PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh:
202011431
MANAJEMEN 1G
1. Pendidikan Demokratis
Makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian
bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah - masalah mengenai kehidupannya,
termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena kebijakan Negara tersebut akan menentukan
kehidupan rakyat. Dengan demikian Negara yang menganut sistem demokrasi adalah Negara
yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi,
demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas
persetujuan rakyat karena kedaulatan ditangan rakyat.
Kesimpulan - kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa hakikat demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan
pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan berada di tangan
rakyat mengandung pengertian tiga hal, yaitu:
Kebebasan dan persamaan merupakan dasar yang kuat dari demokrasi. Kebebasan
adalah sarana mencapao kemajuan dengan memberikan hassil maksimal dari usaha.
Sedangkan persamaan yakni sarana penting untuk kemajuan setiap orang. Dengan prinsip
persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda - bedakan. Serta memperoleh akses
dan kesempatan yang sama.
Kedaulatan rakyat
Kedaulatan rakyat artinya kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Dengan
kedaulatan yang dipegang rakyat kecil kemungkinan adanya penyalahgunaan kekuasaan.
Selain itu juga terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas - tugas pemerintahan. Wujud lain
dari konsep kedaulatan adalah pengawasan oleh rakyat.
Menurut Nurcholis Madjid, demokrasi bukanlah kata benda, tetapi lebih merupakan kata
kerja yang mengandung makna sebagai proses dinamis. Demokasi adalah proses menuju dan
menjaga civil society yang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai - nilai demokrasi
(Sukron Kamil, 2002). Tujuh norma - norma dan pandangan hidup demokratis yang
dikemukakan oleh Nurcholis Madjid (Cak Nun), sebagai berikut:
a. Pentingnya kesadaran akan pluralisme. Hal ini tidak sekedar pengakuan (pasif) akan
kenyataan masyarakat yang majemuk. Lebih dari itu, kesadaran akan kemajemukan
menghendaki tanggapan yang positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif.
Kesadaran akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa
yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi alamnya.
b. Musyawarah Internaliasasi makna dan semangat musyawarah mengehendaki atau
meharuskan keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan tulus menerima kemungkinan
terjadinya “partial finctioning of ideals”, yaitu pandangan dasar belum tentu, dan tidak
harus, seluruh keinginan sepenuhnya.
c. Pertimbangan moral Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa
cara haruslah sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu tujuan yang
baik harus diabsahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya. Demokrasi
tidak terbayang terwujud tanpa ahklak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan
moral (keseluruhan akhlak) menjadi acuan dalam berbuta dan mencapai tujuan.
d. Permufakatan yang jujur dan sehat Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk
menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna
mencapai permufaakatan yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang dicapi melalui
”engineering”, manipulasi atau merupakan permufakatan yang curang, cacat atau sakit,
malah dapat disebut sebagai penghianatan pada nilai dan semangat musyawarah.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing- masing pribadi
atau kelompok yang bersangkutan memiliki kesediaan psikologis untuk melihat
kemungkinan orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap orang pada
dasarnya baik, berkecenderungan baik, dan beriktikad baik.
e. Pemenuhan segi - segi ekonomi Masalah pemenuhan segi - segi ekonomi yang dalam
pemenuhannya tidak lepas dari perencanaan sosial - budaya. Warga dengan pemenuhan
kebutuhan secara berencana, dan harus memiliki kepastian bahwa rencana - rencana itu
benar - benar sejalan dengan tujuan dan praktik demokrasi. Dengan demikian rencana
pemenuhan kebutuhan ekonomi harus mempertimbangkan aspek keharmosian dan
keteraturan sosial.
f. Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing - masing. Kerjasama
antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing, kemudian jalinan dukung -
mendukung secara fungsional antara berbagai unsur kelembagaan kemasyarakatan yang
ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi. Pengakuan akan kebebasan
nurani (freedom of conscience), persamaan percaya pada iktikad baik orang dan
kelompok lain (trust attitude) mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan
yang positif dan optimis.
g. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan pendidikan
demokrasi. Pandangan hidup demokrasi terlaksana dalam abad kesadaran universal
sekarang ini, maka nilai- nilai dan pengertian – pengertiannya harus dijadikan unsur yang
menyatu dengan sistem pendidikan kita. Perlu dipikirkan dengan sungguh - sungguh
memikirkan untuk membiasakan anak didik dan masyarakat umumnya siap menghadapi
perbedaan dan pendapat dan tradisi pemilihan terbuka untuk mentukan pemimpin atau
kebijakan. Jadi pendidikan demokrasi tidak saja dalam kajian konsep verbalistik ,
melainkan telah membumi dalam interaksi dan pergaulan sosial baik dikelas maupun
diluar kelas.
Perkembangan demokrasi
Demokrasi dapat terwujud karena adanya proses kehidupan rakyat berdaulat yang dinamis.
Hal tersebut juga dibarengi dengan adanya keberanian moral dalam rakyat. Tanpa keberanian
moral, maka nilai moral termasuk keadilan dan kebenaran tidak akan terjadi dan selaras.
Berikut beberapa perkembangan demokrasi yang terjadi saat ini: Kekuasaan negara
demokrasi dilakukan oleh wakil - wakil yang terpilih. Di mana pilihan rakyat tersebut
berlandaskan kepercayaan bahwa semua kehendak dan kepentingan rakyat diperhatikan oleh
wakil rakyat. Dalam melaksanakan kekuasaan negara demokrasi yakni senantiasa mengingat
kehendak dan keinginan rakyat. Setiap konflik yang terjadi akan diselesaikan dengan cara damai,
kompromi, konsensus, kerja sama, dan dukungan. Baik melalui kelembagaan atau sarana
komunikasi sosial.
Praktik demokrasi dapat dilihat sebagai gaya hidup serta tatanan masyarakat. Dalam
pengertian ini, suatu masyarakat demokratis mempunyai nilai- nilai sebagai berikut:
Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga
negara dan ini merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh negara. Negara Indonesia
sebagai negara hukum dan demokrasi berwenang mengatur dan melindungi pelaksanaan Hak
Asasi Manusia. Hal ini diaminkan dalam perubahan keempat Undang - Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 pada Pasal 28E ayat (3) yang mengemukakan bahwa “setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.” Kemudian
penafsiran dari pasal tersebut diakomodir melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum Pasal 1 ayat (1) “kemerdekaan
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku”.
Media sosial sebagai ruang publik memberikan dampak positif dalam negara demokrasi.
Pasalnya aspirasi publik dapat diserap melalui media sosial. Namun dalam praktiknya terdapat
beberapa pelanggaran oleh penggunanya. Kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat jelas
merupakan bentuk HAM yang tidak boleh dilanggar. Akan tetapi dalam konteks negara
demokrasi, keamanan dan kenyamanan bernegara adalah hal yang perlu dijamin oleh pemerintah
melalui kewenangannya dalam mengatur suatu negara karena penegakan hukum merupakan
variable demokrasi. Dalam pembahasan ini akan diuraikan batasan kebebasan dalam konteks
bermedia sosial.
Meski jaminan atas kebebasan berpendapat sudah diatur dalam UUD 1945, namun sistem
hukum kita juga menerapkan batasan terhadap pelaksanaan hak tersebut yang salah satunya
diatur dalam Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Sejak
diundangkan pada 2008, UU ITE telah digunakan secara jamak oleh penegak hukum untuk
menindak penyalahgunaan teknologi informasi utamanya melalui media internet. Di antara
beberapa pasal yang mengatur mengenai tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik, UU ITE mengatur mengenai pemidanaan terhadap aktivitas berpendapat di
internet. Pembatasan tersebut berulang kali mengundang perhatian publik, selain karena sering
kali melibatkan figur publik, juga karena dianggap secara berlebihan mengekang publik dalam
berpendapat.
Belakangan polemik ini muncul kembali dalam kasus penyebaran konten pencemaran nama
baik maskapai Garuda Indonesia di Youtube dan Instagram (kasus vlogger Rius Vernandes).
Terlepas dari maraknya perdebatan hukum mengenai pembuktian kasus tersebut, public tentunya
perlu bertanya, sejauh mana Negara dapat secara proporsional membatasi hak / kebebasan warga
Negara dalam berpendapat.
Pada kasus Rius, video dan pernyataan yang dibuat merupakan suatu hal yang jamak
dilakukan oleh para pembuat konten di sosial media di mana Rius mengkritik pelayanan yang
diterimanya sebagai konsumen Garuda Indonesia. Namun, hal itu justru membuatnya tersangkut
kasus pidana karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baik. Bagi publik yang awam
dengan UU ITE tentunya wajar apabila merasa hal ini dinilai berlebihan dan mengekang
kebebasan berpendapat. Pasalnya, konten yang disebarluaskan di media sosial tidak lain adalah
kritik dan berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri.
Di sisi lain, hakim dan aparat penegak hukum terikat dengan ketentuan pidana yang tidak
memungkinkan untuk mempertimbangkan konten pernyataan seseorang secara objektif.
Pengaturan mengenai pencemaran nama baik dalam UU ITE memungkinkan pemidanaan
seseorang karena perkataannya secara subjektif dinilai menjatuhkan harga diri orang / pihak lain.
Dalam hal ini, perbuatan mencemarkan nama baik berbeda dengan perbuatan fitnah atau
menyebarkan berita bohong yang penilaian kontennya tidak bergantung pada salah satu pihak
saja melainkan pada benar / tidaknya isi pernyataan yang disampaikan.
Padahal, kritik tidak ubahnya pendapat seseorang berupa ketidaksetujuan yang disampaikan
dalam konteks menanggapi suatu hal/peristiwa. Secara konten, pendapat tidak dapat dinilai
kebenarannya karena berkaitan dengan apa yang diyakini oleh seseorang. Polemik mengenai
pengusutan kasus pencemaran nama baik secara pidana tidak perlu terjadi apabila pembuat
undang - undang dapat secara proporsional menyusun ketentuan pidana sehingga menutup
kemungkinan seseorang dipidana semata-mata karena menyampaikan pendapatnya. Lantas,
bagaimana sebaiknya negara mengatur mengenai aktivitas berpendapat warganya?
Idealnya, negara cukup mengatur mengenai bagaimana cara menyampaikan pendapat dan
tidak membatasi konten/isi pendapat. Yang dimaksud dengan cara adalah berkaitan dengan
kapan, di mana, dan bagaimana (time, place, manner) pendapat itu disampaikan. Dengan
demikian, negara dapat mencegah penggunaan hukum pidana untuk membungkam orang-orang
yang kritis dalam menyampaikan pendapat. Di sisi lain, meski tetap dibatasi cara
penyampaiannya, setiap orang tidak akan lagi dipenjara hanya karena pandangannya terhadap
suatu hal dinilai berseberangan dengan kelompok lain.
Garis Batas
Penyampaian pendapat tidak selalu dilakukan melalui pernyataan lisan maupun tulisan.
Dalam arti luas, pendapat juga dapat disampaikan dengan melakukan atau tidak melakukan suatu
perbuatan. Misalnya, aksi mogok kerja sebagai pernyataan sikap menolak kebijakan pemerintah
mengenai upah buruh. Dengan kata lain, elemen penting dari pendapat tidak terletak pada apa
bentuk aktivitas yang dilakukan tapi pada pesan apa yang dikomunikasikan.
Negara perlu secara tegas membuat garis pembatas untuk membedakan mana saja pendapat
yang secara konten dilindungi dan tidak dilindungi. Terhadap kelompok yang pertama, berlaku
pendekatan nondiskriminasi di mana negara tidak ikut campur dan membatasi konten mana yang
diperbolehkan atau tidak, baik melalui peraturan perundang-undangan maupun kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah.
Sebaliknya, negara wajib melarang pernyataan atau perbuatan yang masuk dalam kelompok
tidak dilindungi. Meski sulit, namun kita dapat mengambil kaidah normatif sebagai pegangan
dalam membuat pemisahan kedua jenis konten pendapat tersebut. Dalam hal ini, konten yang
dimaksud adalah konten yang secara intrinsik dianggap jahat atau tidak layak disampaikan ke
publik. Misalnya, dalam hal pornografi, meskipun hubungan seks adalah suatu hal yang natural
dan biologis, norma-norma sosial dan keagamaan menghendaki agar hal tersebut dilarang untuk
menjadi konsumsi publik.
Menutup Peluang
Jika mengacu pada website Mahkamah Konstitusi (MK), setidaknya sudah ada 5 putusan
terkait pengujian konstitusionalitas UU ITE. Hanya satu dari kelima putusan tersebut yang
dikabulkan seluruhnya oleh MK, yaitu terkait kewajiban negara menyusun ketentuan mengenai
penyadapan melalui Undang-Undang. Satu putusan dikabulkan sebagian berkaitan dengan
penafsiran informasi/dokumen elektronik yang hanya dapat dimaknai sebagai alat bukti mana
kala didapat atas permintaan institusi penegak hukum. Selebihnya, MK menolak semua
permohonan pengujian terhadap UU ITE, termasuk dua permohonan yang berkaitan dengan
konten elektronik yang bermuatan pencemaran nama baik.
Tidak bisa dipungkiri, hal ini menutup jalur hukum yang dapat digunakan oleh masyarakat
sipil untuk mengoreksi pengaturan norma yang nyatanya selama ini mengekang kebebasan
berpendapat di internet. Kemungkinan yang tersisa adalah melalui jalur politik di parlemen yaitu
dengan mendorong revisi atas UU ITE. Meski sudah di amandemen pada 2016 lalu, revisi UU
ITE masih juga meninggalkan polemik di publik yang belum terselesaikan.
Kesimpulan
Negara Indonesia sebagai negara hukum telah meratifikasi berbagai aturan internasional
dalam menjunjung tinggi hak kebebasan berekspresi dan berpendapat. Konstitusi telah menjamin
kebebasan berekspresi dan berpendapat yang selanjutnya ditafsirkan dalam undang-undang,
kemudian aparat kepolisian mengeluarkan Surat Edaran demi tercapainya keamanan dan
terhindarnya penyelewengan atas kebebasan yang dimiliki, sehingga dapat menganggu
kebebasan orang lain.
Indonesia merupakan negara demokrasi, berarti pemerintahan yang berasal dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat , dan menurut saya hal tersebut meliki arti di mana semua orang bebas
mengeluarkan pendapat atau aspirasi dan kita juga harus mendengarkan aspirasi dari orang lain.
Terutama para pejabat - pejabat pemerintah yang wajib mendengarkan aspirasi dari masyarakat.
Mendengar Master assy tersebut juga harus menjalankan pendapat yang menurutnya baik untuk
semua kalangan. Pemerintah harus mempunyai kebijakan untuk masyarakat suatu negara
pemerintah juga memiliki pendapatnya yang baik buat masyarakat dan negara. Demokrasi yang
dianut di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi suatu perubahan orde lama ke orde
baru dan banyak memberikan pendapat sesuai dengan keinginannya masing - masing Demi
kemajuan negara . Di Indonesia pergerakan nasionalisme juga mencita-citakan pembentukan
negara demokrasi yang berwatak anti feodalisme dan anti imperialisme dengan tujuan
membentuk masyarakat sosial. Landasan demokrasi di Indonesia adalah keadilan dalam arti
terbukanya peluang kepada semua lapisan masyarakat.
Demokrasi juga merupakan kebebasan manusia untuk berserikat dan berkumpul dalam
menyampaikan aspirasi, tetapi harus sesuai dengan norma yang berlaku dan mematuhi aturan .
Maksud dari demokrasi itu adalah suatu proses pemungutan suara yang di mana semua warga
negaranya mempunyai hak dan nilai yang sama untuk memilih pemimpinnya agar negaranya
dapat dipimpin atau dijalankan dengan baik. Indonesia sudah cukup lama menganut sistem
demokrasi . Namun saat ini Indonesia sudah masuk negara dalam kategori livery dan status ini
sudah berlangsung cukup lama. Indonesia terus mengalami kemunduran dan masih jauh dari
sempurna dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya. Saat ini Indonesia memang
mempunyai segudang masalah di mana masalah yang dihadapi Indonesia memang berat tapi jika
ketidak sempurnaan ada ketegasan dari pemerintah akan membuat masalah - masalah yang ada
akan semakin sulit dan kepercayaan masyarakat pada kinerja dan kekuatan pemerintah akan
semakin berkurang. Dengan begitu pada era pemerintah tidak akan memiliki legitimasi.
Aktualisasi demokrasi di Indonesia diwujudkan salah satunya dengan pemilihan umum atau
pemilu. Yang menjadi rutinitas bangsa Indonesia untuk memilih para wakil rakyat dan nantinya
diharapkan dapat memperjuangkan aspirasi aspirasi rakyat atau dengan kata lain membuat
kebijakan - kebijakan yang pro rakyat. Namun dalam hal ini Rakyat sudah beberapa kali
melakukan dan mengamati pemilihan langsung dalam memilih wakil rakyat, tapi dilihat masih
belum banyak perubahan perbaikan dan pembangunan ekonomi masyarakat. Sementara di sisi
lain , dengan kedewasaan politik masyarakat yang masih terpengaruh dengan politik uang dan
menghalalkan segala cara yang sering menimbulkan gesekan dan konflik. Saat ini Pemilu damai
hanya ada dalam mimpi dan angan - angan.
Saat ini banyak para pemimpin dan politisi yang dapat melupakan kewajibannya untuk
memimpin negara dengan baik dan memakmurkan rakyatnya, mereka lebih mementingkan
dirinya sendiri akan kekuasaan dan kesehatan yang akhirnya membuat mereka nekat untuk
menjadi seorang koruptor, yang mengakibatkan kan yang miskin menjadi lebih miskin, dan yang
kaya semakin begelimang harta. Dengan ketidakadilan dan ketidaktegasan seperti ini dari
pemerintah yang membuat rakyat bertindak sendiri dengan tindakan menuntut keadilan dan
tindakan Onat dengan tindakan kekerasan dan merusak fasilitas umum karena kekecewaannya
terhadap kinerja pemerintah yang dijalankan di Indonesia saat ini. Hal yang diperlukan di
Indonesia saat ini Seharusnya ketegasan dari pemerintah untuk menentukan sikap yang
seharusnya dapat menjalankan keadilan. Maksudnya adalah sikap pemerintah memperdulikan
rakyat dan memiliki visi dan misi yang jelas mengenai arah negara ini dalam menjalankan
tugasnya dengan benar untuk mensejahterakan rakyat dan menindak pejabat yang koruptor
dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa sogokan dari para koruptor untuk hakim
pengadilan agar hukumnya diringankan.
Secara umum beberapa kajian terkini juga menyebutkan Indonesia sebagai negara yang
tidak murni demokrasi atau demokrasi hanya sebagai prosedur saja. Masa tua demokrasi kita
tampaknya belum akan pulih dalam waktu yang cukup dekat. Memang tidak akan mengarah
pada model pemerintahan otoriter, namun juga belum mengarah pada bentuk pemerintahan
demokrasi tulen, yang memiliki artian suatu pemerintah yang sungguh - sungguh memaksakan
kehendak rakyat yang sebenarnya di mana golongan yang memerintah dan golongan yang
terindah itu adalah sama dan tidak terpisah - pisah dalam satu sistem pemerintahan negara
dimana jalan pokoknya semua orang atau rakyat adalah berhak sama untuk memerintah dan juga
untuk diperintah. Nafsu berpuasa dan perseteruan sejumlah elite telah merembes ke bawah dan
terjadilah konflik baik di kalangan atas maupun kalangan bawah.
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan dimana seluruh rakyatnya turut serta
memerintah melalui wakil - wakilnya. Masa depan demokrasi pada umumnya membicarakan
mengenai hal yang mengarah tidaknya pada dua hal, yaitu penguatan demokrasi atau kelemahan
demokrasi. Dalam hal Pelemahan demokrasi ada dua model. Yang pertama mengarah kembali
pada kondisi otoriter dan kedua mengalami kondisi yang disebut Colin Crouch dengan sebagai
"postdemocracy". Namun pemulihan stabilitas politik sosial yang tidak dapat berujung pada
restriksi ke berkepanjangan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan demokrasi. Sebuah
situasi yang menyebarkan pegiat demokrasi harus melupakan tidur neneknya lebih panjang lagi
oleh karena itu tidak ada pilihan bagi kalangan Civil Society untuk bangkit kembali memainkan
peran assassinnya dalam melindungi dan menyuburkan kehidupan demokrasi. Kerja kolektif para
pihak yang peduli terhadap kualitas kehidupan demokrasi harus semakin dikaitkan sebagai
bentuk tanggung jawab moral dan konstitusional anak bangsa.
Bersama kita perbaiki kesalahan dalam berdemokrasi. Demokrasi bukanlah sebagai tujuan,
melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, sebagai sarana maka Demokrasi
adalah sistem yang tidak sempurna yang butuh penyempurnaan dari waktu ke waktu. Jika
demokrasi dengan pengertian sebagai praktik politik yang terbuka, kompetitif dan bebas
dianggap sudah mencapai tujuan, Apakah tujuan yang sebenarnya dari demokrasi akan
terabaikan. Tujuan demokrasi yang sebenarnya adalah terciptanya kebebasan keadilan dan
kesejahteraan rakyat. Bersama kita berupaya lebih memperhatikan kompetensi sehat seutuhnya.
Setengah belum optimalnya daya kritis masyarakat partai politik harus peduli memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat. Partai politik dan elit politik turut membantu mengatasi
keterbelakangan masyarakat akan politik dengan tidak menggunakan uang dan popularitas
sebagai senjata utama untuk memenangkan setiap proses demokrasi. Kerja keras untuk terus -
menerus melakukan pendidikan politik guna mencerdaskan dan membebaskan masyarakat dari
belum kebutuhan dan kemiskinan harus terus dilakukan. Para intelektual di negeri ini juga harus
memiliki peran yang lebih dominan di tengah kelalaian partai politik yang seharusnya melakukan
pendidikan politik kepada masyarakat. Para intelektual harus menanamkan pada generasi
penerus bangsa mengenai nilai dasar seperti keadilan , kejujuran , antikorupsi , kesetaraan , dan
humanisme. Untuk juga langkah ke depan harus didasarkan kepada prinsip-prinsip negara bangsa
dan demokrasi yang telah disepakati bersama dengan berpijak pada prinsip demokrasi baru akan
bisa ditegakkan untuk menopang terwujudnya kesejahteraan rakyat.