salirawati, 2008). Keton adalah suatu senyawa
organik yang mempunyai sebuah guguh karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil,
atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya
dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonil (Hart, 2003).
Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi reduksi adalah berdasarkan pemakaian
bilangan oksidasi pada pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara
memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya. Contohnya atom H yang berikatan
dengan C mempunyai bilagan oksidasi 0, dan atom C mempunyai bilangan oksidasi +1 jika
berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen atau sulfur (Riswiyanto, 2009).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya reaksi redoks (Oxtoby, 2004)
a. Energi ionisasi
Semakin eletropositif elemen maka akan lebih mudah untuk melepaskan
elektronnya, atau energi ionisasinya semakin rendah sehingga potensial
oksidasinya berkurang sedangkan potensial reduksinya akan naik.
b. Afinitas elektron
Semakain eletronegatif elemen maka afinitas elektron juga akan
bertambah sehingga potensial reduksinya juga naik.
c. Energi atomisasi
Potensial standar reduksi diukur dalam keadaan atomik sehingga energi
atomisasi juga turut menentukan besaran potensial standar reduksi.
d. Energi solvasi
Jika proses redoks dilakukan pada fase cair maka energi solvasi juga
mempengaruhi besaran potensial reduksi standard.
e. Energi ikat kovalen
Energi ikat kovalen yang besar mendukung kespontanan reaksi;
potensial standard reduksi sebanding dengan energi ikat kovalen.
f. Oksigen
Sesuai dengan prinsip reaksi redoks dimana juga terjadi penambahan
dan pengurangan oksigen di dalam senyawa.
Oksidasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan hilangnya satu
atau lebih elektron dari dalam zat berupa atom, ion atau molekul. Saat suatu unsur dioksidasi
maka keadaan oksidasinya akan berubah ke harga atau nilai yang lebih positif. Suatu zat
pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron dan saat proses itu, zat itu direduksi.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan didapatkannya satu atau lebih elektron oleh
zat berupa atom, ion atau molekul. Saat suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif, sehingga suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron dan
dalam proses itu, zat tersebut dioksidasi. Definisi tersebut sangat umum sehingga dapat berlaku
untuk proses dalam zat padat, lelehan atau gas. Proses oksidasi dan reduksi berlangsung
bersamaan karena elektron-elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat
yang lain. Oleh karena itu reaksi oksidasi-reduksi atau reaksi redoks akan merujuk pada proses-
proses yang melibatkan serah terima muatan (Svehla, dkk. 1997: 108).
Menurut Sugiyarto (2004: 111) bilangan oksidasi dapat ditentukan berdasarkan aturan
berikut:
Selain reaksi reduksi oksidasi, terdapat pula istilah reaksi autoredoks. Salah satu contoh
reaksi autoredoks adalah hujan asam yang terjadi dalam kehidupan. Penyebab hujan asam
adalah gas NO2 yang berasal dari sisa pembakaran asap pabrik, pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan batu bara dan sisa pembungan dari bahan bakar bermotor (Nugraha, dkk. 2013:
30).
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Alat
• Tabung reaksi
• Pipet ukur 10 ml
• Beaker glass 250 ml
• Penjepit tabung
• Spatula
• Pippete filler
• Hot plate
2. Bahan
• CuSO4 0,5M
• ZnSO4 0,5M
• Pb(NO3) 0,5M
• Zn(NO3) 0,5M
• Na(NO3) 0,5M
• H2O2 0,1M
• H2SO4 0,1M
• KI 0,1M
• FeCl3 0,1M
• kanji
• Serbuk MnO2
• Logam Cu, Zn, Fe
3. Prosedur Percobaan
• Percobaan pertama
2 tabung reaksi
3 tabung reaksi
Amati reaksi
• Percobaan ketiga
1 tabung reaksi
Amati reaksi
• Percobaan keempat
1 tabung reaksi
• Percobaan kelima
1 tabung reaksi
Amati reaksi
BAB IV
1. Hasil
Pb(NO3)+logam besi
Tidak mengalami perubahan warna larutan
2 Zn(NO3)+logam besi
tetap berwana putih bening
Na(NO3)+logam besi
FeCl3+ H2O2+
Seluruh larutan yang tercampur mengalami
5 KI+dipanaskan+
perubahan warna menjadi merah
Kanji
kecoklatan(merah bata)
2. Pembahasan
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) melibatkan keadaan transfer elektron sehingga
akan terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi dari spesies yang berkaitan.
Identifikasi pada tingkat oksidasi atau bilangan oksidasi spesies yang terlibat dalam
reaksi perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah elektron yang terlibat. Secara
sederhana, bilangan oksidasi didefinisikan sebagai bilangan positif atau negatif yang
mengarah pada muatan suatu spesies saat elektron-elektron dianggap terdistribusi pada
atom-atom menurut aturan yang sesuai. Aturan distribusi tersebut yakni secara ionik
bagi spesies heteronuklir yang berarti terjadi perpindahan elektron pada atom yang
lebih bersifat elektronegatif dan secara kovalen murni bagi spesies homonuklir
(Sugiyarto, 2004: 111).
Pada percobaan pertama menyiapkan 2 tabung reaksi masing – masing pada
tabung reaksi dengan menambahkan ZnSo4 0,5M dan logam Cu kemudian
menambahkan larutan CuSo4 0,5M dan logam tembaga. Hasil pengamatan yang saya
ketahui pada masing – masing tabung reaksi tidak mengalami perubahan warna larutan
tetap berwana sedikit biru bening dan putih bening.
Pada percobaan kedua menyiapkan 3 tabung reaksi masing – masing pada
tabung reaksi menambahkan larutan Pb(NO3) dengan logam besi kemudian Zn(NO3)
dengan logam besi, lalu Na(NO3) dengan logam besi. Hasil pengamatan yang saya
ketahui pada masing – masing tabung reaksi tidak mengalami perubahan warna larutan
tetap berwana putih bening.
Pada percobaan ketiga menyiapkan 1 tabung reaksi kemudian menambahkan
larutan H2O2 dengan serbuk MnO2. Hasil pengamatan yang saya ketahui pada tabung
reaksi setelah ditambahkan serbuk MnO2 warna menjadi putih pekat.
Pada percobaan keempat menyiapkan 1 tabung reaksi kemudian menambahkan
larutan H2O2 + H2SO4 + KI(kuning) + Kanji. Hasil pengamatan yang saya ketahui
pada tabung reaksi setelah seluruh larutan tercampur warnanya berubah menjadi sedikit
kuning bening.
Pada percobaan kelima menyiapkan 1 tabung reaksi kemudian menambahkan
larutan FeCl3 + H2O2 + KI + dipanaskan + Kanji. Hasil pengamatan yang saya ketahui
pada tabung reaksi seluruh larutan yang tercampur mengalami perubahan warna
menjadi merah kecoklatan(merah bata).
BAB V
KESIMPULAN
1. Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi, menangkap atau
menambahelektron dan melepaskan oksigen. Sebaliknya, reaksi oksidasi adalah reaksi
yang menaikkan bilangan oksidasi, melepas atau mengurangi elektron dan menangkap
oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, dkk. 1997. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro
Edisi Kelima. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Nugraha, Danu Aji. Binadja, Achmad. Supartono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Reaksi
Redoks Bervisi Sets, Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science Education.
ISSN 2252-6412: 30.
A. Komposisi Bahan
Rumus : CuSO₄
No-EC : 231-847-6
Massa molar : 249,68 g/mol
B. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : padat
Warna : biru
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3,5 - 4,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur :147 °C
Densitas : 2,284 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : 317 g/l pada 20 °C
C. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
• Setelah menghirup : hirup udara segar.
• Bila terjadi kontak kulit : Tanggalkan segera semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
• Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter
mata. Lepaskan lensa kontak.
• Setelah tertelan : segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.
D. Perlindungan diri
• Perlindungan mata/wajah : Kacamata-pengaman
• Perlindungan tangan : Bahan sarung tangan (Karet nitril), Tebal sarung tangan
(0,11 mm), Waktu terobosan (> 480 min)
• Perlindungan pernapasan diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang
direkomendasikan : Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair
bahan berbahaya.
MSDS ZnSO4
A. Komposisi Bahan
Bahan Sinonim : SENG SULFAT HEPTAHIDRAT
Rumus Kimia : ZnSO4.
Berat Molekul : 287.56 g/mol
B. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
Bentuk : padat
Warna : keputih-putihan
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : kira-kira 4 - 6 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 100 °C
Densitas : 1,97 g/cm3 pada 20 °C
Kelarutan dalam air : 965 g/l pada 20 °C
Suhu penguraian : > 39 - 280 °C Peniadaan air kristalisasi
Sifat peledak : Tidak diklasifikasikan sebagai mudah meledak.
Sifat oksidator : Tidak ada
C. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
• Saran umum : Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.
• Setelah terhirup: hirup udara segar. Jika napas terhenti : berikan napas buatan
mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.
Segera hubungi dokter.
• Bila terjadi kontak kulit : bilaslah dengan air yang banyak.
• Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi
dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
• Setelah tertelan: beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan. Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia
dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri),
telan karbon aktif dan konsultasikan kepada dokter secepatnya.
D. Perlindungan Diri
• Perlindungan mata/wajah : Kacamata / Goggles pelindung yang pas dan ketat
• Perlindungan kulit : Menangani dengan sarung tangan. Sarung tangan harus
diperiksa sebelum digunakan. Bahan (Karet nitril), ketebalan lapisan minimal
(0,11 mm), Menembus waktu (>480 menit)
• perlindungan pernapasan diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang
direkomendasikan : Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair
bahan berbahaya.
MSDS H2SO4 0,1M
MSDS NaNO3
1. Sifat Fisik dan Kimia
➢ Nama zat : Sodium Nitrat (Natrium Nitrat)
➢ Berat Molekul :84.99 g/mol
➢ Bentuk: padat
➢ Warna: tidak berwarna
➢ Bau: Tak berbau
➢ pH: 5,5 -8,0pada50 g/lpada20 °C
➢ Titik lebur/titik bekuTitik lebur: 308 °C
➢ Titik didih awal/rentang didih: 380 °C
➢ Titik nyala: tidak menyalah
➢ Batas bawah/atas flamabilitas atau ledakanData tidak tersediak)Tekanan uapData
tidak tersedial)
➢ Kerapatan (densitas) relative: 2,26 g/cm3pada20 °Cn)
➢ Kelarutan dalam air: 874 g/lpada20 °C-laruto)
➢ Sifat oksidatorBahan atau campuran ini diklasifikasikan sebagai pengoksidasi
dengan kategori 3.
2. Tindakan pertolongan pertama
• Saran umum: Tunjukkan lembar data keselamatan ini kepada dokter yang merawat.
• Jika terhirup: hirup udara segar.
• kontak dengan kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah
kulit dengan air/ pancuran air.
• Jika kontak dengan mata: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
• Jika tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.
MSDS H2O2
1. Sifat Fisik dan Kimia
➢ Bentuk: cair
➢ Warna: tidak berwarna
➢ Bau: agak pedih
➢ pH: <= 3,5 pada20 °C
➢ Titik lebur: -25,7 °C
➢ Titik didih/rentang didih: 107 °C pada1.013 hPa
➢ Tekanan uap: kira-kira18 hPa pada 20 °C
➢ Densitas: 1,11 g/cm3 pada20 °C
➢ Kelarutan dalam air: pada20 °C tercampur sepenuhnya
2. Tindakan pertolongan pertama
• Setelah menghirup: hirup udara segar.
• Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.
Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
• Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter
mata. Lepaskan lensa kontak.
• Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.
MnO2
a. Sifat fisik dan kimia
• keadaan fisik : Solid
• bau : berbau
• berat : 86,94 gr/mol
• warna : Hitam kecoklatan
• titik leleh : 535oC (995oF)
• kelarutan : larut dalam air dingin dan air panas
• stabilitas : stabil
• korosifitas : Non-Korosif dihadapan kaca
b. Identifikasi bahaya
Potensi efek kesehatan akut : berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritasi), kontak
mata, tertelan dan inhalasi. Potensi efek kesehatan kronis : substansi mungkin beracun
ke dalam darah, system syaraf, hati, system syaraf pusat.
c. Tindakan pertolongan pertama
▪ Kontak Mata:
Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus kontak langsung, segera
siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Harus
Mendapatkan perhatian medis
▪ Kontak Kulit:
Dalam kasus kontak, segera siram kulit dengan banyak air. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan bahan yang lembut. Bersihkan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi, Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu
sebelum digunakan kembali. Harus Mendapatkan perhatian medis.
▪ Kulit Serius Hubungi:
Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan
krim anti-bakteri. Harus segera mencari perhatian medis
▪ Terhirup:
Jika dihirup, segera mencari udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Harus segera
mendapatkan perhatian medis.
▪ Tertelan:
JANGAN mencoba memuntahkan kecuali diarahkan untuk melakukannya
oleh tenaga medis. Jangan memberikan apa pun melalui mulut secara
langsung. Jika sejumlah besar bahan ini ditelan, hubungi dokter segera.
Kendurkan pakaian ketat seperti leher, dasi, dan ikat pinggang.
Logam Cu
a. Sifat fisika dan kimia
▪ Bentuk : padat
▪ Warna : logam merah jambu
▪ Massa Jenis : 8.96 g/cm³
▪ Titik Lebur : 1357.77 K (1084.62 °C, 1984.32 °F)
▪ Titik Didih : 2835 K (2562 °C, 4643 °F)
▪ Kalor Peleburan : 13.26 kJ/mol
▪ Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
▪ Kapasitas Kalor : (25 °C) 24.440 J/(mol·K)
b. Identifikasi bahaya
Peringatan! Padatan yang mudah terbakar. Dapat meledak jika terkena panas atau api.
Menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru. Menghirup asap dapat menyebabkan demam asap
logam. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Organ Sasaran: Ginjal, hati, paru-paru.
c. Tindakan pertolongan pertama
▪ Mata: Bilas mata dengan banyak air setidaknya selama 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
▪ Kulit: Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis
jika iritasi berkembang atau berlanjut.
▪ Tertelan: Dapatkan bantuan medis. JANGAN memaksakan muntah. Jika sadar
dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air.
▪ Penghirupan: Hapus dari eksposur dan segera pindah ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
Dapatkan bantuan medis.
MSDS Zn(NO3)2
• Sifat fisika dan kimia
Keadaan Fisik: Kristal
Penampilan: putih
Bau: tidak berbau
pH: 5,1 dalam larutan 5%.
Tekanan Uap: Tidak tersedia.
Kepadatan Uap: 10.3
Laju Penguapan: Tidak tersedia.
Viskositas: Tidak tersedia.
Titik didih: Tidak tersedia.
Titik Beku / Melting: 36,4 derajat C
Suhu Dekomposisi: 105-131 derajat C -
Kelarutan: Larut dalam air.
Gravity / Densitas Spesifik: 2.065
Formula Molekul: Zn (NO3) 2 .6H2O
Berat Molekul: 297.4702MSDS Zn(NO3)2
• Identifikasi bahaya
Bahaya! Pengoksidasi kuat. Kontak dengan bahan lain dapat menyebabkan kebakaran.
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan iritasi mata dan kulit. Higroskopis (menyerap
kelembapan dari udara).
Organ Sasaran: Mata, kulit.
Potensi Efek Kesehatan Mata: Menyebabkan iritasi mata. Kulit: Menyebabkan iritasi kulit.
Mungkin berbahaya jika terserap melalui kulit. Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Penghirupan: Dapat menyebabkan iritasi
saluran pernafasan. Mungkin berbahaya jika terhirup. Kronis: Tidak ada informasi yang
ditemukan.
• Tindakan pertolongan pertama
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat
kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15
menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
Tertelan: Jangan dimuntahkan. Jika korban dalam keadaan sadar dan waspada, berikan 2-4
gelas susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang
tidak sadar. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau gejala.
Inhalasi:Hapus dari paparan dan segera pindah ke udara segar. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut jika korban
menelan atau menghirup zat; induksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang
dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan yang tepat lainnya.
MSDS Pb(NO3)2
• Sifat fisika dan Kimia
Setelah terhirup: hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut ke mulut
atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin.Segera hubungi dokter.
Bila terjadi kontak kulit: bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter
mata.Lepaskan lensa kontak.
Setelah tertelan : beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran
pengobatan.Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif and
konsultasikan kepada dokter secepatnya.