Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO 

Pengantar Teknik-teknik Pengelolaan Risiko

Dosen Pengampu: 

Fitri,SE.,MM

Oleh: 

Kelompok 5: 

Meligayatri (1802110899) 

Indah Purnama Yanti (1802110550) 

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 

JURUSAN MANAJEMEN 

UNIVERSITAS RIAU 

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat
serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membimbing umatnya di jalan yang benar.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari mata kuliah Manajemen
Resiko yang berjudul “Pengantra Teknik-teknik Pengelolaan Risiko”.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
kami penyaji makalah. Penulis juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis,

Pekanbaru, April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II ............................................................................................................................. 2

A. Teknik-teknik Manajemen Risiko........................................................................ 2


B. Eksposur Risiko dan Pengendalian Risiko .......................................................... 2
C. Penghindaran Risiko............................................................................................. 4
D. Risk Retention...................................................................................................... 5
E. Risk Transfer........................................................................................................ 6
F. Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko............................................... 8
G. Pengendalian Risiko............................................................................................. 9
H. Studi Kasus ........................................................................................................ 13

BAB III ......................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan
istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat
yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang
sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya
membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi
jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini
juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama
mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Alternatif Manajemen Risiko?
2. Bagaimana Keputusan Memilih Alternatif Manajemen Risiko?
3. Bagaimana Cara Pengendalian Risiko?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui apa alternatif manajemen risiko
2. Untuk mengetahui keputusan memilih alternatif manajemen risiko
3. Untuk mengetahui pengendalian risiko

1
BAB II

ISI

A. TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN RISIKO


PT.Kelana merupakan perusahaan taksi dengan armada taksi sekitar 200
mobil. Sebagai bagian dari operasi taksi, PT.Kelana menghadapi risiko seperti
kecelakaan mobil, tabrakan kecil, pencurian bagian mobil(misal spion). PT.Kelana
memutuskan untuk menahan atau menanggung risiko tersebut (risk retention).
PT.Kelana memutuskan untuk tidak membeli asuransi untuk mengcover risiko
tersebut. Sebagai gantinya, PT.Kelana mencadangkan dana sebesar tertentu secara
periodik (1% dari total penjualan tahunan) yang bisa dipakai untuk mendanai
kerugian jika risiko tersebut muncul (misal memperbaiki mobil yang rusak karena
kecelakaan). PT.Kelana juga membuat aturan dan prosedur yang ketat untuk
menekan kemungkinan munculnya risiko tersebut. Misal melalui training terhadap
pengemudi taksi (memarkir di tempat yang aman , tidak boleh ngebut, dan
sebagainya.
Jika suatu organisasi menghadapi risiko, alternatif apa saja yang bisa
dilakukan oleh organisasi? Bab ini membicarakan beberapa alternatif untuk
mengelola risiko. Ilustrasi di atas menunjukan alternatif pengelolaan risiko yang
bisa diambil. PT Kelana memutuskan untuk menanggung sendiri (menahan, atau
risk retention) risiko yang dihadapinya. PT Kelana juga melakukan pengendalian
risiko (risk control) melalui program pelatihan terhadap pengemudinya untuk
mengurangi kemungkinan risiko tersebut.
Beberapa alternatif bisa dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi, yaitu :
1. Pengihdaran risiko (Risk avoidance)
2. Pengendalian risiko (Risk control)
3. Penanggungan atau penahanan risiko(Risk retention)
4. Pengalihan risiko (Risk transfer)
Organisasi bisa memilih salah satu alternatif tersebut atau menggabungkan
beberapa alternatif di atas. Jika memilih untuk menggunakan beberapa alternatif,
maka organisasi harus menentukan kombinasi alternatif pengelolaan risiko yang
optimal.

B. EKSPONSUR RISIKO DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN RISIKO


Pengendalian risiko mempunyai peranan penting dalam manajemen risiko.
Eksposur terhadap risiko yang tinggi, jika diimbangi dengan pengendalian risiko
yang baik, akan mengurangi atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

2
Sebagai ilustrasi, misalkan ada perusahaan Indonesia yang begerak di
bidang konstruksi (kontraktor). Perusahaan tersebut ditawari pekerjaan di Irak
(TAHUN 2008, Irak masih di bawah pendudukan Amerika Serikat, banyak
serangan bom dari pemberontak). Bagaimana evaluasi eksposur risiko tersebut?
Risiko inheren yang dihadapi perusahaan tersebut, jia beroperasi di Irak, adalah
sangat besar. Mereka bisa kena serangan bom, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karena itu risiko inheren perusahaan tersebut masuk dalam kolom High.
Bagaimana dengan sistem pengendalian risikonya? Sebagai perusahaan kontraktor
yang tidak mempunyai pengalaman dalam perang atau menghadapi serangan
bersenjata, sistem pengendalian risiko perusahaan tersebut bisa dikatakan lemah
(baris pertama). Gabungan dari risiko inheren tinggi dengan sistem pengendalian
risiko rendah menghasilkan profil risiko yang tinggi. Untuk perusahaan tersebut,
strategi yang optimal barangkali tidak mengambil tawaran tersebut.
Sebagai ilustrasi lain, misal ada perusahaan keamanan profesional dari
Amerika Serikat, yang juga menyediakan jasa tentara bayaran. Perusahaan
tersebut memperoleh tawaran pekerjaan di Irak. Bagaimana evaluasi terhadap
profil risiko tawaran tersebut? Sama seperti di atas, risiko inheren yang dihadapai
oleh perusahaan tersebut sangat besar. Mereka bisa kena serangan bom setiap saat.
Bagaimana dengan sistem pengendalian risikonya? Karena perusahaan keamanan
yang profesional, mempunyai tentara bayaran yang terlatih, sistem pengendalian
mereka terhadap risiko perang cukup baik. Misalkan sistem pengendalian risiko
mereka masuk dalam kategori strong (kuat). Gabungan dari risiko inheren yang
tinggi dengan sistem pengendalian risiko yang kuat adalah profil risiko moderate
in high. Strategi yang optimal barangkali adalah mengambil tawaran tersebut, dan
memperoleh keuntungan dari tawaran tersebut. Risiko yang dihadapi sangat
tinggi, tetapi pengendalian risiko yang kuat bisa mengoptimalkan profil risiko
yang dihadapi.

3
C. PENGHINDARAN RISIKO
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan
tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan
saja perusahaan mempunyai dua pilihan untuk gudangnya, satu di daerah rawan
banjir, yang lainnya di daerah aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal
harga sewanya sama), perusahaan seharusnya memilih gedung yang di daerah
aman banjir. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaan
secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan.
Dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang
berkaitan dengan aktivitas tersebut. Karena itu risiko semacam itu tidak bisa
dihindari.

D. RISK RETENTION
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahan menanggung
sendiri risiko yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika
risiko benar-benar terjadi, perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk
menanggung risiko tersebut.
Contoh taksi PT Kelana pada bagian awal bab ini menunjukkan bahwa PT
Kelana memilih untuk menahan risiko operasi kendaraannya. Dalam contoh
tersebut PT Kelana secara sadar merencanakan untuk menahan risiko tersebut.
a. Penahanan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana.
Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian
memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahan
tersebut menahan risiko dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan
tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya. Perusahaan tidak
melakukan apa-apa. Dalam situasi tersebut perusahaan menahan risiko
dengan tidak terencana. Sebagai contoh, suatu perusahaan membuat
produk tertentu. Tapi perusahaan tersebut tidak menyadari baha produk
tersebut bisa memunculkan risiko gugatan oleh konsumen terhadap
perusahaan. Perusahaan secara tidak terencana menahan risiko gugatan
tersebut.
b. Pendanaan risiko yang ditahan
Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika
perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk
mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut muncul, maka risiko tersebut
tidak di danai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan
pilihan yang masuk akal. Sebagai contoh, supermarket tidak mendanai
risiko pencurian oleh pembeli supermarket. Supermarket tersebut
beranggapan baha pencurian oleh pembeli merupakan bagian dari bisnis
supermarket sehingga tidak perlu pendanaan yang khusus. Pencurian
4
tersebut bisa dimasukkan ke dalam biaya operasional. Tetapi jika kerugian
yang timbul akibat risiko tersebut sangat besar, maka perusahaan bisa
mengalami kesulitan jika harus membiayai kerugian tersebut.
Dalam situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut.
Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana
cadangan, selfinsurance, dan captive insurers.
 Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang
ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu. Dalam
contoh di bagian awal, PT Kelana menyisihkan dana sebesar 1% dari
pendapatan untuk membiayai kerugian akibat kecelakaan mobil
taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah persoalan akuntansinya, yaitu
apakah memungkinkan atau tidak, jika memungkinkan bagaimana
aturan dan nama rekening untuk dana cadangan kerugian semacam itu.
Perusahaan bisa juga menyiapkan dana cadangan dalam bentuk
memegang aset yang likuid (misal kas) yang disiapkan untuk
membiayai kerugian jika risiko terjadi. Perusahaan jug abisa
membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga jika terjadi
kerugian , perusahaan bisa memperoleh dana dari pasar keuangan,
meskipun biasanya bank tidak memberikan pinjaman untuk kerugian
akibat terjadinya risiko (misal akibat kebakaran).
 Self-insurancedan Captive Insurers
Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi
semacam asuransi untuk internal perusahan sendiri (self-insurance).
Meskipun da keberatan karena istilah self-insurancedi sini tidak
mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko masih
berada di perusahaan. Dengan self-insurance, perhitungan dilakukan
lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus
disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian
yang terjadi lebih besar dari tanggungan maksimum, bisa dialihkan ke
pihak luar (misal diasuransikan). Self-insurance bisa dilakukan jika (1)
eksposur di perusahaan cukup besar, sehingga skala ekonomisnya bisa
tercapai, (2) Risiko bisa diprediksi dengan baik.
Captive insurer dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan
asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam
perusahaan bisa diasuransikan ke captive insurer tersebut. Captive
insurer tersebut juga bisa menjual asuransi ke pihak eksternal
(perusahaan lain). Timbul pertanyaan apakah manfaat captive insurers
semacam itu, karena risiko tidak di transfer ke pihak luar? Risiko
masih di tanggung sendiri oleh perusahaannya. Ada beberapa alasan
kenapa captive insurers menjadi menarik, diantaranya: (1) di beberapa
negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga mnguntungkan
untuk membuat captive insurers (pajak bisa dibayarkan lebih kecil), (2)
kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan
dengan pihak internal. Kadang-kadang manajer captive insurers

5
sekaligus menjadi manajer risiko perusahaan.Dalam hal ini, asimetri
informasi dan problem keagenan yang terjadi antara pihak internal
dengan eksternal bisa dihilangkan. Sebagai premi yang dibayarkan
tidak akan lebih mahal dibandingkan dengan kalau membeli asuransi
dari pihak luar.

E. RISK TRANSFER
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak
lain (mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut basanya mempunyai
kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala
ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau
karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Risk
transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara:
a. Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum,
khusunya untuk risiko murni (pure risk). Asuransi adalah kontrak
perjanjianantara yang diasuransikan (insured) dan perusahan asuransi
(insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian
yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer)
memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.
Empat hal diperlukan dalam transaksi asuransi : (1) perjanjian
kontrak, (2) pembayaran premi, (3)tanggungan (benefit) yang dibayarkan
jika terjadi kerugian, seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4)
penggabungan (pool) sumber daya oleh perusahaan asuransi yang
diperlukan untuk membayar tanggungan.
Bisnis asuransi didasarkan pada prinsip mengumpulkan (pool)
sumber daya, bukannya menggumpulkan risiko. Melalui premi yang
diterima oleh perusahaan asuransi, perusahaan bisa mengumpulkan sumber
daya, sehingga bisa memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Penggabungan resiko untuk memperkecil probabilitas
ketidakmampuan membayar kewajiban masyarakat hubungan yang rendah
(atau negatif) sehingga risiko tersebut akan saling menghilankan.
Penggabungan risiko semacam itu merupakan prinsip diversifikasi,
bukannya asuransi.
Risiko yang bisa ditanggung oleh asuransi cukup beragam. Berikut
ini beberapa contoh risiko-risiko tersebut: (1) Risikokecelakaankerja, (2)
Risiko kematian, (3) Risiko tabungan tidak terbayar oleh bank (asuransi
deposito), (4) Risiko kebakaran atau kerusakan property.
b. Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko
kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui

6
transaksi instrument keuangan. Sebagai contoh, perusahaan Indonesia
mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan utang dalam dolar AS tiga
bulan mendatang. Perusahaan tersebut menghadapi risiko turunnya nilai
rupiah terhadap dolar AS, atau naiknya nilai dolar AS terhadap rupiah.
Jika hal tersebut terjadi, maka perusahaan tersebut harus menyediakan
rupiah yang lebih banyak, dan bisa menyebabkan perusahaan tersebut
mengalami kesulitan keuangan (ingat kasus perusahaan Indonesia yang
mempunyai utang dalam dolar, kemudian bangkrut ketika rupiah jatuh
nilainya terhadap dolar pada saat krisis ekonomi tahun 1997)
Untuk menghindari risiko turunnya nilai rupiah terhadap dolar,
perusahaan tersebut bisa melakukan hedging dengan beberapa cara, misal
membeli kontrak (forward $ atau futures $ dengan posisi long. Forward $
atau Futures dolar merupakan instrument keuangan yang dinamakan
instrument derivatif. Strukturpay-off dari instrument derivative berodolar
forward atau futures $ long adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah
terhadap dolar maka pemilik kontrak tersebut akan memperoleh
keuntungan. Keuntungan tersebut bisa dipakai untuk mengkompensansi
kerugian dari posisi awalnya (kewajiban untuk menyediakan dolar tiga
bulan mendatang).
Dengan demikian cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu
jika kita rugi karena risiko tertentu, kita memperoleh kompensasi dari
kontrak lainnya. Jika diasuransi, asuransi diberikan oleh perusahaan
asuransi. Sedangkan untuk hedging dengan instrument derivatif,
kompensasi diberikan oleh pihak lain (counter party) yang menjual kotrak
derivatif tersebut.
c. Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan
alternatif transfer risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam
perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban
tersebut tidak akan sampai kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian
risiko perusahaan ditransfer kepihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur
(pemegang utang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan
pemegang utang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan
tingkatan yang berbeda.
Pemegang utang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut,
asetnya dijual, hasil penjualan asset tersebut akan diberikan kepada
pemegang utang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa
memperoleh bagiannya. Tetapi kewajiban pemegang saham tidak akan
sampai pada harta pribadinya. Secara umum, mekanisme semacam itu
yang terjadi, meskipun dalam situasi khusus, kewajiban pemegang saham
bisasampai kekekayaan pribadinya.

7
d. Teknik Lainnya
Selain teknik transfer risiki yang disebutkan diatas, ada banyak
teknik transfer risiko lainnya. Berikut ini bebesrapa contoh bagaimana
teknik transfer risiko bisa digunakan dalam situasi tertentu. Misal
perusahaan penjual computer notebook ingin menghindari risiko
perusahaan kurs. Biasanya computer notebook  diimpor atau banyak
komponennya yang diimpor dari luar negeri. Jika harga ditetapkan dalam
rupiah ,maka harga akan berfluktusi mengikuti perusahaan kurs. Jika
rupiah melemah terhadap dolar, maka harga notebook akan naik, dan
sebaliknya. Fluktuasi harga tersebut membuat ketidakpastian menjadi
tinggi. Penjual computer notebook biasanya mentransfer risiko perusahaan
kurs kepembeli dengan cara menetapkan harga notebook dalam dolar AS
rupiah.

F. KEPUTUSAN MEMILIH ALTERNATIF MANAJEMEN RISIKO


Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering
dengan severity yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif
yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi
mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif
yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan bisa berpikir
untuk menghidari risiko tersebut. Tabel berikut ini meringkaskan alternatif risiko
tersebut.

Beberapa ilustrasi bisa diberikan disini. Risiko kecelakaan mobil dari


perspektif individu mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang
tinggi. Untuk risiko semacam itu, alternatif ditransfer merupakan alternatif yang
optimal. Karena itu akan lebih jika individu membeli auransi kecelakaan mobil
dibandingkan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan
badai mempunyai ciri frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk jenis
risiko tersebut, alternatif transfer risiko merupakan alternatif yang optimal.

8
Tentunya besar kecil severity dan frekuensi bersifat relatif, tergantung dari
sudut pandang tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar Rp 1 miliar bagi
perusahaan kecil akan terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar, angka
tersebut merupakan angka yang kecil. Disamping itu, alternatif-alternatif tersebut
tidak saling menghilangkan. Perusahaan bisa menggunakan kombinasi alternatif
risiko. Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan kerugian dari kebakaran
diatas angka Rp 1 miliar. Dibawah angka tersebut, perusahaan bersediah
menanggung (menahan) risiko tersebut. Perusahaan berarti menggunakan
alternatif menahan dan sekaligus mentransfer risiko.
Disamping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi
dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatif-
alternatif risiko seperti terlihat berikutini. Untuk alternatif menahan risiko, maka
pengendalian risiko menjadi penting dilakukan. Pengendalian risiko yang baik
bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak.
Untuk alternatif mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa menurunkan harga 
yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut. Sebagai contoh, perusahaan bisa
mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan dengan jalan memasang
alarm kebakaran dan tabung pemadam kebakaran dibangunan tersebut. Jika hal
tersebut dilakukan, premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan. Bagian
berikut ini membicarakan pengendalian risiko.

G. PENGENDALIAN RISIKO
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan
pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity,
pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian,
mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap
karateristik risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada
beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori
dibicarakan dalam bagian ini yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga
Bab 4 mengenai identifikasi dan pengukuran risiko).
a. Teori Domino (Heinrich, 1959)
Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan tahap seperti
digambarkan dalam kartu domino berikut ini. Jika satu kartu jatuh, maka akan
mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir
jatuh (ingat permainan merubuhkan deretan kartu domino.
Ada lima tahap yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :
1. Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga
gampang marah)
2. Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak
menpunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu
9
3. Unsafe act or physical hazard (tindakan yang berbahaya atau kondisi fisik
yang berbahaya)
4. Kecelakaan
5. Cidera.
Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang di alami seseorang.
Misalkan orang itu mempunyai temperamen tinggi karena tumbuh dewasa di
lingkungan keras ( factor pertama). Kemudian orang tersebut tidak
mendengarkan saran orang lain atau tidak suka memperhatikan kondisi
sekitarnya (factor kedua). Kemudian orang tersebut bekerja di lingkungan
mesin atau bangunan yang rentan terhadap munculnya resiko kecelakaan kerja
(factor ketiga). Tiga factor tersebut cukup potensial untuk memmunculkan
terjadinya kecelakaan. Misalkan kecelakaan terjadi, dan orang tersebut ( dan
barangkali orang lain di sekitar) mengalami cidera.
b. Rantai Risiko (Risk Chain)
Menurut Mekhofer, 1987 ,risiko yang muncul bias di pecah kedalam
beberapa komponen:
1. Hazard  (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)
2. Lingkungan di mana hazard   tersebut berada
3. Interaksi antara hazard   dengan lingkungan
4. Hasil dari interaksi
5. Konsekuensi dari hasil tersebut
Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar (missal
kertas) terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah
lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan
menggunakan minyak tanah meningkatkan resiko kebakaran (hazard).
Interaksi antar gudang dengan kompor didalamnya akan semakin
meningkatkan resiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran (factor
keempat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang sangat
signifikan
Dengan melihat komponen resiko tersebut, manajer resiko bias
mnegatasi resiko malalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh diatas,
kompor minyak tanah bias di ganti dengan kompor listrik. Lingkungan bias di
buat lebih tahan terhadap munculnya resiko, misalnya dengan menyingkirkan
bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan kompor listrik dan lingkungan
yang bersih dari bahan yang mudah terbakar, interaksi antara keduanya
menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi. Konsekuensi dari hasil
( kebakaran dalam hal ini ) yang berupa kerugian bias dikurangi missal dengan
membuat tembok lebih tahan api., sehingga kebakaran pada ruang tersebut
tidak akan mudah menjalar keruang lainnya.
c. Fokus dan Timing Pengendalian Resiko
1. Focus Pengendalian Resiko

10
Pengendalian resiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi
kemungkinan (probability), munculnya resiko dan mengurangi keseriusan
(severity), konsekuensi resiko tersebut. Sebagai contoh mengganti kompor
minyak tanah dengan kompor listrik bisa mengurangi kemungkinan
mengurangi resiko kebakaran. Memakai peralatan pengaman selama bekerja
bisa mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Sebaliknya, memasang alat pemadam kebakaran di gedung merupakan
suatu usaha untuk mengirangi keseriusan resiko. Perhatikan bahwa alat
pemadam kebakaran tidak mencegah terjadinya kebakaran, tetapi kebakaran
bisa dengan cepat di padamkan, sehingga kerugian akibat kebakaran tersebut
bisa diminimalkan. Memasang airbag (kantong udara) di mobil merupakan
contoh untuk mengurangi severity kecelakaan mobil. Perhatikan bahwa
kantong udara tersebut tidak mencegah terjadinya kecelakaan.
Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplivation) merupakan dua
bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan resiko. Contoh pemisahan
adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakan kerja,
karyawan yang menjadi korban akan terbatas. Contoh lain ,perusahaan
mempunyai aturan direktur utama dan wakil direktur tidak boleh berada pada
satu pesawat terbang. Jika terjadi kecelakaan pada salah satu pesawat terbang,
maka yang lain masih bisa hidup dan menggantikan yang lainnya. Duplikasi
dilakukan dengan cara menyimpan produk yang serupa atau mirip di temapat
yang terpisah. Sebagai contoh, kita barangkali akan menyimpan fike di
bebrapa tempat, di hard-disk FC kita di kantor, di hard-disk note book kita ,
dan flash disk atau CD. Jika salah satu file mengalami kerusakan atau
serangan virus, file di tempat lain masih bisa di selamatkan.
Tentunya kita bisa menggunakan metode untuk mengurangi
kemungkinan munculnya resiko dengan pengurangan severity secara
bersamaan. Sebagai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam
pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman.Dengan metode baru tersebut,
dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal-
praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan
terjadi
2.  Timing  Pengendalian Risiko
Dari sisitiming (waktu) , pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum,
selama, dan sesudah resiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa
melakukan timing untuk karyawanya mengenai peraturan, prosedur, dan
teknik untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena aktifitas tersebut
dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut
merupakan aktivitas sebelum resiko terjadi.
Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya resik.
Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang
jika terjadi kecelakaan. Pengendalian resiko bisa juga di lakukan setelah resiko

11
terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa mengelola analisisa dari bangunan
yang terbakar, atau memperbaiki mobil.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan
pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua dimensi, probabilitas dan severity,
pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian,
mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya.
Agar bisa mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap karateristik
risiko diperlukan. Dalam upaya memahami risiko tersebut ada beberapa teori yang
ingin menelusuri penyebab munculnya risiko. Dua teori dibicarakan dalam bagian ini
yaitu teori domino dan teori rantai risiko (lihat juga Bab 4 mengenai identifikasi dan
pengukuran risiko).

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. M. (2014). Risiko, Proses Manajemen Risiko dan Enterprise Risk


Management. EKMA4262/Modul 1.

14

Anda mungkin juga menyukai