Anda di halaman 1dari 9

Antalogi Cerpen

X-PS 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Berkat limpahan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan penulisan buku Antalogi Cerpen. Daalam penyusunan Antalogi
Cerpan penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun
sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa.

Kami menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing serta masukan – masukan dari berbagai
pihak tidak mungkin kami bisa menyelesaikan tugas Antalogi Cerpen ini. Antologi Cerpen ini di
buat sedemikian rupa semata – mata untuk membangkitkan kembali minat baca siswa/siswi dan
sebagai motivasi dalamberkarya khususnya karya tulis. Untuk itu penulis hanya bisa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, sehingga kami bisa
menyelesaikan Antologi Cerpen ini.

Demikian semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.

SEMARANG, 12 NOVEMBER 2019

PEMBIMBING
BEST FRIEND FOREVER
oleh: Radinda Mega
Di suatu ketika, di sebuah sekolah SMP di Semarang yang indah dan asri, tahun ajaran
baru dimulai, banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di sekolah
tersebut. Beberapa hari setelah pendaftaran, MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) pun
dimulai, di sebuah aula sekolah tersebut, di pertemukanlah mereka yaitu, Keyra, Dera, Arga, dan
Sadewa. Keyra adalah sesosok wanita yang judes dan cuek, tetapi ia pintar. Dera adalah seorang
anak polisi, Sadewa merupakan seorang anak desa yang merantau ke Kota Semarang, karena ia
mendapatkan beasiswa dari sekolahnya yang berada di desa, dia juga tergolong siswa yang
pintar, sedangkan arga adalah seorang yang playboy dan pintar, tetapi dia juga tergolong siswa
yang aktif.
Pada awalnya mereka hanya biasa saja, karena belun terlalu mengenal, kenal hanyalah
kenal sebatas tau nama, namun saat sudah mulai pembelajaran di ruang kelas, mereka berempat
mulai berdekat, dan semakin dekat, lalu bersahabat. Mereka selalu melakukan apa pun secara
bersama-sama, dari belajar, sampai berangkat dan pulang sekolah, hinga jala-jalan kemana pun
mereka selalu bersama-sama.
Pada suatu hari saat Keyra tidak masuk sekolah, entah apa yang terjadi, Dera, Arga, dan
Sadewa khawatir dengan keadaan Keyra bahkan mereka hampir ke rumah Keyra untuk melihat
keadaan Keyra, tetapi Dera melarang mereka untuk datang ke rumah Keyra, karena menurutnya
Dera tidak kenapa-napa. Setelah hampir 1 minggu Keyra belum berangkat seolah juga. Arga dan
Sadewa semakin khawatir dengan keadaan Keya, sedangkan Dera terlihat biasa- biasa saja,
kemudian Arga memarahi Dera kareena Dera tidak memikirkan Keyra sama sekali. Lalu mereka
beradu mulut, dan semakin lama semakin hebat adu mulut mereka. “Sudahhhhhhhh” Sadewa
berteriak dengan kencang, sehinga mereka berdua langsung diam, “Sekarang bagaimana jika kita
pergi ke rumah Keyra untuk melihat kondisi Keyra?” Lanjut Sadewa. “Baiklah, apa kamu setuju
Dera?” Tanya Arga engan nada yang sedikit marah. “Baiklah, ayo kita ke rumah Ketra untuk
melihat kondisinya, bagaimanapun juga Keyra adalah sahabatku.” Ucap Dera dengan tersenyum.
Lalu mereka pun langsung berangkat ke rumah Keyra secara bersama-sama. Setelah sampai di
rumah Keyra, mereka pun langsung memencet bel yang ada di samping pintu utama. Tidak lama
kemudian, seorah wanita paruh baya keluar, mereka pun langsung mencium pungung tangan ibu
Keyra tersebut, “Assalamu’alaikum tante, Keyra nya ada di rumah?” tanya Sadewa. “Ohh,
wa’alaikumsalam, iya Keyra ada di kamar sedang istirahat, mari nak masukdulu, langsung ke
kamar Keyra aja ya!” ucap ibu Keyra dengan ramah. Lalu ketiga teman Keyra tersebut langsung
pergi ke kamar Keyra setelah di izinkan masuk ke kamar Keyra. “Hai, Keyra!” sapa Dera dengan
ramah, “Hai, teman-teman!” jawab Keyra dengan nada yang lemah. “Bagaimana keadaanmu
Keyra?” tanya Arga dengan nada khawatir, “Sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya kok”
jawab Dera dengan tersenyum, “Emang nya kamu sakit apa si? kok sampai satu minggu tidak
masuk sekolah?” tanya Sadewa, “Cuma demam dan radang saja kok teman-teman, tadi pagi udah
mau berangkat sekolah, tapi tiba-tiba kepalaku pusing lagi.” terang dera, “Ooo, makanya kamu
jangan kebanyakan makan gorengan sama minum es, kamu aja ngga pernah bawa bekal air putih,
makanya akhirnya kamu beli es” jawab Dera dengan cerewetnya, “Iya-iya besok kalau aku
berangkat sekolah aku mau bawa bekal makanan sama bekal air putih, kapok aku sakit kayak
gini, udah ngga masuk sekolah lama, rindu aku sama kalian.” Jawab Keyra dengan nada sedih di
awal lalu nada bahagia di akhir. “Nah gitu dong itu baru teman kita, sedih tau kita kamu ngga
berangkat, jadi kemana-mana kita cuma ber-tiga.” Jawab Dera dengan sedih, “Iya teman-teman,
besok kalau tidak lusa aku udah masuk sekolah lagi kok” jawab Keyra. Jawaban Keyra membuat
teman-temannya senang karena mereka kembali ber-empat lagi kemana-mana. Setelah lama
berbincang-bincang, teman-teman Keyra pun pamit pulang karena hari mulai beranjak sore.
Keesokan harinya, Keyra mulai berangkat sekolah, sesampainya Keyra di sekolah,
teman-teman Keyra heboh karena ia berangkat sekolah. “Keyraaaaa, akhirnya kamu berangkat
juga, rinduuu aku sama kamuuu!” ucap Dera dengan sangat heboh, ”Hai teman-teman, aku juga
rindu sama kalian!” jawab keyra dengan tersenyum. “Udah sembuh Key?” tanya Arga, “Udah
kok ga.” Jawab Keyra, “udah ngga pusing lagi kan?” lanjut Arga, “In sha allah engga kok ga,
santai aja!” jawab Keyra dengan tersenyum supaya teman-temannya tidak terlalu khawatir
dengannya. “Beneran lho Key, kalo kamu ngerasa pusing atau yang lain cepet kasih tau kita!”
ucap Dera dengan nada yang sedikit tegas, “Iya Dera sayangggggggggg.” Ucap Keyra dengan
nada yang dibuat-buat, “ulululu, sayanggg Keyraaaaa” jawab Dera, lalu mereka berdua
berpelukan di susul dengan Arga dan Sadewa.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah mereka ber-empat janjian untuk pergi jalan-
jalan ke salah satu mall di Semarang, mereka ingin jalan-jalan sekaligus nonton bioskop di mall
terebut. “Ini kita mau nonton dulu atau jalan-jalan dulu?” tanya Sadewa, “Coba liat jadwal
bioskopnya dulu wa!” jawab Keyra. Lalu mereka mulai melihat jadwal tayang film di bioskop
tersebut, akhirnya mereka memilih menonton film komedi saja, lumayan tidak terlalu tegang dan
bisa membuat mereka ketawa. “Ini WarkopDKI main jam 13.30, seperempat jam lagi film nya
dimulai, mending kita nonton bioskop dulu aja, setelah itu baru kita jalan-jalan, gimana?” tanya
Arga, “Hmmm, oke deh.” jawab Dera, Keyra, dan Sadewa serempak. Setelah selesai nonton
bioskop, akhirnya mereka pun jalan-jalan sesuai rencana awal tadi. Mereka keliling seluruh mall,
sampai akhirnya perut Dera mulai lapar, “Guys, makan dulu yok, aku laper nii” ucap Dera
dengan wajah yang melas, “Iya ayok, aku juga laperr!” tambah Keyra, “Yaudah, kita makan dulu
aja, mau makan dimana?” tanya Arga, “Hmmm, makan di foudcart aja, kan banyak tu pilihan
makanannya” jawab Dera dengan semangat, “Yaudah ayok!” jawab Sadewa. Setelah sampai di
foudcart, mereka langsung memilih tempat duduk, tidak lama kemudian ada seorang waiter yang
datang untuk menanyai mereka mau pesen makanan apa. Setelah waiter mencatat pesanan Keyra,
Dera, Arga, dan Sadewa, waiter tersebut pergi untuk menyiapkan makanan mereka. Setelah 20
menit, makanan mereka datang, Keyra dan Sadewa pesan bakso malang, Dera dan Arga pesan
mie lampung, tanpa menunggu lama mereka pun langsung memakan makanan tersebut. Setelah
makanan telah habis, mereka kembali melanjutkan keliling-keliling mall tersebut. Mereka
menuju TimeZone untuk photoboth, setelah mengisi saldo kartu Dera, mereka langsung
photobooth dengan berbagai gaya yang lucu. Saat hasil fotonya keluar mereka berempat
langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah mereka masing-masing. Setelah merasa
capek dan hari sudah mulai beranjak petang, mereka langsung pulang ke rumah mereka.
Hari ini adalah hari Sabtu, biasanya di hari Sabtu Keyra, Dera, Arga, dan Sadewa libur
sekolah, karena sekolah mereka five day school, yang artinya 5 hari sekolah, eitsss tapi pulang
sekolahnya juga sore-sore kadang sampai maghrib. Siang nanti mereka berencana untuk belajar
bersama di rumah Sadewa. Siang pun tiba, dan Keyra, Dera, Arga sudah sampai di rumah
Sadewa. Tok tok tok “assalamu’alaikum.” Ucap Arga, “Wa’alaikumsalam.” Jawab seorang laki-
laki yang wajahnya mirip dengan Sadewa. “Hai wa, ini tadi ada titipan dari mama ku” sapa
Keyra dengan senyumnya yang manis, “Eh, maaf saya bukan Sadewa, saya Nakula, kakak nya
Sadewa.” jawab laki-laki yang wajahnya mirip dengan sadewa, ternyata dia Nakula kakaknya
Sadewa. “Ohh, maaf kak, kirain Sadewa soalnya wajahnya miripp bangett sii hehee.” Jawab
Keyra, “Iya ngga papa kok, o iya kalian temen-temennya Sadewa yaa?” tanya Nakula, “Iya kak,
kita temennya Sadewa, Sadewa nya ada di rumah kak?” jawab Arga, kemudian Arga balik tanya.
“Ohh ada kok, Sadewa ada di rumah, masuk dulu sinii.” Ucap Nakula dengan ramah, “Ohh iya
kak, terima kasih.” Jawab mereka secara bersama-sama. Setelah mereka dipersilahkan masuk
dan duduk, “Bentar ya kakak panggilin Sadewa nya duluu.” ucap Nakula, “Ohh iya kak.” jawab
Arga. Tidak lama kemudian Sadewa keluar, “Hai guyss” sapa Sadewa dengan tersenyum, “Eh
hai wa, lho wa, kamu punya kakak?” jawab Dera langsung menanyai Sadewa tentang Nakula
tadi, “Iya itu kakakku, dan kami pun kembar” jawab Sadewa membuat teman-temannya kaget,
“Kok kita ngga pernah lihat kakakmu ya wa? Emang dia sekolah dimana?” tanya Dera lagi,
“Ohhh dia sekolah di pondok pesantren, tapi tiap 2 minggu kalo ngga 1 bulan pulang.” jawab
Sadewa, “Oalahhh.” Jawab Dera. Setelah mengobrol sebentar lalu mereka mulai belajar bersama
membahas materi yang belum mereka fahami. Setelah hari mulai beranjak sore, mereka pamit
pulanggg
Penyesalan
Karya: Novian Ahmad Salim

Shōya Ishida adalah seorang anak yang bertindak sesuai kemauannya dan berjalan ke tepi
jembatan berniat untuk bunuh diri. Pada menit-menit terakhir, akal sehatnya muncul kembali. Ia
kemudian mendengar suara kembang api dan mengingat kembali hari-harinya di sekolah dasar
dan peristiwa yang telah membawanya ke titik ini dalam hidupnya.

Pada masa itu, Shōya adalah seorang anak yang acuh tak acuh, memandang teman-temannya
sebagai cara untuk menghilangkan kebosanannya. Masuknya seorang siswa baru bernama Shōko
Nishimiya ke dalam kelasnya menarik minatnya, ketika Shōko memberi tahu kepada teman
sekelasnya bahwa ia tuli. Terlepas dari kecacatannya, ia mencoba yang terbaik untuk hidup
normal dan menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Namun, murid-murid lain dan guru
percaya bahwa kehadirannya mengganggu keseimbangan sosial, dan Shōya mulai menjahilinya.

Ketika isu penindasan mencapai telinga kepala sekolah, Shōya ditunjuk sebagai pelakunya. Ia
menyatakan bahwa beberapa temannya juga ikut mengganggu Shōko, tetapi mereka hanya diam
dan berpaling darinya menolak fakta bahwa mereka ikut terlibat. Dengan segera, teman-teman
sekelasnya mulai menindasnya, mirip dengan perlakuan yang ia berikan kepada Shōko. Shōya
menyalahkan Shōko dan mereka berdua bertengkar setelah ia melihat Shōko melakukan sesuatu
ke mejanya. Shōko kemudian dipindahkan ke sekolah lain, dan ia akhirnya tahu bahwa Shōko
menghapus pesan-pesan kebencian yang ditinggalkan teman-teman sekelasnya di atas mejanya.
Shōya melihat dirinya sendiri, menyadari status barunya sebagai orang buangan yang tersiksa.
Setelah dilempar ke kolam oleh teman-teman sekelasnya, ia menemukan buku catatan Shōko.

Sekarang telah duduk di bangku sekolah menengah, Shōya tetap menjadi orang yang menolak
interaksi sosial, dan mulai tumbuh untuk menerima masa lalunya sebagai hukuman. Dengan
penuh rasa bersalah dan kecemasan, ia menandai wajah orang-orang di sekitarnya dengan tanda
X, tidak bisa menatap mata mereka. Meski demikian, Tomohiro Nagatsuka seorang siswa
penyendiri lainnya, berteman dengannya hingga mencapai titik saat Tomohiro menganggapnya
sebagai "teman terbaik"-nya. Shōya mengunjungi pusat bahasa isyarat untuk mengembalikan
buku catatan Shōko yang sudah terendam air dengan harapan agar ia bisa menebus kesalahannya.
Keduanya mulai sering bertemu di sebuah jembatan, dan menggunakan roti untuk memberi
makan ikan koi.

Yuzuru adik Shōko, sangat meragukan niat Shōya. Suatu hari, Shōya melompat ke sungai setelah
Shōko melakukan hal yang sama untuk mengambil buku catatannya yang jatuh tindakan ini
dilarang, dan Yuzuru mengunggah foto Shōya secara daring. Shōya diskors atas tindakannya,
dan Yuzuru mengakui bahwa dialah yang mengunggah foto tersebut.Shoko yang mengetahui
tindakan Yuzuru tersebut seketika marah dan tidak ingin berbicara lagi dengan Yuzuru. Ketika
Yuzuru pingsan saat kabur dari rumah, Shōya yang mengetahui bahwa Yuzuru tergeletak di
sebuah taman yang tidak jauh dari sekolah keponakannya,Shoya pun membawanya untuk
menginap di rumahnya. Saat Yuzuru pergi di tengah malam yang berhujan, Shōya mengikutinya
dan mengatakan kepadanya bahwa ia benar-benar menyesal atas perlakuannya terhadap
Shōko.Shōko memberi hadiah untuk Shōya dan mengakui perasaannya kepadanya, tetapi karena
ia mencoba untuk berbicara dan bukannya menggunakan isyarat tangan, Shōya tidak
memahaminya. Khawatir bahwa kesalahpahaman ini membuat Shōko kesal, Shōya mengajaknya
untuk pergi ke taman bermain bersamanya dan sekelompok teman sekelasnya. Di sana, Naoka
Ueno akhirnya menyuarakan ketidaksukaannya pada Shōko. Di kelas, merasa putus asa untuk
tetap tidak bersalah atas penindasan Shōko, Miki Kawai mengekspos masa lalu Shōya kepada
para siswa yang masih belum mengetahui peristiwa itu, dan di sisi lain berusaha lepas tangan
atas keterlibatannya sendiri. Sekelompok sahabat ini mengalami konfrontasi memanas tentang
tingkat tanggung jawab masing-masing dan diakhiri dengan kata-kata Shōya, yang tanpa
perasaan menyebut peran mereka saat menindas Shōko.

Untuk menyemangati Shōko setelah kematian neneknya, Shōya membawanya ke wilayah


pedesaan, di mana ia mulai memahami betapa Shōko menyalahkan dirinya sendiri atas semua
yang telah terjadi kepadanya. Putus asa untuk meyakinkan dan mengubah pola pikirnya, Shōya
berusaha untuk bertemu dengan Yuzuru dan Shōko secara teratur.

Saat festival kembang api, Shōko pulang ke rumah dengan alasan untuk menyelesaikan beberapa
tugas sekolah. Shōya mengikuti ketika Yuzuru memintanya untuk mengambil kameranya yang
tertinggal. Ketika ia tiba, ia menemukan Shōko telah berdiri di balkon, di ambang usahanya
menjatuhkan diri menuju kematiannya.  Shōya berhasil meraihnya dan menariknya kembali,
tetapi ia sendiri justru tergelincir dan jatuh tepat di sungai, membuatnya koma.

Pada suatu malam, Shōko bermimpi menerima kunjungan perpisahan dari Shōya. Merasa takut,
ia berlari ke jembatan di mana mereka biasanya memberi makan koi dan ambruk dalam tangisan.
Shōya, terbangun dari komanya dalam keadaan panik, berlari pincang ke jembatan itu dan
menemukan Shōko di sana, meringkuk dalam keputusasaan. Ia secara formal meminta maaf
kepadanya atas perlakuannya dahulu, dan untuk sedemikian banyak hal yang ia lakukan yang
mungkin telah menyebabkan Shōko membenci dirinya sendiri. Shōya meminta Shōko untuk
berhenti menyalahkan dirinya sendiri, dan juga mengakui bahwa di saat dirinya sendiri pernah
mempertimbangkan untuk menyerah dan mengakhiri hidupnya sendiri, ia memutuskan untuk
tidak melakukannya. Shōya kemudian meminta kepada Shōko untuk membantunya terus hidup.

Ketika Shōya pergi ke festival sekolah dengan Shōko, ia mengetahui seberapa banyak teman-
temannya dari sekolah dasar yang masih peduli kepadanya, dan mereka semua berdamai. Setelah
itu, Shōya meminta teman-temannya untuk pergi ke festival sekolah bersama-sama. Selama
festival, Shōya akhirnya mengatasi kesalahan masa lalunya dan akhirnya bisa melihat wajah
orang lain, saat ia menangis dan menyadari bahwa ia setidaknya telah menemukan penebusan
dan pengampunan atas masa lalunya.

Anda mungkin juga menyukai