Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASMA BRONCHIALE

Oleh :
TRI AMININGSIH
2008089

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK


PROGRAM STUDI PROFESI
SEMARANG
2020
1. Konsep Dasar
A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative
for Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi
kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel
mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini
menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan
dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang
sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan
nafas terhadap berbagai rangsangan.
B. Etiologi
Sampaisaatinietiologidari AsmaBronkhial belumdiketahui.
Suatuhal yang
yangmenonjolpadapenderitaAsmaadalahfenomenahiperaktivitasbronk
us.
Bronkuspenderitaasmasangatpekaterhadaprangsanganimunologimaup
un non imunologi.
Adapunrangsanganataufactorpencetus yang
seringmenimbulkanAsmaadalah: (Smeltzer& Bare, 2002).
a. Faktorekstrinsik (alergik)
Reaksialergik yang disebabkanolehallergenataualergen yang
dikenalsepertidebu, serbuk-serbuk, bulu-bulubinatang.
b. Faktorintrinsik(non-alergik)
Tidakberhubungandenganalergen, seperti common
cold,  infeksitraktusrespiratorius, latihan, emosi,
danpolutanlingkungandapatmencetuskanserangan.
c. Asmagabungan
Bentukasma yang paling umum.
Asmainimempunyaikarakteristikdaribentukalergikdan non-
alergik     
Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma
secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhialjika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan
(seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung
sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti
aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Contoh : perhiasan, logamdan jam tangan
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera
setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh
adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut
sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi  beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging,
aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme, nafas
pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis
mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini
menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh
karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem
bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada
sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung.
Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran
mukus.
6) Perubahancuaca
Cuacalembabdanhawapegunungan yang
dinginsering mempengaruhiAsma. Atmosfir yang
mendadakdingin merupakanfactorpemicuterjadinyaserang
anAsma. Kadang-
kadang seranganberhubungandenganmusim,
sepertimusim hujan, musimkemarau
C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan
udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular.
Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat
ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan
pCO2  akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul
spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus
dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti
dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
a. Asmatingkat I
Yaitupenderitaasma yang secaraklinis normal 
tanpatandadangejalaasma 
ataukeluhankhususbaikdalampemeriksaanfisikmaupunfungsiparu. 
Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asmatingkat II
Yaitupenderitaasma yang
secaraklinismaupunpemeriksaanfisiktidakadakelainan,
tetapidengantesfungsiparuNampakadanyaobstruksisaluranpernafasa
n. Biasanyaterjadisetelahsembuhdariseranganasma.
c. Asmatingkat III
Yaitupenderitaasma yang
tidakmemilikikeluhantetapipadapemeriksaanfisikdantesfungsiparu
memilikitanda-tandaobstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asmatingkat IV
Yaitupenderitaasma yang seringkitajumpai di
klinikataurumahsakityaitudengankeluhansesaknafas,
batukataunafasberbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-
gejala yang makin banyak antara lain :
1) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokleido
mastoideus
2) Sianosis
3) Silent Chest
4) Gangguan kesadaran
5) Tampak lelah
6) Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang
merupakansuatukeadaandaruratmedisbeberapaserangan asma yang 
berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam
kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi
normal

F. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.

a. Pengobatan non farmakologik


1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan
klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
3) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage
postural, perkusi dan fibrasi dada.
b. Pengobatan farmakologik
1) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot
dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10
menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol
(Alupent, metrapel).
2) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat
ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan
hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-
200 mg empatkali sehari.

3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam
bentuk aerosol (beclometason dipropinate ) dengan disis 800 
empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang
lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
c. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
1) Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama
20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20
tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
5) Dexametason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
6) Antibiotik spektrum luas.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan
prognosis yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada  serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan
TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.

2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian Primer Asma
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernafasan
b)  Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
2) Breathing
a) Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
d) Papiledema
e) Urin output meurun
4) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
Pengkajian Sekunder Asma
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna
untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau
dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
2) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi
istirahat klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
c) Thorak
i) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan
irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
ii) Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
iii) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
iv) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
3) Sistem Pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensipernapasanmeningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
i) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
ii) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan
cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing
tidak terdengar(silent chest), sianosis.
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat.
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
i) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
ii) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada
waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg
atau lebih.
iii) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah
menurun, gangguan irama jantung.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(kelemahan otot pernafasan)
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Napas Pertukaran Gas Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif
Observasi:
D.0001 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam oksigenasi
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler  Monitor pola napas
Normal.  Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Ketidakmampuan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Pertahankan kepatenan jalan napas
membersihkan sekret Menurun Meningkat
atau obstruksi jalan
1 Batuk Efektif
napas untuk
mempertahankan jalan   1 2 3 4 5
napas tetap paten
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
2 Produksi Sputum
  1 2 3 4 5
3 Mengi
  1 2 3 4 5
4 Sianosis
  1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
5 Pola Nafas
  1 2 3 4 5

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak Pola Napas Pemantauan Respirasi
efektif Observasi:
D.0005 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi  Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat membaik .  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Pengertian : Kriteria Hasil: napas
Inspirasi dan/atau Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
ekspirisasi yang tidak Menurun Meningkat
memberikan ventilasi 1 Dipsnea
adekuat   1 2 3 4 5
2 Penggunaan otot bantu napas
  1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
3 Frekuensi napas
  1 2 3 4 5
4 Kedalaman napas
  1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Kondisi emosi dan Memburuk Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor tanda-tanda ansietas
pengalaman subjektif Memburuk Menurun
individu terhadap objek 1 Konsentrasi
yang tidak jelas dan   1 2 3 4 5
spesifik akibat antisipasi 2 Pola tidur
bahaya yang   1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
memungkinkan individu
Meningkat Menurun
melakukan tindakan
3 Perilaku gelisah
untuk menghadapi   1 2 3 4 5
ancaman 4 Verbalisasi kebingungan
  1 2 3 4 5
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5
6 Perilaku tegang
1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakrta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. www.
Dimuatdalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC).Measurement
of health outcome, fifth edition. New Jersey:Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Johnson, M., et all. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor-FaktorRisiko Yang
BerpengaruhTerhadapKejadianAsmaBronkialPadaAnak. Semarang:
UniversitasDiponegoro
Ruhyanudin, F.
2007. AsuhanKeperawatanPadaPasienDenganGangguanSistemKardioVa
skuler. Malang :HakTerbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Blackwell, W. 2014. Nursing Diagnoses NANDA 2015-2017. India:Pondhicerry.
Sundaru H. 2006 Apa yang DiketahuiTentangAsma,
JakartaDepartemenIlmuPenyakitDalam, FKUI/RSCM
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONCHIALE
DI RSUD SALATIGA

Oleh:

TRI AMININGSIH
NIM : 2008089

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2020
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Tri Aminingsih
NIM : 2008069
Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 02 Februari 2021
Jam : 14.00

I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Salatiga
Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
Tanggal/Jam Masuk : 02 Febriari 2021
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. R
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Salatiga
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
2. Status kesehatan saat ini
Pasien mengatakan sesak nafas sejak tadi malan. Batuk disertai sekret
kental yang sulit keluar. Selama tiga minggu terakhir ini pasien sudah
tiga kali mengalami serangan asma. Bila ada serangan pasien terbiasa
minum amoxilin 500 mg dan salbutamol. Karena sesak yang dirasakan
tidak berkurang kemudian pada hari Senin, 01 Februari 2021 jam
11.00 pasien dibawa ke IGD RSPWN untuk mendapatkan pengobatan
lebih lanjut. Hasil pemeriksaan didapatkan TD : 130/90 mmHG, N :
90x/menit, RR : 30x/menit, S : 37oC.
3. Riwayat kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien menderita asma sejak kecil. Tidak sering kambuh kecuali
udara yang terlalu dingin.
b. Kecelakaan
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan atau jatuh dari motor
c. Pernah dirawat (penyakit, operasi, waktu)
Pasien pernah dirawat di rumah sakit satu tahun yang lalu dengan
diagnosa asma bronchiale.
d. Alergi (obat atau lainnya)
Pasien tidak ada alergi obat
e. Imunisasi
Pasien mendapat imunisasi sesuai jatah tumbuh kembang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal dunia
: garis keluarga
: pasien
: tinggal serumah
b. Penyakit yang diderita keluarga
Dari hasil pengkajian, tidak ada keluarga pasien yang memiliki
penyakit asma, akan tetapi ayah dari ibu pasien memiliki riwayat
penyakit stroke.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan
Lingkungan rumah sakit aman.
b. Kemungkinan terjadinya bahaya
Lingkungan pasien mengatakan terlihat aman. Tidak ada
pembuangan limbah, TPA, , kabel listrik/menara suttet.
II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (DATA FOKUS)
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Presepsi klien tentang kesehatan diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan sering berolahraga.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas.
b. Pengetahuan dan presepsi klien tentang penyakit dan
perawatannya
Sebelum sakit : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya.
Saat sakit : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
Sebelum sakit : pasien sering berolahraga ringan.
Saat sakit : pasien hanya duduk di rumah, tidak beraktivitas
d. Kemampuan pasien utntuk mengontrol kesehatan
Sebelum sakit : pasien sering berolaraga menjaga kebersihan
lingkungan
Saat sakit : pasien tidak bisa membersihkan lingkungan di sekitar
pasien.
e. Kebiasaan hidup
Sebelum sakit : pasien sering bangun pagi, beraktivitas.
Saat sakit : pasien tidak bisa melakukan semua hal karena kondisi
pasien lemah.
f. Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan kesehatannya diasuransikan
dengan BPJS.
Saat sakit : pasien mengatakan saat dirawat di rs, pasien mendapat
bantuan dari BPJS.
2. Pola Nutrisi dan metabolik
a. Pola makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan sehari 2x, dengan porsi
sedang lebih banyak menggunakan sayur.
Saat sakit : pasien tidak nafsu untuk makan
b. Apakah keadaan sakit saat mempengaruhi pola/minum
Pasien terganggu pola makannya karena tidak nafsu makan.
c. Makanan yang disukai pasien
Sebelum sakit : pasien lebih suka makan gorengan, jajan, atau
membuat kopi.
Saat sakit : pasien tidak terlalu berselera untuk makan-makanan
yang biasa disukainya
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang
mempengaruhi diet
Sebelum sakit : ketika mau makan pasien biasanya mencuci
tangan, dan berdo’a.
Saat sakit : pasien tetap berdo’a dikala makan dan minum.
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah makan atau
menggunakan suplemen tambah makan.
Saat sakit : pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan.
f. Keluhan dalam makan
Sebelum sakit : pasien tidak mendapat keluhan saat makan atau
minum, tidak mengalami stomatitis ataupun gangguan saat makan
Saat sakit : pasien mengeluhkan rasa mual dan hambar untuk
menikmati makanan yang disajikan.
g. Adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhr.
Sebelum sakit : BB pasien 64 kg
Saat sakit : BB pasien 64 kg
BB
IMT : : 64kg/167cmx2 : 64/1,67x2 : 64/3,34 : 19,1
TBx 2
BB ideal : (TB (cm) – 100) – {(TB-100)x10%} : (167 – 100) –
{(162 – 100)x 10%} : (64) – {(64)x10%} : 62 – 6,4 : 55,6kg
h. Pola minum
Sebelum sakit : pasien biasa minum air putih sebanyak 6 gelas
perhari (2 lt)
Saat sakit : pasien mengatakan sedikit minum karena merasa
mual. Sebanyak 3 gelas air putih.
i. Bila pasien terpasang inpus berapa cairan yang masuk dalam
sehari
Pasien terpasang infuse bagian tangan sebelah kiri, 30 tpm
j. Adanya keluhan demam
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam, suhu normal 35,8
Celcius.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB sehari sebanyak 2x.
Biasanya pagi hari setelah bangun, dan malam sebelum tidur.
Feses konstipasi lembek padat, bau khas, warna kuning.
Saaat sakit : tidak ada perubahan eliminasi pada pasien.
b. Pola BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan untuk BAK normal, biasanya
4-6 kali, warna kuning kadang pekat kadang bening, tidak ada
keluhan nyeri atau rasa tidak puas setelah BAK.
Saat sakit : pasien mengatakan BAK normal seperti sebelum
sakit.

4. Pola aktifitas dan latihan


Indeks Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung


.
1. Mandi 
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi ( seperti punggung atau
ekstremitas yang tidakmampu ) atau
mandi sendiri
sepenuhnyaTergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh,bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi,serta tidak
mandi sendiri
2. Berpakaian 
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian,melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil 
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudianmembersihkan genetalia
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot
4. Berpindah 
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit, dari kursi
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
berpindah
5. Kontinen 
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema
dan pembalut ( pampers )
6. Makan 
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral
( NGT )

5. Pola Istirahat dan Tidur


a. Kebiasaan Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan untuk istirahat malam
menghabiskan waktu 6-8 jam, tidak ada keluhan atau gangguan
saat tidur seperti insomnia.
Saat sakit : pasien bangun karena untuk BAK.
b. Kesulitan tidur
Sebelum sakit : pasien tidak ada keluhan saat beristirahat
Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur karena cemas.
6. Pola Kognitif-Preseptual sensori
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensai (penglihatan,
pendengaran)
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada panca
inderanya
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada keluhan panca indera
selama sakit.
b. Kemampuan kognitif
Sebelum sakit : tidak ada kemampuan kognitif pasien yang
terganggu, semua berjalan dengan normal
Saat sakit : pasien tidak ada keluhan.
c. Kesulitan yang dialami
Sebelum sakit : pasien tidak ada keluhan terkait kesehatannya.
Saat sakit : pasien mengatakan saat dingin pasien takut asmanya
kambuh.
d. Presepsi terhadap nyeri
Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait rasa nyaman nyeri.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Persepsi diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebagai seorang laki-laki
harusk kuat dan sehat karenan mempunyai tanggung jawab yang
besar
Selama sakit : pasien mengatakan ketika sakit harus lebih banyak
bersabar dan berdoa. Berikhtiar dengan cara berobat.
b. Status emosional
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak gampang emosi, semua
bisa diselesaikan secara santai.
Saat sakit : pasien mengeluh, dan ingin segera sakit ini sembuh.
c. Konsep diri :
1) Citra diri / body image
Sebelum sakit : pasien merasa tubuhnya kuat tubuhnya kuat
Saat sakit : pasien mengatakan masih kurang dalam menjaga
kesehatan
2) Identitas
Sebelum sakit : pasien merasa puas bahwa dirinya laki-laki
yang kuat yang mampu melakukan segala sesuatunya sendiri
dan dapat membantu orang lain
Saat sakit : pasien kurang merasa puas karena ketika sakit dia
tidak bisa melakukan kegiatan sebagai seorang laki-laki
3) Peran
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit dalam
melakukan perannya dilakukan secara maksimal, seperti
membantu orang lain, sering bertemu dengan orang lain,
sering sholat berjamaah, dengan tetap menjaga protokol
kesehatan
Saat sakit : pasien mengatakan tidak berdaya tidak bisa
melakukan apa-apa dan pasien merasa lemah
4) Ideal diri
Sebelum sakit : harapan pasien memiliki tubuh yang kuat
yang prima, tidak gampang sakit.
Saat sakit : pasien mengatakan ini semua cobaan dan harus
ikhlas.
5) Harga diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan banyak dari orang lain
yang menganggap dirinya sangat berguna karena bisa
membantu dan bisa melakukan hal apa saja.
Saat sakit : pasien mengatakan itu merasa bersalah karena
tidak bisa membantu orang lain.
8. Pola mekanisme koping
a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan
Sebelum sakit : pasien dalam pengambilan keputusan diambil
dengan segera dengan melakukan pertimbangan dari orang lain.
Saat sakit : pasien mengatakan lebih memilih pilihan orang tua
terutama ibu
b. Yang dilakukan jika menghadapi masalah
Sebelum sakit : pasien mengambil jalan keluar disetiap masalah
dengan cara diam
Saat sakit : pasien mengatakan lebih ikut dalam keputusan orang
lain.
c. Bagaimana upaya klien menghadapi masalahnya sekarang
Sebelum sakit : pasien mengatakan harus berusaha maksimal
ketika ada masalah yang dihadapi.
Saat sakit : pasien lebih banyak berserah diri kepada Allah SWT
d. Menurut klien apa yang dilakukan perawat atau petugas medis
agar pasien merasa nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan semua yang dilakukan oleh
mereka adalah hal yang terbaik untuk mereka yang sakit.
Saat sakit : pasien tetap ingin berusaha mandiri, kalau ada yang
tidak mampu meminta bantuan perawat
9. Pola seksual-reproduksi
a. Bagaiama pemahaman klien tentang fungsi seksual
Sebelum sakit : pasien mengatakan mengerti tahap-tahap
perkembangan seksual
Saat sakit : pasien mengatakan paham
b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan berbagai kondisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada
c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak tau
Saat sakit : pasien mengatakan tidak tau
10. Pola peran-hubungan dengan orang lain
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada hambatan
komunikasi verbal
Saat sakit : pasien lebih banyak diam dan berkata seperlunya
terhadap orang lain
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada klien
Sebelum sakit : pasien mengatakan orang yang paling
berpengaruh dalam hidupnya adalah ibu
Saat sakit : pasien mengatakan orang yang paling berpengaruh
adalah ibunya
c. Kepada siapa klien meminta bantuan bila mempunyai masalah
Sebelum sakit : pasien mengtaakan memiinta bantuan ke ibunya
Saat sakit : pasien mengtaakan memiinta bantuan ke ibunya
d. Adakah kesulitan dalan keluarga
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada.
11. Pola nila dan kepercayaan
a. Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan berbadah ke masjid untuk
sholat
Saat sakit : pasien beribadah di rumah sakit
b. Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama
dirawat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada kendala aktifitas
Saat sakit : pasien mengatakan aktifitasnya banyak terganggu
karena keadaan tubuh lemas tidak bisa melakukan banyak
aktifitas.
c. Adakah keyakinan atau kebudaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada.
d. Adakah pertentangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap
pengobatan yang dijalani
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada.
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada.

III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

1. Kesadaran
Pengkajian GCS : E: 4, M:5 , V:6
Tingkat Kesdaran : Composmentis
2. Penampilan
Lemah
3. Vital Sigh
a. Suhu Tubuh : 35,8 C
b. Tekanan Darah: 100/80 mmHg
c. Respirasi (RR): 28 x/menit
d. Nadi : 83 x/menit
4. Kepala
a. Bentuk : Mesochepal
b. Rambut : Panjang
c. Warna : hitam
d. Kebersihan : bersih
e. Rontok : tidak ada kerontokan
f. Ketombe : tidak ada ketombe
5. Mata
a. Kemampuan Pengelihatan : normal
b. Ukuran pupil : normal, 2 mm
c. Reaksi terhadap cahaya : positif
d. Konjungtiva anemis/tidak : tidak anemis
e. Sclera ikterik/tidak : non ikterik
f. Alat bantu : tidak
g. Adanya secret : sedikit
6. Hidung
a. Kebersihan : Bersih
b. Adakah secret : tidak ada sekret
c. Epistaksis : tidak ada perdarahan/mimisan
d. Adakah polip : tidak ada polip
e. Adakah cuping hidung: ada
7. Telinga
a. Bentuk : simetris
b. Pendengaran : Normal
c. Alat bantu dengar : tidak menggunakan alat bantu dengar
d. Serumen : tidak ada serumen
e. Infeksi tinnitus : tidak ada
8. Mulut dan tenggorokan
a. Gangguan bicara : tidak ada
b. Warna gigi : sedikit kuning
c. Bau : berbau
d. Nyeri : tidak ada
e. Kesulitan mengunyah/menelan: tidak ada
f. Posisi trakea : normal
g. Benjolan dileher : tidak ada
h. Pembesaran tonsil : tidak ada
i. Keadaan vena jugularis : normal
9. Dada
a. Jantung
a) Inspeksi : simetris kanan kiri, ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, midclavikula sinistra
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : reguller

b. Paru-paru
a) Inspeksi : peningkatan frekuensi pernafasan penggunaan otot
bantu nafas
b) Palpasi : simetris, ekspansi normal
c) Perkusi : hipersonor
d) Auskultasi : ekspirasi memanjang disertai wheezing
10. Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Auskultasi : normal
c. Perkusi : ada nyeri tekan
d. Palpasi : timpani
11. Genetalia
a. Kebersihan : Bersih
b. Adakah luka : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Terpasang kateter : tidak ada
e. Adakah hemoroid : tidak ada
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Warna : kuning langsat
b. Kebersihan : bersih
c. Turgor : lembab
d. Adakah edema: tidak ada edema
e. Keutuhan : utuh
f. Capillary refill: <3 detik di tekan kembali normal
g. Mobilisasi
a) Kekuatan otot : 5/5
b) Koordinasi gerak dan keseimbangan : normal
c) Penggunaan alat bantu : tidak
h. Infus
a. Tidak terpasang infus
13. Kulit
a. Kebersihan : bersih
b. Warna : kuning langsat
c. Kelembaban : lembab
d. Turgor : lembab
e. Adakah edema: tidak ada edema

14. Data Penunjang


a. Hasil pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hematologi Paket
Hemoglobin 12.2 g/dl 12.00-15.00
Hematrokrit 37.8 % 35-47
Eritrosit 4.8 10^6/Ul 4.4-5.9
MCB 25.4 Pg 27.00 - 32.00 L
MCV 76.8 fL 76 - 96
MCHC 32.3 g/dl 29.00 - 36.00
Leukosit 10.8 10^3/ul 3.6 - 11
Trombosit 408 10^3/ul 150 - 400 H
RDW 18.6 % 11.60 - 14.80 H
MPV 9.3 fl 4.00 - 11.00

Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 144 mg/dL 80-160
SGOT 33.5 U/L 15-34
SGPT 16 U/L 15-60
Albumin 3.7 g/dL 3.4-5.0
Ureum 15 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.6 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 137 mmol/L 136-145
Kalium 3.9 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 99 mmol/L 98-107

A. Analisa data

Tgl/Ja Data Fokus Problem Etiologi TTD


m
02/02/2 Ds : pasien mengatakan Bersihan Sekresi yang
1
Jam :
sulit untuk bernafas
Do : suara nafas
jalan nafas
(D.0001)
tertahan
T
17.00
WIB
wheezing,
memanjang,
sekret
ekspirasi
terdapat r
02/02/2 Ds : pasieng mengatakan Pola nafas hambatan upaya
1
Jam
sulit untuk bernafas tidak
: Do : penggunaan otot efektif
nafas (kelemahan
otot pernafasan)
T
17.00 bantu nafas, perubahan (D.0005)
WIB tekanan darah.
(RR) : 28 x/menit,
r
Nadi: 83 x/menit
02/02/2 Ds : pasien mengatakan Ansietas krisis situasional
1
Jam :
cemas dengan keadaan (D.0080)
sekarang
T
17.00 Do : pasien tampak
WIB gelisah dengan sesak
nafasnya
r
S : 35,8 C,
TD : 100/80 mmHg,
Nadi: 83 x/menit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(kelamahan otot pernfasan) (D.0005)
3. Ansietas berhubungan dengan krisi situasiona (D.0080)
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tgl/Ja
Keperawata Tujuan & Kriteria hasil Planning Rasional TTD
m
n
02/02/2 Bersihan jalan Pertukaran Gas Manajemen jalan nafas
1
18.00
nafas
efektif
tidak Setelah
tindakan
dilakukan Oberservasi :
1. Monitor pola nafas - Karakteristik pola
T
WIB berhubungan keperawatan selama nafas menunjukkan
dengan
sekresi yang
3x8 jam oksigenasi
dan/atau eliminasi
karbondioksida pada
berat
asma
ringannya
r
tertahan 2. Monitor bunyi
membran alveolus-
(D.0001) - Karakteristik bunyi
kapiler normal. nafas tambahan
Dengan kriteria nafas menunjukkan
hasil : asma
Terapuetik :
1. Batuk efektif
1. Posisikan semi - Meningkatkan
meningkat
2. Produksi sputum fowler atau fowler ekspansi dada
menurun 2. Lakukan fisioterapi
3. Gelisah membaik dada - Fisioterapi dada
merupakan strategi
untuk mengeluarkan
Edukasi : sekret
1. Anjurkan asupan
ciran 2000/ml hari, - Hidrasi yang adekuat
membantu
jika tidak
mengencerkan dan
kontraindikasi
mengefektifkan
pembersihan jalan
nafas
02/02/2 Pola nafas Polas Nafas Pemantauan respirasi
1
18.00
tidak efektif
berhubungan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x8 jam Observasi : T
WIB dengan isnpirasi dan atau ekspirasi 1. Monitor frekuensi, - Kecepatan biasanya
hambatan
upaya nafas
yang tidak memberikan
ventilasi adekuat membaik.
Dengan kriteria hasil :
irama, kedalam dan
upaya napas
2. Monitor adanya
meningkat, dipsnea
dan terjadi
r
(kelamahan peningkatakan kerja
otot sumbatan jalan
nafas. Kedalaman
nafas
pernfasan) 1. Dipsnea meningkat pernapasan
(D.0005) 2. Penggunaan otot bantu bervariasi tergantung
nafas membaik derajat gagal nafas.
Ekspansi dada
terbatas yang
berhubungan dengan
atelektasis dan atau
nyeri dada pleuritik
Terpeutik :
1. Atur interval - Memaksimalkan
pemantauan bernapas dan
respirasi sesuai
menurunkan kerja
kondisi pasien
napas
02/02/2 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
1
18.00
berhubungan
dengan krisi
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x8 jam 1. Identifikasi
- Dapat membantu
memperbaiki
T
WIB situasional diharapkan tingkat ansietas kemampuan
perasaan kontrol
(D.0080) megambil
menurun, dengan kriteria keputusan
hasil :
1. Perilaku gelisah
Terapeutik : r
menurun 1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk - Ini sulit menerima
menumbuhkan dengan isu emosi
kepercayaan bila pengalaman
eksterm/ketidaknya
manan fisik menetap
2. Temani pasien
utnuk mengrangi - Membuat
kecemasan jika kepercayaan dan
memungkinkan menurunkan
kesalahan
persepsi/salah
interpretasi terhadap
infomasi
3. Dengarkan dengan
penuh perhatian - Dapat membantu
memperbaiki
Edukasi : beberapa perasaan
kontrol
1. Anjurkan kelurga
untu tetap bersama - Dukungan
pasien memampukan pasien
mulai
membuka/menerima
kenyataan dan
pengobatannya.
Pasien mungkin
perlu wakt untuk
mengidentifikasi
perasaan dan
meskipun lebih
banyak waktu untuk
mulai
2. Latih teknik mengekspresikannya
relaksasi
- Takut/ansietas
menurun
D. Implementasi Keperawatan

Tgl/Jam Dx. Implementasi Respon


Keperawatan
02/02/16 I Manajemen jalan S:
nafas  Pasien
:00 WIB
Oberservasi : mengatakan
1. Monitor pola sesak
 Pasien
nafas
mengatakan
sudah minum air
2. Monitor bunyi putih
nafas tambahan  Pasien
mengatakan
Terapuetik : nyaman dengan
3. Posisikan semi duduk semi
flower
fowler atau
 Pasien
fowler
mengtakan secret
4. Lakukan tidak keluar
fisioterapi dada O:
 Pasien tampak
sesak
Edukasi :  Pasien tampak
1. Anjurkan kesusahan
asupan ciran mengeluarkan
secret
2000/ml hari,
jika tidak
kontraindikasi
II Pemantauan respirasi S :
Observasi :  Pasien
mengatakan
1. Monitor
sesak
frekuensi, irama,
 Pasien
kedalam dan
mengtakan
upaya napas
sususah
2. Monitor adanya
mengeluarka
sumbatan jalan
n secret
nafas
 Pasien
Terpeutik : mengatakan
berusakan
Atur interval rileks
pemantauan respirasi O:
sesuai kondisi pasien  Nafas apasien
tidak teratur
 Pasien tamoak
duduk semi
flower
 Pasien berusaha
mengatur
pernafasan
III Reduksi Ansietas S:
Observasi :
 Pasien
2. Identifikasi mengatakan
kemampuan tidak berani
megambil mengambil
keputusan keputusan sendiri
 Pasien
Terapeutik :
mengatakan
4. Ciptakan masih cemas
suasana  Pasien
terapeutik untuk mengatakan
menumbuhkan merasa aman jika
kepercayaan keluarga
disisinya
5. Temani pasien
O:
utnuk
 Pasien terlihat
mengrangi cemas
kecemasan jika  Pasien terlihat
memungkinkan rileks juka
6. Dengarkan disampingnya
dengan penuh ada keluarga
perhatian
Edukasi :
3. Anjurkan
kelurga untu
tetap bersama
pasien

03/02/14 I Manajemen jalan S :


:00 WIB nafas
 Pasien
Oberservasi : mengatakan
3. Monitor pola masih sedikit
nafas sesak
 Pasien
4. Monitor bunyi mengatakan
sudah minum air
nafas
hangat
tambahan  Pasien
mengatakan
Terapuetik : nyaman dengan
semi flower
5. Posisikan semi
 Pasien
fowler atau mengtakan secret
fowler sudah keluar
6. Lakukan O:
fisioterapi dada
 Pasien tampak
sesak
 Secret keluar
Edukasi : setelah dilakukan
2. Anjurkan fisioterapi dada
asupan ciran
2000/ml hari,
jika tidak
kontraindikasi
II Pemantauan respirasi S :
Observasi :
 Pasien
3. Monitor mengatakan
frekuensi, masih
irama, kedalam sedikit sesak
dan upaya  Pasien
napas mengatakan
4. Monitor secret masih
adanya sedikit ada
sumbatan jalan
 Pasien
nafas
mengatakan
Terpeutik : masih cemas
Atur interval O :
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien  Nafas apasien
mulai teratur
 Pasien duduk
semi flower
 Pasien mampu
mengatur
pernafasan
III Reduksi Ansietas S:
Observasi :
 Pasien
3. Identifikasi mengatakan
kemampuan masih tidak
megambil berani
keputusan mengambilkeput
usan sendiri
Terapeutik :
 Pasien
7. Ciptakan mengatakan
suasana nyaman dengan
terapeutik lingkunganya
untuk  Pasien
menumbuhkan mengatakan
kepercayaan merasa aman jika
8. Temani pasien keluarga
utnuk disisinya
mengrangi O:
kecemasan jika
memungkinkan  Pasien terlihat
9. Dengarkan rileks
dengan penuh  Pasien terlihat
perhatian rileks juka
disampingnya
Edukasi : ada keluarga
4. Anjurkan
kelurga untu
tetap bersama
pasien

04/02/16 I Manajemen jalan S :


:00 WIB nafas
 Pasien
Oberservasi : mengatakan
5. Monitor pola sesak masih
nafas  Pasien
mengatakan
6. Monitor bunyi sudah minum air
nafas hangat
tambahan  Pasien
mengatakan semi
flower
Terapuetik : mengurangi
7. Posisikan semi sesaknya
fowler atau  Pasien
fowler mengtakan secret
8. Lakukan keluar lagi
O:
fisioterapi dada
 Pasien tampak
sesak
Edukasi :  Pasien tampak
3. Anjurkan mengleuarkan
asupan ciran secret dengan
bantuan
2000/ml hari,
fisioterapi dada
jika tidak
kontraindikasi
II Pemantauan respirasi S :
Observasi :
 Pasien
5. Monitor mengatakan
frekuensi, sesak
irama, kedalam  Pasien
dan upaya mengeluarka
napas n secret
6. Monitor
 Pasien
adanya
mengatakan
sumbatan jalan
rileks
nafas
O:
Terpeutik :
Atur interval  Nafas pasien
pemantauan respirasi sudah mulai
sesuai kondisi pasien teratur
 Pasien duduk
semi flower
embuatnya
nyaman
 Pasien mampu
mengatur
pernafasan
III Reduksi Ansietas  Mulai berani
Observasi : mengambil
4. Identifikasi keputusan sendiri
kemampuan dengan
megambil pertimbangan
keluarga
keputusan
Terapeutik :
10. Ciptakan
suasana
terapeutik
untuk
menumbuhkan
kepercayaan
11. Temani pasien
utnuk
mengrangi
kecemasan jika
memungkinkan
12. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Edukasi :
5. Anjurkan
kelurga untu
tetap bersama
pasien
E. Evaluasi Keperawatan

Tgl/Ja Hasil Intervensi TTD


m
02/02/1 Bersihan S : paisen mengatakan susah
Tr
6 jalan nafas mengeluarkan secret
:00 WIB tidak efektif O : pasien tampak sesak
berhubungan A : masalah belum teratasi
dengan P : Lanjutkan intervensi
sekresi yang
tertahan
(D.0001)

Pola nafas S : paisen mengatakan sesak


Tr
tidak efektif O : pasien tampak sesak
berhubungan A : masalah belum teratasi
dengan
P : Lanjutkan intervensi
hambatan
upaya nafas
(kelamahan
otot
pernfasan)
(D.0005)

Ansietas S : paisen mengatakan tidak


Tr
berhubungan berani mengambil keoutusan
sendiri
dengan krisi
O : pasien tampak cemas
situasiona
A : masalah belum teratasi
(D.0080)
P : Lanjutkan intervensi
03/02/17 Bersihan S : paisen mengatakan secret
Tr
:00 WIB jalan nafas keluar
tidak efektif O : pasien tampak
mengeluarkan skret setelah
berhubungan dilakukan fisioterapi dada
dengan
A : masalah belum teratasi
sekresi yang
P : Lanjutkan intervensi
tertahan
(D.0001)

Pola nafas S : paisen mengatakan masih


Tr
tidak efektif sesak
berhubungan O : pasien tampak duduk semi
flower
dengan
A : masalah belum teratasi
hambatan
upaya nafas P : Lanjutkan intervensi
(kelamahan
otot
pernfasan)
(D.0005)

Ansietas S : paisen mengatakan masih


Tr
berhubungan ragu untuk mengambil
keoutusan sendiri
dengan krisi
O : pasien tampak cemas
situasiona
A : masalah belum teratasi
(D.0080)
P : Lanjutkan intervensi

04/02/17 Bersihan S : paisen mengatakan secret


Tr
:00 WIB jalan nafas keluar
tidak efektif O : pasien tampak kooperatif
berhubungan A : masalah belum teratasi
dengan
sekresi yang P : Lanjutkan intervensi
tertahan
(D.0001)

Pola nafas S : paisen mengatakan masih


Tr
tidak efektif sedikit sesak
berhubungan O : pasien tampak nyaman
dengan duduk semiflower
dengan
A : masalah belum teratasi
hambatan
upaya nafas P : Lanjutkan intervensi
(kelamahan
otot
pernfasan)
(D.0005)

Ansietas S : paisen mengatakan sudah


Tr
berhubungan mulai berani mengambil
keputusan sendiri
dengan krisi
O : pasien tampak rileks
situasiona
A : masalah belum teratasi
(D.0080)
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai