Anda di halaman 1dari 22

Makalah Madical Patient Safety dan Upaya

Pencegahan Medical Eror

Dosen Pengampu :
ISMAR AGUSTIN, S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

1. WIDYA NINGSIH CAHYANI PO.71.20.1.20.064


2. FADHILLA ELSA KHAIRANI PO..71.20.1.20.065
3. BERLEN OCTAVIANI PO.71.20.1.20.066
4. EMA MERYANTIKA PO.71.20.1.20.067
5. SERLIN TRIASMIKA PO.71.20.1.20.068
6. SYEFTIANA PO.71.20.1.20.073
7. ANNISA MEILINDA PO.71.20.1.20.076
8. RULLY SAHRANI GUSNIAR PO.71.20.1.20.080
9. DENNO SATTIA PO.71.20.1.20.083
10.TAHIRROU ROSYADA PO.71.20.1.20.084
11.YURIKO SALSABILLA PO.71.20.1.20.085

TINGKAT IB
JURUSAN DII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Makalah Madical Patient Safety dan
Upaya Pencegahan Medical Eror ” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Bahasa Indonesia dengan judul “Makalah Madical Patient Safety dan Upaya
Pencegahan Medical Eror”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

A. LatarBelakang.................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................................6

A. Patient Safety.....................................................................................................6

BAB III ANALISIS KASUS.............................................................................................19

Kasus........................................................................................................................19

Usai Pesalinan Organ Wanita Robek...................................................................19

Analisa Kasus.......................................................................................................20

PENUTUP.....................................................................................22

A.Kesimpulan......................................................................22

B. Saran...............................................................................22

DAFTAR PUSTAKA....................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Peran perawat
dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta
menolong sesama.
Praktik keperawatan merupakan suatu praktik penuh risiko.
Tindakan diagnostik maupun terapetik tidak pernah lepas dari
kemungkinan cedera, syok hingga meninggal. Selain itu, pada umumnya
hasil suatu pengobatan tidak dapat diramalkan secara pasti. Seorang
perawat dikatakan melakukan malpraktik jika ia melakukan praktik
keperawatan sedimikian buruknya, berupa kelalaian besar, kecerobohan
yang nyata atau kesengajaan yang tidak mungkin dilakukan oleh perawat
pada umumnya dan bertentangan dengan undang-undang, sehingga pasien
mengalami kerugian.
Untuk itu menjadi perawat yang profesional dan bertanggung
jawab harus selalu memperhatikan sekecil apapun yang berkaitan dengan
keselamatan pasien. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan patient safety?

2. Apa tujuan pasientsafety?

3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pasient safety?

4. Apakah yang dimaksud dengan medical error serta apa penyebabnya?


5. Apa saja yang menjadi type of medicalerror?
4
C. Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami pentingnya patient


safety dalam memberikan pelayanan kesehatan
2. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami apa yang menjadi
tujuan dilaksanakannya pasient safety
3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan pasient safety
serta meminimalkan risiko medical error dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dan pelayanan kesehatan.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Patient Safety

Menurut Depkes RI 2006 Patient safety atau keselamatan pasien


adalah suatu sistem yang membuat asuhan klien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan Patient Safety

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumahsakit

2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan


masyarakat
3. Menurunkan KTD diRS

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulanganKTD

C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety

Pelaksanaan “patient safety” meliputi

a. Sembilan solusi keselamatan pasien di RS (whoCollaborating


Center for Patient Safety, 2 Mei 2007)yaitu:

i. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan miring

ii. Pastikan identifikasi pasien

iii. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

iv. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang


benar

v. Kendalikan cairan elektrolit pekat

vi. Pastikan akurasi pemberian obat pada penglihatan


pelayanan

vii. Hindari salah kateter dan salah sambung slang

viii. Gunakan alat injeksi sekali pakai

ix. Tingkatkan kebersihan tangan untuk


pencegahan infeksi nasokomial
b. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (Mengacu pada“Hospital Patient Safety
Standards” yang di keluarkan oleh Join Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, 2002)yaitu:
i. Hak pasien Standarnya adalah Pasien dan keluarganya mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan
termasuk kemungkinan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Kriterianya adalah

1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajibmemberikan


penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemuningkan terjadinya KTD
Mendidik keluarga pasien tandarnya adalah Rumah sakit
harus mendidik pasien tentang kewajibab dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien Kriterianya adalah
Keselamatan dalam memberikan pelayanan dapat di
tingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner
dalam proses pelayanan, karena itu di rumah sakit harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarga
pasien tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
3. Memberikan informasi yang jelas, lengkap dan jujur

4. Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab

5. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak


dimengerti

6. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

7. Mematuhi instruksi dan menghormati


peraturan rumah sakit
8. Memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggangrasa

9. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati


keselamatan dan kesinambungan pelayanan Standarnya adalah
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
Kriterianya adalah
10. Koordinasi pelayanan secaramenyeluruh
11. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebituhan pasiendan
kelayakan sumberdaya
12. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatankomunikasi

13. Komunikasi dan transfer informasi antar profesikesehatan

ii. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatankeselamatan
pasienStandarnya adalahRumah sakit mendisign proses baru
atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KTD. Kriterianya adalah
1. Setiap rumah sakit melakukan rancangan (design) yang
baik sesuai dengan “Tujuh Langkah MenujuKeselamatan
Pasien Rumah Sakit

2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data


kinerja
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data semua


data dan informasi hasil analisis
iii. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien Standarnya adalah

1. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program


keselamatanpasienmelalui “7 Langkah Menuju
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit”
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif dan
Indentifikasi risiko keselamatan pasien dan mengurangi
KTD
3. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatanpasien
4. Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit
serta tingkatkan keselamatan pasien

5. Pemimpin mengukur dan mengkaji efektifitas konstribusi


dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien Kriterianya adalah

1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola


program keselamatan pasien
2) Terdapat tim program proaktifuntuk
identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insden
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa
semua komponen dari rumah sakit terintegritas
danberpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap
insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyimpanan informasi yang benar dan jelas
untuk keperluananalisis
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan
eksternal berkaitan dengan insiden
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai
jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka
secara sukarela antar unit dan antar pengelolaan
pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sisitem informasi
yang dibutuhkan

9) Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi


menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit
dankeselamatan pasien
iv. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan
orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dnegan keselamatan pasien secara jelas
b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kopetensi staf serta mendukung pendekatan inter disiplin
dalam pelayanan pasien. Kriterianya adalah

1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf


baruyang memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasi topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan inservice dan memberi pedoman
yang jelas tentang pelaporan insiden
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasamakelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan komunikasi
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien

v. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai


keselamatan pasien Standarnya adalah
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesign proses manajemen
informasi keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu danakurat
Kriterianya adalah
a. Disediakan anggaran untuk merencanakan
danmendesign proses manajemen untuk memperoleh
data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi menejemen informasi yang
ada
d. MEDICALERROR

a. HumanError

Human error (kesalahan manusia) merupakan hal yang Menurut


Reason (1997) mendefinisikan medical error merupakan deviasi atau
penyimpangan dari proses perawatan yang mungkin (atau tidak) dapat
menyebabkan kerugian bagi pasien. Pengertian tentang medical error
ini secara eksplisit mencakup domain kunci dari penyebab kekeliruan
(omission, commission, perencanaan dan pelaksanaan). Definisi
tersebut menggambarkan bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan
tetapi tidak sesuai dengan rencana atau prosedur sudah dianggap
sebagai medicaloer

Dampak medical error sangat beragam mulai dari yang ringan dan
sifatnya refersible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan
kematian, sebagian penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit
lebih lama (prolonged hospitalization) yang akhirnya berdampak pada
biaya perawatan yang lebih besar. (Dwiprahasto, 2004)

i. Tipe-Tipe MedicalError

Secara teknis medical error dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Error ofomission

Hal yang termasuk dalam error of omission adalah kesalahan


dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam penanganan pasien
atau tidak meresepkan obat. Dalam keseharian, daftar error of
omission tentu akan sangat panjang jika diidentifikasi satu
persatu. Melakukan apandiktomi tanpa disertai dengan
pemeriksaan patologi anatomi termasuk error of omission yang
sering terjadi

2. Error ofcommission

Hal yang termasuk error of commission adalah kesalahan


dalam memutuskan pilihan terapi, memberikan obat yang salah
atau obat diberikan melalui cara pemberian yang keliru.
Kebiasaan untuk meresepkan antibiotika pada penyakit-penyakit
ringan (minor ailment) atau memberikan obat per injeksi padahal
pemberian secara oral lebih aman termasuk dalam kategori error
of commission.

Berdasarkan proses terjadinya medical error dapat digolongkan


sebagai:

1) Diagnostik, antara lain berupa: kesalahan atau keterlambatan


dalam menegakkan diagnosis, tidak melakukan suatu
pemeriksaan padahal ada indikasi untuk itu, penggunaan uji atau
pemeriksaan atau terapi yang sudah tergolong usang atau tidak
dianjurkanlagi.

2) Treatment, diantaranya adalah kesalahan (error) dalam


memberikan obat, dosis terapi yang keliru, atau melakukan terapi
secara tidak tepat (bukan atasindikasi).

3) Preventive, dalam kategori ini termasuk tidak memberikan


profilaksi untuk situasi yang memerlukan profilaksi dan
pemantauan atau melakukan tindak lanjut terapis secara tidak
adikuat Lain-lain, misalnya kegagalan dalam komunikasi, alat
medik yang digunakan tidak memadai atau kesalahan akibat
kegagalan sistem (systemfailure).

ii. Penyebab MedicalError

1. Human Error

Paling sering terjadi dalam kasus medical error. Human error dapat
terjadi karena kurang telitinya tenaga medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Selain itu dapat dikarenakan karena kurang
terlatihnya tenaga medis tersebut.

2. Faktor organization
Faktor organization atau instansi kesehatan dapat menjadi
penyebab medical error karena dalam instansi peralatan medis yang
digunakan tidak layak pakai atau tidak steril. Selebihnya medical error
dapat terjadi karena aturan-aturan yang ketat dari instansi yang
menjadikan pasien tidak segara mendapatkan pertolongan. Selain itu
keterlambatan mengambil keputusan dari pihak instansi juga dapat
menjadi penyebab medical error

.
10)
BAB III
ANALISIS KASUS

Kasus

Usai Pesalinan Organ Wanita Robek

Indosiar.com, Jember- Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Lahat


Sumatera Selatan , seorang ibu muda mengalami luka robek dibagian anusnya,
sehingga tidak bisa buang air. Diduga korban yang kini harus buang air besar
melalui organ kewanitaannya, disebabkan kelalaian perawat yang masih
magang dipuskesmas setempat menangani persalinannya. Kini kasus dugaan
malpraktek ini ditangani dinas kesehatan Kota Jember.
Kasus dugaan malpraktik ini dialami Ika Agustinawati, warga Desa
Semboro Kidul, Kecamatan Semboro, Jember. Ibu muda berusia 23 tahun ini,
menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses persalinan anak
pertamanya, radytia, yang kini berusia 1 bulan.Diduga karena kecerobohan
yang masih magang saat menolong persalinannya di Puskesmas Tanggo, Ika
mengalami luka robek dibagian organ vital hingga kebagian anus. Akibatnya,
selain terus- terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan lalu korban terpaksa
buang kotoran melalui alatkelaminnya.

Pada kasus tersebut perawat harusnya mengetahui tentang keadaan pasien.


Selain itu, jika bidan salah menggunting organ korban, seharusnya dijahit lagi
dengan rapi agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti kasus
diatas. Kemudian kesalahan bidan dalam kasus tersebut adalah tidak
mengontrol keadaan pasien setelah melahirkan. Pengontrolan pasien setelah
melahirkan di mulai 2 jam setelah postpartum untuk mengetahui kondisi ibu
termasuk luka episiotominya. Sehingga bidan dapat mengetehtahui lebih dini
tentang gejala yang timbul.
Pada kasus tersebut dapat dilihat sisi positifnya, perawat magang ingin
membantu persalinan ibu tersebut dengan begitu ia akan mendapatkan
pengalaman yang lebih banyak. Sedangkan dari sisi negatifnya, bidan tersebut
kurang hati-hati karena kelalaian dan kecerobohannya sehingga
terjadikesalahan. Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu, korban
dibantu oleh beberapa perawat magang, atas pengawasan bidan puskesmas.
Namun, salah seorang bidan magang diduga melakukan kesalahan saat
menggungting dinding kemaluankoraban.Terkait kasus ini Puskesmas Tanggul
saat ini belum memberikan keterangan resmi. Namun, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Jember tengah menangani kasus ini.Jika terbukti terjadi malpraktek,
Dinas Kesehatan berjanji akan menjatuhkan sanksi terhadap petugas persalinan
tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku. (Tomy Iskandar/Sup)

Analisa Kasus

Pada kasus diatas seorang perawat yang menangani pasien namun tidak
mementingkan keselamatan pasien atau pasient safety. Berdasarkan teknisnya
kasus termasuk tipe dari medical error yaitu error of omission. Medical error
dalam kasus tersebut disebabkan oleh human error yaitu kelalaian perawat
dalam pengontrolan postpartum. Sedangkan menurut proses terjadinya, kasus
tersebut termasuk kedalam tipe preventive karena perawat seharusnya
melakukan pemantauan kepada ibu postpartum.
PENUTUP

A.Kesimpulan

Perawat merupakan tenaga medis yang sangat dekat dengan


masyarakat. Sebagai seorang bidan, praktik Keperawatan merupakan
praktikyangpenuhresiko. Sehingga seorang perawat perlu pemperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan pasien. Keselamatan pasien merupakan hal
yang perlu di perhatikan, selain itu seorang perawat juga berperan dalam
meminimalisir terjadinya medical error. Penyebab terjadinya medical error
dapat dikarenakan oleh human error maupun pihak instansi. Untuk
mengupayakan tidak terjadinya medical error tenaga medis harus lebih
teliti dan terlatih dalam memberikan pelayanan kesehatan kepadapasien.

B. Saran

Jika kami menjadi perawat harus berhati-hati dalam melakukan segala


tindakan dan harus sesuai dengan standar profesi Keperawatan. Sebagai
tenaga kesehatan juga sangat perlu komunikasi dengan klien agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan dalam asuhanKeperawatan yang kami
berikan kepada klien. Selain agar klien percaya atas tindakan yang
diberikan dan terhindar dari medical error.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, T. 2013. Usai Persalinan Organ Wanita Robek.


http://www.indosiar.com/patroli/89714/usai-persalinan-organ-wanita-
robek. Diakses 1 Maret 2015 jam 19.43WIB.

Dapertemen Kesehatan. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah


Sakit (Patient Safety). Jakarta: Depkes RI

Dwiprahasto, I. 2004. Medical Error di Rumah Sakit dan Upaya


Meminimalkan Risiko. JMPK Vol.07/No.01/Maret/20

Anda mungkin juga menyukai