Makalah Energi Bayu (Angin) PLTB
Makalah Energi Bayu (Angin) PLTB
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. DEFINISI
Salah satu energi alternatif untuk menghasilkan listrik adalah energi angin. Secara
sederhana angin didefinisikan sebagai udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah atau dari suhu udara rendah ke suhu udara tinggi, yang terjadi akibat pemanasan
matahari terhadap atmosfir dan permukaan bumi.
Angin merupakan salah satu bentuk energi yang tersedia di alam yang diperoleh melalui
konversi energi kinetik. Energi dari angin diubah menjadi energi kinetik atau energi listrik.
Energi angin dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pengurangan emisi karena tidak
dihasilkan emisi CO2 selama produksi energi listrik oleh kincir angin.
Bayu atau angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang terdapat di daerah
dengan potensi hembusan angin yang besar. Pembangkit listrik energi bayu mengonversikan
energi bayu menjadi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin sebagai
generator.
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Lebih daripada kelas 8 adalah
angin yang bukan dapat dimanfaatkan, tetapi membawa bencana.
Pemanfaatan angin sebagai energi terbarukan pada tahun 2009 telah menghasilkan energi
listrik sebesar 159 GW atau setara 2% konsumsi listrik dunia (World Wind Energy
Association Report/WWEA 2010). Angka tersebut diharapkan akan meningkat menjadi 200
GW pada tahun 2010. Amerika, China, Jerman dan Spanyol merupakan negara paling besar
yang memanfaatkan energi angin, baik onshore maupun offshore.
Kapasitas energi listrik yang di hasilkan dari satu kincir angin dengan baling-baling
berdiameter 127 meter di Belanda yang berada di offshore mencapai sekitar 6 MW
(ECN, Factsheet Wind Energy). Saat ini sedang dikembangkan baling-baling dengan
diameter 150 meter yang diharapkan dapat membangkitkan listrik dengan kapasitas sekitar
10 MW.
Indonesia yang memiliki pantai sepanjang 80.791,42 km merupakan wilayah potensial
untuk pengembangan PLTB. Kecepatan angin di Indonesia secara umum antara 4 m/detik
hingga 5 m/detik. Namun di daerah-daerah tertentu seperti di pantai kecepatan anginnya
dapat mencapai 10 m/detik. Dengan kecepatan tersebut, pembangunan pembangkit listrik
tenaga angin masih kurang ekonomis. Namun, jika dibangun dengan ketinggian tertentu dan
diameter baling-baling yang besar dapat dihasilkan energi listrik dengan potensi kapasitas
10-100 kW.
Pada tahun 2009, kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin di seluruh
Indonesia mencapai 1,4 MW (WWEA 2010) yang tersebar di Pulau Selayar (Sulawesi
Utara), Nusa Penida (Bali), Yogyakarta, dan Bangka Belitung. Melihat potensi wilayah
pantai yang cukup luas, pemanfaatan tenaga angin sebagai sumber energi terbarukan di
Indonesia sangat mungkin untuk dikembangkan lebih lanjut.
Indonesia sudah membangun beberapa PLTB semenjak tahun 2018. Salah satunya yang
terbesar adalah pembangkit listrik tenaga angin atau bayu Sidrap (Sidenreng Rappang) di
Sulawesi Selatan.
PLTB Sidrap merupakan PTLB pertama di Indonesia yang diresmikan oleh Presiden
Joko Widodo pada tanggal 2 Juli di tahun 2018 lalu. PLTB Sidrap memiliki 30 turbin angin
dengan masing-masing kapasitas 2,5 MW, menjadikannya total keseluruhan 75 MW. PLTB
ini telah memasok persediaan listrik ke sebanyak 80.000 rumah pelanggan di daerah
Sulawesi Selatan. Selain PLTB Sidrap, Indonesia juga memiliki PLTB Tolo yang resmi
beroperasi pada tahun 2019 di provinsi yang sama.
Selain Sulawesi Selatan, beberapa provinsi lainnya seperti Papua, Maluku dan
Kalimantan Selatan juga memiliki potensi untuk mengembangkan PLTB. Indonesia sendiri
diproyeksi dapat menghasilkan energi listrik dari PLTB sebesar 60.547 MW.
5. KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB)
Keterangan Gambar :
Anemometer : Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke
pengontrol.
Blades : Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau/ bilah. Angin bertiup di atas
menyebabkan pisau-pisau/ bilah-bilah tersebut berputar.
Gear box : Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan
meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800 rpm,
kecepatan rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan
listrik.
Brake : Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada
titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator
memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini akan menghasilkan
energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan.
Controller : Pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam
(mph) dan menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan angin
sekitar 55 mph di atas, karena dapat rusak karena angin yang kencang.
Rotor : Pisau/ bilah dan terhubung bersama-sama disebut rotor
Generator : Biasanya standar induksi generator yang menghasilkan listrik dari 60 siklus
listrik AC.
High-speed shaft : Drive generator, yang akan menutar poros generator.
Low-speed shaft : Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit.
Nacelle : Nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan
tinggi, generator, kontrol, dan rem.
Tower : Menara yang terbuat dari baja tabung, beton atau kisi baja.
Wind direction : Bagian Turbin yang beroperasi melawan angin.
Wind vane : Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk
menggerakkan turbin dengan koneksi yang benar dengan angin.
Yaw drive : Yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin
sebagai perubahan arah angin.
Yaw motor : Kekuatan dari drive yaw.
Penyimpan energi (Battery) : Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak
sepanjang hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu.
Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi
listrik dalam bentuk Battery.
6. KINCIR ANGIN
Secara umum kincir angin dapat dibagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar
dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar 6.1
menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar 6.2
menunjunkan karakteristik setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk
mengubah energi kinetic angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan
angin. Dari gambar 6.2 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade dan
Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah. Sedangkan kincir angin
tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup kecepatan
angin yang luas.
Gambar 6.1. Jenis Kincir Angin
Kelebihan TASH
Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit
diangkut dan dipasang. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20%
dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilahbilah yang berat,
gearbox, dan generator.
Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan lansekap.
Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh
turbulensi.
TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir
ke arah angin
Kelebihan TASV
Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-
bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah balingbaling yang terlihat secara
melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari
mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya
TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 mph)
TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai
lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau
bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit)
Kekurangan TASV
Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag
tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi
yang lebih tinggi.
Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi
untuk mulai berputar.