Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

SOSIOLOGI DAN POLITIK

1. Kajian ilmu sosial, seperti ilmu sosiologi dan politik dipandang sangat dinamis
dan konstruktif dalam proses perkembangannya dikarenakan kondisi sosial yang
selalu berubah, serta adanya perkembangan pemikiran dari pemikir-pemikirnya.
Seiring adanya perkembangan zaman, ilmu sosiologi dan politik menjadi dinamis
sesuai dengan dinamika politik yang ada. Ilmu sosiologi dan politik juga dapat
menjadi suatu solusi konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang
dihadapi oleh masyarakat.

2. Manfaat teoritis dan praktis yang didapat dalam mempelajari ilmu sosiologi dan
politik antara lain:
a. Manfaat teoritis
 Sebagai pengembangan ilmu sosial
 Dapat membangun wawasan dan pemahaman teoritis terkait ilmu
sosiologi dan politik
 Dapat menganalisis segala fenomena empiris yang terjadi dalam
masyarakat
 Dapat membantu bersikap tanggap, kritis, dan rasional terhadap
kenyataan sosial.
b. Manfaat praktis
Sosiologi dan politik mempunyai manfaat praktis karena di dalamnya
membahas berbagai macam strategi untuk mencapai tujuan politik, sehingga
dengan mempelajari sosiologi dan politik dapat menentukan strategi tertentu
yang efektif dan efesien untuk menjawab masalah sosial politik tertentu.

3. Sebagian orang memandang politik secara hakikatnya adalah sebuah pergolakan


dan pertempuran. Dimana, dengan adanya kekuasaan ini memungkinkan suatu
kelompok dan individu tertentu yang memegangnya untuk mempertahankan
dominasi mereka terhadap masyarakat dan mengeksploitasinya. Namun di satu
sisi, terdapat kelompok dan individu lain yang menentang dominasi dan
eksploitasi tersebut dengan berusaha melawan dan membinasakanya, karena
menurut mereka politik bertugas untuk mempertahankan hak-hak istimewa suatu
minoritas terhadap mayoritas. Sehingga, adanya perbedaan pandangan antar
kelompok ini membuat sebagian orang memandang politik sebagai pergolakan
dan pertempuran.

4. Di Indonesia, budaya politiknya cenderung bersifat parokial-kaula. Adapun


dampak positif dan negatif dari budaya tersebut.
a. Dampak Positif
 Masyarakat berpartisipasi aktif dalam menyampaikan aspirasinya
 Pemimpin yang dipilih benar-benar dari atau sesuai dengan aspirasi
masyarakat.
 Kebijakan politik yang dibuat oleh para pemimpin sesuai dengan
permasalah atau kebutuhanmasyarakat saat ini.
 Terjadi integrasi di antara para pemimpin politik dengan pemimpin bidang
yang lainnya
Contoh : Masyarakat Indonesia berani menyuarakan pendapatnya jika merasa
kebijakan dari pemerintah ada yang kurang atau tidak sesuai, seperti pada saat
isu pengesahan RUKUHP. Contoh lainnya adalah masyarakat yang aktif
berpartisipasi pada pemilu.
b. Dampak Negatif
 Sebagian masyarakat masih kurang dalam mengakses segala informasi
mengenai dunia politik.
 Belum adanya batasan berpolitik yang jelas, sehingga menyebabkan partai
politik kurang marak atau malah sangat marak sehingga saling berebut
kekuasaan
 Jumlah partai politik yang terlalu banyak.
Contoh : Terjadinya konflik partai politik di Indonesia, masih banyaknya
masyarakat yang melakukan “golput”

5. Kekuasaan negara merupakan kewenangan suatu negara untuk mengatur seluruh


rakyatnya untuk mencapai keadilan, kemakmuran dan keteraturan. Di Indonesia,
kekuasaan negara dikenal tiga pilar pemegang mandat kekuasaan negara, yaitu
kekuasaan pemerintahan (eksekutif), kekuasaan perundangan (legislatif) dan
kekuasaan kehakiman (yudikatif). Pemisahan ini ditujukan untuk menciptakan
efektivitas dan efisiensi serta transparansi pelaksanaan kekuasaan dalam Negara
(pemerintahan) sehingga tujuan nasional suatu Negara dapat terwujud dengan
maksimal, sedangkan kekuasaan yudikatif memiliki fungsi untuk mengadili
penyimpangan peraturan yang telah dibuat oleh legislatif dan dilaksanakan oleh
eksekutif. Contoh implementasi kekuasaan negara ini adalah pada saat
penyusunan undang-undang. Dimana, UU harus disetujui oleh DPR dan presiden,
sehingga terdapat adanya adanya suatu demokrasi dalam proses menentukan suatu
aturan atau UU. Namun, kenyataannya di Indonesia terkadang berbeda.
Demokrasi yang mengatas namakan pemerintahan dari rakyat untuk rakyat itu
memang cendrung akan menghasilkan keseimbangan dalam pembagaian
kekuasaan. Secara teori, lembaga legislatif memang merupakan perwakilan
masyarakat namun secara kenyataannya rakyat tidak di ikut sertakan dalam
pembuatan kebijakan. Padahal, Indonesia menganut sistem demokrasi dimana
kekuasaan tertinggi terdapat pada rakyat. Hal ini menyebabkan kekuasaan negara
terkadang menjadi tumpang tindih dengan demokrasi. Contoh nyatanya adalah,
pada saat pembuatan RKUHP dan Omnibuslaw. Meski banyak dikritisi dan
ditolak oleh rakyat, pemerintah tetap melakukan pembahasan dan bahkan sudah
mengesahkan Omnibuslaw.

Anda mungkin juga menyukai