Anda di halaman 1dari 9

DOKUMEN

PENGKAJIAN KEBUTUHAN PASCABENCANA GELOMBANG EKSTRIM DAN


ABRASI, BANJIR, CUACA EKSTRIM DAN TANAH LONGSOR
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2020

I. GAMBARAN BENCANA
A. Kronologis Bencana
Letak Geografis Kabupaten Kotawaringin Barat yang mempunyai garis
pantai sepanjang 164 Km dan terdapat 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Arut
dan Sungai Lamandau dan anak-anak Sungai.
Kejadian bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor pada tanggal 23 Juni - 11 November 2020 telah merusak
permukiman, infrastruktur, fasilitas sosial, ekonomi dan lainnya. Berdasarkan
Buletin Badan Meteorologi dan Geofisika Iskandar, Kabupaten Kotawaringin
Barat Prakiraan Curah Hujan pada bulan April menunjukan nilai 454, 1 mm,
bulan Mei 2020 menunjukan nilai 275.5 mm, bulan Juni 2020 menunjukan nilai
150 - 300mm, bulan Juli 2020 menunjukan nilai 150 - 200 mm, bulan Agustus
2020 menunjukan nilai 100 - 200 mm, bulan September 2020 menunjukan nilai
150 - 200 mm, bulan Oktober 2020 menunjukan 200 - 300 mm yang
menyebabkan beberapa titik wilayah tergenang luapan Sungai Arut dan Sungai
Lamandau.
Sementara daerah pinggir pantai terjadi terjangan gelombang tinggi sehingga
menyebabkan tanggul pengaman pantai menjadi rusak dan air laut naik
menerjang permukinan.

B. Lokasi dan Wilayah terdampak


Lokasi yang terkena dampak Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi,
Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor yaitu: Kecamatan Arut Selatan
meliputi Desa Umpang, Desa Runtu, Desa Kenambui, Desa Tanjung Terantan,
Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, Desa Karanganyar,
Kelurahan Raja Seberang, Keluarahan Raja, Kelurahan Mendawai Seberang,
Kelurahan sidorejo, Kelurahan Mendawai dan Kelurahan Baru; Kecamatan
Arut Utara meliputi Desa Sukarami, Desa Sambi, Desa Nangamua, Desa Gandis,
Desa Penyombaan, Desa Pandu, Desa Riam, Desa Kerabu, Desa Panahan, Desa
Sungai Dau dan Kelurahan Pangkut; Kecamatan Kotawaringin Lama meliputi
Desa Rungun, Desa Kondang, Desa Lalang. Kelurahan Kotawaringin Hilir, dan
Kelurahan Kotawaringin Hulu; Kecamatan Pangkalan Banteng meliputi Desa
Sungai Pakit, Desa Sungai Hijau, Desa Karang Mulya, Desa Karang Sari, Desa
Kebon Agung, Desa Arga Mulya, Desa Marga Mulya, Desa Berambai, Desa Natai
Kerbau dan Desa Mulya Jadi; Kecamatan Kumai meliputi Desa Keraya, Desa
Sebuai Timur, Desa Sebuai Barat, Desa Sungai Bakau, Desa Kubu dan Kelurahan
Kumai Hulu; Kecamatan Pangkalan Lada meliputi Desa Ladamandalajaya,
Desa Pandu Sanjaya, dan Desa Pangkalan Duren.

C. Upaya Penanganan Darurat dan Pemulihan Awal


Dalam merespon kegiatan dan upaya yang telah dilakukan pada masa
tanggap darurat di Kabupaten Kotawaringin Barat antara lain
1. Pendirian dan pendampingan posko komando utama tanggap darurat
untuk mengevakuasi dan menampung pengungsi, pemenuhan kebutuhan
dasar, pembersihan puing bangungan, jalan dan jembatan, distribusi air
bersih, MCK, dapur Umum serta penyaluran layanan kesehatan yang
terletak di balai Desa Kecamatan Arut Utara, Kecamatan Arut Selatan,
Kecamatan Kumai, Kecamatan Pangkalan Lada dan Kecamatan Pangkalan
Banteng.
2. Melakukan penyaluran logistik paket sembako untuk korban dampak
bencana melalui jalur darat dan jalur air oleh Dinas Sosial, BPBD serta
SKPD terkait.
3. Pengelolahan berbagai bantuan yang datang dari instansi pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, sumbangan masyarakat, ormas dan pihak
lainnya di posko Induk Kantor BPBD Kabupaten Kotawaringin Barat.
4. Pendirian tenda pengungsi dan kelearga oleh BPBD melalui jalur darat.
5. Rapat evaluasi harian di posko tanggap darurat di hadiri seluruh SKPD
serta element- element yang terkait seperti relawan - relawan berbagai
unsur, organisasi masyarakat, serta komunitas peduli masyarakat
6. Melakukan verifikasi Tahap I perbaikan bangunan perumahan, pengaman
pantai, jalan, dan jembatan.

II. PENGKAJIAN AKIBAT BENCANA


A. Perkiraan Kerusakan dan Kerugian
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor yang terjadi menimbulkan dampak kerusakan baik sektor
perumahan, infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lainnya di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat. Kerusakan paling yang paling parah adalah pada sektor
infrastruktur dengan kerugian mencapai Rp 118.011.126.000,- (Seratus
Delapan Belas Milyar Sebelas Juta Seratus Dua Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
Hasil pengkajian akibat bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca
Ekstrim dan Tanah Longsor, total nilai, kerusakan, dan kerugian dampak dari
bencana akibat cuaca buruk terdapat pada Rekapitulasi Usulan Perbaikan
Infrastruktur (Lampiran I)

A.1 Sektor Permukiman


Keruskan pada Sektor Permukiman Sub Sektor Perumahan mencapai 7.754
unit rumah, baik rumah dengan kontruksi permanen, semi permanen, maupun
non permanen. Kecamatan yang populasi rumahnya mengalami kerusakan
adalah Kecamatan Kotawaringin Lama sebanyak 959 unit rumah, Kecamatan
Arut Utara 658 Unit rumah, Kecamatan Arut Selatan 2.848 unit rumah,
Kecamatan Kumai 20 unit rumah, Kecamatan Pangkalan Banteng 242 unit
rumah, dan Kecamatan Pangkalan lada 20 unit rumah.
Berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi pada komponen bangunan rumah
dan kerusakan isi rumah yang berupa mebelair dan peralatan lainnya.
Betrdarakan data kondisi kerusakan rumah dapat diuraikan sebagai berikut;
Rumah kondisi rusak berat sebnyak 15 unit diakibatkan dampak bencana
akibat cuaca ekstrim rusaknya berupa; runtuhnya tiang, pondasi sehingga
rumah ambruk. Rumah kondisi rusak sedang sebanyak 1.905 unit rumah akibat
dampak banjir bandang dan tanah longsor kerusakannya berupa komponen
struktur utama bangunan sebagian kecil rusak, dan komponen penunjang
rusak, namun bangunan masih tetap berdiri, di antara kerusakan pintu kusen
dan jendela hancur. Rumah kondisi rusak ringan sebanyak 5.834 unit rumah
dengan kerusakannya berupa kerusakan pintu, jendela, dinding, tiang
penyangga, penutup atap rumah yang terbuat dari seng/genteng dan endapan
lumpur dan sampah yang diperlukan pekerjaan pembersihan lumpur yang
tergenang.
Repaitulasi kerusakan sektor perumahan berdasarkan katagori tingkat
kerusakan ringan, kerusakan sedang, dan kerusakan berat yang tersebar
dienam kecamatan yakni Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Arut Utara,
Kecamatan Kotawaringin Lama, Kecamatan Kumai, Kecamatan Pangkalan
Banteng, dan Kecamatan Pangkalan Lada. Bencana akibat cuaca ekstrim pada
sektor permukiman menimbulkan kerusakan sebesar Rp 375.000.000.- dan
kerugian mencapai Rp 200.000.000,- sehingga total kerusakan dan kerugian
mencapai Rp 575.000.000,-. angka tersebut terdiri dari sub sektor perumahan,
sub sektor prasarana lingkungan, dan sarana prasarana pendidikan.

A.2 Sektor Infrastruktur


Kerusakan infrastruktur akibat Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi,
Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor di Kabupaten Kotawaringin Barat
pada sub sektor transportasi darat, energi, air, dan sanitasi, dan sumber daya
air (SDA). pada sub sektor transportasi darat, banjir dan banjir bandang
menyebabkan kerusakan pada bagian ruas jalan, jembatan, dan kendaraan
hanyut.
Kerusakan sub sektor sumber daya air terjadi pada daerah terdampak bencana
akibat cuaca ekstrim, banjir, Banjir bandang merusakan tanggul pengaman
pantai, bronjong, tanggul pengaman sungai, drainase, dan break water. Tanggul
pengaman pantai dan break water mengalami kerusakan disebabkan hempasan
gelombang laut yang tinggi menghancurkan tanggul yang mengakibatkan air
laut naik di permukaan jalan dan rumah warga. Sementara tangguil pengaman
sungai mengalami kerusakan disebabakan banjir yang deras sehingga
menghancurkan pondasi tanggul dan membuat tanggul bergeser serta ada
sebagaian tanggul yang hancur. Sedangkan drainase yang terdampak bencana
akibat cuaca buruk terdapat di Kecamatan Arut Selatan.
Bencana akibat cuaca ekstrim di Kabupaten Kotawaringin Barat pada sektor
infrastruktur menimbulakn kerusakan sebesar Rp 118.011.129.000,- dan
kerugian mencapai Rp 9.440.871.000- sehingga total kerusakan dan kerugian
mencapai Rp 127,452.000.000,- angka tersebut terdiri dari kerusakan dan
kerugian pada sub sektor transportasi dan sumberdaya air secara rinci
penilaian kerusakan dan perkiraan kerugian sektor intrastruktur. Berdasarkan
tabel diatas, sub sektor sumber daya air mengalami dampak tersebesar
dibandingkan sub sektor transportasi. Kerusakan yang terjadi pada sub sektor
sumber daya air berupa rusaknya tanggul pengaman pantai, tanggul pengaman
sungai, drainase, embung, saluran reklamasi rawa dan break water
Matrik penilai kerusakan dan kerugian sektor infrastruktur terlampir (lampiran
II)

A.3 Sektor ekonomi


Sektor ekonomi merupakan salah satu sektor yang mengalami kerusakan
dan berpotensi mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Hal ini disebabkan
wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan daerah dengan potensi
ekonomi yang sangat produktif. Berbagai macam aktifitas ekonomi seperti sub
sektor pertanian dan perikanan. Material lumpur yang dibawa oleh banjir dan
gelombang tinggi telah menghancurkan berbagai sub sektor ekonomi.
Sub sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Kotawaringin
Barat adalah pertanian, perkebunan, dan perikanan merupakan aktifitas
ekonomi yang sangat nampak terkena dampak. Hal ini ditunjukan dengan
banyaknya tanaman jangka panjang maupun jangka pendek mengalami
kerusakan yang tersebar di Kecamatan Arut Selatan, dampak kerusakan
terbesar akibat cuaca buruk dialami pada sub sektor pertanian dan perkebunan
yaitu kerusakan pada tanaman padi (700 Ha), pisang (600 btg), Kelapa Sawit
(700 Ha). kondisi ini mengakibatkan petani mengalami kerugian besar. Pada
sub sektor pertanian, jumlah nilai kerusakan mencapai Rp 526.000.000,- dan
kerugian mencapai Rp 50.000.000,- sehingga total kerusakan dan kerugian
mencapai Rp 576.000.000,-.
Pada sub perikanan, bencana di Kabupaten Kotawaringin Barat
menyebabkan kerusakan sebesar Rp 5.000.000.000,- dan kerugian Rp
2.500.000.000,- sehingga total kerusakan dan kerugian mencapai Rp
7.500.000.000,- dari hasil perhitungan, maka nilai kerusakan dan kerugian di
sektor ekonomi meliputi sub sektor pertanian dan perikanan adalah kerusakan
sebesar Rp Rp 5.000. 000.000,- dan Kerugian Rp 2.500.000.000,- sehingga total
perkiraan kerusakan dan kerugian pada sektor ekonomi sebesar Rp
8.076.000.000,-

A.4 Sektor Sosial


Perhitungan kerusakan pada sektor sosial mencangkup kerusakan akibat
Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah
Longsor yang meliputi sub sektor pendidikan dan sub sektor kesehatan.
Penilaian kerusakan dilakukan terhadap aset berupa aset fisik, disektor sosial,
serta kerugian yang ditimbulkannya. Pada sektor sosial, bencana akibat cuaca
ekstrim menyebabkan keruskan sekolah, balai desa, masjid, gereja, dan
puskesman pembantu.
Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah
Longsor yang terjadi telah mengakibatkan kerusakan pada sub sektor
kesehatan berupa bangunan beserta sarana dan prasarana di dalamnya yaitu
perlengkapan mebelair dan peralatan kesehatan serta persediaan obat- obatan.
Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah
Longsor yang terjadi telah mengakibatkan kerusakan pada sub sektor
pendidikan berupa bangunan beserta sarana dan prasarana di dalamnya yaitu
perlengkapan mebelair.
Kerusakan dengan katagori tingkat sedang sampai sedang terdapat pada
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan rumah- rumah ibadah, yaitu bangunan
puskesmas, sekolah, dan rumah - rumah ibadah. Nilai kerusakan pada sektor
kesehatan mencapai Rp 30.000.000,- pada sub sektor pendidikan mencapai Rp
30.000.000,- dan pada sub sektor rumah ibadah Rp 20.000.000,- sedangkaln
kerugian yang timbul akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca
Ekstrim dan Tanah Longsor mencangkup biaya pembersihan sampah dan puing
- puing bangunan. Nilai kerugian pada sub sektor kesehatan, pendidikan, dan
rumah ibadah mencapai Rp 20.000.000,- sehingga jumlah nilai kerusakan dan
kerugian pada sub sektor kesehatan, pendidikan dan rumah ibadah Rp
100.000.000,-.
Pada sektor pendidikan mengalami dampak yang cukup besar,
mencangkup kerusakan SD sebanyak 31 sekolah dengan jumlah SMP sebanyak
31 Sekolah, kerusakan yang terjadi berupa rusaknya dinding bangunan sekolah,
pintu dan jendela. Selain itu, kerusakan juga terjadi pada isi bangun berupa
mebelair (meja kursi, dan lemari) Peralatan belajar mengajar dan dokumen
serta buku buku pelajaran.

B. Gangguan Akses
B.1 Sektor Permukiman
Pasca bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca
Ekstrim dan Tanah Longsor memberi dampak masalah perumahan pada
masyarakat di wilayah sepanjang bantaran sungai dan pinggiran pantai yang
tidak dapat dihuni kembali. Sebagian masyarakat mengungsi dari lokasi
tersebut dan tinggal di tempat pengungsian, menumpang pada tempat sodara
yang sama ataupun membuat panggung pada rumah masing - masing dan
menyewa rumah di luar kawasan yang terkena dampak bencana.
Masyarakat yang mengungsi sebagian besar memiliki mata pencaharian
sebagai petani dan buruh lepas. Bagi para korban yang berprofesi sebagai
petani, bila lokasi bertani dan berkebun jauh dr tempat tinngal maka akses
masyarakat ke lokasi bertani dan berkebun menjadi semakin jauh dan
menambah waktu perjalanan menuju tempat kerja.

B.2 Sektor infrastruktur


Gangguan akses yang terjadi karena kerusakan pada sub sektor
transportasi adalah kehilangan hak akses terhadap prasarana transportasi
kebagai kebutuhan dasarperpindahan manusia dan barang di lingkungan
perdesaan dan perkotaan.

B.3 Sektor Ekonomi


Gangguan akses dalam bidang ekonomi berupa terganggunya akses
individu dan masyarakat terhadap pemenuha kebutuhan karen transaksi jula
beli barang dan jasa berhenti. Biasanya masyarakat dapat dengan mudah
memenuhi kebutuhan dasar sebelum bencana, tetapi sesudah terjadi bencana
sulit diperoleh dan akses terhadap mata pencaharian menjadi terganggu.

B.4 Sektor Sosial


Penilaian gangguan akses pada sektor sosial sub sektor pendidikan adalah
tergangguanya akses pendidikan bagi siswa - siswi baik tingkat SD, SMP, dan
SMA. Penilaian gangguan akses pada sektor sosial sub sektor kesehatan adalah
terganggunya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai
kebutuhan dasar bagi masyarakat.

C. Gangguan Fungsi
C.1 Sektor Permukiman
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor menyebabkan pada komponen bangunan rumah seperti: pintu,
jendela, dinding, penutup atap, ataupun bangunan roboh atau runtuh. Rumah
yang hanya terendam genangan sampah dan lumpur serta isi rumah berupa
mebelair dan peralatan lainnya. Hal ini terjadi pada perumahan masyarakat di
wilayah sekitar sungai dan pinggir pantai.
Secara bagian besar kerusakan pada fisik strutur bangunan untuk rusak
sedang dan ringan tidak menunjukan kerusakan yang berarti hanya mendapat
kerusakan pada kusen, daun pintu, dinding, namun masyarakat membutuhkan
tenaga untuk membersihkan endapan sampah dan lumpur yang diakibatkan
bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor.

C.2 Sektor Infrastruktur


Gangguan fungsi karena kerusakan pada sub sektor transportasi
mengakibatkan terganggunya fungsi transportasi untuk sementara waktu.

C.3 Sektor Ekomoni


Gangguan fungsi dalam bidang ekonomi berupa terganggunya fungsi
peralatan nelayan yang dipakai untuk mencari ikan.
C.4 Sektor Sosial
Gangguan fungsi pendidikan pada sekolah mengakibatkan terganggunya
pelayanan pendidikan yaitu proses belajar mengajar. Gangguan fungsi
kesehatan mengakibatkan terganggunya fungsi pelayanan kesehatan dari
puskesmas pembantu sehingga tidak dapat melayani masyarakat.

D. Peningkatan Risiko
D.1 Sektor Permukiman
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan
Tanah Longsor, untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi yang lebih
buruk lagi, pemerintah akan menerbitkan pemilik atau gangguan lahan pada
kawasan hulu sungai dan sepanjang bantaran sungai serta daerah pinggir
pantai untuk segera melakukan relokasi.

D.2 Sektor Infrastruktur


Kerusakan aset sub sektor transportasi akibat kondisi jalan, jembatan,
saluran drainase, embung, reklame rawa dan pengaman pantai yang rusak
menyebabkan meningkatnya resiko kerusakan trasportasi darat dan sungai.

D.3 Sektor Ekonomi


Gangguan akses berupa sulitnya pemenuhan kebutuhan dasar dan
gangguan fungsi perahu yang digunakan nelayan untuk melaut mengakibatkan
meningkatnya risiko berupa berkurangnya pendapatan masyarakat sehingga
dapat mendorong risiko meningkatnya angka memiskinan.

D.4 Sektor Sosial


Meningkatnya risiko sub sektor pendidikan yang ditandai dengan
menurunnya kapasitas pendidikan dan meningkatnya kerentanan kondisi
pendidikan, sehingga diperlukan bangunan sekolah dan sarana prasarana
pendidikan.
Meningkatnya risiko sub sektor kesehatan yang ditandai dengan
menurunnya kapasitas kesehatan dan meningkatnya kerentanan penyakit yang
dapat mengakibatkan memburuknya kondisi kesehatan, sehingga diperlukan
bangunan puskesmas pembantu, penggantian alat kesehatan dan sarana
prasarana yang rusak.

III. ANALISIS DAMPAK BENCANA


A. Kajian Dampak Ekonomi
Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah
Longsor mengakibatkan keruskan dan berpotensi mengakibatkan kerugian yang cukup
besar. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan daerah
dengan potensi ekonomi yang sangat produktif. Berbagai macam aktivitas ekonomi
seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Rusaknya tanaman pertanian dan
perkebunan mengakibatkan menurunnya produksi panen sehingga membutuhkan
waktu untuk menangani keruskan ataupun menanam kembali tanaman yang mati atau
tumbang sehingga membutuhkan waktu untuk kembali mendapat hasil yang serupa
pada saat sebelum bencana terjadi.
Rusanya perahu nelayan yang digunakan untuk melaut mengakibatkan nelayan tidak
dapat mencari ikan dan lain sebagainya. Dengan rusaknya perahu nelayan maka
membutuhkan waktu dan modal untuk memperbaiki perahu tersebut.
Dampak lainnya yang tidak langgsung diantaranya hambatan produktifitas
akibat aset yang rusak/hilang akibat bencana seperti potensi pendapatan yang
berkurang pengeluaran yang bertambah dan lain-lain selama beberapa waktu.
B. Kajian Dampak Kehidupan Manusia dan Sosial
Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah
Longsor mengakibatkan kerusakan dan berpotensi mengakibatkan kerusgian cukup
besar yang meliputi bidang pendidikan dan kesehatan. Penilaian kerusakan
dilakukan terhadap aset berupa aset fisik sosial serta kerugian yang
ditimbulkannya. Bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca
Ekstrim dan Tanah Longsor menyebabkan kerusakan sekolah, puskesmas
pembantu dan rumah ibadah.
Bencana banjir menimbulkan dampak rusaknya sarana dan prasarana
pendidikan, puskesmas pembantu dan rumah ibadah. Dari kejadian tersebut
mengakibatkan pelayan kesehatan, pendidikan dan rumah ibadah tidak jalan.
Sehingga masyarakat yang ingin berobat harus ke puskesmas yang jaraknya lebih
jauh dari puskesmas pembantu tersebut. Banjir juga menimbulkan dampak kegiatan
belajar mengajar di wilayah terkena dampak terhenti karena bangungan mengalami
kerusakan yang bervariasi meliputi SD, SMP dan SMA.

C. Kajian Dampak Lingkungan


Bencana banjir menimbulkan kerusakan tanggul pengaman pantai dan tanggul
pengaman sungai, hal ini tentu akan mengakibatkan tanah dan pasir yang ada di
tepi pantai akan terkikis. Kerusakan saluran drainase juga terjadi di dalam
Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai, Kecamatan Arut Utara yang
mengakibatkan air hujan serta air limbah masyarakat akan tergenang hal ini tentu
akan menimbulkan bau tidak sedap di sekitar daerah tersebut.

IV. PERKIRAAN KEBUTUHAN REHABILITAS DAN REKONTRUKSI


A. Perkiraan Biaya Kebutuhan
Berdasarkan analisis terhadap kerusakan dan kerugian serta dampak pasca
bencana akibat cuaca ekstrim yang meliputi sektor permukiman, sektor
infrastruktur, sektor ekonomi produktif, sektor sosial, dan lintas sektor
diperkirakan total kebutuhan pendanaan rehabilitasi dan rekontruksi mencapai
sektor Permukiman Rp 575.000.000,- sektor Infrastruktur Rp 127.452.000.000,-
sektor Ekonomi Rp 8.076.000.000,- dan sektor Sosial Rp 100.000.000,-.

A.1 Sektor Permukiman


Secara umum kebutuhan Rehabilitasi dan Rekontruksi pasca bencana sektor
permukiman terdiri atas pemenuhan kebutuhan sub sektor perumahan, sub sektor
prasarana pendidikan dan sub sektor prasarana pendidikan terhadap masyarakat
terdampak dan memiliki ancaman resiko bencana. Kerusakan pada sektor
permukiman sub sektor perumahan mencapai 7.754 unit rumah, baik rumah
dengan konstruksi permanen, semi permanen, maupun non permanen. Kecamatan
yang populasi rumahnya mengalami kerusakan adalah Kecamatan Kotawaringin
Lama sebanyak 959 unit rumah, Kecamatan Arut Utara 658 Unit rumah, Kecamatan
Arut Selatan 2.848 unit rumah, Kecamatan Kumai 20 unit rumah, Kecamatan
Pangkalan Banteng 242 unit rumah, dan Kecamatan Pangkalan lada 20 unit rumah.
Pemulihan pasca bencana pada sub sektor perumahan diarahkan kepada
penyediaan hunian terhadap korban terdampak yang dilakukan melalui penyediaan
alat bahan untuk memperbaiki rumah yang terkena bencana serta membangun
rumah yang mengalami rusak berat. Total kebutuhan pascabencana sub sektor
perumahan untuk korban bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir,
Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor mencapai sebesar Rp 575.000.000,-.
Kebijakan rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana sub sektor perumahan
lainnya yang akan dilakukan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) di prioritaskan paa infrastuktur dengan katagori rusak berat,
sementara untuk katagori rusak ringan dilakukan oleh pemerintah daerah.
A.2 Sektor Infrastruktur
Secara umum pemenuhan sektor infrastruktur adalah membangun kembali
dengan kualitas lebih baik terhadap asep yang rusak pada sub sektor transportasi,
energi, air dan sanitasi, dan sumberdaya air. Selain memperbaiki aset yang rusak,
kebutuhan infrastruktur menuju daerah relokasi juga perlu di penuhi. Perkiraan
kebutuhan rehabilitasi dan rekonstransi pascabencana sektor infrastruktur
mencapai sebesar Rp 127.452.000.000,-
Prioritas dalam pemenuhan kebutuhan pemulihan sektor infrastruktur pada
kawasan yang terkena dampak akibat bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi,
Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor diantaranya adalah perbaikan/ perbaikan
jalan dan jembatan saluran drainase, tanggul pengaman sungai, dan tanggul
pengaman pantai, embung, reklamasi rawa. Total kebutuhan sektor infrastruktur
pada sub sarana prasaran transportasi mencapai Rp 93.361.629.000,- untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan dan pemulihan jalan dan jembatan pada 11
lokasi. Sektor infrastruktur sub sektor sumberdaya air diantaranya perbaikan pada
saluran drainase dan tanggul pengaman sungai, tanggul pengaman pantai, embung
dan saluran reklamasi rawa pada 6 lokasi mencapai Rp 24.649.500.000,- dan biaya
jasa konsultan mencapai Rp 9.440.888.570,- dengan total menyeluruh Rp
127.452.000.000,-.

A.3 Sektor Ekonomi


Pemulihan ekonomi pada daerah terkena dampak bencana akibat Gelombang
Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor di rencanakan akan
dilaksanakan melaui sub sektor pertanian, perkebunan dan perikanan dengan total
kebutuhan Rp 8.076.000.000,-.
Pemulihan akibat bencana pada sub sektor pertanian dan perkebunan
diarahkan pada tanaman jangka panjang dan jangka pendek yang mengalami
kerusakan. Kegiatan pemulihan ekonomi sub sektor pertanian, perkebunan dan
perikanan akan dilaksankaan pada lahan pertanian, dan perkebunan dengan
kebutuhan dana sebesar Rp 576.000.000,-.
Rehabilitasi dan rekontruksi pada sub perikanan dilakukan berupa rehabilitasi
perahu serta penggantian perahu nelayan yang rusak berat. Nilai kebutuhan untuk
kegiatan sub perikanan adalah Rp 7.500.000,-

A.4 Sektor Sosial


Dampak bencana akibat Gelombang Ekstrim dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim
dan Tanah Longsor pada sektor sosial meliputi sub sektor pendidikan dan
kesehatan membutuhkan total biaya sebesar Rp 100.000.000,- dengan rincian.
Kebutuhan rencana pembiayaan pascabencana sub sektor kesehatan
membutuhkan biaya terbesar yaitu Rp 30.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan
rehabilitasi bangunan puskesmas pembantu sebanyak 31 unit puskesmas
pembantu.
Kebutuhan penanganan pasca bencana untuk sub sektor pendidikan digunakan
untuk pembangunan ruang kelas, dan sarana lainnya yang terkena dampak bencana
sebesar Rp 30.000.000,- dengan jumlah 31 unit sekolah yang meliputi ruang kelas
SD, SMP dan SMA. Rincian kebutuhan rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana
sub sektor pendidikan.
B. Perkiraan Kebutuhan Berdasarkan Kewenangan
B.1 Kewenangan Pemerintah Kabupaten
Berdasarkan hasil penialain perkiraan kebutuhan rehabilitasi dan rekontruksi
pascabencana yang menjadi kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri
atas sektor perumahan dan ekonomi.

B.2 Kewenanganan Pusat


Berdasarkan hasil penilaian perkiraan kebutuhan rehabilitasi dan rekontruksi
pascabencana yang menjadi kewenangan pusat terdiri atas sektor perumahan,
infrastruktur, ekonomi, dan sosial

V. PENUTUP
Rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana Kabupaten Kotawaringin Barat
membutuhkan pengkajian yang memedai atas bukti-bukti atas kerusakan dan
kerugian aset-aset penghidupan deprivasi hak-hak dasar, ketergangguan proses
kemasyarakatan dan kenegaraan serta meningkatnya risiko karena menurunnya
kapasitas dan meningkatnya kerentanan pascabecana akibat Gelombang Ekstrim
dan Abrasi, Banjir, Cuaca Ekstrim dan Tanah Longsor di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah.

Pangkalan Bun, Oktober 2020

Plt. Kepala Pelaksana


Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat

Drs. TENGKU ALI SYAHBANA, M.Si


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP 19680730199811 1 001

Anda mungkin juga menyukai