PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mikroorganisme yang tumbuh
pada tiap ruang pengolahan yang berbeda-beda.
1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAU PUSTAKA
2.1 Kapang
Kapang adalah mikroba yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutriennya
secara autotrof, sehingga hidup secara saprofit atau parasit pada organisme lain.
Kapang dapat tumbuh di berbagai substrat, terutama yang mengandung
karbohidrat dan dapat hidup pada kondisi asam. Bahan pangan alami yang telah
terkontaminasi kapang dapat mengalami penurunan kualitas, baik rasa, gizi,
tekstur, dan menghasilkan racun yang menyebabkan bahan pangan tersebut
berbahaya untuk dikonsumsi. Kapang cenderung untuk tumbuh di daerah yang
gelap dan lembab. Kapang bereproduksi secara aseksual ataupun seksual melalui
spora. Kapang dan khamir merupakan penyebab pembusukan makanan. Beberapa
kapang menghasilkan mikotoksin yang mampu menyebabkan keracunan tingkat
akut atau kronis. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan
struktur hifa yaitu hifa tidak bersekat atau non septat dan hifa bersekat atau septat
yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyai
satu atau lebih inti sel atau nucleus(Ahmad RZ. 2018).
2.2. Khamir
Khamir merupakan jamur mikroskopis, eukariotik dan uniseluler. Ukuran
sel khamir pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri. Khamir
memiliki dua mekanisme reproduksi yaitu reproduksi seksual dan aseksual.
Semua khamir dapat berkembang biak secara aseksual, tetapi tidak semua khamir
dapat melakukan reproduksi seksual. Khamir yang hanya dapat bereproduksi
secara aseksual masuk dalam kelas Deuteromycetes atau jamur imperfecti.
Khamir melakukan reproduksi aseksual dengan cara bertunas (budding),
pembelahan langsung atau dengan hifa. Sebagian besar khamir melakukan
reproduksi seksual dengan membentuk asci, yang mengandung askospora haploid
dengan jumlah bervariasi antara satu hingga delapan askospora. Askospora dapat
menyatu dengan nukleus dan membelah seiring dengan pembelahan vegetatif,
tetapi beberapa khamir memiliki askospora yang menyatu dengan askospora
lain(Simbolon,N.C.et,.al.2018).
2 Universitas Sriwijaya
2.3. PCA
Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard
Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme
yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis
bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air
limbah dan sampel-sampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode
Total Plate Count (TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu
media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan
menjadi padat. Plate Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh
Buchbinder, Baris, dan Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari American
Public Health Association (APHA). Penggunaan Plate Count Agar (PCA) sebagai
media untuk menghitung jumlah total dari bakteri sudah dilakukan sejak lama.
Sekarang industri-industri seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan
limbah sudah menerapkan perhitungan jumlah total bakteri pada sampel mereka
sesuai dengan standar yang ada menggunakan Plate Count Agar (PCA)
(Sukmawati,2020).
2.4. PDA
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5
sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25-30°C. Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi
sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose
dan agar). Media PDA biasanya berbentuk instan namun harganya mahal,
higriskopis, dan hanya diperoleh pada tempat-tempat tertentu saja. Media potato
dextrose agar (PDA) berfungsi sebagai media tumuh kapang (jamur) dan khamir.
Selain itu PDA digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel
atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup
yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan
bakteri(Arta dan Sri.2017).
3 Universitas Sriwijaya
BAB 3
METEDOLOGI PRAKTIKUM
4 Universitas Sriwijaya
7. Lakukan pembahasan dari hasil pengamatan diatas.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah :
Tabel 1. Hasil pengamatan
5 Universitas Sriwijaya
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai uji kontaminasi udara ruang
pengolahan. Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan
(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Sumber penyebab polusi
udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan
dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi bangunan, suhu,
kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Kontaminasi yang berasal
dari dalam ruang banyak terjadi pada kelembaban antara 25-75%. Pada
kisaran ini spora jamur akan meningkat dan terjadi peningkatan pertumbuhan
jamur, dan sumber kelembaban di dalam atau disekitar ruangan misalnya
tandon air dan bak air di kamar mandi. Salah satu jenis kapang patogen yang
sering mencemari udara di dalam ruangan adalah Aspergillus. Dari hasil
praktikum dapat diketahui bahwa kontaminasi udara yang paling besar terjadi
pada laboratorium AHP yaitu 68 PCA. Alasannya karena laboratorium AHP
suhu dan kelembapan ruangan tersebut yang kurang steril.
Sebelum dilakukaan kontak dengan udara ruang pengolahan, media harus
diinkubasi. Proses ini dilakukan di incubator pada suhu 30°C tujuannnya
untuk menumbuhkan miselia setelah eksplan atau spora ditanam di dalam
media PCA dan PDA. Secara alami udara tidak mengandung mikroorganisme,
tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara
mengandung berbagai mikroba. Densitas mikroorganisme udara menyatakan
jumlah mikroba yang jatuh pada permukaan agar per cm2 selama satu jam.
Satuan densitas dinyatakan dalam g/cm2. Perhitungan densitas sangat
dipengaruhi oleh luas cawan dan lamanya kontak cawan dengan udara tempat
uji dilakukan. Luas cawan petri yang berbentuk lingkaran dapat dihitung
dengan mengukur diameter tiap cawan yang digunakan.Mikroorganisme
misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita saluran infeksi dan lain -
lain(Rizki dan Rebriarina.2019).
6 Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
7 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad RZ. 2018. Media Tapioka Untuk Preservasi Kapang Yang Bermanfaat
Untuk Veteriner. Jurnal Mikologi Indonesia. Vol. 2 (1):1–6.
Artha Octavia, Sri Wantini. 2017. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus
Flavus Pada Media PDA(Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif dari
Singkong(Manihot esculentaCrantz). Jurnal Analisis Kesehatan.
Vol.6(2):625-631.
Azzahra Pratidina, Yusniar Hanani Darundiati, Hanan Lanang Dangiran. 2017.
Hubungan Higiene Dan Sanitasi Dengan Kontaminasi Escherichia Coli
Pada Jajanan Pedagang Kaki Lima Di Sekolah Dasar Kelurahan Pendrikan
8 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR
Hari ke-1
9 Universitas Sriwijaya
Hari ke-2
10 Universitas Sriwijaya