TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas
Viskositas merupakan derajat kekentalan sebuah fluida. Viskositas juga
dapat dikatakan sebagai gesekan internal yang terjadi pada fluida. Viskositas
memberikan gaya perlawanan terhadap sebuah objek yang berada didalam
fluida sehingga mengakibatkan interaksi antara objek dan fluida berupa
gesekan. Satuan dari viskositas sebuah cairan dinyatakan dalam Poise.
Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas dan pada intinya
merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida
saat lapisan-lapisan tersebut begerak melewati satu sama lainnya. Pada zat
cair, viskositas terutama di sebabkan oleh gaya kohesi antara molekul.
Sedangkan pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida
yang berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda dan zat cair pada
umumnya jauh lebih kental daripada gas.
Makin besar viskositas makin lambat aliran cairan. Viskositas cairan
biasanya turun dengan meningkatnya suhu, dapat dianalogikan dengan sirup
gula panas mengalir lebih cepat dari pada sirup gula dingin. Cairan yang
mempunyai gaya antar molekul yang kuat memiliki viskositas yang lebih
besar dibandingkan cairan yang memiliki gaya antarmolekul yang lemah. Air
memiliki viskositas lebih besar dibandingkan kebanyakan cairan karena
kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen yang menarik, viskositas
gliserol jauh lebih besar daripada semua cairan.
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida yang ditandai
dengan besar kecilnya gesekan internal fluida, viskositas fluida berhubungan
dengan adanya gaya gesek antar lapisan fluida ketika satu sama lain melewati
lapisan lainnya. Pada zat cair, penyebab utama viskositas karena adanya gaya
kohesi antar molekul. Setiap zat cair memiliki suatu nilai viskositas yang
berbeda-beda. Begitu pula dengan konsentrasi dan temperature suatu zat cair
yang juga dapat mempengaruhi besar kecilnya viskositas. Semakin kental
suatu zat cair, maka viskositas juga akan semakin besar (Ratriyantari, 2018)
Dampak dari viskositas memiliki peran penting untuk perilaku fluida
dalam sebuah ruang. Dampak viskositas berpengaruh dalam aliran darah
didalam tubuh, pelumas dari bagian-bagian mesin, aliran fluida dalam pipa
berongga dan lain-lain. Minyak pelumas mesin harus mengalir secara merata
dalam kondisi mesin yang dingin maupun panas, karena itu pelumas
dirancang memiliki variasi perubahan temperatur sekecil mungkin terhadap
perubahan viskositas. Viskositas darah didalam tubuh akan mempengaruhi
distribusi sari-sari makanan yang keseluruh tubuh.
Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuan viskositas sebuah
cairan. Metode yang paling umum digunakan dalam laboratorium adalah
penentuan viskositas dengan metode bola jatuh. Jika sebuah benda berbentuk
bola dijatuhkan kedalam fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan dalam
kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak pada awalnya kelereng
bergerak dipercepat. Namun, setelah beberapa saat setelah menempuh jarak
tertentu kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Kedaan ini disebabkan karena adanya gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida.
Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida
rill (rill = nyata). Fluida riil/nyata adalah fluida yang kita temui dalam
kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida
riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam
kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk
membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita
pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis). Mirip seperti kita menganggap
benda sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya
tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis
kita menjadi lebih sederhana.
Teori dasar viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas
sering diartikan sebagai kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh
kohesi dan pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan fluida
dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan
tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat
adanya gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat
pada plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari
lapisan yang lebih jauh. Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan
lebih lambat mengalir didalam pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya
lebih rendah.
Sebuah benda yang bergerak dalam fluida yang punya viskositas lebih
tinggi mengalami gaya gesek viskositas yang lebih besar daripada jika benda
tersebut bergerak didalam fluida yang viskositasnya lebih rendah. Tujuan
mempelajari viskositas ini adalah memahami bahwa benda yang bergerak di
dalam fluida akan mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh kekentalan
fluida tersebut. Selain itu, dapat menentukan koefisien kekentalan dari fluida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain adalah koefisien
kekentalan zat cair itu sendiri, massa jenis dari fluida tersebut, bentuk atau
besar dari partikel fluida tersebut, karena cairan yang partikelnya besar dan
berbentuk tak teratur lebih tinggi dari pada yang partikelnya kecil dan
bentuknya teratur. Selain itu juga suhu, semakin tinggi suhu cairan semakin
kecil viskositasnya, semakin rendah suhunya maka semakin besar
viskositasnya (Hayani, 2015).
Setiap zat cair memiliki kekentalan atau viskositas. Kekentalaan yang
dimiliki setiap zat berbeda-beda, hal ini bergantung pada konsentrasi dari zat
cair atau fluida tersebut. Viskositas suatu fluida juga dipengaruhi oleh suhu.
Unsur gas memiliki nilai viskositas yang mudah berubah terhadap perubahan
suhu. Pada umumnnyazat cair akan mengalami pengurangan viskositas jika
suhu dinaikan. Hal ini berkaitan dengan struktur molekul dalam cairan
tersebut.
Sifat cairan sebagai besar ditentukan oleh resistansinya untuk mengalir,
yang dinamakan viskositas. Suatu fluida berviskositas rendah mengalir
dengan mudah dan membuang sedikit energi, tetapi menaikan rugi-rugi
kebocoran. Suatu fluida kental dapat menyekat dengan baik, tetapi fluida tipe
ini cukup seret dan menyebabkan rugi energi dan tekanan sekitar sistem,
fluida hidrolik haruslah merupakan suatu medium yang berada antara ektrim-
ekstrim ini, jadi dibutuhkan suatu cara untuk mendefinisikan viskositas.
Adanya zat makro molekul akan menaikan viskositas larutan bahkan
pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar, karena molekul besar
mempengaruhi aliran fluida pada jarak jauh. Pada konsentrasi yang rendah
tersebut, viskositas larutan berhubungan dengan viskositas pelarut murni.
Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam “viskometer oswald” waktu
yang dibutuhkan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler dicatat dan
dibandingkan dengan sampel standar.
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama
adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan
laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang
lain adalah aliran turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar
melalui pipa dengan diameter yang lebih besar. Viskositas dibagi menjadi
dua yaitu (Rosita, 2014):
2.1.1. Viskositas Dinamik atau Viskositas Mutlak atau Absolute Viscosity.
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan
tegangan geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik tampaknya
sama dengan ratio tegangan geser terhadap gradien kecepatan.
2.1.2. Viskositas kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas
dinamik dengan kerapatan fluida (Muhajir, 2013).
2.7 Fluida
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil
untuk zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan
garis tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan
fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai makna yang tepat
sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus
berubah.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu
fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-
menggesek ketika fluida-fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya
minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang permukaannya miring.
Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada minya goreng atau oli.
Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi
suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu
menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah
menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu
zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida
rill (nyata). Fluida rill adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda
dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan
sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita
dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok
bahasan fluida dinamis) (Madalena, Yulianti dan Widyastuti, 2014).
Teori dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari
diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas
sering diartikan sebagai kekentalan. Viskositas sebenarnya disebabkan oleh
kohesi dan pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan fluida
dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan
tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak.Akibat adanya
gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada
plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari
lapisan yang lebih jauh.
Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat
mengalir didalam sebuah pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih
rendah. Sebuah benda yang bergerak dalam fluida akan mempunyai
viskositas yang lebih tinggi, karena fluida tersebut mengalami gaya gesek
sebuah viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak
didalam sebuah fluida yang viskositasnya jauh lebih rendah (Rahmah, 2016).
Fluida dengan volume satu gelas, satu ember, bahkan satu kolam
dapat ditentukan massa jenisnya dengan persamaan (2.1). Namun, jika
volume fluida sangat besar, misalnya dam, lautan, atau atmosfer maka
massa jenis fluida tidak sama di setiap tempat. Contohnya, pada lautan
massa jenis makin besar jika masuk makin ke dalam. Pada atmosfer
massa jenis makin kecil jika makin jauh dengan permukaan bumi.
Massa Jenis Campuran Fluida, Jika beberapa fluida yang memiliki
massa jenis berbeda dicampur, maka massa jenis campuran fluida
merupakan harga rata-rata massa jenis fluida yang dicampur
tersebut.jika volum fluida setelah dicampur lebih kecil dari jumlah
volum fluida mula-mula maka massa jenis rata-rata lebih besar.
Sebaliknya, jika volume hasil campuran lebih besar . Gejala kapilaritas
adalah gejala naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler (pipa
sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adesi
antara zat cair dengan dinding kapiler. Karena dalam pipa kapiler gaya
adesi antara partikel air dan kaca lebih besar daripada gaya kohesi
antara partikel air, maka air akan naik dalam pipa kapiler.
2.8.4 Hukum pascal
Misalkan zat cair dimasukkan dalam wadah tertutup. Jika satu
bagian zat cair tersebut mengalami penambahan tekanan, maka seluruh
bagian zat cair mengalami penambahan tekanan yang besarnya persis
sama. Ini adalah pernyataan hukum Pascal untuk fluida statis. Salah
satu aplikasi utama hukum pascal adalah pembuatan dongkrak hidrolik
atau penggerak hidrolik lainnya. Keuntungan dongkrak atau penggerak
hidrolik adalah hanya dengan gaya kecil kita sanggup menggerakkan
benda yang massanya sangat besar (Abdullah,2016).
2.10 Densitas
Densitas adalah massa dari materi atau zat setiap satuan volumenya.
Kerapatan atau densitas dari fluida akan mempengaruhi jenis aliran dari
fluida, bila di tinjau dari bilangan Reynolds-nya. Densitas suatu zat atau
materi dapat dilihat dari temperaturnya. Semakin tinggi temperatur zat atau
materi maka densitas dari zat tersebut akan semakin rendah sehingga
kecepatan akan semakin tinggi (Gunawan, dkk., 2017).
Densitas atau rapat massa (ρ) suatu fluida didefinisikan sebagai massa
fluida per volume satuan. Densitas air pada tekanan standar 1 atm (1.013 bar)
dan temperatur standar 32.0°F (0.0°C) adalah 1.94 slugs/ft3(1000 kg/m3).
Perubahan pada temperatur dan tekanan akan mempengaruhi densitas,
walaupun dalam permodelan sistem distribusi air hal tersebut dapat diabaikan
karena perubahannya sangat kecil, terutama untuk daerah beriklim tropis.
Berat spesifik atau berat jenis (γ) suatu zat adalah berat zat per volume
satuan. Berat jenis air pada tekanan dan temperatur standar yaitu 62.4
lb/ft3(9,806 N/m3)(Fitri, 2016).
Salah satu besaran fisis fluida yang penting adalah massa jenis. Massa
jenis adalah massa fluida per satuan volum. Fluida dengan volume satu gelas,
satu ember, bahkan satu kolam dapat ditentukan massa jenisnya dengan
persamaan. Namun, jika volume fluida sangat besar, misalnya dam, lautan,
atau atmosfer maka massa jenis fluida tidak sama di setiap tempat.
Contohnya, pada lautan massa jenis makin besar jika masuk makin ke dalam.
Pada atmsofer massa jenis makin kecil jika makin jauh dari permukaan bumi
Jika beberapa fluida yang memiliki massa jenis berbeda akan dicampur
dengan sebuah massa jenis campuran fluida merupakan hasil harga rata-rata
massa jenis fluida yang dicampur tersebut. Berapa massa jenis rata-rata
tersebut? Misalkan kita akan mencapur N buah fluida dengan beberapa massa
jenis rata-rata masing-masing (ρ1), (ρ2), ..., (ρN), dan volum masing-masing
V1, V2, ..., VN. Massa masing-masing fluida tersebut adalah m 1 = (ρ1)V1, m2 =
(ρ2)V2, ..., mN = (ρN)VN. Jika N buah fluida tersebut dicampur maka massa
jenis rata-rata hasil campuran tersebut akan bergantung pada volume total
dari hasil pencampuran tersebut.
2.11Gaya Berat
Gaya berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda. Berat
suatu benda adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada benda
tersebut. Berat benda sangat dipengaruhi oleh kuat medan gravitasi dimana
benda itu berada. Satuan yang digunakan untuk menyatakan berat adalah
Newton (N).
Dalam pengukuran gaya berat yang diukur bukan gaya gravitasi,
melainkan percepatan gravitasi (g). Hubungan antara keduanya dijelaskan
oleh hukum Newton II yang menyatakan bahwa sebuah gaya adalah hasil
perkalian dari massa dengan percepatan.
Dalam metode gravitasi, pengukuran dilakukan terhadap nilai
komponen vertikal dari percepatan gravitasi di suatu tempat. Namun pada
kenyataannya, bentuk bumi tidak bulat sehingga terdapat variasi nilai
percepatan gravitasi untuk masing-masing tempat. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi nilai percepatan gravitasi adalah perbedaan derajat garis
lintang, perbedaan ketinggian.
2.13Larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat
yang jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja
dipilih zat yang lebih sedikit sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya,
tetapi di sini akan digunakan pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut
dan terlarut. Campuran yang dapat saling melarutkan satu lama lain dalam
segala perbandingan dinamakan larutan miscible. Udara merupakan larutan
miscible.
Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fasa dinamakan
cairan immiscible. Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal. Berdasarkan
wujud dari pelarutnya, suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan
padat, cair ataupun gas. Zat terlarut dalam ketiga fasa larutan tersebut juga
dapat berupa gas, cair ataupun padat. Campuran gas selalu membentuk
larutan karena semua gas dapat saling campur dalam berbagai perbandingan.
Dalam larutan cair, cairan disebut “pelarut” dan komponen lain (gas atau
zat padat) disebut “terlarut”. Jika dua komponen pembentuk larutan adalah
cairan maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya tidak
berubah dinamakan pelarut.
Contoh, 25 gram etanol dalam 100 gram air, air disebut sebagai pelarut,
sedangkan etanol sebagai zat terlarut, sebab etanol lebih sedikit daripada air.
Contoh lain adalah sirup, dalam sirup, gula pasir merupakan komponen
paling banyak daripada air, tetapi gula dinyatakan sebagai zat terlarut dan air
sebagai pelarut, sebab struktur air tidak berubah, sedangkan gula berubah dari
padat menjadi cairan. Beberapa jenis-jenis larutan:
2.13.1 Larutan Ideal dan Non-Ideal
Dalam suatu sistem, atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul
nyata saling mempengaruhi satu sama lain sehingga perilakunya sukar
diramalkan secara tepat. Akibat kesukaran meramalkan perilaku zat
nyata menimbulkan cara atau model yang dapat menjelaskan prilaku
secara teoritis, dinamakan hukum ideal.
Oleh karena itu, muncul istilah larutan ideal, sebagai upaya untuk
menjelaskan keadaan sistem dari larutan nyata. Molekul-molekul gas
ideal dipandang sebagai molekul-molekul bebas yang tidak
berantaraksi satu sama lain. Dalam larutan cair pendekatan keidealan
berbeda dengan gas ideal. Dalam larutan ideal partikel-partikel pelarut
dan terlarut yang dicampurkan berada dalam kontak satu sama lain.
Pada larutan ideal dengan zat terlarut molekuler, gaya antaraksi antara
semua partikel pelarut dan terlarut setara.
Dalam larutan non-ideal, gaya antar atom, ion atau molekul harus
dipertimbangkan dalam perhitungan. Sebagai contoh perhatikan daya
hantar listrik larutan elektrolit kuat, misalnya NaCl. Jika larutan NaCI
sangat encer kurang dari 0,01 M, daya hantarnya diharapkan sesuai
dengan disosiasi garam ke dalam ion-ionnya, tetapi jika konsentrasi
larutan besar perbedaan antara harapan dan amatan menjadi lebih
besar. Penyebabnya, ion-ion berlawanan muatan mengadakan baku
tarik satu sama lain, baku tarik ini menimbulkan ion-ion saling
berdekatan sehingga larutan jadi lebih pekat. Setiap ion dikelilingi
oleh molekul pelarut yang berlawanan muatan, kecenderungan ini
dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan
daya hantar listriknya lebih rendah dari harapan.
2.13.2 Larutan jenuh, tak jenuh dan lewat jenuh
Larutan jenuh dari sebuah zat adalah larutan yang di dalamnya
terdapat zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat yang
tidak larut. Misalnya, untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam air
pada 25°C, kita harus menambahkan NaCl berlebih ke dalam air dan
mengaduknya terus sampai tidak ada lagi NaCl yang melarut.
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi
lebih kecil daripada larutan jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang
mengandung NaCl kurang dari 36,5 gram disebut larutan tak jenuh.
Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan antara zat
terlarut dan zat yang tidak larutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan maka larutan mendekati jenuh.
Larutan lewat jenuh menunjukkan keadaan yang tidak stabil,
sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya melebihi
konsentrasi kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi
jika larutan yang sudah melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan
sampai mendekati suhu kamar.
2.13.3 Larutan elektrolit dan non-elektrolit
Dalam larutan cair, zat padat dapat berada dalam bentuk ion-
ionnya maupun molekulernya. Jika NaCl terlarut dalam air, ion Na+
dan ion Clˉ masing-masing terhidrasi dalam air, dan ion-ion yang
terhidrasi itu secara bebas dapat bergerak ke seluruh medium larutan.
Akan tetapi apabila glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat
tersebut tidak berada dalam bentuk ioniknya melainkan dalam bentuk
molekulernya.
Zat-zat yang di dalam air membentuk ion-ion dinamakan zat
elektrolit, dan larutan yang dibentuknya dinamakan larutan elektrolit.
Secara eksperimen larutan elektrolit dapat diketahui dari sifatnya,
misalnya dapat menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang tergolong
elektrolit, yaitu asam, basa, dan garam.
Zat-zat seperti etanol dan glukosa yang di dalam pelarut air
membentuk molekuler dinamakan non-elektrolit, dan larutan yang
dibentuknya dinamakan larutan non-elektrolit. Dalam keadaan murni,
asam merupakan senyawa kovalen, tetapi jika dilarutkan ke dalam air
akan terurai menjadi ion-ionnya.
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air dinamakan
elektrolit kuat, sedangkan zat elektrolit yang hanya terurai sebagian
membentuk ion-ionnya di dalam air dinamakan elektrolit lemah. Asam
dan basa yang merupakan elektrolit kuat disebut asam kuat dan basa
kuat. Asam dan basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air
dinamakan asam lemah dan basa lemah. Selain HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, dan HClO4, umumnya tergolong asam lemah. Basa kuat adalah
hidroksida dari logam alkali dan alkali tanah kecuali berlium.
Lemah atau kuatnya suatu asam dan basa tidak ada kaitannya
dengan kereaktifan asam atau basa. Larutan HF, misalnya merupakan
asam lemah yang hanya 8% terionisasi dari larutan sebesar 0,1 M,
tetapi larutan HF sangat reaktif terhadap banyak zat, termasuk
terhadap gelas (polisilikat) (Khoerunnisa, 2017).
2.14Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan
yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan
(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut
per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu.
Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat
itu dikatakan tak larut (insoluble). Jika jumlah solute yang terlarut kurang
dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan
tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika
jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya
disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat
daripada larutan jenuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut,
jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
2.14.1 Pengaruh jenis zat pada kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya
berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa non-polar akan mudah larut dalam pelarut
nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely
miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible),
sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
2.14.2 Pengaruh tekanan pada Kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair
atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah
kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry
massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan
partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu.
Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali
jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku
untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH 3 dalam
air.
2.14.3 Pengaruh temperatur pada kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada suatu temperatur yang
lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul sebuah
gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas
yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada
beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan
dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat
endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur
dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier kesetimbangan itu
bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih
tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi (Bambang, 2016).
2.15Proses Pelarutan
Bagaimana proses yang terjadi ketika suatu zat dicampurkan membentuk
suatu larutan. Hal ini bergantung pada struktur dan sifat zat yang akan
dicampurkan. Zat-zat yang memiliki struktur sama atau mirip dengan zat
yang akan dicampurkan akan mudah saling melarutkan, sebaliknya zat-zat
yang berbeda struktur satu dengan lainnya, tidak akan saling melarutkan.
Selain itu, kepolaran suatu zat akan membantu meramalkan kelarutan zat.
2.15.1 Pelarutan cair-cair
Dalam membahas pelarutan zat cair dalam zat cair lainnya,
banyak Ilmuwan kimia mengemukakan istilah like dissolved like
sebagai prinsip umum untuk menyatakan pelarutan. Istilah ini
mempunyai makna bahwa zat-zat cair yang mempunyai struktur
serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan, sebab molekul-molekul zat cair yang dicampurkan
mempunyai gaya tarik antarmolekul sama atau hampir sama dalam
jenis maupun kekuatan ikatannya.
Misalnya pada molekul pentana, C5H12 dan heksana, C6H14, yang
keduanya adalah molekul non-polar. Kedua zat tersebut jika
dicampurkan akan saling bercampur satu sama lain dalam segala
perbandingan. Mengapa demikian? Molekul-molekul zat non-polar
berantaraksi satu sama lain melalui gaya dispersi yang sama kuat.
Gaya tarik antar molekul C5H12 dalam cairan pentana murni dan gaya
tarik antar molekul C6H14 dalam heksana mumi hampir sama dengan
gaya tarik antar molekul C5H12 dan molekul C6H14 dalam campuran
heksana dan pentana.
Dengan demikian, molekul pentana akan menyebar dalam
molekul-molekul heksana atau sebaliknya karena tidak mengalami
perubahan lingkungan dalam proses pelarutan. Perbedaan kepolaran
antara zat terlarut dan pelarut tidak mempengaruhi proses pelarutan
selama perbedaannya tidak terlalu besar. Kloroform, CHCl 3 yang polar
dan karbon tetraklorida, CCl4 yang non-polar dapat saling melarutkan
dalam segala perbandingan. Kedua zat tersebut tampak memiliki sifat
pelarut yang sama yakni merupakan pelarut berbagai senyawa karbon,
seperti hidrokarbon, lemak, dan minyak.
Hal ini menunjukkan gaya tarik antarmolekul dalam CHCl3 dan
CCl4 mendekati sama, sekalipun kepolarannya beda. Berdasarkan
kasus ini tampak bahwa sumbangan gaya dipol sangat kecil dalam
pelarutan CHCl3 dalam CCl4. Sering dijumpai zat-zat non-polar
mempunyai kelarutan sangat kecil di dalam air. Contohnya, minyak
bumi yang merupakan campuran hidrokarbon tidak larut dalam air.
Fraksi mol pentana (non-polar) yang dapat larut dalam air hanya
sekitar 0,00003.
Fakta ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Agar pentana larut
dalam air harus mampu memecahkan ikatan hidrogen yang mengikat
sesama molekul air. Namun demikian, tidak ada gaya antaraksi
antarmolekul C5H12 dan H2O yang dapat disumbangkan sebagai energi
untuk memecahkan ikatan hidrogen antarmolekul air. Oleh karena itu,
kelarutan pentana dalam air sangat kecil
Banyak cairan zat organik larut dalam air secara mudah.
Kebanyakan zat organik yang larut dalam air adalah yang mengandung
oksigen dan memiliki massa molekul rendah, contohnya metanol dan
etanol. Baik metanol maupun etanol larut dalam air dalam segala
perbandingan. Kedua golongan alkohol itu mengandung gugus
hidroksil yang banyak.
2.15.2 Pelarutan Padat-Cair
Zat padat umumnya mempunyai kelarutan terbatas dalam pelarut
cair. Fraksi mol I2 dalam CCl4 mencapai jenuh pada 25°C sekitar
0,011. Jika dibandingkan dengan Br2 yang berwujud cair pada suhu
yang sama tidak mempunyai batas kelarutan dalam CCl 4 sehingga Br2
dalam CCl4 tidak dapat membentuk larutan jenuh.
Perbedaan gaya tarik antar molekuler menyebabkan zat padat
mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu pelarut. Gaya tarik antar
molekuler dalam zat padat lebih besar daripada gaya tarik antar
molekuler dalam zat cair untuk suhu yang sama sehingga dapat diduga
bahwa gaya tarik antar molekul I2 lebih besar daripada gaya tarik antar
molekul CCl4.
Oleh sebab itu, kelarutan I2 dalam CCl4 relatif rendah. Keadaan ini
didukung oleh fakta bahwa zat padat dengan titik leleh lebih rendah
akan memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan dengan zat padat
yang memiliki titik leleh lebih tinggi untuk struktur molekuler yang
serupa atau sama.
Zat padat non-polar atau sedikit polar memiliki kelarutan tinggi
dalam zat cair yang memiliki kepolaran rendah, tetapi kelarutannya
rendah dalam pelarut polar. Contohnya DDT yang dimana memiliki
struktur serupa dengan CCl4 dan CHCl3 sehingga DDT larut baik
dalam pelarut non-polar atau sedikit polar sebagaimana halnya CCl4
dan CHCl3 dibandingkan dalam pelarut polar seperti air.
2.15.3 Pelarutan Gas-Cair
Terdapat dua prinsip utama berkaitan dengan kelarutan gas dalam
cairan. Pertama, makin tinggi titik cair suatu gas, gaya tarik
antarmolekul makin mendekati sifat cairan. Dengan demikian, gas
dengan titik cair lebih tinggi memiliki kelarutan lebih besar. Kedua,
pelarut yang paling baik untuk suatu gas adalah pelarut yang
mempunyai gaya tarik yang kuat antarmolekul mirip dengan yang
dimiliki oleh suatu gas (Khoerunnisa, 2017).
2.16Susu
Susu adalah cairan hasil pemerahan yang sempurna, dan terus
menerus dari ambing sapi yang sehat tanpa dibubuhi atau dikurangi bahan
tertentu. Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru
dilahirkan karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-
enzim, gas serta vitamin A, C dan D dalam jumlah memadai. Warna air susu
berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh lemak, kalsium dan kasein. Air susu terasa sedikit manis,
yang disebabkan oleh laktosa. Sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat,
dan garam-garam mineral lainnya.
2.16.1 Kandungan Susu
Kandungan susu terdiri dari air 87.9%, laktose 4.60%, vitamin,
enzim, gas dan mineral serta bahan kering 12.1 %. Bahan kering yang
terdiri dari lemak 3.45% dan bahan kering tanpa lemak 8.65%. Bahan
kering tanpa lemak terdiri dari protein 3.20%, kasein .70%
dan albumin 0.50%.
Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif,
susu membantu pertumbuhan mereka. Sementara itu untuk orang usia
lanjut, susu berfungsi untuk membantu menopang tulang agar tidak
keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan mineral.Oleh
karena itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu
yangdikemas dalam bentuk unik. Tujuan dari ini adalah agar orang
tertarik untuk membeli dan meminum susu. Ada juga dalam bentuk
fermentasi.
Susu sapi berasal dari sapi perah yang merupakan sumber protein,
lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Zat-zat gizi yang terkandung
dalam susu terdapat dalam perbandingan yang sempurna. Karakteristik
susu sapi yang baik yaitu memiliki warna putih kekuningan dan tidak
tembus cahaya. Komposisi rata-rata air susu sapi mengandung 3,3%
protein, 3,8% lemak, 4,7% karbohidrat, 8,76% air, dan 0,7% vitamin.
Pada umumnya, pH susu sapi berkisar antara 6,3- 6,75. Bila pH
menjadi 6 dapat disebabkan karena kolostrum atau aktivitas bakteri
pembusuk. Nilai pH susu yang meningkat akan menyebabkan
viskositas susu juga meningkat sebagai akibat pecahnya butiran
kasein. Penurunan pH susu pada umumnya langsung menyebabkan
sedikit penurunan viskositas, pada penurunan pH yang lebih drastis
akan menyebabkan peningkatan viskositas karena adanya agregasi,
kasein viskositas susu sedikit dipengaruhi proses homogenisasi.
Rasa normal susu segar adalah sedikit manis yang disebabkan
adanya laktosa. Susu sebagian besar digunakan sebagai bahan pangan
yang baik dan gizi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung zat-zat
makanan yang dibutuhkan manusia seperti protein, karbohidrat, lemak,
air, serta mineral. Syarat susu yang baik ditandai dengan warnanya
normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan
dan susu akan terasa sedikit manis dan asin (gurih) juga berbau segar
serta memiliki pH berkisar 6,5– 6,7. Bila susu pH lebih rendah dari 6,5
berarti terdapat kolostrum aktivitas bakteri (Baroto, 2015).
Susu adalah salah satu dari beberapa makanan yang paling
bergizi. Konstituen penting yang diberikan:
a. Protein, terutama kasein dan laktalbumin; protein susu
memberikan asam amino esensial dengan perbandingan yang
sangat tepat bagi pembangunan jaringan tubuh, protein susu
sangat diperlukan dalam membentuk jaringan baru di dalam tubuh
terutama dalam masa pertumbuhan. Protein susu sebagian besar
adalah kasein yakni sebagai protein utama susu yang berkisar
80% dari semua protein susu.
b. Hidrat arang, dalam bentuk laksota dan gula susu.
c. Lemak, dalam bentuk teremulsi halus.
d. Kalsium dan fosfor, dalam keadaan yang mudah diserap.
e. Vitamin A, dalam jumlah yang banyak kalau sapi perahnya
memakan pakan ternak hijau yang kaya akan karoten.
f. Vitamin B kompleks, khususnya riboflavin (Baroto, 2015).
2.16.2 Susu Siap Minum
Susu yang digunakan sebagai larutan dalam percobaan merupakan
susu siap minum (Pasteurisasi). Susu pasteurisasi merupakan bentuk
lain dari susu segar dan merupakan salah satu cara untuk
memperpanjang daya tahan susu segar. Jaminan kualitas dan
keamanan pada susu pasteurisasi diharapkan akan dapat meningkatkan
konsumsi susu secara umum, dan secara tak langsung akan mendorong
upaya peningkatan produksi susu.
Susu pasteurisasi dapat merupakan produk alternatif dari koperasi,
untuk mendapatkan nilai tambah dari susu yang diproduksi peternak,
sehingga mengurangi ketergantungan peternak pada industri yang
umumnya menetapkan harga jual susu yang relatif rendah. Proses
pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka
ragam, berkualitas tinggi, berkadar gizi, tinggi, tahan simpan,
mempermudah pemasaran dan transportasi, serta meningkatkan nilai
tukar dan daya guna bahan mentahnya.
Pasteurisasi merupakan salah satu usaha memperpanjang daya
tahan susu, mencari bentuk lain dari susu segar, dan dapat juga
ditambah dengan aroma tertentu serta dikemas dalam kemasan yang
menarik.
Pasteurisasi merupakan salah satu cara pengolahan susu dengan
cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu.
Pasteurisasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan
untuk mematikan bakteri patogen. Bakteri yang berspora masih tahan
hidup sehingga susu pasteurisasi hanya memiliki masa kedaluwarsa
sekitar satu minggu.
Pasteurisasi tidak mengubah komposisi susu sehingga
komposisinya masih setara susu segar, pasteurisasi umumnya
dilakukan pada suhu 72oC selama 15 detik. Susu pasteurisasi siap
minum merupakan salah satu produk susu yang telah banyak diminati
oleh seorang konsumen (Baroto, 2015)
2.17Kecap
Kecap kedelai merupakan salah satu produk fermentasi yang digunakan
sebagai produk pencita rasa khususnya di negara Asia yang merupakan
produk bumbu (condiment) yang tertua di Cina selama lebih dari 3000 tahun.
Kecap kedelai dibuat menggunakan kacang kedelai yang dicampurkan
dengan terigu, garam, air, dan mikroba seperti Aspergillus oryzae atau
Aspergillus zozae.
Selain melalui proses fermentasi, kecap kedelai dapat dibuat melalui
proses hidrolisis protein nabati HVP (hydrolyzed vegetable protein). Kecap
yang melalui proses HVP tersebut dibuat dengan menghidrolisis protein
kedelai menjadi asam amino melalui hidrolisis asam, kemudian dicampur
dengan gula, pewarna, dan bahan-bahan pencitarasa lainnya sehingga
memiliki citarasa menyerupai kecap kedelai yang dibuat melalui proses
fermentasi.
2.17.1 Pembuatan Kecap Kedelai
Proses fermentasi kecap terdiri dari 2 tahap, yaitu fermentasi
padat (fermentasi koji/tempe) dan fermentasi cair (fermentasi
moromi). Kapang yang digunakan dalam fermentasi padat, adalah
Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. Fermentasi padat memerlukan waktu
selama 3-5 hari.
Hasil fermentasi padat disebut koji jika menggunakan Aspergillus
sp., tetapi disebut tempe jika menggunakan Rhizopus sp. Selanjutnya,
koji dikeringkan, kemudian direndam dalam air garam 20-30%. Proses
perendaman koji dalam air garam disebut fermentasi moromi. Mikroba
yang berperan dalam fermentasi moromi, adalah mikroba tahan garam
seperti Hansenula sp., Zygosaccharomeces sp., dan Lactobacillus sp.
Fermentasi moromi memerlukan waktu selama 14-28 hari.
Cairan hasil fermentasi moromi disebut moromi. Selanjutnya
moromi ditambah dengan rempah-rempah dan dikentalkan sehingga
diperoleh kecap. Ampas dari fermentasi moromi dapat digunakan
sebagai pakan ternak.
Pada fermentasi jamur (koji) maupun fermentasi dalam larutan
garam (moromi) terjadi perubahan-perubahan biokimiawi oleh
aktifitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Pada fermentasi jamur
(koji), mikroba yang dominan adalah Aspergillus soyae menghasilkan
enzim protease yang dapat menghidrolisis komponen-komponen
protein dalam biji kedelai.
Konsentrasi garam yang optimal 17 sampai 19% berpengaruh
terhadap hidrolisis protein dalam moromi dan kecepatan pembentukan
asam laktat dan alkohol. Mikroba utama adalah jamur Aspergillus
soyae, bakteri-bakteri asam laktat yang bersifat homofermentatif,
Pseudomonas cerevisae atau P.soyae dan khamir yang toleran
terhadap garam tinggi terutama Saccharomyces rouxii.
Menurut Sakaguchi dalam Kasmidjo, pada konsentrasi garam
yang lebih tinggi 20%-30% P.soyae tetap tumbuh baik dan
menghasilkan asam laktat tinggi sehingga dapat menurunkan pH
sampai 4,9, bakteri tersebut berperan dalam pembentukan cita rasa dan
aroma spesifik untuk kecap.
Pada kondisi aerob dalam konsentrasi garam tinggi khamir yaitu
S.rouxii mengubah sejumlah glukosa (50%) menjadi gliserol,
merupakan komponen penting pendukung cita rasa kecap. Menurut
Suprapti, gula kelapa yang ditambahkan diperlukan dalam pembuatan
kecap manis, berfungsi sebagai pemanis sehingga jumlah gula kelapa
yang ditambahkan dapat berpengaruh pada respon rasa kecap organik.
2.17.2 Perkembangan Industri Kecap di Indonesia
Industri kecap merupakan salah satu agroindustri yang penting
untuk dikembangkan karena dapat memberikan nilai tambah
komoditas kedelai yang mudah rusak, meningkatkan permintaan
kedelai yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani,
menyerap tenaga kerja, dan menambah devisa negara melalui
pemanfaatan peluang ekspor.
Permasalahan yang sering dihadapai oleh industri kecap adalah
semakin mahalnya harga bahan baku kedelai dan lamanya proses
pembuatan kecap yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Hal tersebut
membuat sebagian pengusaha mengganti bahan baku kedelai dengan
bahan-bahan lain yang lebih murah seperti air yang dicampur dengan
perasa dan pewarna kecap.
Akibatnya, kualitas kecap cenderung menurun atau encer
sedangkan kuantitas produksinya meningkat. Sementara itu,
perkembangan industri kecap di Indonesia, tumbuh seiring dengan
peningkatan konsumsi kecap dalam masyarakat.
Berdasarkan data dari Direktori Perusahaan Industri Kementerian
Perindustrian, terdapat 50 industri kecap di Indonesia yang tersebar di
berbagai daerah. Gambar 2 menunjukkan sebaran industri kecap di
Indonesia dengan jumlah industri kecap terbanyak di Jawa Barat
sejumlah 22 industri.
Bila dilihat dari wujud kedelai yang diekspor selama tahun 2004-
2008 adalah sebagian besar atau lebih dari 80% dalam bentuk kedelai
olahan, dimana berdasarkan volume ekspor 2008 sebesar 88,63%
( 7,99 ribu ton) ekspor Indonesia dalam bentuk olahan dengan
kontribusi nilai ekspor sebesar 82,97% (US$ 6,85 juta).
Bila dilihat lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmonized Sistem)
ekspor kedelai tahun 2008 sebagian besar dalam wujud kecap manis
(HS 2103100010) sebesar 80,67% dari total nilai ekspor kedelai atau
US$ 6,66 juta, 17,03% kedelai segar lainnya (HS 1201009000) atau
US$ 1,41 juta dan 2,07% tepung kedele lainnya (HS 1208900000) atau
US$ 171 ribu.
Bila ditelusuri lebih jauh negara tujuan ekspor utama kedelai
segar lainnya (HS 1201009000) tahun 2008 sebesar 86,17% ke Jepang,
9,60% ke Korea dan 2,01% ke Singapore sementara negara tujuan
ekspor kecap (HS 2103100000) terbesar adalah ke negara Australia
sebesar 26,49%, 13,87% ekspor ke Saudi Arabia, 12,59% ekspor ke
Belanda, 9,80% ke USA dan 6,36% untuk ke Malaysia (Meutia, 2015).
DAFTAR PUSTAKA