I. GAMBARAN BENCANA
A. Kronologis Bencana
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat yang mempunyai garis
pantai sepanjang 164 Km dan terdapat 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Arut
dan Sungai Lamandau dan anak-anak Sungai.
Kejadian bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor pada tanggal 23 Juni - 11 November 2020 telah merusak
permukiman, infrastruktur, fasilitas sosial, ekonomi dan lainnya. Berdasarkan
Buletin Badan Meteorologi dan Geofisika Iskandar, Kabupaten Kotawaringin
Barat Prakiraan Curah Hujan pada bulan April menunjukan nilai 454, 1 mm,
bulan Mei 2020 menunjukan nilai 275.5 mm, bulan Juni 2020 menunjukan nilai
150 - 300mm, bulan Juli 2020 menunjukan nilai 150 - 200 mm, bulan Agustus
2020 menunjukan nilai 100 - 200 mm, bulan September 2020 menunjukan nilai
150 - 200 mm, bulan Oktober 2020 menunjukan 200 - 300 mm yang
menyebabkan beberapa titik wilayah tergenang luapan Sungai Arut dan Sungai
Lamandau.
Sementara daerah pinggir pantai terjadi terjangan gelombang tinggi sehingga
menyebabkan tanggul pengaman pantai menjadi rusak dan air laut naik
menerjang permukinan.
B. Gangguan Akses
B.1 Sektor Permukiman
Pasca bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca
Ekstrim dan Tanah Longsor memberi dampak masalah perumahan pada
masyarakat di wilayah sepanjang bantaran sungai dan pinggiran pantai yang
tidak dapat dihuni kembali. Sebagian masyarakat mengungsi dari lokasi
tersebut dan tinggal di tempat pengungsian, menumpang pada tempat sodara
yang sama ataupun membuat panggung pada rumah masing - masing dan
menyewa rumah di luar kawasan yang terkena dampak bencana.
Masyarakat yang mengungsi sebagian besar memiliki mata pencaharian
sebagai petani dan buruh lepas. Bagi para korban yang berprofesi sebagai
petani, bila lokasi bertani dan berkebun jauh dr tempat tinngal maka akses
masyarakat ke lokasi bertani dan berkebun menjadi semakin jauh dan
menambah waktu perjalanan menuju tempat kerja.
C. Gangguan Fungsi
C.1 Sektor Permukiman
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor menyebabkan pada komponen bangunan rumah seperti: pintu,
jendela, dinding, penutup atap, ataupun bangunan roboh atau runtuh. Rumah
yang hanya terendam genangan sampah dan lumpur serta isi rumah berupa
mebelair dan peralatan lainnya. Hal ini terjadi pada perumahan masyarakat di
wilayah sekitar sungai dan pinggir pantai.
Secara bagian besar kerusakan pada fisik strutur bangunan untuk rusak
sedang dan ringan tidak menunjukan kerusakan yang berarti hanya mendapat
kerusakan pada kusen, daun pintu, dinding, namun masyarakat membutuhkan
tenaga untuk membersihkan endapan sampah dan lumpur yang diakibatkan
bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor.
D. Peningkatan Risiko
D.1 Sektor Permukiman
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor, untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi yang lebih
buruk lagi, pemerintah akan menerbitkan pemilik atau gangguan lahan pada
kawasan hulu sungai dan sepanjang bantaran sungai serta daerah pinggir
pantai untuk segera melakukan relokasi.
V. PENUTUP
Rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana Kabupaten Kotawaringin Barat
membutuhkan pengkajian yang memedai atas bukti-bukti atas kerusakan dan
kerugian aset-aset penghidupan deprivasi hak-hak dasar, ketergangguan proses
kemasyarakatan dan kenegaraan serta meningkatnya risiko karena menurunnya
kapasitas dan meningkatnya kerentanan pascabecana akibat Gelombang Ekstrim
dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.