Anda di halaman 1dari 29

Nama Dosen : Ns.Hamdayani,S.Kep.,M.

Kes
Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

TUGAS MID MAKALAH


(Rangkuman materi)

Oleh:

Nursyifa

(183010017)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
GOWA
2020

1
Kata pengantar

Mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. dengan rahmat serta petunjuk-
nya, penulis berhasil menyelesaikan RANGKUMAN MAKALAH  Untuk
memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Keperawatan Anak II
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kapada yang terhormat dosen Pembimbing yang telah memberikan tugas
kesempatan kepada penulis untuk membuat dan menyusun makalah ini. Karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan
penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati untuk
menyempurnakan penyusunan makalah tersebut.
Semoga RANGKUMAN MAKALAH Keperawatan anak II  ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Gowa,16 Desember 2020

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................4

A. Latar belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................................7

1. FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK......................................................................................................9


2. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT............................................................................................................10
3. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAK.........................................................................................12
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK...........................................................................................................................................................15
5. PERIODE PERKEMBANGAN ANAK.......................................................................................................17
6. TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANANAK....................................................................20
7. PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK.......................................................................20-21
8. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK...................................21
9. BERMAIN DI RUMAH SAKIT .................................................................................................................23
10. CARA TOILET TRAINING .......................................................................................................................24
11. DAMPAK TOILET TRAINING..................................................................................................................24
12. REAKSI ANAK TERHADAP STRESS AKIBAT HOSPITALISASI........................................................25
13. RESPON PERILAKU ANAK AKIBAT PERPISAHAN............................................................................25
14. REAKSI KELUARGA TERHADAP ANAK SAKIT YANG MENGALAMI
PERAWATAN DIRUMAH SAKIT.............................................................................................................26
15. PERAN PERAWAT DALAM MENGURANGI STRESS AKIBAT HOSPITALISASI...........................26

BAB III PENUTUP................................................................................................................................................................27

KESIMPULAN.......................................................................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak sebagai klien dipandang sebagai makhluk unik yang
memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Tindakan
yang dilakukan dalam melakukan asuhan keperawatan anak berlandaskan
pada prinsip atraumatic care (asuhan keperawatan yang
terapeutik).Prinsip dasar yang dipahami dalam melaksanakan asuhan
keperawatan adalah perspektif keperawatan anak.

Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berfikir bagi


seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
terhadap klien anak maupun keluarganya. Perspektif keperawatan anak
mencakup perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak,
dan peran perawat anak. Sebelum memahami perspektif keperawatan anak
lebih lanjut, perlu diketahui tentang mortalitas dan morbiditas dalam
dunia anak. . Mortalitas/mortality/angka kematian menggambarkan angka
kejadian yang dalam waktu tertentu. Angka tersebut dinyatakan per
100.000 penduduk.

a. Angka kematian bayi adalah angka kematian per bayi


hidup selama satu tahun. Penyebab kematian bayi adalah : kelainan
konginetal, suddent infant death syndrome, BBLR, sindroma gagal nafas,
pneumonia, bayi lahir dengan komplikasi kehamilan, kecelakaan, infeksi
perinatal, bayi lahir berhubungan dengan komplikasi plasenta, dan
beberapa penyebab lain.

4
b. Angka kematian anak adalah angka kematian pada anak
dengan umur lebih dari satu tahun. Beberapa faktor penyebab kematian
pada anak adalah kecelakaan,kelainan konginetal, kanker, pembunuhan,
heart disease, HIV.

Morbidity / morbiditas / angka kesakitan adalah angka yang


mengambarkan kejadian sakit yang spesifik per 1000 penduduk. Angka
kesakitan anak adalah angka yang menggambarkan kejadian sakit yang
spesifik per 1000 anak. Kesakitan yang banyak terjadi adalah sakit akut
dan infeksi terutama infeksi saluran pernafasan. Kelompok anak dengan
resiko peningkatan angka kesakitan adalah anak jalanan/ gelandangan,
anak dengan tingkat sosial ekonomi orang tua rendah, anak diadopsi orang
asing, anak ditempat penampungan.

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada

lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan

atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya

(Wong, 2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004) hospitalisasi

merupakan suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah

sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang sampai pemulangan

kembali ke rumah.

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress

(Nursalam, 2005). Hospitalisasi juga dapat menimbulkan ketegangan dan

ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku

yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalan penyakit anak selama

dirawat di rumah sakit (Posted, 2009).

5
Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang

baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman,

perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang

dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).

Dampak hospitalisasi pada anak berbeda-beda tergantung oleh


perkembangaan usia, pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit,
supportsystem, serta keterampilan koping dalam menangani stress.
Kecemasan danketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak.

Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak


yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet
training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga
seperti fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah mampu dan kuat
duduk sendiri atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang
air kecil dan buang air besar, demikian juga kesiapan psikologi dimana
anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan
konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil.
Pelaksanaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih respon
terhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar (Hidayat,
2012).

6
B. Rumusan masalah
1. FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK?
2. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT?
3. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAk?
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK?
5. PERIODE PERKEMBANGAN ANAK?
6. TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANANAK?
7. PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN ANAK?
8. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK?
9. BERMAIN DI RUMAH SAKIT?
10. CARA TOILET TRAINING ?
11. DAMPAK TOILET TRAINING ?
12. REAKSI ANAK TERHADAP STRESS AKIBAT HOSPITALISASI ?
13. RESPON PERILAKU ANAK AKIBAT PERPISAHAN ?
14. REAKSI KELUARGA TERHADAP ANAK SAKIT YANG MENGALAMI
PERAWATAN DIRUMAH SAKIT ?
15. PERAN PERAWAT DALAM MENGURANGI STRESS AKIBAT
HOSPITALISASI ?

7
C. Tujuan
1. UNTUK MENGETAHUI FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK
2. UNTUK MENGETAHUI PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

3. UNTUK MENGETAHUI PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAk

4. UNTUK MENGETAHUI FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN ANAK

5. UNTUK MENGETAHUI PERIODE PERKEMBANGAN ANAK

6. UNTUK MENGETAHUI TEORI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGANANAK

7. UNTUK MENGETAHUI PERAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN


ANAK

8. UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI DENGAN


PERKEMBANGAN ANAK

9. UNTUK MENGETAHUI BERMAIN DI RUMAH SAKIT

10. UNTUK MENGETAHUI CARA TOILET TRAINING


11. UNTUK MENGETAHUI DAMPAK TOILET TRAINING
12. UNTUK MENGETAHUI REAKSI ANAK TERHADAP STRESS AKIBAT
HOSPITALISASI

13. UNTUK MENGETAHUI RESPON PERILAKU ANAK AKIBAT PERPISAHAN


14. UNTUK MENGETAHUI REAKSI KELUARGA TERHADAP ANAK SAKIT
YANG MENGALAMI PERAWATAN DIRUMAH SAKIT

15. UNTUK MENGETAHUI PERAN PERAWAT DALAM MENGURANGI STRESS


AKIBAT HOSPITALISASI

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori
1. Palsafah Keperawatan anak
Komponen dalam keperawatan anak adalah manusia, sehat,
lingkungan, dan keperawatan itu sendiri.
a. Manusia
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun,
yang berada dalam proses tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual)
yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik mencakup
makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh, dan
kehangatan. Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan
kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak
membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari
bahaya,mengembangkan kemampuan berfikir, dan bertindak
mandiri.
b. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang
sehatsakit. Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara
fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai sepanjang
kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan

9
dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya.
Apabila anak sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan
spiritual.

c. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan
eksternal dapat memperngaruhi kesehatan anak. Lingkungan
internal yaitu genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis
kelamin, intelektual, emosi, dan adanya predisposisi atau
resistensi terhadap penyakit.
d. Keperawatan

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah


peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
falsafah utama yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga dan perawatan yang terapeutik. Keluarga dianggap
sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Peran dan fungsi perawat anak


Peran penting perawat anak adalah sebagai pembela

(advocacy), pendidik, konselor, koordinator, pembuat

keputusan etik, perencana kesehatan, pembina hubungan

terapeutik, pemantau, evaluator, dan peneliti.

1. Pembela

Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak dan

keluarganya pada saat membutuhkan pertolongan dimana

10
keluarga tidak dapat mengambil keputusan/menentukan

pilihan,dan meyakinkan keluarga untuk menyadari

pelayanan yang tersedia, pengobatan, dan prosedur yang

dilakukan dengan saran melibatkan keluarga.

2. Pendidik

Dilakukan dengan memberikan penyuluhan/pendidikan

kesehatan pada orang tua anak secara langsung maupun

secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak

memahami pengobatan dan perawatan anak.

3. Konselor

Perawat dapat memberikan konseling keperawatan

ketika anak dan orangtuanya membutuhkan. Konseling

yang dilakukan berbeda dengan pendidikan kesehatan.

Konseling dilakukan dengan cara mendengarkan segala

keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik.

4. Koordinator

Perawat melakukan koordinasi dan kolaburasi dengan

anggota tim kesehatan yang lain dengan tujuan

terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif.

5. Pembuat keputusan etik

Keputusan yang diambil oleh perawat merupakan

keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang

11
diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk

mendapat otonomi, menghindari hal yang merugikan

pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu

meningkatkan kesejahteraan pasien.

6. Perencana kesehatan

Perawat mempunyai suara untuk didengarkan oleh para

pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak.

7. Peneliti

Keterlibatan penuh perawat dalam upaya menemukan masalah

keperawatan anak yang harus dilakukan dengan penelitian secara

langsung,dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan

anak dengan tujuan meningkatkan kualitas praktek/asuhan

keperawatan pada anak.

3.Perkembangan keperawatan anak

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu

aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal

tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses

pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun,

sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang

mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah.

Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak

12
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa

pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama

( Nursalam, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,

2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif,

yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian

tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk

memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan

anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda di

sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.

Usia 0-1 tahun (Bayi)

 Permainan unuk melatih reflex, melatih kerja sama antara mata dan

tangan, mata dan telinga melatih mengenal suara, kepekaan

perabaan.

 Mainan yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk

muka, boneka orang  dan binatang, alat permaianan yang dapat

13
digoyang dan menimbulkan suara.

Usia 1-3 tahun (Todler)

 Permainan pada usia ini bertujuan untuk melatih anak melakukan

gerakan mendorong atau menarik, melatih imajinasi, melatih anak

melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa

bunyi dan mampu membedakannya

 Jenis permainan pada usia ini seperti alat permainan yang dapat

didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku

bergambar, kertas, pensil berwarna, dll.

Usia 3-6 tahun (Prasekolah)

 Pada usia ini, anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitasnya dan sosialisasi, mengembangkan dan mengontrol

emosi, motorik kasar dan halus.

Usia 6-12 tahun (Sekolah)

 Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan

menurut jenis kelaminnya. Bermain dengan kelompok, dapat

belajar dengan aturan-aturan kelompok, belajar mandiri,

kooperative bersaing, menerima orang lain dan tingkah laku yang

14
diterima.

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

a. Tahap tumbuh kembang anak

b. Status kesehatan

c. Status sosial ekonomi

d. Lingkungan

e. Peralatan bermain

f. Pengaruh emosi

g. Kecerdasan

h. Pengaruh hormonal

5. Periode perkembangan anak

Periode Pranatal

Terdiri dari fase germinal (mulai konsepsi sampai Kurang lebih usia

kehamilan 2 minggu),Embrio (usia kehamilan 2‐8 minggu),dan fetal (8

minggu – 40 minggu atau kelahiran). Terjadi pertumbuhan yang sangat

cepat dan sangat penting karena terjadi pembentukan organ dan sistem

organ anak. Asupan nutrisi ibu yang adekuat membantu anak untuk

mencapai perkembangan fetus yang optimal.

15
Periode bayi

Terbagi atas neonatus (0 – 28 hari) dan bayi (28 hari – 12 bulan)

Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek

kognitif, motorik, sosial dan pembentukan rasa percaya diri. Kemampuan

orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan stimulus

sensoris‐motor mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Periode kanak‐kanak awal

Terdiri atas todler ( 1 – 3 tahun) dan pra sekolah (3 – 6 tahun) Todler

menunjukkan perkembangan motorik, kemampuan aktivitas lebih banyak

bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eskplorasi terhadap benda

disekelilingnya. Risiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai. Pada usia

prasekolah.

Periode kanak‐kanak pertengahan

Dikenal sebagai fase usia sekolah Dimulai pada usia 6 – 11 atau 12 tahun

dengan pertumbuhan anak laki‐ laki lebih meningkat, perkembangan

motorik lebih sempurna.Anak membutuhkan aktivitas teratur 4 – 5

16
jam/hari, mengembangkan kemampuan interaksi sosial,Peran guru sangat

penting sehingga penting bagi orang tua untuk memilih sekolah yang baik

untuk perkembangan anak .

Periode kanak‐kanak akhir

Merupakan fase transisi€ anak mulai memasuki usia remaja (12 – 18

tahun),Kematangan identitas seksual dan berkembangnya organ

reproduksi dan pencapaian identitas diri Perlu bantuan orang tua untuk

memfasilitasi untuk mencapai identitas diri yang positif.

6. Teori pertumbuhan dan perkembangan anak

Pandangan tentang pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai

berikut :

 Perkembangan psikoseksual (Sigmound Freud)

 Perkembangan Psikososial/perkembangan (Erikson)

 Perkembangan kognitif (Piaget)

 Perkembangan moral (Kohlberg)

Perkembangan psikoseksual (Freud)

Fase Oral (0 – 11 bulan); Sumber kesenangan anak berpusat pada

aktivitas oral, seperti menghisap,menggigit,mengunyah,dan mengucap.

Fase anal (1 – 3 tahun);Berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama

perkembangan otot sfingter anak senang menahan feses, bermain

17
dengan feses sesuai keinginannya,Toilet training sangat tepat

dilakukan pada periode ini.

Fase Falik (3 – 6 tahun); Genetalia menjadi area yang menarik dan

sensitif Anak mulai mempelajari dan penasaran dengan adanya

perbedaan jenis kelamin Agar anak mendapatkan pemahaman yang

benar, orang tua harus bijaksana dalam memberikan penjelasan tentang

hal ini sesuai dengan perkembangan kognitifnya.Secara psikologis,

anak mulai berkembang superego, dan mulai berkurang sifat

egosentrisnya.

Fase laten (6 – 12 tahun); Anak menggunakan energi fisik dan

psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan

dan pengalaman melalui aktivitas fisik dan sosial.

Fase genetal (12 – 18 tahun); Anak mulai masuk fase pubertas, yaitu

dengan adanya proses kematangan organ reproduksi dan produksi

hormon.

Perkembangan Psikososial/Perkembangan (Erikson)

Percaya versus tidak percaya (0 – 1 tahun); Terbentuknya

kepercayaan diperoleh dari hubungan dengan orang lain, orang tua

terutama ibu.

18
Otonomi versus rasa malu dan ragu (1 – 3 tahun); Perkembangan

otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan

lingkungannya.

Inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun); Inisiatif diperoleh

dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indera.

Industry versus Inferiority (6 – 12 tahun); Anak belajar bekerjasama

dan bersaing dengan anak yang lain melalui kegiatan yang dilakukan,

baik dalam kegiatan sekolah maupun permainan yang dilakukan.

Indentitas dan kerancuan peran (12 – 18 tahun); Remaja berusaha

untuk menyesuaikan peran sebagai anak yang sedang berada pada fase

transisi.

Perkembangan kognitif (Piaget)

Tahap sensorik‐motorik (0 – 2 tahun); Ciri utama perilaku bayi

adalah menghisap (sucking). Meskipun bayi tidak menyusu, bibirnya

akan bergerak‐gerak seperti menyusu.

Praoperational (2 – 7 tahun); Karakteristik utama didasari dengan

sifat egosentris,Ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri di

tempat orang lain.

Concrete operational (7 – 11 tahun); Pemikiran meningkat atau

19
bertambah logis dan koheren.

Formal operational (11 – 15 tahun); Karakteristik kemampuan

beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel

terhadap lingkungan.

Perkembangan moral (Kohlberg)

Fase preconventional,Anak belajar baik dan buruk, benar dan

salah melalui budaya sebagai dasar dalam peletakan nilai moral.

Fase conventional,Anak berorientasi pada mutualitas hubungan

interpersonal dengan kelompok.

Fase postconventional, Anak usia remaja € telah mampu membuat

pilihan berdasarkan pada prinsip yang dimiliki dan diyakini.

7. Peran bermain dalam perkembangan anak

 Meningkatkan kreativitas dan imajinasi

 Memperkaya bahasa dan kemampuan komunikasi

 Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional

 Mengembangkan kemampuan berfikir,belajar,dan menyelesaikan

masalah.

20
 Mendukung perkembagan fisik.

8. Karakteristik bermain sesuai dengan perkembangan anak

Berdasarkan Isi Permainan :

Social Affective Play

Permainan yang membuat bayi/anak merasakan kesenangan dalam

berhubungan dengan orang lain.

Sense of Pleasure Play

Permainan dengan menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa

senang pada anak dan biasanya mengasikkan sehingga susah untuk di

hentikan.

Skill Play

Permainan ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan

keterampilan anak shg diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil

dalam sebagai hal. Mis: bayi memegang benda.

Games

Permainan dengan menggunakan alat tertentu dengan perhitungan (skore). Mis:


ular tangga.

Unoccupied Behavior

21
Anak tidak bermain tetapi memfokuskan perhatian mereka secara singkat
pada apapun yang menarik perhatian mereka. Mis: melamun, memainkan
pakaian atau objek yang lain, mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit,
bungkuk, memainkan kursi, meja .

Dramatic Play

Permainan berpura-pura dalam berperilaku, seperti anak memperankan


sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan
sesuatu.

Berdasarkan Karakter Sosial

Onlooker Play

Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut
bermain. Permainan ini biasanya dimulai pada usia toddler. Misalnya
memerhatikan kakak menendang bola.

Solitary Play

Selama permainan tunggal, anak bermain sendiri dengan mainan yang


berbeda dengan mainan yang digunakan oleh anak lain di tempat yang
sama. Minat dipusatkan pada aktifitas mereka sendiri tanpa terkait dengan
aktifitas anak lain.

Parallel Play

Bermain sendiri di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan


tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain.

Associative Play

Pada permainan asosiatif anak bermain bersama dan mengerjakan aktifitas


serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja,
penetapan kepemimpinan, atau tujuan bersama. Permainan ini dimulai
pada usia todler sampai usia prasekolah.

22
9. Bermain di rumah sakit
Merupakan aktivitas yg sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekpresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri
dan relaksasi.
10. Cara Toilet Trening

Contohkan aktivitas bertoilet


Sebelum melepas popok sekali pakai, contohkan kepada anak tentang
aktivitas bertoilet, baik itu pipis, buang air besar, mandi juga cuci kaki dan
tangan. Tujuannya supaya anak memahami kalau mau bersih-bersih tubuh
tempatnya adalah toilet. Pemahaman ini sangat baik untuk melatihnya
melakukan toilet training.

Minta anak memberi tahu jika mau buang air kecil atau besar.
Meski kemampuan bicaranya masih terbatas, namun kalau diminta
berulang-ulang ia mampu melakukannya. Tetapi kita juga perlu
memahami bahasa yang diungkapkan anak, bisa lewat ucapan, ekspresi
wajah, memegang perut atau alat kelamin, diam di sudut ruangan, dan
lainnya.

11. Dampak Toilet Trening


Penerapan toilet training ini anak akan lebih mandiri lagi untuk pergi ke
kamar mandi sendiri, sehingga anak tidak BAK/ BAB sembarangan.serta toilet
trainingmenimbulkankesadarananakdan paham cara membersihkan dirinya
Ketika selesai mixxie dan defekasi dengan bersih dan benar. Karena jika
kurang bersih dalam membersihkan kotoran setelah buang air, maka secara

23
tidak langsung akan terinjak oleh kaki dan terbawa kemanapun anak tersebut
melangkahkan kakinya, hal ini tanpa kita sadari tentu akan menyebabkan najis.

12. Reaksi anak terhadap stress akibat hospitalisasi


Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai
perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut
bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada
umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi
anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.

13. Respon Perilaku anak akibat perpisahan


Respon prilaku yang anak sesuai dgn tahapannya yaitu :
1. Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak
perhatian orla.
2. Tahap putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat
bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3. Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan
anak mulai menyukai lingkungan.
4. Kehilangan kontrol : setiap pembatasan yang dilakukan anak
merasa tidak aman dan mengancam, terganggu aktivitas rutin.
5. Reaksi perlukaan dan sakit: meringis menggingit , memggigit
danmemukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyeri dan
menunjjukkan lokasi.

24
14. Reaksi keluarga terhadap anak sakit yang mengalami perawatan
dirumah sakit
• Reaksi ortu : Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada
saat ortu melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus
bijaksana dan bersikap pada anak dan ortu). Cemas yang paling tinggi
dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg diagnosis penyakit
anaknya.

• Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada
kondisi sakit terminal.

• prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama
secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan
bahkan marah.

• Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu
mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.

• Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup
lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya
dukungan psikologis.

15. peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi

Perawat adalah salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan

orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu: sebagai

pembela, pendidik, konselor, kordinator, pembuat keputusan etik,

perencana kesehatan, dan peneliti.

Sebagai pembela, perawat dituntut sebagai pembela bagi keluarganya pada

saat mereka membutuhkan pertolongan tidak dapat mengambil keputusan/

menentukan pilihan, dan menyakinkan keluarga untuk menyadari

pelayanan yang tersendiri, pengobatan/ dan prosedur yang dilakukan

25
dengan cara melibatkan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang
berbeda tetapi berlangsung sama, saling berkaitan sehingga sulit di
pisahkan.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan

yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah

sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke

rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami

berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks

yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih

jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa,

dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman

dan persepsi mereka mengenai dunia.

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu

aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut

merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan

26
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial.

Toilet training pada anak usia toddler adalah suatu latihan untuk
menanamkan kebiasaan buang air kecil dan buang air besar pada
tempatnya secara mandiri. Toilet training dapat mulai dilakukan pada anak
usia toddler atau pada anak usia 1-3 tahun, dimana pada usia tersebut
kemampuan sfinkter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan
sfinkter ani untuk mengontrol rasa ingin defikasi mulai berkembang.
Ada dua macam teknik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
melatih anak untuk buang air kecil dan buang air besar pada anak usia
toddler, yaitu dengan teknik lisan dan teknik modeling. Toilet training
akan berhasil dengan baik apabila ada kerja sama antara orang tua dana
anak. Kerja sama yang baik akan memberikan rasa saling percaya pada
orang tua dan anak.

27
Daftar Pustaka

Bafford, Dkk, (2006), Teori & Praktek Keperawatan, Pendekatan Integral


PadaAsuhan Pasien, Jakarta EGC

Dadang. (2006). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Universitas


Indonesia/Gaya Baru

Dorothy (1999), Dasar Dasar Riset Keperawatan, Jakarta : EGC

Hidayat, A.A 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 1, Salemba


Medika, Jakarta

Hidayat.A.A (2000), Pengantar Ilmu Keperawatan, Edisi 1, Jakarta. Salemba


Medika

Hidayat, A.A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medica

Mubarak, W. H. (2006). Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung


Seto

Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat


DanBidan),

Potter &Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Volume 1, edisi , EGC


Rahmat. J. (2005). Psikologi Komunikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Roper. N
(2002). Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta : Essentia.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penuisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Wong and Whaley’s, 2001, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Remaja
Rosda Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika

28
Wijaya, D. G., Bangsa, P. G., & Christianna, A. (2016). Perancangan Buku
Interaktif Tentang Toilet Training Anak Usia 1-3 Tahun. surabaya: Devina
Ganda Wijaya.

29

Anda mungkin juga menyukai