Anda di halaman 1dari 10

Ujian Tengah Semester (UTS)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Auditing & Assurance

Yang dibina oleh:

Bapak Drs. Suprihadi, MSA., Ak., MSA.Ap., CPA., CA., CTA

Oleh:

Adin Nugroho Jody Atmojo 2020.14.10178

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


ANGKATAN XIV TAHUN 2021
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MALANGKUCECWARA
MALANG
2021
1. UU No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik, BAB II Bidang Jasa
Pasal 3 (Ayat1)
Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:
a. Jasa audit atas informasi keuangan historis;
Yang dimaksud dengan “jasa audit atas informasi keuangan historis” adalah
perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan historis yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan memadai atas kewajaran penyajian informasi
keuangan historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan
positif.
Informasi keuangan historis mencakup antara lain laporan keuangan, bagian dari
suatu laporan keuangan, atau laporan yang dilampirkan dalam suatu laporan
keuangan.
b. Jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
Yang dimaksud dengan “jasa reviu atas informasi keuangan historis” adalah
perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan historis yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan terbatas atas kewajaran penyajian informasi
keuangan historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan
negatif.
c. Jasa asurans lainnya.
Yang dimaksud dengan “jasa asurans lainnya” adalah perikatan asurans selain jasa
audit atau reviu atas informasi keuangan historis. Yang termasuk jasa asurans
lainnya antara lain perikatan asurans untuk melakukan evaluasi atas kepatuhan
terhadap peraturan, evaluasi atas efektivitas pengendalian internal, pemeriksaan
atas informasi keuangan prospektif, dan penerbitan comfort letter untuk penawaran
umum.
Pasal 3 (Ayat 2)
Jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan oleh Akuntan
Publik.
Pasal 3 (Ayat 3)
Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat
memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan “jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen” antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa internal audit, jasa perpajakan,
jasa kompilasi laporan keuangan, jasa pembukuan, jasa prosedur yang disepakati atas
informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi informasi.

PP No. 20 Tahun 2015 Tentang Praktik Akuntan Publik, BAB V Pembatasan Jasa
Audit.
Pasal 10 (Ayat 1)
Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:
a. audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c. jasa asurans lainnya.
Pasal 10 (Ayat 2)
Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat
memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen.
Pasal 10 (Ayat 3)
Pemberian jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 11 (Ayat 1)
Pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf a terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi
paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
Pasal 11 (Ayat 2)
Entitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Industri di sektor Pasar Modal;
b. Bank umum;
c. Dana pensiun;
d. Perusahaan asuransi/reasuransi; atau
Yang dimaksud dengan “Perusahaan asuransi/reasuransi” adalah termasuk
perusahaan asuransi/reasuransi syariah.
e. Badan Usaha Milik Negara;
Pasal 11 (Ayat 3)
Pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga berlaku bagi Akuntan Publik yang merupakan
Pihak Terasosiasi.
Yang dimaksud dengan “Akuntan Publik yang merupakan Pihak Terasosiasi” adalah
Akuntan Publik yang tidak menandatangani laporan auditor independen namun terlibat
langsung dalam pemberian jasa, misal: Akuntan Publik yang merupakan partner in
charge dalam suatu perikatan audit.
Pasal 11 (Ayat 4)
Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi keuangan historis
terhadap entitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 2 (dua) tahun buku
berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut.

2. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas
informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting karena
penyedia jasa assurance bersifat independen dan dianggap tidak bias berkenaan dengan
informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggung jawab membuat keputusan
bisnis memerlukan jasa assurance untuk membantu meningkatkan keandalan dan relevansi
informasi yang digunakan sebagai dasar keputusannya.
Jasa Atestasi
Salah satu kategori jasa assurance yang diberikan oleh akuntan publik adalah jasa
atestasi. Jasa atestasi (attestation service) adalah jenis jasa assurance di mana KAP
mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa
atestasi dibagi menjadi lima kategori, yaitu:
1. Audit atas laporan keuangan historis.
Dalam suatu audit atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa
laporan itu telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Audit atas laporan keuangan ini adalah suatu bentuk jasa
atestasi di mana auditor mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan pendapat
tentang apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit ini merupakan jasa assurance yang
paling umum diberikan oleh KAP.
2. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Di Amerika Serikat, untuk sebuah atestasi mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, manajemen menegaskan bahwa pengendalian internal telah
dikembangkan dan diimplementasikan mengikuti kriteria yang sudah mapan.
3. Telaah (review) laporan keuangan historis.
Untuk review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa
laporan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum, sama seperti audit. Akuntan publik hanya memberikan tingkat
kepastian yang moderat atau sedang terhadap review atas laporan keuangan jika
dibandingkan dengan tingkat kepastian yang tinggi untuk audit, sehingga lebih sedikit
bukti yang diperlukan.
4. Jasa atestasi mengenai teknologi informasi.
Untuk atestasi mengenai teknologi informasi, manajemen mengeluarkan berbagai
asersi tentang reliabilitas dan keamanan informasi elektronik. Pertumbuhan teknologi
Internet dan perdagangan elektronik (e-commerce) telah menciptakan permintaan akan
jenis-jenis assurance ini. Banyak fungsi bisnis, seperti pemesanan dan pembayaran,
sekarang dilakukan melalui Internet atau secara langsung antarkomputer dengan
menggunakanelectronic data interchange (EDI). Oleh karena transaksi dan informasi
dipakai bersama secara onlinedan real-time, para pelaku bisnis meminta kepastian yang
lebih tinggi lagi mengenai informasi, transaksi, dan sistem pengamanan yang
melindunginya. WebTrust dan SysTrust adalah jasa-jasa atestasi yang dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan akan assurance ini.
5. Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.
Akuntan publik memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan
merupakan perluasan alami dari audit atas laporan keuangan historis, karena pemakai
menginginkan kepastian yang independen menyangkut jenis-jenis informasi lainnya.
Dalam setiap kasus, organisasi yang diaudit harus menyediakan sebuah asersi sebelum
akuntan dapat memberikan atestasi. Sebagai contoh, apabila bank meminjamkan uang
kepada suatu perusahaan, maka perjanjian pinjaman itu mungkin mengharuskan
perusahaan menugaskan seorang akuntan untuk memberikan kepastian tentang ketaatan
perusahaan pada ketentuan keuangan menyangkut pinjaman itu.
Jasa Audit
Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasil kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Untuk melakukan audit harus ada informasi yang dapat di verifikasi dan
beberapa standar (criteria) yang dapat dipakai auditor untuk mengevaluasi informasi itu.
Auditor biasanya menggunakan informasi yang terukur termasuk laporan keuangan
perusahaan dan PPh seseorang. Evidence / bukti adalah segala informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan informasi yang sesuai dengan criteria. Bukti memiliki
perbedaan bentuk, termasuk:
1) Percakapan langsung dengan auditor
2) Komunikasi secara tertulis dengan pihak luar
3) Peninjauan langsung / observasi oleh auditor
4) Data-data elektronik dan data-data lainnya mengenai transaksi
Menurut PSA No. 02 tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

3. Asersi menurut ISA 315.4A adalah representasi oleh manajemen, secara eksplisit atau
dengan cara lain, yang terkandung dalam laporan keuangan, yang dipakai oleh auditor
untuk mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial yang mungkin
terjadi. Asersi tersebut ada 5 macam, eksistensi, kelengkapan, membuktikan hak dan
kewajiban, penilaian dan alokasi serta penyajian dan pengungkapan. Audit dilakukan untuk
menentukan laporan keuangan sebagai keseluruhan informasi kuantitatif, obyektif yang
sangat berguna untuk bagian internal dan eksternal perusahaan yang telah di periksa dan
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah di tetapkan oleh pihak manajemen
perusahaan.
5 Asersi Manajemen dalam Audit Laporan Keuangan Entitas
1) Asersi Keterjadian atau Keberadaan
Auditor menguji Keterjadian transaksi-transaksi yang ada dalam akun-akun laporan
keuangan benar-benar terjadi (Bukan fiktif). Dan apakah transaksi yg terjadi telah
sesuai tanggal dan obyektif (metode Accrual basic) telah di cutt of / di tutup per tanggal
Neraca. Auditor akan memrikasa memeriksa semua bukti transaksi berdasarkan sampel
yg telah dipilih, seperti:
• Kuitansi,
• faktur pembelian dan penjualan,
• Nota debet,
• Nota kredit,
• Nota kontan, cek / giro.
2) Asersi Kelengkapan
Auditor menguji bahwa jumlah saldo-saldo yang telah tersaji dalam laporan keuangan
dalam laporan neraca atau laporan laba/rugi sudah kesemuanya (Complete) tercatat
sesuai transaksi yang terjadi dari tanggal 1 januari hingga 31 desember (satu periode).
pemeriksaan ini untuk memastikan tidak ada catatan transaksi yang terlewat atau
terselip dalam laporan keuangan yang kemungkinan belum dicatat oleh pihak
manajemen perusahaan.
3) Asersi Pembuktian Hak dan Kewajiban
Pemeriksaan ini dilakukan Auditor untuk membuktikan bahwa klien perusahaan
mempunyai hak atas aktiva yang dilaporakan dalam neraca dengan melihat bukti
kepemilikan aktiva, seperti:
• Kendaraan dengan bukti STNK,
• Aset tetap (tanah dan bangunan) dengan bukti kepemilikan surat jual-beli tanah,
dan
• Sertifikat tanah dengan bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan, serta lain
sebaginya.
Membuktikan kebenaran akan adanya pasiva/kewajiban-kewajiban berupa utang
jangka pendek dan atau utang jangka panjang benar-benar dimiliki oleh klien
perusahaan yang tersaji dalam laporan neraca perusahaan dengan cara konfirmasi dan
memakai Prosedur audit test Hutang.

4) Asersi Penilaian dan Alokasi


Pemeriksaan yang dilakukan Auditor untuk Penilaian pada rekening neraca dan
laba/rugi yang sudah dicatat oleh manajemen perusahaan apakah sudah dicantumkan
atau dicatat pada jumlah saldo yang sebenarnya, seperti:
• Manajemen membuat asersi bahwa aset tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehan dikurangkan dengan penyusutan aset tetap berdasarkan golongan dan
prosentase aset tetap.
• Pemerolehan aset tetap secara sistematis dialokasikan ke dalam periode-periode
akuntansi selanjutnya dalam laporan neraca perusahaan.
Pemeriksaan auditor selanjutnya mengecek kebenaran alokasi untuk rekeing Laba/rugi
disajikan manajemen perusahaan dengan benar antara pendapatan dan biaya/beban,
seperti:
• Manajemen membuat asersi bahwa harga perolehan dari Harga pokok produk
(HPP) dengan prosentase 80%. Kami rasa semua pembaca mengerti arti angka 80%
tersebut.

5) Asersi Penyajian dan Pengungkapan


Dalam hal Penyajian, Auditor harus mengidentifikasi apakah rekening dalam neraca
atau laporan laba/rugi harus jelas identitas dan klasifikasi akunnya (apakah asset atau
kewajiban atau equitas). Dalam hal Pengungkapan auditor harus memastikan bahwa
akun-akun dan komponen dalam laporan keuangan yang diungkapakan manajemen
dalam laporan keuangan perusahaan telah tersaji dengan benar dan semestinya.

4. Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan
integritas berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan.
Hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan audit dapat digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau ketersediaan Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
tanggal tertentu, dan transaksi pendapatan
dan biaya terjadi dalam periode tertentu
Kelengkapan Semua transaksi dan semua rekening yang
seharusnya telah disajikan dalam laporan
keuangan
Hak dan Kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah
kewajiban entitas pada tanggal tertentu
Penilaian atau alokasi Komponen aktiva, hutang, pendapatan dan
biaya telah disajikan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu dalam laporan keuangan
telah digolongkan, digambarkan, dan
diungkapkan secara semestinya
Kegunaan Asersi Bagi Auditor
Auditor menggunakan asersi untuk (Tuanakotta, 2014:155):
1) Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi, dengan melaksanakan prosedur
penilai risiko (risk assessment procedures).
2) Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material. Risiko
salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk) dan
risiko pengendalian (control risk).
3) Merancang prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) sebagai jawaban atau
tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risk).

5. Terdapat tiga tahap audit berbasis risiko:


• Risk Assessment (Menilai Risiko)
Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui
pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas,
yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasikan tanggapan
terhadap risiko (salah sajimaterial) yang dinilai.
Terdapat keharusan dalam tahap menilai risiko:
o Melibatkan auditor senior
o Menekankan skeptisisme professional
o Merencanakan audit
o Melaksanakan diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan
o Menginformasikan kepada staff tentang klien secara umum dan membahas area
yang berpotensi mengandung risiko
o Bertukar pikiran mengenai bagaimana kecurangan mungkin terjadi dan kemudian
merancang tanggapan yang tepat
o Menetapkan tanggung jawab audit kepada staff dan menetapkan waktu
penyelesaian tugas
o Fokus pada identifikasi risiko
o Evaluasi tanggapan manajemen mengenai risiko
o Menggunakan kearifan professional
• Risk Response (Menanggapi Risiko)
Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko
(salah saji material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasikan
tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.
Dalam tahap ini auditor:
o Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan)
o Mengembangkan prosedur aktif responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi
risiko yang dinilai.
Tanggapan auditor terhadap risiko yang dinilai untuk risiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang:
o Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan
keuangan
o Mengangani area laporan keuangan yang material; dan
o Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi
risiko salah saji material, pada tingkat asersi.
Prosedur audit selanjutnya umumnya terdiri atas prosedur audit substansif seperti uji
rincian (test of details), prosedur analitikal (analytical procedures), dan uji
pengendalian (test of controls). Uji pengendalian lazimnya digunakan jika ada
ekspektasi bahwa pengendalian tersebut berfungsi dengan efektif dalam periode
berjalan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan auditor dalam merencanakan kombinasi
prosedur audit yang tepat (appropriate mix of audit procedures) untuk menanggapi
risiko termasuk berikut ini:
1) Uji Pengendalian (test of controls)
o Identifikasi pengendalian intern yang relevan, yang jika diuji dapatmengurangi
lingkup prosedur substansif lainnya
o Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur substansif
saja.
2) Prosedur Analitikal Substansif (Substansive Analytical Procedures)
o Ini prosedur dimana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya penjualan)
dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia
3) Pendadakan (Unpredictability)
o Dalam hal tertentu auditor perlu memasukkan unsur pendadakan (element of
predictability atau element of surprise) dalam prosedur audit, misalnya ketika
menanggapi salah saji material karena kecurangan.
4) Management Override
o Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit yang spesifik
menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen untuk
meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat “pengecualian”
5) Significant Risks
o Istilah “significant risks” atau “risiko signifikan” dalam isas mempunyai makna
khusus
• Reporting (Pelaporan)
Tujuan auditor adalah:
o Merumuskan opini mengenailaporan keuangan berdasarkan evaluasi atau
kesimpulan yang ditarik atas bukti audit yang diperoleh dan
o Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan
dasar (untuk memberikan) pendapat tersebut”
Tahap terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yag diperlukandan menentukan
apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekanrisiko audit ke tingkat rendah
yang dapat diterima.
Dalam tahap ini sangatlah penting untuk menentukan:
o Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang sinilai;
o Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit, sudah tepat;
o Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami; dan
o Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai dengan tepat
dan prosedur audit selanjutnya, sudah dilaksanakan sebagaimana diwajibkan (ISA)
Jika semua prosedur sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka:
o Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan tcwg; dan
o Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan
auditor, harus dibuat.

Anda mungkin juga menyukai