Nim: 3203122053
Mata kuliah: KKLBSU
Dosen pengampu: Dra.Trisni Andayani, M.Si
Ayu Febryani,S.Pd, M.Si.
ETNIS KARO
Bentuk nilai-nilai kearifan lokal budaya etnis Karo yaitu antara
lain:
Nilai-nilai filosofi masyarakat Karo juga tercermin dari desain rumah tradisionalnya yang
tahan terhadap gempa. Usia bangunan bisa mencapai ratusan tahun dan dalam pembuatannya
tidak memakai paku seperti yang terlihat di Desa yang ada di karo. Nilai filosofi itu terlihat
dari ornamen yang ada di rumah tradisional tersebut.
Pengeret-ret.
Bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dinding rumah (derpih)
bagian depan—dimaksudkan sebagai pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai
dengan gambar dan berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding
menjadi kuat. Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan
untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah. Ornamen ini
melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan, dan kesatuan keluarga.
Embun Sikawiten.
Ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari rangkaian awan yang beriringan
dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya sebagai
petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan
di bagian bawah). Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan
masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal
tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi kalimbubu.
Bindu Matoguh.
Motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi,
melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk bertindak baik, adil, tidak melanggar
norma, dan tidak merugikan orang (encikep si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli
adalah sebagai penolak bala yang tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan
jujur terhadap siapapun.
“ARON” yaitu saling tolong menolong, yang di mana ada peran yang diterapkan
dalam setiap kegiatan dalam suku karo yang disebut Aron. Adapun guna dari Aaron
tersebut yaitu untuk mempercepat atau mempermudah kegiatan yang dilaksanakan
seperti kegiatan pernikahan, kumpul adat, dan dan kerja tahun.
“Minyak Karo” Pembuatan minyak karo merupakan salah satu bentuk kearifan
lokal yang sangat terkenal pada Kebudayaan Karo. Minyak karo terdiri dari olahan
rempah dalam bentuk minyak yang berguna untuk Menyembuhkan berbagai penyakit,
seperti pegal linu, terkilir, salah urat, masuk angin, pergeseran pada sendi, asam
lambung, sakit kepala, alergi dan sebagainya.
“Kuning/ Param” Kuning adalah sejenis olahan rempah yang dimanfaatkan untuk
menghilangkan nyeri pada otot/ Sendi dengan cara dibalur pada tubuh. Selain itu,
kuning juga dapat digunakan di wajah untuk Menghangatkan tubuh saat cuaca dingin.
“Sembur” Sembur dalam bahasa Karo dikenal juga dengan istilah belo penurungi
yang berarti obat Sembur. Obat sembur digunakan untuk mengobati mata yang kabur
dan penat di kepala. Di Samping itu juga, ada juga istilah sembur beltek berkhasiat
untuk mengobati penyakit di sekitar perut, Seperti diare, sakit perut, tidak nafsu
makan, asam lambung, dan masuk angin. Rempahnya terdiri atas Buah labu, daun
jambu yang digiling, temulawak, beras, daun-daunan hutan, jahe, kunyit, lada, dan
bawang Merah.
“Erpangir Ku Lau” Erpangir ku lau merupakan salah satu ritual mandi dengan
rempah – rempah yang telah didoakan Yang dipandu oleh seorang Guru Sibaso
(dukun) atau penyembuh dengan tujuan untuk menyembuhkan Penyakit, baik
penyakit medis maupun penyakit supranatural.Tujuan paling umum seseorang
melaksanakan Tradisi ini adalah untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit.
Penyakit yang dimaksud umumnya yang Berasal dari penyakit gaib seperti terkena
guna-guna, diganggu hantu, dan lain sebagainya. Kegiatan ini Umumnya
menggunakan perasan air jeruk dan berbagai bunga-bunga, serta sesajian.
ETNIS SIMALUNGUN
bentuk kearifan lokal Etnis Simalungun yaitu antara lain:
Rondang Bittang
Pesta Rondang Bittang adalah suatu kegiatan yang bersifat massal serta tradisional
pada Halak ( Orang ) Simalungun. Kegiatan pesta ini dilakukan oleh sekelompok
masyarakat untuk mengungkapkan rasa kegembiraan setelah selesai panen padi. Pesta
ini dilakukan pada saat bulan purnama dimana bintang-bintang turut menambah
keindahan terang bulan. Acara yang ditampilkan. Ada berbagai macam seperti menari
(manortor), menyanyi ( taur-taur), berbalas pantun (maruppasa) dengan diiringi musik
tradisional. Seperti Gual, Sulim, Sordam, Tulila dan sebagainya dan bahkan juga ada
kegiatan olah raga ketangkasan tradisional.
Nitak
Nitak merupakan salah satu makanan khas suku Simalungun di Sumatera Utara.
Makanan berbahan gula, garam, kelapa dan tepung ini sering dihidangkan dalam
acara-acara tertentu. Itulah kenapa sangat jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Nitak paling enak dimakan dengan Dayok Nabinatur. Berikut ini bahan dan cara
pembuatannya.
Bahan-Bahan:
Beras
Lada hitam secukupnya
Kencur
Gula merah
Jahe merah
2 buah Kelapa ( untuk di sangrai dan dibiarkan mentah )
Cara Membuat :
Tumbuk beras hingga halus atau menjadi tepung. Diusahakan sehalus mungkin untuk
hasil yang baik
Iris halus gula merah.
Tumbuk lada juga hingga halus.
Sangrai atau Gonseng ( Bahasa simalungun di saok ) 1 buah kelapa yang sudah
diparut.
Tumbuk tepung beras, lada hitam, kencur, jahe merah, kelapa mentah, kelapa yang
telah disangrai, dan gula merah.
Tumbuk sampai lengket dan menjadi adonan yang padat.
Pada Nitak yang sudah bagus maka akan berbentuk seperti terbentuk sesuai adonan
( Losung ) dan
Setelah itu dibelah-belah menggunakan tangan dengan ukuran 3 sampai 4 cm, sesuai
selera.
Nitak siap untuk disajikan.
Nitak ini juga di miliki oleh batak Toba yang disebut itak. Nah untuk pembuatan nitak
simalungun dapat anda lihat pada video di bawah ini.
Sumber:
http://prettyhutagurgur.blogspot.com/2016/05/rondang-
bittang.html
http//mahesainstitute.web.id