Anda di halaman 1dari 13

PAPER KULIAH

“Metode Penilaian Investasi”

Nama Dosen :

Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

KELOMPOK 9

Christine Natalie Wakkary ( 2007521167 )

Kadek Drasta Yoga Mahardika ( 2007521176 )

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
Metode Payback Period (PP) merupakan metode yang mencoba mengukur
seberapa cepat suatu investasi bisa kembali. Karena itu satuan hasilnya adalah
waktu (tahun atau bulan). Jika periode payback suatu usulan investasi lebih
pendek dari yang diisyaratkan, maka usulan investasi (proyek) dinyatakan
diterima, dan bila sebaliknya maka proyek ditolak (Wiagustini, 2014: 212)
Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang menghitung
selisih present value (nilai sekarang) invetasi dengan present value kas masuk
bersih (proceeds). Untuk menghitung present value tersebut perlu ditentukan
telebih dahulu tingkat bunga yang relevan (Wiagustini, 2014: 212)
Metode Profitability Index (PI) merupakan metode yang menunjukkan
perbandingan antara PV proceeds dengan PV investasi. Kriteria yang digunakan
yakni terima investasi yang diharapkan memberikan PI > 1 (Wiagustini, 2014:
213)
Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan tingkat bunga yang
menyamakan PV proceeds dan PV investasi. Decision rule metode ini adalah :
terima investasi yang diharapkan memberikan IRR > tingkat bunga yang
dipandang layak (Wiagustini, 2014: 214)
Karena hal hal tersebut penting maka akan dibahas :
1. Payback Period (PP)
2. Net Present Value (NPV)
3. Profitability Index (PI)
4. Internal Rate of Return (IRR)
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah informasi yang relevan terkumpul, barulah dapat dilakukan
evaluasi terhadap layak (favourable) tidaknya suatu investasi. Dalam keputusan
investasi hanya ada dua alternatif, menolak atau menerima usulan investasi. Ada
beberapa metode dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan investasi, yaitu :

2.1 Metode Payback Period (PP)


Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali.
Karena itu satuan hasilnya adalah waktu (tahun atau bulan). Kalau periode
Payback suatu usulan investasi lebih pendek dari yang diisyaratkan, maka usulan
investasi proyek dinyatakan diterima, bila sebaliknya proyek ditolak. Problem
utama dalam metode payback adalah sulitnya menentukan periode Maksimum
yang disyaratkan sebagai pembanding. Secara normatif memang tidak ada
pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan periode payback maksimum.
Dalam kenyataannya, yang umum digunakan adalah periode payback dari
investasi yang sejenis. Periode payback dapat dihitung dengan menjumlahkan
aliran kas tahunan hingga mencapai jumlah sama dengan nilai investasi awal. Jadi
dalam jangka waktu kapan investasi bisa kembali.

2.2 Metode Net Present Value (NPV)


Metode ini menghitung selisih present value (nilai sekarang) investasi
dengan present value kas masuk bersih (proceeds). Untuk menghitung present
value tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang relevan. Net
Present Value (NPV) yang positif menunjukkan bahwa PV proceeds lebih besar
dari PV investasi (initial cash flow). Karena itu NPV yang positif berarti investasi
yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal atau pemilik karenanya
investasi dinilai menguntungkan. Dengan demikian decision rulenya adalah:
terima suatu usulan investasi yang diharapkan memberikan NPV positif dan tolak
kalau memberikan NPV negatif.
Perhitungan NPV menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :
A = kas masuk bersih (proceeds)
r = suku bunga
t = waktu
n = umur investasi
I0 = investasi awal

CONTOH KASUS :
Suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru yaitu divisi taksi.
Divisi akan dimulai dengan 50 buah taksi, dan karena akan dipergunakan untuk
usaha taksi, mobil-mobil tersebut dapat dibeli dengan harga Rp30 juta per unit.
Ditaksir usia ekonomis selama 4 tahun dengan nilai sisa sebesar 4 juta per unit.
Untuk mempermudah analisis dipergunakan metode penyusutan garis lurus.
Taksi tersebut akan dioperasikan selama 300 hari dalam setahun, setiap hari
pengemudi dikenakan setoran Rp50.000. Berbagai biaya tunai seperti penggantian
ban, kopling, rem, penggantian oli, biaya perpanjangan STNK, dan sebagainya,
ditaksir sebesar 3 juta per unit. Perusahaan dikenakan pajak 35%. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan 16%. Berdasarkan informasi tersebut Apakah
pembukaan divisi taksi ini layak?.
Jawab :
Taksiran rugi laba per tahun
Penghasilan : 300 x 50 x Rp 50.000 Rp 750,00 Juta
Biaya-biaya :
Tunai (50 x Rp 3 juta) Rp 150,00 Juta
Penyusutan (50 x Rp 6,5 juta) Rp 325,00 Juta
Total biaya Rp 475,00 Juta
Laba operasi Rp 275,00 Juta
Pajak (35%) Rp 92,25Juta
Laba setelah pajak Rp 178,75 Juta

Operational cash flow per tahun = Rp 178,75 + Rp 325 Juta = Rp 503,75


Pada tahun ke 4 aliran kas masuk karena nilai sisa sebesar 50 x Rp 4 Juta =
Rp 200 juta

Dengan demikian aliran kas dari investasi tersebut diperkirakan sebagai


berikut :

Tahun Kas Keluar Kas Masuk


0 Rp 1.500 juta -
1 - Rp 503,75 juta
2 - Rp 503,75 juta
3 - Rp 503,75 juta
4 - Rp 503,75 juta
nilai sisa Rp 200,00 juta

Payback Period

Investasi awal Rp 1.500,00 Juta

Proceed tahun 1 Rp 503,75 Juta

Sisa investasi tahun 2 Rp 996,25 Juta

Proceed tahun 2 Rp 503,75 Juta

Sisa investasi tahun 3 Rp 492,50 Juta

Karena pada tahun ke 3 kas masuk bersih Rp 503,75 Juta, maka sisa sebesar
Rp 492,50 diharapkan akan kembali dalam waktu : ( 492,50/503,75 x 12 bulan =
11,73 bulan.
Net Present Value (NPV)

Jadi NPV positif sebesar Rp 19,89 Juta, maka investasi ini menguntungkan
atau dapat dilaksanakan.

Profitability Index (PI)

Karena PI > 1 maka investasi dapat diterima

Internal Rate of Return (IRR)

Pada tingkat bunga 16%


PV penerimaan positif sebesar Rp 1.519,89
PV penerimaan pada tingkat bunga 17% :
Karena IRR > dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (16%) maka
investasi diterima (Wiagustini, 2014: 214-217)

2.3 Metode Profitability Index (PI)


Profatibility index menunjukan perbandingan antara Present Value Proceeds
dengan Present Value Investasi. Kriteria yang digunakan adalah: terima investasi
yang diharapkan memberikan PI > 1

Rumus :

PV Proceeds
PI =
PV Investasi

2.4 Metode Internal Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) menunjukan tingkat bunga yang menyamakan
menyamakan Present Value Proceeds dan Present Value Investasi. Aturan dari
metode ini adalah: terima investasi yang diharapkan memberikan IRR > tingkat
bunga yang dipandang layak.

Rumus:

NPV 1
IRR=r 1+ ( r −r )
PV 1−PV 2 2 1

Dengan keterangan:
r 1= suku bunga yang menghasilkan Present Value positif

r 2= suku bunga yang menghasilkan Present Value negative

PV 1= Present Value pada suku bunga r 1

PV 2= Present Value pada suku bunga r 2

NPV 1 = Net Present Value pada suku bunga r 1

Perbandingan Metode-metode Penilaian Profitabilitas Investasi

Keputusan investasi menyangkut penilaian atas suatu usulan investasi atau


pemilihan satu atau beberapa dari alternatif alternatif usulan yang tersedia.
Beberapa metode penilaian investasi telah diuraiakan sebelumnya, yaitu Metode
Payback, Net Present Value NPV), Profitability Index (PI) dan Internal Rate of
Return (IRR).

Dari metode-metode tersebut, metode payback memiliki kelemahan yaitu


diabaikankannya nilai waktu uang (time value of money). Sebagaimana diketahui
bahwa investasi merupakan pengeluaran saat ini dengan pengembalian dalam
jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun), sehingga nilai waktu uang menjadi
sangat penting dalam penilaiannya. Kelemahan lainnya adalah diabaikannya aliran
kas bersih (proceeds) setelah periode payback. Di samping itu tidak ada dasar
konsepsi untuk menentukan payback maksimum yang diperkenankan sebagai
pembanding untuk memutuskan apakah suatu usulan diterima atau ditolak.
Dengan berbagai kelemahan metode payback, sekarang tinggal 3 pilihan yaitu
NPV, PI dan IRR. Yang jelas, ketiga metode ini memiliki kesamaan yaitu,
diperhatikannya time value of money dan menggunakan dasar aliran kas.
Pertanyaannya sekarang adalah mana dari ketiga metode tersebut memberikan
arah keputusan yang konsisten baik dalam penilaian suatu usulan investasi
maupun pemilihan dari beberapa alternatif usulan yang ada.

Perbandingan NPV dengan PI


Bila menilai suatu usulan investasi menggunakan metode NPV dan PI hasilnya
akan selalu konsisten. Artinya kalau NPV menyimpulkan suatu usulan investasi
diterima (menguntungkan), maka PI juga menyimpulkan diterima, demikian
sebaliknya. Hal ini nampak jelas dengan mengamati mekanisme kedua metode
tersebut. Kalau PV penerimaan penerimaan kas bersih di masa datang (PV
proceeds) lebih besar dari PV investasi maka NPV positip, berarti investasi
diterima Dengan demikian berarti perbandingan PV proceeds dengan PV investasi
(PI) akan lebih besar dari satu. PI lebih besar dari satu berarti investasi diterima.
Jadi bila menilai suatu usulan, NPV dan PI memberikan keputusan yang sama.
Tetapi bila dihadapkan pada pemilihan salah satu atau beberapa usulan investasi
dari berbagai alternatif, hasilnya bisa tidak konsisten. Hal ini dapat dibuktikan
dari contoh berikut ini. Misalkan ada dua usulan yaitu proyek A dan proyek B
dengan karakteristik sebagai berikut:

Usulan Nilai Investasi PI NPV


A Rp 800 juta 1,08 64 juta
B Rp 300 juta 1,15 45 juta

Bila dihadapkan pada pemilihan ini berarti anda memiliki dana Rp 800 juta, sebab
kalau tidak maka tidak bisa memilih usulan A. Kalau demikian usulan mana yang
akan dipilih? Kalau menggunakan metode Pbl maka usulan B yang akan dipilih
karena PI nya lebih besar dari usulan A. Tetapi kalau menggunakan metode NPV
maka akan menguntungkan memilih usulan A karena NPVnya lebih besar dari
Usulan B.

Sebagaimana asumsi dari persoalan ini adalah anda memiliki dana Rp 800 juta
dan hanya ada dua kesempatan investasi tersebut. Berarti anda akan lebih
diuntungkan bila memilih usulan A, karena kekayaan riil anda akan bertambah Rp
64 juta. Bila memilih usulan B, kekayaan riil anda hanya akan meningkat Rp 45
juta karena sisa dana Rp 500 juta tidak dapat dimanfaatkan.
Dengan demikian, penggunaan metode NPV memberikan hasil keputusan yang
lebih baik dari pada metode PI. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan
metode NPV yang dilihat adalah nilai absolut, bukan perbandingan (relatif)
seperti dalam metode PI. Karena itu, bila dibandingkan, kedua metode tersebut
maka metode NPV lebih baik.

Perbandingan NPV dengan IRR

Kalau metode NPV dan IRR digunakan untuk menilai suatu usulan investasi yang
sama, maka hasilnya umumnya akan sama, dalam arti bila NPV menyatakan
usulan diterima maka IRR juga menyatakan diterima, demikian pula sebaliknya.
Terkecuali, bila suatu usulan memiliki pola aliran kas yang tidak normal, kedua
metode tersebut bisa menghasilkan keputusan yang tidak sama.

Contoh :

Suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru, yaitu divisi taksi. Divisi
akan dimulai dengan 50 buah taksi, dan karena akan dipergunakan untuk usaha
taksi, mobil-mobil tersebut dapat dibeli dengan harga Rp 30 juta per unit. Ditaksir
usia ekonomis selama 4 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 4 juta per unit. Untuk
mempermudah analisis dipergunakan metode penyusutan garis lurus.

Taksi tersebut akan dioperasikan selama 300 hari dalam setahun, setiap hari
pengemudi dikenakan setoran Rp 50.000. Berbagai biaya tunai seperti
penggantian ban, kopling, rem, ditaksir sebesar Rp 3.000.000 per unit taksi.
Perusahaan dikenakan pajak 35%. Tingkat keuntungan yang disyaratkan 16%.
Berdasarkan informasi tersebut apakah pembukaan divisi taksi ini layak?

Jawab :

Taksiran rugi laba per tahun


Penghasilan : 300 x 50 x Rp 50.000 Rp 750,00 juta
Biaya-biaya :
Tunai (50 x Rp 3 juta) Rp 150,00 juta
Penyusutan (50 x Rp 6,5 juta) Rp 325,00 juta
Total biaya Rp 475,00 juta
Laba operasi Rp 275,00 juta
Pajak (35%) Rp 92,25 juta
Laba setelah pajak Rp 178,75 juta
Operational cash flow per tahun = Rp 178,75 + Rp 325 juta = Rp 503,75 juta

Pada tahun ke 4 aliran kas masuk karena nilai sisa sebesar 50 x Rp 4 juta = Rp
200 juta

Dengan demikian aliran kas dari investasi tersebut diperkirakan sebagai berikut:

Tahun Kas keluar Kas masuk


0 Rp 1.500 juta -
1 - Rp 503,75 juta
2 - Rp 503,75 juta
3 - Rp 503,75 juta
4 - Rp 200 juta

Payback Period

Investasi awal Rp 1.500,00 juta


Proceed tahun 1 Rp 503,75 juta
Sisa investasi tahun 2 Rp 996,25juta
Proceed tahun 2 Rp 503,75 juta
Sisa investasi tahun 3 Rp 492, 50 juta
Karena pada tahun ke 3 kas masuk bersih Rp 503,75 juta, maka sisa sebesar Rp
492,50 diharapkan akan kembali dalam waktu : (492,50/503,750 x 12 bilan =
11,73 bulan)

Dengan demikian periode payback investasi ini adalah 2 tahun 11,75 bulan.

Net Present Value (NPV)

503,75 200
NPV = + −1.500
( 1+0,16 ) ( 1+0,16 )5
n

¿ 503,75 ( 2,798 ) +200 ( 0,552 )−( 1.500 )

¿ 1.519,89−1.500=19,89
Jadi NPV positif sebesar Rp 19.89 juta, maka investasi ini menguntungkan atau
dapat dilaksanakan.

Profitability Index (PI)

1.519,89
PI = =1,0113
1.500

Karena PI > 1 investasi dapat diterima.

Internal Rate of Return (IRR)

Pada tingkat bunga 16%

PV penerimaan positif sebesar Rp 1.519,89

PV penerimaan pada tingkat bunga 17% :

503,75 200
PV = +
( 1+ 0,17 ) ( 1+0,17 )5
n

¿ 503,75 ( 2,743 )+ 200 ( 0,534 )

¿ 1.381,79+106,80=1488,59

19,89
IRR=16+ x 17−16
1.519,89−1.488,59

¿ 16+0,51

¿ 16,51

Karena IRR > dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (16%) maka investasi
diterima.

BAB III
KESIMPULAN

1) Metode Payback Periode bertujuan untuk mengukur seberapa cepat


suatu investasi bisa kembali. Jika periode payback suatu udulan
investasi lebih pendek dari yang disuaratkan, usulan investasi (proyek)
dinyatakan diterima, bila sebaliknya maka proyek akan ditolak.
2) Net Present Value yaitu metode menghitung selisih present value
investasi dengan present value kas masuk bersih. Apabila Hasil
perhitungan Net Present Value menunjukkan bahwa nilai Net Present
Value lebih dari 0 atau positif sehingga investasi ini layak dijalankan.
3) Profitability Index yaitu untuk menghitung perbandingan antara present
value dan penerimaan dengan present value dari investasi. Apabila hasil
perhitungan Profitability Index memberikan nilai lebih besar dari 1
sehingga investasi ini layak dijalankan.
4) Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang menghitung tingkat
bunga yang menyamakan PV Investasi dengan nilai sekarang
penerimaan - penerimaan PV Proceeds. Apabila Hasil perhitungan nilai
Internal Rate of Return diketahui lebih besar dari bunga bank
menunjukkan bahwa investasi ini layak dijalanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014, Manajemen Keuangan, Udayana University Press,
Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai