Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Memperkirakan Waktu Post Mortem dengan Teknik Entomologi

Ahli patologi forensik menggunakan beberapa metode yang lazim

digunakan dalam membuat perkiraan saat kematian adalah pengukuran

penurunan suhu tubuh (algor mortis), interpretasi lebam (livor mortis) dan kaku

mayat (rigor mortis), interpretasi proses dekomposisi, pengukuran

perubahan kimia pada vitreous, interpretasi isi dan pengosongan lambung.

Akan tetapi, parameter medis tersebut sering dipengaruhi oleh banyak

variabel lain, yang sampai sekarang masih tidak diketahui dengan pasti dan

parameter medis tersebut dinilai sedikit atau bahkan tidak dapat dipergunakan

sama sekali bila lama kematian sudah lebih dari 72 jam. Setelah melewati waktu

lebih dari 72 jam, bukti entomologis merupakan bukti yang paling akurat dan

merupakan satu-satunya metode yang tersedia untuk menentukan lama waktu

kematian. Walaupun parameter medis sering digunakan untuk

memperkirakan lama kematian yang baru terjadi dalam beberapa jam,

dalam keadaan normal serangga selalu tertarik dengan jasad tubuh

segera setelah kematian, sehingga serangga juga dapat digunakan dalam

memperkirakan waktu awal setelah kematian.

17
18

4.1.1. Dasar Penggunaan Serangga sebagai Indikator Memperkirakan

Waktu Kematian.

Tubuh yang membusuk merupakan mikrohabitat yang baik sebagai

sumber makanan bagi beberapa organisme seperti bakteri, jamur, hewan

pemakan bangkai. Dalam hal ini serangga merupakan yang paling

dominan. Serangga yang terdapat pada mayat biasanya menunjukkan

spesies tertentu yang hidup pada daerah tertentu. Sebagai contoh, di

Hawaii, terdapat satu spesies yang hanya ada di daerah tersebut, begitu

juga di daerah tropis. Namun dengan perkembangan zaman, perpindahan

spesies dapat terjadi dengan mudah. Sehingga spesies yang awalnya

ditemukan di satu daerah, dapat ditemukan juga di daerah lain. Serangga

yang tertarik pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi

empat kelompok :

1. Spesies Necrofagus

Ini merupakan spesies yang biasanya memakan jaringan tubuh

mayat. Yang termasuk dalam spesies ini Diptera (Caliiphoridae dan

Sarcophagidae) dan Coleoptera (Silphidae dan Dermestidae). Spesies

dalam kelompok ini adalah yang paling signifikan untuk

memperkirakan waktu kematian selama stadium awal

pembusukan.
19

2. Parasit dan predator yang memakan spesies necrofagus

Kelompok ini adalah kelompok kedua terbanyak yang ditemukan

pada mayat. Yang termasuk kelompok ini adalah Coleoptera

(Silphidae, Staphylinidae dan Histeridae), Diptera (Calliphoridae dan

Stratiomyidae) dan parasit Hymenoptera. Larva Diptera, yang

merupakan necrofagus pada awal perkembangannya akan menjadi

predator pada akhir perkembangannya.

3. Spesies Omnifora

Yang termasuk kategori ini adalah semut, tawon dan beberapa

kumbang yang memakan jaringan tubuh mayat serta serangga tertentu.

Dalam jumlah besar mereka dapat menurunkan waktu pembusukan

dengan memakan spesies necrofag.

4. Spesies lainnya

Kategori ini termasuk spesies yang menggunakan mayat sebagai

habitat mereka, seperti pada kasus Collembola, laba-laba dan

kelabang. Kategori ini meliputi Acari pada famili Acaridae,

Lardoglyphidae, Winterschmidtiida, yang memakan jamur yang

tumbuh pada mayat. Dan juga berhubungan dengan Gamasida dan

Actinedida, termasuk Macrochelidae, Parasitidae, Parholaspidae,


20

Cheyletidae dan Raphignathidae yang memakan kelompok Acarine

dan Nematoda.

4.1.2. Kolonisasi pada Jasad

Jasad dari suatu hewan atau manusia merupakan sumber

nutrisi yang memfasilitasi perubahan ekosistem yang cepat.

Dalam hitungan menit atau bahkan detik setelah kematian,

serangga (terutama blow flies) akan hinggap di jasad untuk membentuk

koloni. Seiring dengan proses dekomposisi, jasad semakin tidak

menarik bagi koloni yang pertama dan menarik serangga lainnya.

Perubahan biologis, kimia dan fisik akan menarik serangga lain dan

mengubah komposisi koloni yang akan terus terjadi hingga tidak ada

nutrisi yang dapat digunakan dari jasad. Jenis serangga yang akan

membentuk koloni pada jasad dipengaruhi oleh keadaan nutrisi pada

jasad, keadaan geografis, habitat, musim, kondisi meteorologis.

Selain itu, juga dapat memperkirakan waktu kematian berdasarkan

adanya fakta bahwa serangga yang ditemukan pada tubuh akan

berganti seiring berjalannya waktu dan terjadinya proses pembusukan.

Tidak hanya jenis serangga pada tubuh mayat saja yang dapat digunakan

untuk menentukan waktu kematian, jika tubuh mayat terbaring pada tanah

untuk beberapa periode waktu, serangga dan hewan tidak bertulang

belakang lainnya yang ada pada tanah di bawah mayat tersebut juga akan
21

berganti. Jumlah spesies akan berkurang setelah komunitas baru dari

spesies lain berkembang. Pengetahuan tentang kejadian ini dapat

memungkinkan para entomologis untuk memperkirakan seberapa

lama tubuh terbaring pada lokasi ditemukannya. Benda – benda lain

yang dapat digunakan untuk kepentingan entomologis antara lain adalah

kulit larva, feses dan membrana peritropik yang berasal dari Coleoptera :

Dermestidae. Membran peritropik memberi garis pada bagian perut dari

serangga dan terbuang bersamaan ketika serangga tersebut defekasi pada

kasus – kasus terkadang dapat ditemukan dilokasi sekitar jasad hingga

bertahun – tahun.

Tabel Diatas Menunjukan Waktu Untuk Dewasanya Blowfly Sesuai Dengan Temperatur

Lingkungannya
22

4.2. Pengumpulan Bukti Entomologis pada TKP

Bukti – bukti entomologis yang diambil harus berasal dari lokasi kejadian.

Pada suatu kasus yang besar, setiap sentimeter dari lantai harus diperiksa dengan

teliti dan setiap bukti potensial harus difoto, dibuat sketsanya dan dikumpulkan.

Sebelum bukti entomologis diambil dari lokasi, lingkungan di sekitar lokasi

harus diamati dan difoto terlebih dahulu.

Deskripsi hasil juga meliputi:

1. Daerah geografi: kota, desa, alamat jika ada, dan lain sebagainya

2. Tipe Habitat: gurun, hutan, di dalam apartmen, daerah kumuh, padang

rumput dan lain sebagainya.

3. Area : berbatu, pegunungan, atau dataran rendah

4. Tipe vegetasi: tanaman yang ada, jika spesifik dikirim ke botanis

5. Tipe tanah: berpasir, berkerikil, berlumpur, atau artificial (semen, batu-

batuan dan lain sebagainya)


23

Deskripsi tentang mayat termasuk:

1. Jenis kelamin, berat badan, tinggi badan

2. Ada atau tidaknya pakaian dan deskripsi tentang pakaian.

3. Postur mayat: duduk, berbaring, tengkurap dan lain sebagainya

4. Benda benda di sekitar mayat: terbungkus, tertutup dengan tanaman.

5. Kerusakan fisik: luka terbuka, memar dan daerah kerusakan.

6. Penyebab kematian

7. Stadium pembusukan

8. Serangga yang ditemukan, jika memungkinkan termasuk fotografi lengkap.

Dicatat juga data tentang iklim yang lengkap tiap jam. Perkembangan

serangga berupa aktivitas dewasa, termasuk penetasan telur dan perkembangan

imatur. Juga dicatat hal-hal yang aneh ditemukan pada TKP. Jika terdapat

konsentrasi belatung, temperatur pada setiap konsentrasi harus dihitung dengan

cara meletakkan termometer secara perlahan diatas konsentrasi belatung,

kemudian tekan dengan lembut pada permukaan. Hal ini akan mengakibatkan

belatung-belatung bergerak di sekitar termometer sehingga mengurangi

kemungkinan kerusakan pada jasad.

4.3. Pengumpulan Bukti Blow Flies

Perkembangan blow flies adalah bukti entomologis yang paling penting

untuk menentukan waktu kematian pada hari pertama dan seminggu


24

setelah kematian. Setiap stadium sangat penting. Berikut adalah

ringkasan teknik mengumpulkan bukti entomologis blow flies.

4.3.1 Telur

Lokasi : Dekat luka dan orifisium

Koleksi hidup : Simpan setengah dari sampel untuk keperluan identifikasi

nanti letak dalam vial diatas potongan hati sapi dan tutup

menggunakan 2 lapis handuk dan ikat menggunakan karet

pengikat. Tulis pada vial tempat dan waktu pengambilan

sampel.

Koleksi cadangan: Simpan setengah sampel pada vial dengan ethanol 75-90 %

atau isopropil alkohol 50% dengan segera setelah

pengambilan sampel. Tulis pada vial tempat dan

waktu pengambilan sampel.

Catatan : Kumpulkan sampel secara terpisah dengan cara mengambil

dari beberapa area observasi dan catat waktu menetasnya

telur. Telur menjadi bukti yang tidak penting jika sudah

didapatkan belatung.

4.3.2 Feeding Larvae

Lokasi: : Pada tubuh, luka atau orifisium dapat ditemukan pada

konsentrasi belatung dapat ditemukan diseluruh tubuh.

Koleksi hidup : Sama seperti telur

Koleksi cadangan: Sama seperti telur, jika memungkinkan, taruh larva pada air
25

panas dengan cepat sebelum ditaruh pada alkohol.

Catatan : Ambil sampel sebanyak 100 – 200, ambil dari beberapa

tempat berbeda dan simpan terpisah, ambil menggunakan

forcep tumpul, kuas kecil atau spatula. Jangan

menaruh larva berlebihan pada 1 vial.

4.3.3 Prepupal nonfeeding larvae

Lokasi : Pada tanah, rambut, baju, benda yang membungkus jasad.

Koleksi hidup : Sama seperti telur dan feeding larvae.

Koleksi cadangan: Sama seperti feeding larvae.

Catatan : Tidak memerlukan makanan

4.3.4 Pupae

Lokasi : Sama seperti prepupal dan nonfeeding larvae.

Koleksi hidup : Simpan pada vial dengan sedikit potongan handuk

yang lembab untuk mencegah kerusakan, tutup

menggunakan handuk kering dan ikat dengan karet pengikat,

tidak perlu memberikan makanan.

Catatan : Pupae bewarna coklat gelap dan sering ditemukan jauh dari

jasad, seringkali terlihat seperti bagian dari tanaman. Dapat

berukuran sangat kecil dari milimeter hingga 1,5

sentimeter.

4.3.5 Puparia atau kantung pupa

Lokasi : Sama seperti pupae dan nonfeeding larvae.


26

Koleksi hidup : Tidak ada, kantung pupa tidak hidup

Koleksi cadangan : Simpan dalam keadaan kering pada vial,

gunakan handuk sebagai bantal untuk puparia dalam

vial, tutup menggunakan tutup vial.

Catatan : Kantung pupa menandakan bahwa siklus hidup

sudah lengkap.

4.3.6 Blow flies dewasa

Lokasi : Diseluruh bagian jasad. Ambil menggunakan kuas

kecil yang basah.

Koleksi hidup : Simpan pada vial, tidak memerlukan udara.

Koleksi cadangan: Jangan simpan jika sayap masih terlipat; taruh pada vial

kering dan biarkan mongering, beri tanda sebagai lalat yang

baru menetas.

Catatan : Berguna jika baru saja menetas

4.3.7 Lalat jenis lain

Lokasi : Diseluruh bagian jasad, mungkin ditemukan pada baju dan

persendian. Gunakan jaring atau kuas kecil yang basah

Koleksi dewasa : Dapat disimpan di dalam vial dan tetap hidup tidak

memerlukan udara.
27

Koleksi imatur : Simpan dan jaga agar tetap hidup dalam vial dengan

potongan handuk basah. Simpan sebagian dalam alkohol.

Semua pupa sebaiknya disimpan dalam keadaan hidup.

Catatan : Serangga yang dewasa dan imatur sangat penting

Anda mungkin juga menyukai