Anda di halaman 1dari 6

Natural B, Vol. 1, No.

1, April 2011
Akar Kangkung Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Air Limbah29

Pengaruh Pemberian Perekat Pada Kualitas Briket Biomass


ABDURROUF a), ISTIROYAH a), GANCANG SAROJAa)
a) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

diterima 17 Februari 2010, direvisi 15 Maret 2011

ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan briket berbahan dasar sampah biomass dengan bahan perekat
kanji. Secara kualitatif, kualitas briket dapat ditingkatkan dengan jalan (i) penghancuran
sampah dilakukan pada fase kering, serta (ii) pencampuran sampah dan kanji sebagai perekat
dilakukan pada fase mentah. Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi optimum briket
diperoleh pada campuran bahan – perekat sebesar 10:3. Pada komposisi tersebut, massa briket
siap pakai yang dihasilkan lebih dari 50% massa bomass. Untuk lebih meningkatkan kualitas
briket, perlu dicari teknik pencetakan dan pengeringan yang lebih baik. Juga perlu dibuat
briket dalam jumlah besar untuk meningkatkan ketelitian uji bakarnya

Kata kunci: briket, biomass, kanji, perekat

ABSTRACT
Production of briquettes from organic waste with starch as an adhesive, has been done. The
briquette's quality is improved by (i) the milling of organic waste is conducted in dry phase, and
(ii) the mixing between organic waste and starch as an adhesive is carried out on raw phase. This
study shows that the best briquette was obtained when the ratio of organic wastes - starch was
10:3. In such composition, mass of the produced briquette was more than 50% of the mass of
organic waste. For more improvement, it is necessary to find a better pressing and drying
technique. It is also need to make briquette in large numbers to improve its characterization.

Key word: briquette, organic waste, starch, adhesive

PENDAHULUAN yang dihasilkan. Secara umum, kota


metropolitan menghasilkan lebih banyak
Sampah merupakan konsekuensi aktivitas sampah dibandingkan dengan kota sedang atau
manusia. Jumlah atau volume sampah kecil. Sebagai contoh, pada tahun 2007, Kota
sebanding dengan tingkat konsumsi manusia Malang dengan penduduk 820.373 jiwa
terhadap barang atau material yang digunakan menghasilkan 700 m3 sampah per hari [1].
sehari-hari. Jenis sampah yang dihasilkan Salah satu tantangan yang dihadapi oleh
tergantung dari jenis material yang dikonsumsi. masyarakat perkotaan adalah penanganan dan
Pengelolaan sampah tidak bisa dilepaskan penanggulangan sampah. Berdasarkan data
dari pola hidup masyrakat dan jumlah Kementerian Lingkungan Hidup, dari 170 kota
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dan besar yang disurvei pada tahun 2004, dapat
gaya hidup akan meningkatkan volume sampah disimpulkan bahwa pengelolaan sampah masih
jauh dari memadai [1]. Dari total sampah yang
--------------------- dihasilkan, sejumlah 41,28% terangkut dan
*Coresponding author : Abdurrouf,
E-mail: a.abdurrouf @gmail.com
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
35,59% dibakar, 7,97% dikubur, 7,97% dibuang
2 Abdurrouf, dkk. : Pengaruh Pemberian Perekat pada Kualitas Briket Biomass

sembarangan (ke sungai, saluran, jalan, dan diharapkan mampu menjadi petunjuk bagi
sebagainya), sedang sisanya –sebesar 1,15%- penelitian berikutnya.
diolah dan didaur ulang [2]. Penelitian ini bertujuan untuk (i)
Dari data di atas, terlihat bahwa pengelolaan mengetahui prosentasi briket sampah kering
sampah lebih difokuskan pada upaya membuangnya, yang dihasilkan terhadap terhadap total sampah
dibandingkan memanfaatkannya. Contoh alternatif organik basah yang dipakai, (ii) mengetahui
pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan pengaruh keberadaan plastik terhadap mutu
cara (i) mendaur ulang sampah nonorganik, dan pembakaran dan emisi gas buang, serta (iii)
(ii) memanfaatkan sampah organik sebagai mengetahui presentasi perekat yang optimum
kompos, sumber biogas, atau briket. Kedua hal yang dapat digunakan dalam pembuatan briket
tersebut dapat dilakukan dengan konversi termal
maupun konversi biologis [3]. Di antara pilihan
yang ada, ide pembuatan briket sampah organik METODE PENELITIAN
sangat prospektif karena (i) prosentasi terbesar
dari sampah adalah sampah organik, (ii) Pembuatan alat cetakan briket. Alat
tingginya kebutuhan akan sumber energi cetakan briket dibuat berbentuk silinder dengan
biomass, (iii) dapat mengatasi kelangkaan atau diameter 5 cm dan panjang 10 cm. Selama ini
mulai naiknya harga bahan bakar, (iv) sejalan briket dibuat dalam bentuk padatan, tanpa
dengan program clean development mechanism rongga di dalamnya. Hal ini menyebabkan
(CDM) dalam pengelolaan sampah, serta (v) timbulnya asap selama pembakaran. Untuk
dapat dilakukan baik dalam skala besar maupun mengurangi residu asap yang belum terbakar,
skala rumah tangga dengan peluang lapangan umumnya ditambahkan blower atau kipas angin.
kerja baru. Untuk Jurusan Fisika UB, Penambahan blower ini akan meningkatkan
pembuatan briket biomass melengkapi riset pasokan oksigen [6]. Namun penggunaan
yang sudah ada tentang pembuatan kompor blower membuat penggunaan kompor biomass
biomass [4] dan studi emisi gas buangnya. kurang praktis. Dalam penelitian ini, dibuat
Untuk mengubah sampah menjadi bahan cetakan yang memungkinkan diperolehnya
bakar biomass, sampah dipilah, dihancurkan, briket dengan rongga di dalamnya, yang
dicampur dengan lem/perekat, dipadatkan memungkinkan sirkulasi udara untuk membantu
dalam cetakan, dan dikeringkan, sehingga proses pembakaran.
diperoleh briket sampah. Dengan pembakaran
yang efisien pada kompor biomass, maka
seluruh komponen sampah dapat diubah
menjadi energi [5].
Sejauh ini pemanfaatan sampah organik
sebagai bahan baku briket terkendala oleh (i)
kenyataan bahwa sampah organik masih
tercampur dengan sampah lain, misalnya
plastik, yang dapat mempengaruhi mutu briket
yang dihasilkan, (ii) belum diketahuinya rasio
briket produk terhadap bahan sampah organik,
(iii) belum diketahuinya pengaruh keberadaan
plastik terhadap mutu pembakaran, serta (iv) Gambar 1. Pengepresan Briket
belum diketahuinya presentasi perekat yang
optimum yang dapat digunakan sebagai
campuran briket. Sebagai suatu penelitian Pembuatan briket. Tahapan ini meliputi (i)
rintisan tentang briket, penelitian ini belum penghancuran sampah, (ii) pencampuran
tidak bermaksud untuk memberikan jawaban sampah dengan lem/perekat dan pemasakan
kuantitatif atas permasalahan di atas. Meskipun campuran, serta (iii) pencetakan, pemadatan,
demikian, jawaban kualitatif yang diberikan dan pengeringan briket.
Abdurrouf, dkk. : Pengaruh Pemberian Perekat pada Kualitas Briket Biomass 3

Pembuatan briket dilakukan dengan variasi  Pencampuran sampah dan kanji sebagai
 Prosentasi sampah plastik yang perekat sebaiknya dilakukan pada fase
tercampur, sehingga diperoleh batas mentah. Artinya sampah dan kanji dicampur
toleransinya terkait dengan emisi gas lebih dahulu, baru kemudian dimasak secara
buangnya. bersama-sama. Jika dicampurkan setelah
 Rasio perekat terhadap sampah organik, masak, maka sampah dan kanji sulit untuk
sehingga didapatkan produk yang menyatu, sedangkan briket yang dihasilkan
efisien. keras tapi rapuh.
Pengujian briket. Pengujian briket dapat  Keberadaan plastik membuat briket kurang
dilakukan secara tunggal atau secara grup, di rekat dengan kerapatan yang rendah, yang
mana sejumlah briket dibakar secara bersamaan. mengakibatkan briket mudah hancur dan
Untuk uji tersebut, dipakai Kompor biomass tidak efisien. Hal ini terkait dengan
UB-02, yaitu jenis kompor biomass yang kemampuan tekan alat pencetak briket, juga
dikembangkan di Jurusan Fisika Universitas komposisi perekat dan sampah. Dengan
Brawijaya, dan sudah terdaftar Patennya di menggunakan alat cetak manual yang kami
HaKi dengan nomor pendaftaran P00200900137 buat, sangat sulit untuk mendapatkan briket
tahun 2009 [4]. campuran plastik dengan kepadatan yang
Analisis data. Analisis hasil yang dilakukan tinggi. Karena itu variabel keberadaan
pada penelitian ini meliputi prosentase briket plastik tidak dikaji dalam penelitian ini.
yang dihasilkan terhadap bahan sampah Penelitian dikonsentrasikan pada sampah
organik, efek plastik (sebagai representasi daun murni dan bukan sampah rumah
sampah anorganik) terhadap emisi gas buang, tanggga. Sekalipun demikian, secara
serta prosentasi perekat untuk mendapatkan kualitatif diamati bahwa briket yang
briket optimum. Optimasi biket diukur mengandung plastik bisa menghasilkan api
berdasarkan lama nyala api, warna api, lebih lama, tetapi diiringi dengan asap yang
keberadaan asap, dan kemudahan menyalakan. baunya menyengat. Hal ini bisa dipahami
sebagai akibat pembakaran tidak sempurna
sehingga menghasilkan emisi gas yang tidak
diinginkan.
 Briket dengan lubang (di tengahnya) lebih
mudah dinyalakan, tetapi nyala apinya cepat
habis. Hal ini dapat dipahami sebagai akibat
pasokan oksigen yang melimpah akibat
adanya lubang. Secara umum, daya yang
dihasilkan sama. Dengan demikian, briket
dengan lubang lebih dianjurkan untuk
konsumsi publik yang membutuhkan
kecepatan dan kemudahan menyalakan api,
Gambar 2. Briket dengan dan tanpa lubang sedangkan briket tanpa lubang bagus untuk
tahapan penelitian yang membutuhkan
HASIL DAN PEMBAHASAN akurasi dalam kajian efisiensi briket.
Untuk proses pembuatan, didapatkan data
Untuk proses pembuatan, didapatkan data kualitatif sebagai berikut:
kualitatif sebagai berikut:  Dalam uji pembakaran, didapatkan bahwa
 Penghancuran sampah sebaiknya dilakukan briket sulit terbakar jika dinyalakan secara
setelah sampah kering. Penghancuran langsung. Cara pengujian termudah adalah
sampah pada saat sampah masih basah, dengan memberikan minyak sebagai pemicu,
memungkinkan sampah akan menyatu sepanjang hal tersebut dilakukan secara
(menggumpal) kembali sehingga konsisten pada semua sampel.
memerlukan penghancuran ulang.  Pengujian yang dilakukan dengan
4 Abdurrouf, dkk. : Pengaruh Pemberian Perekat pada Kualitas Briket Biomass

memanaskan air membutuhkan terlalu Dari tabel tersebut terlihat bahwa


banyak sampel, sehingga dipandang kurang penambahan massa perekat tidak mempunyai
efisien. Dengan demikian, pengujian briket efek signifikan terhadap massa akhir briket yang
yang dihasilkan dilakukan dengan dihasilkan. Sekalipun demikian, juga didapatkan
menyalakan briket dan mencatat waktu nyala fakta bahwa campuran bahan-perekat 100 gram:
apinya, warna apinya, serta keberadaan asap. 30 gram adalah kondisi optimum karena
Pengujian dilakukan dengan menggunakan memiliki kondisi fisik terbaik dalam arti
briket tunggal maupun dalam grup yang bentuknya keras, halus, dan tidak mudah pecah.
terdiri atas sejumlah briket. Pengertian optimum di sini terkait dengan fakta
bahwa kondisi sejenis juga dapat dicapai dengan
penambah perekat, tetapi hal tersebut tentu saja
akan meningkatkan biaya produksi.
Fakta lain yang menarik peneliti adalah
rasio massa produk briket yang dihasilkan
terhadap massa gabungan sampah dan perekat.
Untuk sampel pertama, total massa bahannya
adalah 110 gram, sedangkan massa produk
briket yang dihasilkan adalah 80 gram. Jika
keberadaan kanji kita hilangkan (dengan asumsi
kanji tidak mengandung air), berarti 100 gram
sampah menghasilkan 70 gram briket. Untuk
sampel kedua sampai kelima, 100 gram sampah
berturut-turut menghasilkan 60 gram, 50 gram,
80 gram, dan 70 gram sampah. Ini berarti rasio
massa briket terhadap massa biomass di atas 50
%. Rasio tersebut jauh lebih tinggi dibanding
dugaan sebelumnya sekitar 30%. Ini
Gambar 3. Pengujian dengan (kiri) dan tanpa mengindikasikan bahwa pengeringan langsung
menggunakan kompor (kanan) dengan memanfaatkan sinar matahari yang
dilakukan dalam penelitian ini dipandang
Dari uji kualitatif yang sudah dilakukan, kurang efektif.
selajutnya penelitian dikonsentrasikan pada
Tabel 2. Hasil uji bakar untuk sampel yang diberikan
briket dari bahan sampah daun-daunan yang
pada tabel 1.
dihancurkan dengan blender, kemudian Massa Waktu Tingkat
dicampur dengan perekat dari bahan kanji. Kuantit
kanji bakar Warna nyala kesulitan
as asap
Percampuran keduanya dilakukan sebelum (gram) (menit) menyalakan
keduanya dimasak. Hasil yang diperoleh 10 12 Merah +biru Banyak Sulit
20 9 Merah Banyak Sedang
disajikan pada tabel 1.
30 13 Merah+biru Banyak Agak Sulit
40 14 Merah Sedang Sulit
Tabel 1. Pengaruh rasio perekat dan bahan massa biomass 50 15 Merah Sedang Sulit
terhadap briket yang dihasilkan. Untuk semua
perlakuan, massa biomass 100 gram dan volume
air 320 cc. Selanjutnya, dilakukan uji bakar dengan
Massa Waktu Suhu Massa briket
cara membakar secara langsung briket yang
kanji masak maksimum (gram) dihasilkan, satu per satu, dan mengamati lama
(gram) (menit) (oC) basah kering
nyala api, warna api, tingkat kesulitan
10 9 97 350 80 membakarnya, serta kualitas asapnya. Hasilnya
20 9 97 370 80 disajikan pada tabel 2.
30 9 90 370 80 Dari tabel 2 dan dengan memperhatikan
40 6 90 370 120 warna nyala apinya, terlihat bahwa kondisi
50 6 90 372 120
optimum diperoleh pada campuran perekat 10
Abdurrouf, dkk. : Pengaruh Pemberian Perekat pada Kualitas Briket Biomass 5

gram dan 30 gram. Digabungkan dengan kajian KESIMPULAN


sebelumnya, kita mendapatkan fakta bahwa
campuran 30 gram lebih dianjurkan. Secara kualitatif telah didapatkan data
bahwa (i) penghancuran sampah sebaiknya
Tabel 3. Hasil uji bakar untuk sampel yang diberikan dilakukan pada fase kering, (ii) pencampuran
pada tabel 1 sampah dan kanji sebagai perekat sebaiknya
Massa Waktu
kanji Uji Bakar Keterangan dilakukan pada fase mentah, dan (iii)
(gram) (menit) keberadaan plastik membuat briket kurang rekat
Tunggal 11 : 51 Api sering mati dengan kerapatan yang rendah, yang
10
Grup 19 : 26
Pada menit ke 4 api mengakibatkan briket mudah hancur dan tidak
mati efisien, dengan nyala api berbau. Penelitian ini
Tunggal 12 : 49 Menit ke 2 mati
20
Grup 20 : 14 Nyala api lebih stabil juga menghasilkan temuan bahwa massa briket
Tunggal 22 : 37 Sulit dinyalakan yang dihasilkan lebih besar dari 50% massa
30
Menit ke 5, 6 dan 8 biomass. Dengan memvariasi rasio massa bahan
Grup 33 : 15 mati; dan perekat, didapatkan komposisi optimum
Nyala api lebih stabil
Menit ke 8 mati;
pada campuran bahan – perekat sebesar 10:3.
Tunggal 13 : 57 Untuk meningkatkan akurasi data, hal yang
Lebih sulit dinyalakan
40
Grup 34 : 00
Menit ke 5 dan 7 mati; perlu ditingkatkan adalah teknik pencetakan
Nyala lebih stabil briket dan teknik pengeringannya. Juga perlu
Tunggal 17 : 07 Sulit dinyalakan dibuat briket dalam jumlah besar untuk
Menit 1, 7, 14, dan 15
50
Grup 30 : 00 api Mati; nyala lebih meningkatkan ketelitian uji bakarnya.
stabil
UCAPAN TERIMA KASIH
Selanjutnya sample briket dikeringkan
kembali dan dilakukan uji bakar ulang, baik uji Terima kasih kepada FMIPA atas dana
tunggal (pembakaran 1 buah briket) maupun uji penelitian DPP/SPP yang diberikan melalui
grup (pembakaran 3 buah briket dalam waktu kontrak nomor 12/J.10.1.28/PG/2009.
bersamaan). Hasilnya disajikan pada tabel 3 dan
gambar 4.
DAFTAR PUSTAKA
40
[1] Tim Kementerian Lingkungan Hidup
Lama nyala api (detik)

35 Tunggal (2009), Status Lingkungan Hidup


Grup Indonesia; Bagian 9: sampah
30
[2] Rahayu, S.(2000), Kemandirian
25
masyarakat bagi perbaikan lingkungan,
harian Pikiran Rakyat,
20 http://newspaper.pikiran-
rakyat.com/prprint.
15 php?mib=beritadetail&id=49309
[3] Hutagalung, M (2007), Teknologi
10 pengolahan sampah, Juli 2007,
10 20 30 40 50
http://majarimagazine.com/2007/12/teknol
Massa perekat (gram) ogi-pengolahan-sampah/
Gambar 4. Ketergantungan lama nyala api briket terhadap [4] Nurhuda, M (2009), Kompor Biomass
massa perekatnya Multifungsi, nomor pendaftaran PATEN
S00200800121
Hasil tersebut, sekali lagi menunjukkan bahwa [5] Djamaludin (2009), Model pengolahan
campuran bahan-perekat 10:3 akan memberikan sampah organik, http://djamaludinsuryo.mu
unjuk kerja optimum.
6 Abdurrouf, dkk. : Pengaruh Pemberian Perekat pada Kualitas Briket Biomass

ltiply.com/journal/item/10/MODEL_PENG
ELOLAAN_ SAMPAH_ORGANIK
[6] Gama Mesin Mandiri (2008), Pencetak
briket manual, http://www.gama-
mesin.com/mesin_
pencetak_briket_sistem_manual.htm

Anda mungkin juga menyukai