Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37
(dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil
batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah
dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008).

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum 37 minggu kehamilan,
dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir, terlepas dari usia kehamilan tepat atau
dibawah 37 minggu (Brooker, 2008).

Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya 2
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bayi prematur adalah bayi lahir hidup
yang usia kehamilannya kurang dari 37 minggu dengan berat badan bayi lahir di bawah 2500
gram.

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/167/jtptunimus-gdl-istianatul-8337-2-babii.pdf

KLASIFIKASI Prematur

Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:

a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)

b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very preterm)

c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely preterm) 8 9

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:


a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER)
(Krisnadi, 2009)

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/118/jtptunimus-gdl-dhinanovia-5858-2-babii.pdf

Etiologi

Persalinan preterm terjadi oleh karena berbagai mekanisme, termasuk infeksi, inflamasi, iskemi
atau perdarahan uteroplasenta, peregangan uterus yang berlebihan, stres, dan berbagai macam
proses imunologi (Goldenberg, 2008).

10 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor risiko persalinan preterm,
namun adanya faktor risiko tersebut tidak selalu menyebabkan terjadinya persalinan preterm,
bahkan sebagian persalinan preterm yang terjadi spontan tidak mempunyai faktor risiko yang
jelas (Goldenberg, 2008).

Ada tiga kelompok yang mungkin sebagai penyebab persalinan preterm (Blanco, 2010), yaitu:

1. Partus preterm atas indikasi ibu/janin (obstetrik). Persalinan dibuat atas indikasi medis atau
bedah dimana kondisi intrauterin dapat membahayakan janin atau membahayakan ibunya. Pada
keadaan ini janin dilahirkan untuk mencegah morbiditas atau mortalitas ibu dan atau janin tanpa
memperhatikan usia gestasi. Kondisi ini termasuk preeklampsia, hipertensi kronik, diabetes
mellitus, plasenta previa atau solusio plasenta. Persalinan ini terjadi sekitar 20-30% dari seluruh
persalinan preterm.

2. Ketuban pecah dini preterm Sekitar 70-80% persalinan preterm disebabkan oleh ketuban
pecah dini preterm atau partus preterm spontan. Ketuban pecah dini sendiri memberi kontribusi
sekitar 30%. Walaupun kedua kondisi ini biasanya dianggap terpisah, tetapi pada kenyataannya
saling mempengaruhi.

3. Partus preterm spontan Seperti dikemukakan di atas, bahwa partus preterm spontan sering
menyebabkan ketuban pecah dini dan sebaliknya banyak ibu hamil dengan ketuban pecah dini
mempercepat terjadinya partus preterm. Persalinan preterm terjadi secara spontan pada 50%
kasus. Pada tahun-tahun terakhir 11 ditunjukkan bahwa proses infeksi inflamasi sebagai
penyebab ketuban pecah dini dan partus preterm spontan.

Beberapa konsep yang ada telah menjelaskan patofisiologi persalinan preterm ini yang dikaitkan
dengan kejadian infeksi, iskemia, inflamasi dan respon imunologi pada jaringan korioamnion
dan desidua yang umumnya berasal dari infeksi di vagina dan cervix.
Ada beberapa faktor risiko yang diketahui meningkatkan kejadian persalinan preterm: (Blanco,
2010; Nancy, 2010)

1. Faktor psiko-sosio demografik

a. Sosial, ekonomi dan pendidikan rendah

b. Status perkawinan

c. Usia ibu (< 16 tahun atau > 35 tahun)

d. Ras dan etnis

e. Status gizi

f. Perilaku ibu

g. Stres

2. Faktor ibu

a. Riwayat kehamilan sebelumnya (persalinan prematur, abortus, interval kehamilan)

b. Inkompetensi serviks

c. Kelainan uterus

d. Kelainan medis pada ibu (hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
hipertiroid) 12

e. Peregangan uterus yang berlebihan (kehamilan kembar, polihidramnion)

f. Perdarahan pervaginam ( plasenta previa atau solusio plasenta)

3. Faktor infeksi

a. Infeksi intrauterin : 1) Ascenden dari vagina dan servik 2) Hematogen melewati


plasenta 3) Iatrogenic akibat prosedur invasif 4) Penyebaran melalui saluran telur

b.Infeksi Ekstra uterin 1) Pielonefritis 2) Bakteriuria asimptomatis 3) Pneumonia 4)


Periodontitis 5) Infeksi virus (varicella, malaria)

c. Infeksi Genital 1) Bakterial vaginosis 2) Chlamydia trachomatis 4. Faktor genetik dan


biologi
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/197d8c617ff5a088943afe8645a52099.pdf

Anda mungkin juga menyukai