Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Umum

Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil,


dapat dimanfaatkan banyak hal. Dalam teknik sipil beton digunakan untuk
konstruksi seperti : bangunan air, gedung, jembatan , saluran, rigid pavement
( lapis keras permukaan kaku), dan lain – lain. Ditinjau dari sudut estetika,
beton hanya membutuhkan sedikit pemeliharaan. Selain itu , beton tahan
terhadap suhu tinggi. Agar hasil yang diperoleh memuaskan, dibutuhkan
pengenalan yang mendalam mengenai sifat – sifat yang berkaitan dengan
suatu bahan yakni : bahan – bahan penysun beton.

Nilai kuat tekan dan tarik beton tidak berbanding lurus, diperkirakan
kuat tarik beton hanya 9%-15% terhadap kuat tekannya. Kecilnya kuat tarik
beton in merupakan salah salah satu kelemahan dari beton tanpa tulangan.

Oleh sebab itu untuk mengatasinya , beton dikombinasikan dengan tulangan


beton. Alasan penggunaan baja sebagai tulangan beton adalah koefisien
baja hampir sama dengan beton.Angka muai beton 0,000010 – 0,000013
dan baja 0,000012.

Parameter – parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton


adalah:
1. Kualitas semen
2. Proporsi semen terhadap campuran
3. Kekuatan dan kebersihan agregat
4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat
5. Pencampuran yang cukup dari bahan – bahan pembentuk beton
6. Penempatan yang benar, penyelesaian(finishing) dan pemadatan
(compacting)beton
7. Perawatan beton (curing)

1
8. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton yang diekspos
dan 1% bagi beton yang tidak diekspos

Beton mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :dapat dengan mudah


dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi, mampu memikul beban yang
berat, tahan terhdap temperatur tinggi, dan biaya pemeliharaan yang kecil.
Beton juga mempunyai kekurangan yaitu : bentuk yang telah mengeras sulit
diubah, pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, berat,
dan daya pantul suara yang besar.

Faktor – faktor yang memepengaruhi kekuatan beton secara umum


dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton

2
1.2 Klasifikasi Beton :

Menurut PBI 1971, beton dapat diklasifikasikan menjadi tiga :

1. Beton kelas I: adalah beton untuk pekerjaan – pekerjaan non


struktural, tidak diperlukan keahlian khusus dalam pelaksanaannya.
Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap
mutu bahan - bahan , sedangkan kekuatan bahan tidak disyaratkan
pemeriksaan. Mutu beton kelas I dinyatakan dengan mutu B0.

2. Beton kelas II: adalah beton untuk pekerjaan – pekerjaan struktural


secara umum, pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga – tenaga ahli. Mutu beton
kelas II dibagi dalam mutu – mutu B1,K-125,K-175,dan K-225 . Pada
mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan sedang
dan terhadap kuat tekan tidak diisyaratkan pemeriksaan. Mutu K-
125,K-175,dan K-225 pengawasan mutu terdiri dari pengawasan ketat
terhdap mutu bahan, dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan
beton secara kontinu menurut pasal 4.7 PBI 1971.

3. Beton kelas III: adalah beton untuk pekerjaan – pekerjaan struktural,


dimana dipakai mutu beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi
225kg/cm2. Pada pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga – tenaga ahli. Disyaratkan
adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap dan
dilayani tenaga – tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan
mutu beton secara kontinu.

Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah


tinggal atau untuk penggunaan beton tidak melebihi 10 MPa boleh
menggunakan campuran berdasarkan perbandingan volume 1 semen : 2
pasir : 3 batu pecah dengan nilai slump tidak lebih dari 100mm. Pengerjaan
beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa masih diperbolehkan
menggunakan penakaran volume, tetapi beton dengan kekuatan tekan lebih
3
besar 20MPa harus menggunakan campuran berat ( harus dilakukan
rancangan campuran beton).

1.3.Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan beton adalah kriteria untuk menentukan kualitas
beton, dimana prosedur pengukuran didasarkan pada SK SNI T – 15 – 1990
– 03. Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik
monotonic dengan menggunakan compressive Test. Beban yang bekerja
akan terdistribusi secara continue melalui titik berat adalah:
fc28 = P/A
n

 f c28
f cr  .............................................................................(1.1)
n
Keterangan :
f c28 = kuat tekan masing-masing benda uji (kg/cm2)
f cr = kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
n = jumlah benda uji
Untuk menentukan mutu beton atau kekuatan tekan karakteristik beton
dihitung berdasarkan persamaan:
f’c = fcr - 1.64 sr  Sr < 4 MPa ..................................(1.2)
f’c = fcr - (2.64 sr – 4) Sr > 4 MPa .................................(1.3)
Dengan menganggap bahwa hasil pengujian menyebar normal, maka deviasi
standar dapat dihitung berdasarkan persamaan:
n

 (f ' c  f ' cr) 2

Sr  1
...........................................................(1.4)
n 1

Keterangan :
Sr = Deviasi standar (MPa)
f’c = Kekuatan masing-masing benda uji (MPa)
f’cr = Kuat tekan rata-rata benda uji (MPa)
n = Jumlah benda uji minimal 30 buah
4
Tabel 1.1 Faktor pengali deviasi standar
Jumlah data (n) Faktor pengali
30 1,0
25 1,03
20 1,08
15 1,16
< 15 tabel 1.2

Kuat tekan rata – rata perlu , jika tidak tersedia untuk menetapkan standar
deviasi(SNI 03-2847-2002)
Tabel 1.2 Standar deviasi bila data <15
Persyaratan kekuatan tekan Kuat tekan rata – rata perlu
f’c (MPa) f’cr (MPa)
Kurang dari 21 f’c+7,0
21 Sampai dengan 35 f’c+8,5
Lebih dari 35 f’c+10,0

1.4 Rasio Kuat Tekan Beton Normal Berbagai Umur


Nilai perbandingan (rasio) kuat tekan (mutu beton) normal digunakan
untuk mengkonversi kuat awal beton menjadi kuat tekan beton umur 28 hari
yang merupakan acuan kekuatan beton. Kekuatan awal beton (initial
strength of concrete) adalah: kekuatan tekan beton sebelum mencapai umur
28 hari, dalam konstruksi teknik sipil ditetapkan 3,7,14 dan 21 hari. Pada
dasarnya terdapat tiga hal yang mempengaruhi peningkatan kekuatan awal
beton, yaitu: senyawa kimia semen portland tipe I (kadar C 3S dan C2S),
faktor air semen (f.a.s), dan suhu perawatan.
Portland semen tipe I mengandung senyawa kimia yang bervariasi
khususnya kadar tricalsium silicate (C3S) dan dikalsium silicate (C2S).
Kedua senyawa kimia ini apabila bereaksi dengan air menghasilkan reaksi
dengan kecepatan berbeda sehingga berdampak terhadap peningkatan
kekuatan awal beton.

5
Demikian halnya faktor air semen dalam rancangan campuran beton
(mix design) tidak sama nilainya, sangat tergantung pada mutu beton yang
hendak dicapai. Untuk beton normal tanpa bahan tambah (admixture)
biasanya nilai faktor air semen yang digunakan berkisar antara 0,45 sampai
dengan 0,55, faktor air semen mempengaruhi peningkatan kekuatan awal
beton. Wangsadinata dkk. (1971), ”menyatakan bahwa kecepatan
bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain f.a.s dan suhu perawatan, semakin tinggi f.a.s semakin
lambat kenaikan kekuatan betonnya”.
Selanjutnya peningkatan kekuatan awal beton juga sangat
dipengaruhi oleh suhu perawatan (suhu air yang dipakai merawat/merendam
benda uji dan suhu di sekelilingnya). Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Murdock (1999) menyatakan bahwa
kecepatan dari reaksi kimia yang berlangsung selama pengikatan dan
penyerapan tergantung pada suhu perawatannya. Di dalam penelitian
tersebut, suhu beton 5oC diperoleh kekuatan tekan 52% dan 20oC kekuatan
beton menjadi 68%.
Wangsadinata dkk. (1971) menyatakan bahwa kecepatan
bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain f.a.s dan suhu perawatan, semakin tinggi f.a.s semakin
lambat kenaikan kekuatan betonnya. Pada Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971, disebutkan perbandingan kekuatan tekan (desak)
beton pada berbagai umur beton seperti yang disajikan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Perbandingan kuat tekan beton normal
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28
Semen portlan tipe I 0,46 0,65 0,88 0,95 1,00

1.5.Kuat Tarik Beton


Pada bangunan gedung, bila diperl

ukan kekuatan tarik yang tinggi maka data tentang kemampuan tarik dari
beton kurang mempunyai arti. Hal ini disebabkan karena biasanya
kemampuan tarik beton sangat kecil, sehingga dalam perhitungan sering

6
diabaikan. Pengabaian ini dikarenakan bila beton yang mengalami retakan,
pada kondisi ini kemampuan tarik beton menjadi tidak berfungsi.

Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada


umur masih muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudahnya
(Murdock, 1999). Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton
bertulang sangat penting pada penentuan kemungkinan pencegahan
keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedang untuk beton tidak
bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi
jalan raya dan lapangan terbang serta untuk beton prategang. Pada
pembangunan jalan dan landasan pacu pesawat terbang(runway) , kekuatan
tarik mempunyai arti yang sangat penting. Sebagai contoh, tekanan lentur
atau modulus kehancuran ( modulus of rupture ) atau kekuatan tarik pada
komponen yang memikul beban lentur sangat berguna untuk
mendistribusikan beban terpusat yang diterima dari roda kendaraan terhadap
keseluruhan luas lantai perkerasan atau runway. Selain itu, beton juga tetap
harus dapat bertahan terhadap tegangan tarik akibat proses pengeringan
atau perbedaan temperatur sepanjang usia pakainya.
A.M Neville (1981:549), “pada pengujian beton slinder, dan type
pengujian yang digunakan, penempatan pada sumbu horizontal antara mesin
pengujian slinder, dan peningkatan beton hingga hancur dengan pengujian
tarik belah (splitting) sepanjang diameter vertikal”.
b

D-L

Gambar 1. 2 Uji tarik belah (splitting test)

7
Berdasarkan (gambar 1.2) untuk tekan vertikal dihitung dengan persamaan :
2P  D 2 
  1
LD  r D  r  
Tegangan tarik horizontal dihitung dengan persamaan :
2P
f’ct = -----------...........................................................(1.5)
π LD
Keterangan :
P = Beban uji maksimum ( N )
L = Panjang benda uji ( mm )
D = Diameter benda uji ( mm )
f’ct = Tegangan tarik
R dan (D-r) = jarak elemen dan dua beban berturut-turut

1.6 Korelasi Kekuatan Tekan Silinder dan Kubus

Penentuan kuat tekan dapat dilakukan dengan alat uji tekan dan
benda uji silinder ( diameter 15cm dan tinggi 30cm) dengan mengacu pada
ASTM C-39 atau kubus ( 15cmx15cmx15cm) dengan prosedur BS-1881 part
115. Kekuatan tekan relatif antara benda uji silinder dan kubus ditunjukkan
pada tabel 1.4 dan tabel 1.5 .

Tabel 1.4 Rasio kuat tekan silinder - kubus


Kuat tekan
7,0 15,2 20,0 24,1 26,2 34,5 36,5 40,7 44,1 50,3
(MPa)

Kuat rasio
0,76 0,77 0,81 0,87 0,91 0,94 0,87 0,92 0,91 0,96
silinder/kubus

Sumber: Neville,”properties of concrete”. 3rd Edition, Pitman


Publisihng,London 1981.

Tabel 1.5 Perbandingan kuat tekan silinder - kubus


Kuat
tekan
silinder( 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50

MPa)

Kuat 2,5 5 7,5 10 12,5 15 20 25 30 35 40 45 50 55

8
tekan
kubus
(MPa)

Sumber : ISO Standard 3893-1977

Departemen Pekerjaan Umum dalam pedoman beton 1989, LPMB


1991b pasal 4.1.2.1 memberikan hubungan antara kekuatan tekan kubus
dangan silinder :

  f ' ck 
f ' c  0.76  0.2 log   f ' ck ..........................................(1.5)
  15 

Keterangan :
f’c = kekuatan tekan silinder dalam MPa
f’ck= kekuatan kubus dalam MPa

Menurut Dipohusodo(1999),di Indonesia, dengan mengingat berbagai


pertimbangan teknis dan ekonomis masih membolehkan menggunakan
benda uji berbentuk kubus sebagai alternatif silinder. Faktor – faktor seperti
kuat tarik beton dan luas bidang kontak pada mesin uji berpengaruh lebih
besar pada kekuatan bentuk kubus dibanding dengan silinder. Hal ini
menyebabkan adanya nilai koreksi yaitu : untuk beton normal f’c silinder
(diameter 15cm dan tinggi 30cm) = 80 % kali f’c kubus( 20cmx20cmx20cm)
dan 83% kubus( 15cmx15cmx15cm) .

9
1.7 Penutup
Untuk mengukur tingkat penguasaan materi perkuliahan ini, maka
anda diwajibkan untuk mengerjakan penyelesaian soal-soal yang ada.
Soal / pertanyaan :

1. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas beton

2. Berapa kekuatan tarik beton terhdap kuat tekannya dan jelaskan


konstruksi apa yang memerlukan uji tarik beton

3. Jelaskan faktor apa saja mempengaruhi kekuatan awal beton

4. Mengapa faktor pengali standar deviasi semakin besar apabila jumlah


data (n) semakin sedikit

5. Sebutkan klasifikasi beton

10

Anda mungkin juga menyukai