Oleh :
TRI AMININGSIH
2008089
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
a. Asmatingkat I
Yaitupenderitaasma yang secaraklinis normal
tanpatandadangejalaasma
ataukeluhankhususbaikdalampemeriksaanfisikmaupunfungsiparu.
Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asmatingkat II
Yaitupenderitaasma yang
secaraklinismaupunpemeriksaanfisiktidakadakelainan,
tetapidengantesfungsiparuNampakadanyaobstruksisaluranpernafasa
n. Biasanyaterjadisetelahsembuhdariseranganasma.
c. Asmatingkat III
Yaitupenderitaasma yang
tidakmemilikikeluhantetapipadapemeriksaanfisikdantesfungsiparu
memilikitanda-tandaobstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asmatingkat IV
Yaitupenderitaasma yang seringkitajumpai di
klinikataurumahsakityaitudengankeluhansesaknafas,
batukataunafasberbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-
gejala yang makin banyak antara lain :
1) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokleido
mastoideus
2) Sianosis
3) Silent Chest
4) Gangguan kesadaran
5) Tampak lelah
6) Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang
merupakansuatukeadaandaruratmedisbeberapaserangan asma yang
berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam
kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi
normal
F. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam
bentuk aerosol (beclometason dipropinate ) dengan disis 800
empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang
lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
c. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
1) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama
20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20
tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
5) Dexametason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
6) Antibiotik spektrum luas.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan
prognosis yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan
TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian Primer Asma
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernafasan
b) Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
2) Breathing
a) Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
d) Papiledema
e) Urin output meurun
4) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
Pengkajian Sekunder Asma
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna
untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau
dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
2) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi
istirahat klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
c) Thorak
i) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan
irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
ii) Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
iii) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
iv) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
3) Sistem Pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensipernapasanmeningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
i) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
ii) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan
cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing
tidak terdengar(silent chest), sianosis.
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat.
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
i) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
ii) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada
waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg
atau lebih.
iii) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah
menurun, gangguan irama jantung.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(kelemahan otot pernafasan)
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Napas Pertukaran Gas Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif
Observasi:
D.0001 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam oksigenasi
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler Monitor pola napas
Normal. Monitor bunyi napas tambahan
Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Ketidakmampuan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Pertahankan kepatenan jalan napas
membersihkan sekret Menurun Meningkat
atau obstruksi jalan
1 Batuk Efektif
napas untuk
mempertahankan jalan 1 2 3 4 5
napas tetap paten
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
2 Produksi Sputum
1 2 3 4 5
3 Mengi
1 2 3 4 5
4 Sianosis
1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
5 Pola Nafas
1 2 3 4 5
Oleh:
TRI AMININGSIH
NIM : 2008089
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Salatiga
Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
Tanggal/Jam Masuk : 02 Febriari 2021
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. R
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Salatiga
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
2. Status kesehatan saat ini
Pasien mengatakan sesak nafas sejak tadi malan. Batuk disertai sekret
kental yang sulit keluar. Selama tiga minggu terakhir ini pasien sudah
tiga kali mengalami serangan asma. Bila ada serangan pasien terbiasa
minum amoxilin 500 mg dan salbutamol. Karena sesak yang dirasakan
tidak berkurang kemudian pada hari Senin, 01 Februari 2021 jam
11.00 pasien dibawa ke IGD RSPWN untuk mendapatkan pengobatan
lebih lanjut. Hasil pemeriksaan didapatkan TD : 130/90 mmHG, N :
90x/menit, RR : 30x/menit, S : 37oC.
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien menderita asma sejak kecil. Tidak sering kambuh kecuali
udara yang terlalu dingin.
b. Kecelakaan
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau jatuh dari motor
c. Pernah dirawat (penyakit, operasi, waktu)
Pasien pernah dirawat di rumah sakit satu tahun yang lalu dengan
diagnosa asma bronchiale.
d. Alergi (obat atau lainnya)
Pasien tidak ada alergi obat
e. Imunisasi
Pasien mendapat imunisasi sesuai jatah tumbuh kembang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal dunia
: garis keluarga
: pasien
: tinggal serumah
b. Penyakit yang diderita keluarga
Dari hasil pengkajian, tidak ada keluarga pasien yang memiliki
penyakit asma, akan tetapi ayah dari ibu pasien memiliki riwayat
penyakit stroke.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
Lingkungan rumah sakit aman.
b. Kemungkinan terjadinya bahaya
Lingkungan pasien mengatakan terlihat aman. Tidak ada
pembuangan limbah, TPA, , kabel listrik/menara suttet.
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Presepsi klien tentang kesehatan diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan sering berolahraga.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas.
b. Pengetahuan dan presepsi klien tentang penyakit dan
perawatannya
Sebelum sakit : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya.
Saat sakit : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
Sebelum sakit : pasien sering berolahraga ringan.
Saat sakit : pasien hanya duduk di rumah, tidak beraktivitas
d. Kemampuan pasien utntuk mengontrol kesehatan
Sebelum sakit : pasien sering berolaraga menjaga kebersihan
lingkungan
Saat sakit : pasien tidak bisa membersihkan lingkungan di sekitar
pasien.
e. Kebiasaan hidup
Sebelum sakit : pasien sering bangun pagi, beraktivitas.
Saat sakit : pasien tidak bisa melakukan semua hal karena kondisi
pasien lemah.
f. Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan kesehatannya diasuransikan
dengan BPJS.
Saat sakit : pasien mengatakan saat dirawat di rs, pasien mendapat
bantuan dari BPJS.
2. Pola Nutrisi dan metabolik
a. Pola makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan sehari 2x, dengan porsi
sedang lebih banyak menggunakan sayur.
Saat sakit : pasien tidak nafsu untuk makan
b. Apakah keadaan sakit saat mempengaruhi pola/minum
Pasien terganggu pola makannya karena tidak nafsu makan.
c. Makanan yang disukai pasien
Sebelum sakit : pasien lebih suka makan gorengan, jajan, atau
membuat kopi.
Saat sakit : pasien tidak terlalu berselera untuk makan-makanan
yang biasa disukainya
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang
mempengaruhi diet
Sebelum sakit : ketika mau makan pasien biasanya mencuci
tangan, dan berdo’a.
Saat sakit : pasien tetap berdo’a dikala makan dan minum.
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah makan atau
menggunakan suplemen tambah makan.
Saat sakit : pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan.
f. Keluhan dalam makan
Sebelum sakit : pasien tidak mendapat keluhan saat makan atau
minum, tidak mengalami stomatitis ataupun gangguan saat makan
Saat sakit : pasien mengeluhkan rasa mual dan hambar untuk
menikmati makanan yang disajikan.
g. Adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhr.
Sebelum sakit : BB pasien 64 kg
Saat sakit : BB pasien 64 kg
BB
IMT : : 64kg/167cmx2 : 64/1,67x2 : 64/3,34 : 19,1
TBx 2
BB ideal : (TB (cm) – 100) – {(TB-100)x10%} : (167 – 100) –
{(162 – 100)x 10%} : (64) – {(64)x10%} : 62 – 6,4 : 55,6kg
h. Pola minum
Sebelum sakit : pasien biasa minum air putih sebanyak 6 gelas
perhari (2 lt)
Saat sakit : pasien mengatakan sedikit minum karena merasa
mual. Sebanyak 3 gelas air putih.
i. Bila pasien terpasang inpus berapa cairan yang masuk dalam
sehari
Pasien terpasang infuse bagian tangan sebelah kiri, 30 tpm
j. Adanya keluhan demam
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam, suhu normal 35,8
Celcius.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB sehari sebanyak 2x.
Biasanya pagi hari setelah bangun, dan malam sebelum tidur.
Feses konstipasi lembek padat, bau khas, warna kuning.
Saaat sakit : tidak ada perubahan eliminasi pada pasien.
b. Pola BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan untuk BAK normal, biasanya
4-6 kali, warna kuning kadang pekat kadang bening, tidak ada
keluhan nyeri atau rasa tidak puas setelah BAK.
Saat sakit : pasien mengatakan BAK normal seperti sebelum
sakit.
1. Kesadaran
Pengkajian GCS : E: 4, M:5 , V:6
Tingkat Kesdaran : Composmentis
2. Penampilan
Lemah
3. Vital Sigh
a. Suhu Tubuh : 35,8 C
b. Tekanan Darah: 100/80 mmHg
c. Respirasi (RR): 28 x/menit
d. Nadi : 83 x/menit
4. Kepala
a. Bentuk : Mesochepal
b. Rambut : Panjang
c. Warna : hitam
d. Kebersihan : bersih
e. Rontok : tidak ada kerontokan
f. Ketombe : tidak ada ketombe
5. Mata
a. Kemampuan Pengelihatan : normal
b. Ukuran pupil : normal, 2 mm
c. Reaksi terhadap cahaya : positif
d. Konjungtiva anemis/tidak : tidak anemis
e. Sclera ikterik/tidak : non ikterik
f. Alat bantu : tidak
g. Adanya secret : sedikit
6. Hidung
a. Kebersihan : Bersih
b. Adakah secret : tidak ada sekret
c. Epistaksis : tidak ada perdarahan/mimisan
d. Adakah polip : tidak ada polip
e. Adakah cuping hidung: ada
7. Telinga
a. Bentuk : simetris
b. Pendengaran : Normal
c. Alat bantu dengar : tidak menggunakan alat bantu dengar
d. Serumen : tidak ada serumen
e. Infeksi tinnitus : tidak ada
8. Mulut dan tenggorokan
a. Gangguan bicara : tidak ada
b. Warna gigi : sedikit kuning
c. Bau : berbau
d. Nyeri : tidak ada
e. Kesulitan mengunyah/menelan: tidak ada
f. Posisi trakea : normal
g. Benjolan dileher : tidak ada
h. Pembesaran tonsil : tidak ada
i. Keadaan vena jugularis : normal
9. Dada
a. Jantung
a) Inspeksi : simetris kanan kiri, ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, midclavikula sinistra
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : reguller
b. Paru-paru
a) Inspeksi : peningkatan frekuensi pernafasan penggunaan otot
bantu nafas
b) Palpasi : simetris, ekspansi normal
c) Perkusi : hipersonor
d) Auskultasi : ekspirasi memanjang disertai wheezing
10. Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Auskultasi : normal
c. Perkusi : ada nyeri tekan
d. Palpasi : timpani
11. Genetalia
a. Kebersihan : Bersih
b. Adakah luka : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Terpasang kateter : tidak ada
e. Adakah hemoroid : tidak ada
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Warna : kuning langsat
b. Kebersihan : bersih
c. Turgor : lembab
d. Adakah edema: tidak ada edema
e. Keutuhan : utuh
f. Capillary refill: <3 detik di tekan kembali normal
g. Mobilisasi
a) Kekuatan otot : 5/5
b) Koordinasi gerak dan keseimbangan : normal
c) Penggunaan alat bantu : tidak
h. Infus
a. Tidak terpasang infus
13. Kulit
a. Kebersihan : bersih
b. Warna : kuning langsat
c. Kelembaban : lembab
d. Turgor : lembab
e. Adakah edema: tidak ada edema
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 144 mg/dL 80-160
SGOT 33.5 U/L 15-34
SGPT 16 U/L 15-60
Albumin 3.7 g/dL 3.4-5.0
Ureum 15 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.6 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 137 mmol/L 136-145
Kalium 3.9 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 99 mmol/L 98-107
A. Analisa data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(kelamahan otot pernfasan) (D.0005)
3. Ansietas berhubungan dengan krisi situasiona (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tgl/Ja
Keperawata Tujuan & Kriteria hasil Planning Rasional TTD
m
n
02/02/2 Bersihan jalan Pertukaran Gas Manajemen jalan nafas
1
18.00
nafas
efektif
tidak Setelah
tindakan
dilakukan Oberservasi :
1. Monitor pola nafas - Karakteristik pola
T
WIB berhubungan keperawatan selama nafas menunjukkan
dengan
sekresi yang
3x8 jam oksigenasi
dan/atau eliminasi
karbondioksida pada
berat
asma
ringannya
r
tertahan 2. Monitor bunyi
membran alveolus-
(D.0001) - Karakteristik bunyi
kapiler normal. nafas tambahan
Dengan kriteria nafas menunjukkan
hasil : asma
Terapuetik :
1. Batuk efektif
1. Posisikan semi - Meningkatkan
meningkat
2. Produksi sputum fowler atau fowler ekspansi dada
menurun 2. Lakukan fisioterapi
3. Gelisah membaik dada - Fisioterapi dada
merupakan strategi
untuk mengeluarkan
Edukasi : sekret
1. Anjurkan asupan
ciran 2000/ml hari, - Hidrasi yang adekuat
membantu
jika tidak
mengencerkan dan
kontraindikasi
mengefektifkan
pembersihan jalan
nafas
02/02/2 Pola nafas Polas Nafas Pemantauan respirasi
1
18.00
tidak efektif
berhubungan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x8 jam Observasi : T
WIB dengan isnpirasi dan atau ekspirasi 1. Monitor frekuensi, - Kecepatan biasanya
hambatan
upaya nafas
yang tidak memberikan
ventilasi adekuat membaik.
Dengan kriteria hasil :
irama, kedalam dan
upaya napas
2. Monitor adanya
meningkat, dipsnea
dan terjadi
r
(kelamahan peningkatakan kerja
otot sumbatan jalan
nafas. Kedalaman
nafas
pernfasan) 1. Dipsnea meningkat pernapasan
(D.0005) 2. Penggunaan otot bantu bervariasi tergantung
nafas membaik derajat gagal nafas.
Ekspansi dada
terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada pleuritik
Terpeutik :
1. Atur interval - Memaksimalkan
pemantauan bernapas dan
respirasi sesuai
menurunkan kerja
kondisi pasien
napas
02/02/2 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
1
18.00
berhubungan
dengan krisi
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x8 jam 1. Identifikasi
- Dapat membantu
memperbaiki
T
WIB situasional diharapkan tingkat ansietas kemampuan
perasaan kontrol
(D.0080) megambil
menurun, dengan kriteria keputusan
hasil :
1. Perilaku gelisah
Terapeutik : r
menurun 1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk - Ini sulit menerima
menumbuhkan dengan isu emosi
kepercayaan bila pengalaman
eksterm/ketidaknya
manan fisik menetap
2. Temani pasien
utnuk mengrangi - Membuat
kecemasan jika kepercayaan dan
memungkinkan menurunkan
kesalahan
persepsi/salah
interpretasi terhadap
infomasi
3. Dengarkan dengan
penuh perhatian - Dapat membantu
memperbaiki
Edukasi : beberapa perasaan
kontrol
1. Anjurkan kelurga
untu tetap bersama - Dukungan
pasien memampukan pasien
mulai
membuka/menerima
kenyataan dan
pengobatannya.
Pasien mungkin
perlu wakt untuk
mengidentifikasi
perasaan dan
meskipun lebih
banyak waktu untuk
mulai
2. Latih teknik mengekspresikannya
relaksasi
- Takut/ansietas
menurun
D. Implementasi Keperawatan