Anda di halaman 1dari 141

PENGATURAN KLAUSUL PILIHAN HUKUM (CHOICE OF LAW) DAN

PILIHAN FORUM (CHOICE OF FORUM) DALAM POLIS ASURANSI KAPAL


YANG DIBUAT DAN DITANDATANGANI SECARA DI BAWAH TANGAN

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar


Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Oleh:
RAHMADANY FIRMANSYAH
176010200111131

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
TESIS
PENGATURAN KLAUSUL PILIHAN HUKUM (CHOICE OF LAW) DAN
PILIHAN FORUM (CHOICE OF FORUM) DALAM POLIS ASURANSI KAPAL
YANG DIBUAT DAN DITANDATANGANI SECARA DI BAWAH TANGAN

Oleh :
RAHMADANY FIRMANSYAH
NIM : 176010200111131

Telah dipertahankan di depan majelis penguji


pada tanggal 09 Februari 2021
dan dinyatakan memenuhi syarat

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sihabudin, S.H.,M.H. Dr. M. Sudirman, S.H.,M.H,Sp.N.,M.Kn.,M.E.


NIP. 195912161985031000

Malang

Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya Ketua Program Studi
Dekan, Magister Kenotariatan

Dr. Muchamad Ali Safa’at, S.H.,M.H. Dr. Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum
NIP. 197608151999031003 NIP. 197808112002122000

i
PERNYATAAN
ORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang


pengetahuan saya, di dalam Naskah TESIS ini tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan


terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan
dan gelar akademik yang telah saya peroleh (MAGISTER) dibatalkan,
serta diperoses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(UU No. 2 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70)

Malang, 9 Februari 2021


Mahasiswa :

Nama : Rahmadany Firmansyah


NIM : 176010200111131
PS : Magister Kenotariatan
PSIH UB

ii
PENGATURAN KLAUSUL PILIHAN HUKUM (CHOICE OF LAW) DAN
PILIHAN FORUM (CHOICE OF FORUM) DALAM POLIS ASURANSI KAPAL
YANG DIBUAT DAN DITANDATANGANI SECARA DI BAWAH TANGAN

RINGKASAN
RAHMADANY FIRMANSYAH, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, Desember 2020, Pengaturan Klausul Pilihan Hukum (Choice Of Law)
dan Pilihan Forum (Choice Of Forum) dalam Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan
Ditandatangani secara di Bawah Tangan, Pembimbing Utama Dr.
Sihabudin,S.H.,M.H dan Pembimbing Pendamping Dr. M. Sudirman, S.H.,M.H,
Sp.N.,M.Kn.,M.E.
Tesis ini dilatarbelakangi oleh kasus polis asuransi kapal ketika yuridiksi
para pihak berbeda. Hal ini sering kali menjadi sengketa ketika ketidakjelasan para
pihak dalam menentukan pilihan hukum (choice of law) dan pilihan forum (choice
of forum) bukan hanya pada tahap penyelesaian sengketa, namun sejak kontrak
perjanjian dibuat terutama mengenai batasan kewenangan para pihak dalam
menentukan pilihan hukum (choice of law) ataupun pilihan forum (choice of
forum).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengangkat rumusan masalah
sebagai berikut : Bagaimana pengaturan klausul pilihan hukum ( choice of law)
dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah
tangan? dan Bagaimana pengaturan klausul pilihan forum ( choice of forum) dalam
polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah tangan?
Penelitian tesis ini mengunakan metode penelitian yuridis normatif, dengan
metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus, dengan
mengunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang dianalisis dengan
mengunakan teknik dеskrіptіf dan tеknіk іntеrprеtаsі (pеnаfsіrаn).
Hasil penelitian ini yaitu pengaturan mengenai klausul pilihan hukum
(choice of law) dalam polis asuransi kapal memberikan implikasi bahwa
pelaksanaan polis asuransi kapal merujuk kepada hukum yang berlaku di Inggris.
Hal ini merupakan wujud asas kebebasan berkontrak (dan asas kepastian hukum
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sedangkan, pengaturan mengenai
klausul pilihan hukum (choice of forum) dalam polis asuransi kapal di Indonesia
tidak diatur secara tegas dan eksplisit mengenai sengketa polis asuransi kapal.
Polis asuransi kapal hanya memuat klausul pilihan hukum ( choice of law), sehingga
tidak menutup kemungkinan jika sengketa yang terjadi diajukan oleh salah satu
pihak ke Pengadilan Negeri maka akan berlaku hukum acara perdata.

Kata Kunci : Asuransi Kapal, Pilihan Hukum, Pilihan Forum

iii
REGULATION OF CHOICE OF LAW CLAUSULES AND
CHOICE OF FORUM OPTION IN SHIP INSURANCE POLICY
MADE AND SIGNED UNDER THE HANDS

SUMMARY
RAHMADANY FIRMANSYAH, Master’s in Notarial Law, Faculty of Law University of
Brawijaya, December 2020, Regulation Of Choice Of Law Clausules And Choice Of
Forum Option In Ship Insurance Policy Made And Signed Under The Hands, Main
Supervisor: Dr. Sihabudin,S.H.,M.H Co-supervisor: Dr. M. Sudirman, S.H.,M.H,
Sp.N.,M.Kn.,M.E.
This thesis is motivated by the case of ship insurance agreements when
the jurisdictions of the parties are different. This often becomes a dispute when
the parties are unclear in determining the choice of law and choice of forum not
only at the dispute resolution stage, but since the contract agreement is made,
especially regarding the limits of the parties' authority to make choice of law or
choice of forum.
Based on the description above, the researcher raises the problem
formulation as follows: How is the arrangement of choice of law clauses in ship
insurance policies that are made and signed under hand? and How is the
arrangement of choice of forum clauses in ship insurance policies that are made
and signed under hand?
This thesis research uses a normative juridical research method, with a
statutory approach method and a case approach, using primary, secondary and
tertiary legal materials which are analyzed using descriptive and interpretations
techniques.
The results of this thesis are the arrangement of choice of law clauses in
the ship insurance agreement, which implies that the implementation of the ship
insurance agreement refers to the applicable law in England. This is a form of the
principle of freedom of contract and the principle of legal certainty in the Civil Code.
Meanwhile, the arrangement of choice of forum clauses in ship insurance
agreements in Indonesia is not explicitly and explicitly regulated regarding ship
insurance policy disputes. The ship insurance policy only contains a choice of law
clause, so it does not rule out the possibility that if the dispute that occurs is
submitted by one of the parties to the District Court, the civil procedural law will
apply.

Keywords: Ship Insurance, Choice of Law, Choice of Forum

iv
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum warahmatullohi wabarakatuh
Bismillahirahmanirahim…
Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta Salam senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang membawa dan menerangi
hati nurani kita, menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.
Penulisan tesis dengan judul “PENGATURAN KLAUSUL PILIHAN
HUKUM (CHOICE OF LAW) DAN PILIHAN FORUM (CHOICE OF
FORUM) DALAM POLIS ASURANSI KAPAL YANG DIBUAT DAN
DITANDATANGANI SECARA DI BAWAH TANGAN” diajukan untuk
melengkapi tugas dan syarat guna menyelesaikan Program Studi Magister
Kenotariatan Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa
penulisan Tesis ini banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran penyempurnaan sangat penulis
perlukan.
Tesis ini dapat penulis selesaikan berkat Doa, bantuan, motivasi, dan
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya Almarhum Papa M.Y. Rizal Nazarudin dan
Almarhumah Mama Siti Rahmah, yang telah melahirkan, membesarkan,
mendidik, dan memberikan segalanya kepada saya tanpa pamrih, juga
kepada Ibu Mertua Almarhumah Hajah Aisyah, dan Bapak Mertua Haji
Conneng yang telah memberikan segala dukungan dan Doa-nya serta
Restunya, serta Abah Segap dan Ibu Aminah sumbawa yang telah
memberikan petunjuk dan Doa-nya.
2. Istri saya tercinta Sitti Aminah, SPd., atas segala Doa, perhatian, kasih
sayang, kesabaran dan motivasinya, sehingga penulis dapat menjalani
studi dan menyelesaikan tesis dengan baik. Dan kedua anak-anak saya

v
yang tersayang Kamaluddin dan Komaria yang selalu menghibur dan
memberikan Doa agar Papi bisa sukses dan cepat selesai kuliah S-2.
3. Bapak Dr. Sihabudin, S.H.,M.H., selaku dosen pembimbing utama dan
Bapak Dr. M.Sudirman, S.H.,M.H,Sp.N.,M.Kn.,M.E. selaku dosen
pendamping dengan penuh keramahan dan kesabaran telah meluangkan
waktu untuk memberikan berbagai saran, ilmu, bimbingan, dan motivasi
yang sangat berguna kepada penulis selama penyusunan tesis dan saat
perkuliahan.
4. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H.,LL.M. dan Bapak R. Imam Rahmad Sjafi’I,
S.H.,M.Kn. selaku Dosen Penguji yang dengan penuh keramahan dan
kesabaran telah meluangkan waktu tidak hanya untuk memberikan
penilaian, tetapi juga untuk memberikan berbagai saran dan ilmu serta
motivasi yang sangat berguna kepada penulis saat sidang proposal dan
sidang akhir.
5. Bapak Dr. Muchamad Ali Syafa’at, SH.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.
6. Ibu Dr. Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang telah
banyak membantu penulis.
7. Para Dosen Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu dan motivasi serta
membantu penulis selama menjalani studi Magister Ilmu Kenotariatan di
Kampus Jakarta dan Kampus Malang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
8. Para Staff dan Karyawan Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya Kampus Jakarta dan Kampus Malang yang
telah membantu penulis menyiapkan dokumen dan persyaratan-
persyaratan administrasi selama menjalani studi Magister Ilmu
Kenotariatan.
9. Rekan-rekan Magister Kenotariatan Kelas Jakarta angkatan 2017 selaku
teman-teman sekelas dan seperjuangan dari awal kuliah hingga
pengerjaan tesis yang saling mendukung dan mendoakan kesuksesan.

vi
Akhir kata, penulis memohon maaf jika dalam proses penulisan tesis ini
terdapat kesalahan yang dilakukan oleh penulis. Semoga sedikit apapun
kebaikan yang ada dalam penulisan tesis ini, penulis berharap dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Aamiin Yaa Rabb.

Jakarta, Februari 2021


Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Pengesahan................................................................................... i
Pernyataan Orisinalitas Tesis ...................................................................... ii
Ringkasan ................................................................................................. iii
Summary .................................................................................................. iv
Kata Pengantar .......................................................................................... v
Daftar Isi .................................................................................................. viii
Daftar Tabel .............................................................................................. x
Daftar Gambar .......................................................................................... xi
Daftar Bagan ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
1.5 Orisinalitas Penelitian ............................................................................ 12
1.6 Desain Penelitian .................................................................................. 16
1.7 Metode Penelitian ................................................................................. 16
1.8 Definisi Konseptual ............................................................................... 21
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN KAJIAN PUSTAKA .......................... 23
2.1 Kerangka Teoritik ................................................................................. 23
2.1.1 Teori Kepastian Hukum ............................................................... 23
2.1.2 Teori Perlindungan Hukum........................................................... 25
2.2 Kajian Pustaka ..................................................................................... 29
2.2.1 Kajian Mengenai Perjanjian .......................................................... 29
2.2.2 Kajian Mengenai Asuransi ............................................................ 36
2.2.3 Kajian Mengenai Asuransi Kapal ................................................... 45
2.2.4 Kajian Mengenai Pilihan Hukum (Choice of Law) ............................ 54
2.2.5 Kajian Mengenai Teori Kualifikasi Dan Asas Pembentukan Norma .... 63
2.2.6 Kajian Mengenai Aplikasi UU Yang Dirancang dan ---------------------
Pengecualiannya ......................................................................... 64

viii
2.2.7 Kajian Mengenai Subtansi Versus Prosedur .................................... 65
2.2.8 Kajian Mengenai Renvoi............................................................... 66
2.2.9 Kajian Mengenai Pilihan Forum (Choice of Forum) ......................... 69
2.2.10 Kajian Mengenai Notaris ............................................................ 72
2.2.10.1 Akta Notaris sebagai akta autentik ................................. 74
2.2.10.2 Akta Di Bawah Tangan ................................................. 76
BAB III HASIL DAN ANALISIS ............................................................... 78
3.1 Gambaran Umum Kasus Posisi ........................................................ 78
3.1.1 Kasus Posisi Pada Tingkat Pengadilan Negeri ................................. 78
3.1.2 Kasus Posisi Pada Tingkat Pengadilan Tinggi ................................. 80
3.1.3 Kasus Posisi Pada Tingkat Kasasi .................................................. 81
3.2 Pengaturan Klausul Pilihan Hukum (Choice of Law) Dalam -------
Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan Ditandatangani Secara ---
Di Bawah Tangan ............................................................................ 82
3.2.1 Argumen Para Pihak ................................................................... 82
3.2.2 Kepastian Hukum Dalam Pengaturan Klausul Pilihan Hukum ---------
(choice of law) Dalam Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan----------
Ditandatangani Secara Di Bawah Tangan ...................................... 95
3.3 Pengaturan Klausul Pilihan Forum (Choice of Forum) Dalam -----
Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan Ditandatangani Secara ---
Di Bawah Tangan ............................................................................. 104
3.3.1 Argumen Para Pihak .................................................................... 104
3.3.2 Perlidungan Hukum Dalam Pengaturan Klausul Pilihan Forum -------
(choice of forum) Dalam Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan -----
Ditandatangani Secara Di Bawah Tangan ...................................... 107
3.4 Analisa ............................................................................................. 110
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 119
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 119
4.2 Saran .................................................................................................. 120
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 121

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ................................................................. 12

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kemungkinan Untuk Renvoi ................................................ 68

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Desain Penelitian..................................................................... 16

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Lаtаr Bеlаkаng Mаsаlаh


Іndоnеsіа sеbаgаі nеgаrа mаrіtіm tеrbеsаr dі dunіа yаng 2/3 (dua
pertiga) wilayahnya merupakan wilayah laut.1 Luas wilayah laut Indonesia
lebih besar jika dibandingkan luas wilayah daratan dengan proporsi 35,03%
luas daratan dan 64,97% luas laut.2 Tidak hanya laut, Indonesia juga terdiri
dari 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke3 sehingga sejak
zaman dahulu pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang
dengan menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional. Laut
dijadikan sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan sumber mata
pencaharian. Laut dalam hal ini menjadi suatu yang sangat penting sejak
zaman dahulu. Konsekuensi dari sifat maritim yang dimiliki oleh Indonesia itu
sendiri lebih mengarah pada terwujudnya aktivitas pelayaran di wilayah
Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan dalam membangun
perekonomian akan senantiasa dilandasi oleh aktivitas pelayaran yang
bertujuan untuk pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia
atau perdagangan pada khususnya.
Aktivitas di laut tentunya tidak dapat lepas dari moda transportasi yang
dapat digunakan di laut, yaitu kapal. Kapal laut merupakan alat penopang
utama segala aktivitas yang dapat dilakukan di laut di mana banyak sekali
jumlah dan jenis kapal laut yang digunakan untuk berbagai tujuan, baik
privat maupun komersial. Peningkatan aktivitas di laut juga dapat
meningkatkan risiko yang dapat terjadi pada aktivitas di laut tersebut,

1
Potensi Maritim Indonesia, dari Perikanan Hingga Pelayaran, (online),
http://www.indomaritim.id/potensi-maritim-indonesia-dari-perikanan-hingga-pelayaran/
(4 Oktober 2020)
2
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of
Indonesia), Jakarta, Badan Pusat Statistik, 2014, hlm. 5.
3
Pudjiastuti .S, Surat Badan Reformasi Geospasial No:
B3.4/SESMA/IGD/07/2004 Direktorat Jendral PUM Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, Dalam Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa di
Bidang Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Semarang: Universitas Diponegoro, 2016.

1
2

terutama risiko yang dapat dialami oleh kapal sebagai moda transportasi
utama yang digunakan untuk menjalankan aktivitas di laut.4
Rіsіkо аdаlаh suаtu kеjаdіаn yаng tіdаk tеrdugа sеbеlumnyа yаng
tеrjаdі sеcаrа tіbа-tіbа yаng mеnіmbulkаn kеrugіаn. Rіsіkо yаng tіmbul
tеrsеbut jugа dаpаt muncul kаpаn sаjа dаn mеmіlіkі bаnyаk fаktоr pеmіcu
yаng tіdаk tеrdugа dаn dаpаt mеnіmbulkаn kеrugіаn yаng bеsаr, sеhіnggа
rіsіkо іnі hаruslаh mеnjаdі pеrhаtіаn pаrа pеlаku usаhа аtаu іndіvіdu-іndіvіdu
yаng bеrgеrаk dі bіdаng аktіvіtаs lаut. Hаl іnіlаh yаng mеnjаdі dаsаr dаrі
pаrа pеlаku usаhа аtаupun pіhаk іndіvіdu bеrpіkіr untuk mеngаtаsі rіsіkо
tеrsеbut. 5
Sаlаh sаtu cаrа pеnаngаnаn risіkо yаng dаpаt dіgunаkаn аdаlаh
dеngаn mеngаlіhkаn rіsіkо yаіtu dеngаn mеngіkаtkаn polis аsurаnsі dеngаn
pіhаk аsurаnsі yаng dіsеrtаі dengan pеmbаyаrаn prеmі. Pеngаturаn аsurаnsі
tеrdаpаt dаlаm Kіtаb Undаng-undаng Hukum Dаgаng dаn dі luаr Kіtаb
Undаng-undаng Hukum Dаgаng. Pеngеrtіаn аsurаnsі dаlаm KUHD dіаtur
pаdа Pаsаl 246 Kіtаb Undаng-undаng Hukum Dаgаng, sеdаngkаn pеngеrtіаn
аsurаnsі yаng dіаtur dі luаr Kіtаb Undаng-undаng Hukum Dаgаng yаіtu
Undаng-undаng Nоmоr 2 Tаhun 1992 tеntаng Usаhа Pеrаsurаnsіаn. Polis
аsurаnsі dі Іndоnеsіа dіаtur dаlаm Undаng-Undаng Nоmоr 40 tаhun 2014
tеntаng Pеrаsurаnsіаn dаn jugа dі dаlаm Kіtаb Undаng-Undаng Hukum
Dаgаng Pаsаl 246 KUHD6 mеngаtаkаn bаhwа :
“Аsurаnsі аtаu pеrtаnggungаn аdаlаh suаtu pеrjаnjіаn, dеngаn mаnа
sеоrаng pеnаnggung mеngіkаtkаn dіrі kеpаdа sеоrаng tеrtаnggung,
dеngаn mеnеrіmа suаtu prеmі, untuk mеmbеrіkаn pеnggаntіаn
kеpаdаnyа kаrеnа suаtu kеrugіаn, kеrusаkаn, аtаu kеhіlаngаn
kеuntungаn yаng dіhаrаpkаn, yаng mungkіn аkаn dіdеrіtаnyа kаrеnа
suаtu pеrіstіwа yаng tаk tеrtеntu.”

Definisi perasuransian juga tercantum dаlаm Undаng-Undаng Nоmоr


40 tаhun 2014 tеntаng Pеrаsurаnsіаn7, sеbаgаі bеrіkut:

4
Rinitami Njatrijani, Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek
Pertanggungan, http://ejournal2.undip.ac.id. 4 Juni 2020.
5
Sentosa Sembiring, Hukum Asuransi, Nuansa Aulia, Bandung, 2014, hlm 4.
6
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang : Wetboek van Koophandel voor
Indonesie, Saufa, Yogyakarta, 2015, hlm. 106.
7
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undаng-Undаng Nоmоr 40 tаhun 2014 tеntаng
Pеrаsurаnsіаn.
3

“Аsurаnsі аdаlаh pеrjаnjіаn аntаrа duа pіhаk, yаіtu pеrusаhааn аsurаnsі


dаn pеmеgаng pоlіs, yаng mеnjаdі dаsаr bаgі pеnеrіmааn prеmі оlеh
pеrusаhааn аsurаnsі sеbаgаі іmbаlаn untuk:
a. mеmbеrіkаn pеnggаntіаn kеpаdа tеrtаnggung аtаu pеmеgаng pоlіs
kаrеnа kеrugіаn, kеrusаkаn, bіаyа yаng tіmbul, kеhіlаngаn
kеuntungаn, аtаu tаnggung jаwаb hukum kеpаdа pіhаk kеtіgа yаng
mungkіn dіdеrіtа tеrtаnggung аtаu pеmеgаng pоlіs kаrеnа tеrjаdіnyа
suаtu pеrіstіwа yаng tіdаk pаstі; аtаu
b. mеmbеrіkаn pеmbаyаrаn yаng dіdаsаrkаn pаdа mеnіnggаlnyа
tеrtаnggung аtаu pеmbаyаrаn yаng dіdаsаrkаn pаdа hіdupnyа
tеrtаnggung dеngаn mаnfааt yаng bеsаrnyа tеlаh dіtеtаpkаn
dаn/аtаu dіdаsаrkаn pаdа hаsіl pеngеlоlааn dаnа.”

Asuransi kapal mulai berkembang sejak abad ke-15, dan sering


dinamakan asuransi kelautan (marine insurance) sebagai respon atas
berkembangnya perdagangan internasional. Ketika itu risiko kapal hilang,
rusak atau dijarah perompak dan risiko lainnya telah mendorong pengusaha
Lombard untuk merintis usaha asuransi laut.8 Transaksi perasuransian laut
seperti asuransi lainnya dengan menggunakan kontrak perjanjian antara
pеrusаhааn аsurаnsі dаn pеmеgаng pоlіs. Berdasarkan Undang-Undang
Kelautan 1906 (The Marine Act 1906), Kontrak asuransi kelautan (contract
of marine insurance) didefinisikan Section 1 Undang-Undang Kelautan 1906.
Kontrak asuransi kelautan didefinisikan sebagai suatu kontrak di mana
perusahaan asuransi berusaha untuk mengganti rugi yang dijamin, dengan
cara menyetujui terhadap kerugian laut, yaitu kerugian yang terjadi pada
petualangan laut. Petualangan laut adalah barang kapal apa pun atau barang
bergerak lainnya yang terkena bahaya maritim.9
Pеrjаnjіаn аsurаnsі pada umumnya dіlаksаnаkаn bеrdаsаrkаn іtіkаd
bаіk para pihak sеsuаі dеngаn Pаsаl 1338 аyаt (3) Kіtаb Undаng-undаng
Hukum Pеrdаtа. Blаck’s Lаw Dіctіоnаry mеnjеlаskаn bаhwа іtіkаd bаіk
mеrupаkаn suаtu kеаdааn yаng tеrdіrі dаrі kеjujurаn tеrhаdаp kеpеrcаyааn
аtаs suаtu tujuаn, kеsеtіааn tеrhаdаp kеwаjіbаn sеndіrі аtаu kеwаjіbаn
sеsеоrаng dаn hаrus dіpаtuhі yаng bеrаsаl dаrі kеsеpаkаtаn dаlаm
pеrdаgаngаn аtаu bіsnіs tеrtеntu sеrtа tіdаk аdаnyа nіаt untuk mеnіpu аtаu
mеncаrі kеuntungаn yаng tіdаk mаsuk аkаl. Pеrjаnjіаn ini kemudian

8
Ozlem Gurses, Marine Insurance Law, Taylor & Francis Group, London & New
York, Routledge, 2015, hlm 2.
9
Ibid.
4

dіtuаngkаn dаlаm pоlіs аsurаnsі. Pеngеrtіаn pоlіs аsurаnsі dіаtur dаlаm Pаsаl
255 Kіtаb Undаng-undаng Hukum Dаgаng, yаіtu suаtu аsurаnsі hаrus dіbuаt
tеrtulіs dаlаm suаtu аktа yаng dіnаmаkаn pоlіs аsurаnsі.
Suatu polis asuransi yang terjadi antarpihak di mana para pihak
berada pada satu wilayah yurisdiksi dan para pihak memiliki kesamaan
dalam kewarganegaraan maka lazimnya tidak menimbulkan kerumitan
hukum dalam menentukan pilihan hukum yang berarti, karena para pihak
umumnya tunduk pada hukum yang sama.10 Namun ketika para pihak berada
pada wilayah yurisdiksi yang berbeda dan terdapat perbedaan
kewarganegaraan, maka hal ini berpotensi menimbulkan persoalan hukum
perdata internasional (HPI) bagi para pihak. 11 Persoalan-persoalan hukum
tersebut antara lain mengenai penetapan transaksi sehingga hukum negara
mana yang akan digunakan ketika menyelesaikan sengketa di antara para
pihak serta persoalan hukum tersebut mengenai pilihan hukum ( choice of
law) dan pilihan forum (choice of forum).12
Pilihan hukum (choice of law) dalam hukum perjanjian merupakan
suatu kebebasan bagi para pihak dalam memilih sendiri hukum yang akan
digunakan dengan hukum yang akan digunakan para pihak. 13 Alternatif
pilihan hukum umumnya adalah hukum nasional suatu negara, terutama
hukum nasional dari suatu pihak, perjanjian internasional, hukum
internasional atau hukum kebiasaan. Pilihan forum menyangkut alternatif

10
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Naskah Akademik RUU tentang Hukum Perdata Internasional, BPHN
Kemenkumham, Jakarta, 2014, https://www.bphn.go.id/data/documents/.
11
Bayu Seto Hardjowahono, Kodifikasi Hukum Perdata Internasional di
Bidang Hukum Kontrak Internasional: Tantangan yang Terabaikan Dalam
Menghadapi AFTA 2015, Makalah disampaikan dalam Simposium HPI2- tentang Hukum
Kontrak Internasional, diselenggarakan atas kerjasama antara Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Fakultas Hukum UNPAR dan Kantor Hukum Mochtar Karuwin Komar (MKK) di
Universitas Parahyangan Bandung (7 November 2013).
12
Muhammad Risnain, Problematika Pilihan Hukum (Choice of Law) dalam
Penyelesaian Sengketa Transaksi Bisnis Elektronik Internasional dalam
Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Islamic Business Law Review, Volume 1, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, 2013, hlm 19-26.
13
Abdul Gani Abdullah, Pandangan Yuridis Conflict of Law dan Choice of
Law, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 3, Bank Sentral Republik
Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 4.
5

forum penyelesaian sengketa seperti forum arbitrase, forum pengadilan,


negosiasi, mediasi, atau konsolidasi.14
Terkait pengaturan mengenai pilihan hukum tersebut, saat ini
Indonesia masih merancang Rancangan Undang-Undang Hukum Perdata
Internasional (RUU HPI).15 Sebelum RUU HPI disahkan menjadi UU, maka
aturan dasar untuk hukum perdata internasional, masih menggunakan
aturan peninggalan zaman kolonial, yakni tiga pasal dari AB terkait HPI yaitu
Pasal 16, 17 dan 18 Algemeene Bepelingen van Wetgeving voor Nederlands
Indie (AB) Staatsblad 1847 No. 23 of 1847 (30 April 1874).16 Pasca
kemerdekaan RI, produk hukum keperdataan internasional diatur antara lain
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, dan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Persoalan pilihan hukum maupun pilihan forum, hingga saat ini masih
tetap relevan menjadi kajian hukum dalam HPI. Pilihan hukum maupun
pilihan forum, hingga saat ini masih merupakan bagian dari konflik hukum
(conflict of law). Konflik hukum termasuk bagian dari debat berkepanjangan
pada September 2005 dalam Working Group VI UNCITRAL. Perdebatan
tersebut terkait dengan upaya pembentukan model law dalam bisnis
internasional termasuk di dalamnya mengenai sengketa hukum dan
implementasinya. Salah satu tema dalam perdebatan tersebut menyangkut
kebebasan maupun pembatasan dalam pilihan hukum (choice of law).17
Pilihan hukum (choice of law) adalah proses yang di antara hukum yang

14
M. Alvi Syahrin, E-Commerce: Pilihan Hukum dan Pilihan Forum, Mahara
Publishing, Tangerang, 2017, hlm 88.
15
Rancangan Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (HPI) saat ini (November
2019) telah masuk dalam tahap usulan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) di
Kementerian Hukum dan HAM. HPI bertumpu pada beberapa asas seperti pengakuan dan
penghormatan atas kesederajatan sistem hukum nasional dari negara berdaulat,
perlindungan dan pengutamaan nasional dan kepentingan warga negara. HPI dapat
mewujudkan keadilan dan kepastian hukum yang melibatkan subyek hukum Indonesia dan
ada yang berkaitan dengan kepentingan asing. Aji Prasetyo, 2019, Urgensi RUU HPI
Menurut Para Tokoh Hukum, Hukum Online,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5dd7db99ea6c2/urgensi-ruu-hpi-menurut-
para-tokoh-hukum/
16
Mutiara Hikmah, Sudah Saatnya Indonesia Memiliki Kodifikasi Hukum
Perdata Internasional, Jurnal Hukum dan Pembangunan, 2003, hlm. 303.
17
Ibid.
6

kompetitif, mengizinkan pemilihan hukum berlaku untuk satu atau lebih


masalah yang timbul di bawah hubungan hukum. Berarti, apabila terdapat
persoalan atau sengketa (dispute), para pihak dapat memilih hukum tertentu
sesuai dengan kesepakatan para pihak.18
Terkait pilihan hukum ini masih terdapat sejumlah persoalan seperti
sejauh mana pilihan hukum hanya bisa terbuka untuk akibat suatu kontrak
dan bukan tentang terciptanya kontrak. Sejauh mana pilihan hukum para
pihak jika tidak diperbolehkan oleh lex fori.19 Permasalahan lainnya terkait
pilihan hukum yaitu apabila pilihan hukum yang terjadi antara para pihak
lebih dari satu sistem hukum. Jika para pihak memilih lebih dari satu sistem
hukum, maka bagaimana mekanisme pengaturannya jika di antara para
pihak terjadi perselisihan (dispute). Kemudian, persoalan lainnya ketika
pilihan hukum yang telah ditetapkan oleh para pihak setelah kontrak dibuat,
yang berarti pilihan hukum diletakkan di belakang kontrak atau disebut
pilihan hukum kemudian (rechtskeuze achteraf). Pilihan hukum ini kemudian
dapat menimbulkan masalah, apakah pilihan hukum ini dapat dapat diubah
di kemudian hari. Jika pilihan hukum tesebut dapat diubah di kemudian hari,
masalahnya apakah hukum yang dipilih sebagai hasil perubahan tersebut
dapat dikatakan hukum.20 Maka, berdasarkan permasalahan tersebut dapat
dikatakan pengaturan mengenai klasul pilihan hukum sebagai kekaburan
hukum karena menimbulkan ketidakpastian hukum diantara para pihak.

18
Mustafa Kamal Rokan, Pilihan Hukum (Choice of Law) Berdasarkan
Konvensi 1964 (Studi Kasus: Solbandera vs Blue Star dan Treller Nicholas),
Islamic Business Review, Volume 1, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, Medan, 2013, hlm 20.
19
Lex Fori atau teori kualifikasi lex fori adalah hukum materiil dari sang hakim
adalah yang harus dipergunakan dalam kualifikasi suatu perkara HPI. Istilah tersebut
didefinisikan dan diinterpretasikan berdasarkan hukum materiil dari hakim itu sendiri.
Beberapa tokoh penganut teori ini adalah Bartin (Prancis) dan Franz Khan (Jerman). Bartin
berpendapat bahwa teori ini harus dipergunakan dalam kualifikasi dengan alasan seorang
hakim sudah disumpah untuk menegakkan hukumnya sendiri dan bukan sistem asing
lainnya dimana bila sistem hukum asing diberlakukan dalam suatu perkara itu adalah hanya
bentuk kesukarelaan forum guna membatasi kedaulatan hukumnya. Sedangkan menurut
Franz Kahn kualifikasi harus menggunakan teori ini karena alasan kesederhanaan dan
kepastian yag diberikan. Kelebihan teori kualifikasi lex fori adalah mempermudah suatu
perkara untuk diselesaikan karena hukum yang dipergunakan adalah hukum materiil yang
dipahami oleh hakim. Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1977, hlm 124-125.
20
Abdul Ghani Abdullah, Op.Cit. hlm 22.
7

Salah satu contoh kasus mengenai problematika pilihan hukum (choice


of law) adalah yang tеrjаdі pаdа polis аsurаnsі kapal yаng pеnаnggungnyа
аdаlаh PT. Аsurаnsі Purnа Аrthаnugrаhа (Selanjutnya disebut PT. Аspаn) dаn
PT. Bіnа Usаhа Mаrіtіm Іndоnеsіа (Selanjutnya disebut PT. Bumі
Shіpmаnаgеmеnt) sеbаgаі tеrtаnggungnyа. Kаsus іnі bеrаwаl dаrі PT. Bumі
Shіpmаnаgеmеnt dаn PT. Аspаn tеlаh mеlаkukаn pеrjаnjіаn pоlіs аsurаnsі di
bawah tangan dеngаn nоmоr 0061.B.0053.12.05 sеlаmа jаngkа wаktu 12
bulаn yаng tеrhіtung sеjаk tаnggаl 27 Dеsеmbеr 2005. Dаlаm pеrjаnjіаn
tеrsеbut pаdа klаusul cоndіtіоn 19 pоlіs аsurаnsі nоmоr 0061.B.0053.12.05
mеnyаtаkаn “thіs іnsurаncе іs subjеct tо еnglіsh lаw, аnd prаctіcе” yаng
аrtіnyа аsurаnsі іnі tunduk dаn pаtuh pаdа hukum Inggrіs dаn prаktеknyа.
Permasalahan muncul ketika kаpаl yаng mеnjаdі оbjеk аsurаnsі
mеngаlаmі kеbаkаrаn dі pеrаіrаn Chіnа dаn PT. Bumі Shіpmаnаgеmеnt
mеngаjukаn klаіm аsurаnsі аtаs kеjаdіаn yаng dіаlаmіnyа, kеmudіаn аtаs
pеngаjuаn klаіm tеrsеbut mаkа PT. Аspаn mеlаkukаn pеmеrіksааn dеngаn
mеmаkаі tіm pеmеrіksа іndеpеndеn dan dаrі hasil pеmеrіksааn tіm
іndеpеndеn tеrsеbut dіnyаtаkаn bаhwаsаnnyа pеnyеbаb tеrjаdі kеbаkаrаn
dіkаrеnаkаn kаlаlаіаn dаrі pіhаk pеmіlіk kаpаl yаng mеlаkukаn pеrаwаtаn
mеsіn-mеsіn kаpаl sеsuаі dеngаn stаndаr yаng bеrlаku, sеhіnggа
bеrdаsаrkаn dаrі lаpоrаn tіm іndеpеndеn tеrsеbut mаkа PT. Аspаn tіdаk
dаpаt mеnyеtujuі klаіm аsurаnsі yаng dіаjukаn оlеh PT. Bumі
Shіpmаnаgеmеnt.
Kasus ini kemudian di bawa ke ranah pengadilan. Berdasarkan Putusan
Pеngаdіlаn Nеgеrі Jаkаrtа Pusаt PT. Bumі Shіpmаnаgеmеnt mеngаjukаn
gugаtаn wаnprеstаsі tеrhаdаp PT. Аspаn. Pеngаjuаn gugаtаn іnі dі tеrіmа
dаn dіputus dеngаn tаnpа mеmpеrtіmbаngkаn kеtеntuаn dаlаm klаusul
cоndіtіоn 19 Pоlіs Аsurаnsі tеrsеbut. Putusаn pеngаdіlаn Nеgеrі Jаkаrtа
Pusаt аntаrа lаіn mеngаbulkаn sеbаgіаn gugаtаn dаrі pеnggugаt dаn
mеnyаtаkаn bаhwа tеrgugаt tеlаh mеlаkukаn wаnprеstаsі sеhіnggа
mеmbаyаr klаіm аsurаnsі yаng dіаjukаn оlеh pеnggugаt. Rаngkаіаn prоsеs
pеrаdіlаn іnі sudаh sаmpаі pаdа tаhаp kаsаsі yаng аmаr putusаnnyа sаmа
dеngаn аmаr putusаn pаdа tіngkаt pеrtаmа.
8

Kasus lainnya yang masih berada dalam ruang lingkup pilihan hukum
yaitu berkaitan dengan subjеk dаn оbjеk hukum yаng bеrbеdа nаmun
mеmіlіkі kаrаktеrіstіk kаsus yаng sеrupа yаіtu kasus аsurаnsі PT. Hаrtа Аmаn
Prаtаmа Tbk dеngаn PT. Pеlаyаrаn Mаnаlаgі sеbаgаі tеrtаnggungnyа yаng
tеrіkаt dаlаm Pеrjаnjіаn Pоlіs Аsurаnsі Nо.03.08.05.10.827.00025 yаng dі
dаlаmnyа jugа tеrdаpаt cоndіtіоn/klаusul mеnyаtаkаn thіs іnsurаncе іs
subjеct tо Englіsh lаw аnd prаctіcе yаng аrtіnyа аsurаnsі іnі tunduk dаn pаtuh
pаdа hukum Inggrіs dаn prаktеknyа. Kаpаl yаng mеnjаdі оbjеk аsurаnsі
mеngаlаmі kеbаkаrаn dі pеrаіrаn Іndоnеsіа dаn PT. Pеlаyаrаn Mаnаlаgі
mеngаjukаn klаіm аsurаnsі аtаs kеjаdіаn yаng dіаlаmіnyа, kеmudіаn аtаs
pеngаjuаn klаіm tеrsеbut PT. Hаrtа Аmаn Prаtаmа Tbk mеlаkukаn
pеmеrіksааn dеngаn mеmаkаі tіm pеmеrіksа іndеpеndеn. Hasil pеmеrіksааn
tіm іndеpеndеn tеrsеbut dіnyаtаkаn bаhwаsаnnyа pеnyеbаb tеrjаdі
kеbаkаrаn dіkаrеnаkаn kаlаlаіаn dаrі pіhаk pеmіlіk kаpаl sеhіnggа
bеrdаsаrkаn dаrі lаpоrаn tіm іndеpеndеn tеrsеbut mаkа PT. Hаrtа Аmаn
Prаtаmа Tbk tіdаk dаpаt mеnyеtujuі klаіm аsurаnsі yаng dіаjukаn оlеh PT.
Pеlаyаrаn Mаnаlаgі.
Berdasarkan kеputusаn dаrі PT. Hаrtа Аmаn Prаtаmа Tbk, mаkа pіhаk
PT. Pеlаyаrаn Mаnаlаgі mеngаjukаn gugаtаn wаnprеstаsі tеrhаdаp PT. Hаrtа
Аmаn Prаtаmа Tbk dі Pеngаdіlаn Nеgеrі Jаkаrtа Pusаtasu. Pеngаjuаn
gugаtаn іnі dі tеrіmа dаn dіputus оlеh pеngаdіlаn Nеgеrі Jаkаrtа Pusаt
dеngаn mеngаbulkаn sеbаgіаn gugаtаn dаrі pеnggugаt dаn mеnyаtаkаn
bаhwа tеrgugаt tеlаh mеlаkukаn wаnprеstаsі sеhіnggа mеmbаyаr klаіm
аsurаnsі yаng dіаjukаn оlеh pеnggugаt. Sеlаnjutnyа pаdа prоsеs dі
Pеngаdіlаn Tіnggі putusаnnyа mеnguаtkаn Putusаn Pеngаdіlаn Nеgеrі
Jаkаrtа Pusаt, nаmun pаdа tаhаp kаsаsі dі Mаhkаmаh Аgung Putusаnnyа
bеrbеdа, yаіtu mеmbаtаlkаn Putusаn Pеngаdіlаn Tіnggі yаng mеnguаtkаn
Putusаn Pеngаdіlаn Nеgеrі Jаkаrtа Pusаt dаn mеnyаtаkаn bаhwа Pеngаdіlаn
Nеgеrі Jаkаrtа Pusаt tіdаk bеrwеnаng untuk mеmеrіksа dаn mеngаdіlі
pеrkаrа а quо. Apabila ditinjau dari kedua kasus tersebut, terdapat suatu
kekaburan hukum terkait pilihan hukum yang digunakan dalam
menyelesaikan sengketa. Di satu sisi walaupun polis tersebut tunduk kepada
hukum inggris namun dapat diselesaikan dalam forum pengadilan di
9

Indonesia atau sebaliknya adapula dengan kasus yang sama namun tidak
dapat diselesaikan dengan forum pengadilan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah dan contoh kasus di atas,
persoalan mengenai pilihan hukum (choice of law) ini penting untuk diteliti
karena dalam perjanjian HPI khususnya mengenai pilihan hukum sering
terjadi persoalan-persoalan bukan hanya pada tahap penyelesaian perkara
perselisihan namun sejak polis dibuat oleh para pihak. Hal ini tentunya
menimbulkan suatu kekaburan hukum dalam menentukan batasan
kewenangan para pihak dalam pilihan hukum (choice of law). Selain itu,
dalam penelitian ini juga akan mengkaji mengenai klausul pilihan forum
(choice of forum) yang merupakan salah satu klasul yang paling penting
dalam kontrak. Meski klausul ini berada di akhir kontrak, klausul ini memiliki
peranan yang cukup penting sama halnya dengan klausul pilihan hukum
(choice of law), klausul pilihan forum (choice of forum) bersifat fakultatif
tergantung kesepakatan para pihak. Para pihak bebas menentukan apakah
klausul ini akan dicantumkan dalam kontrak mereka atau tidak. Adanya
klausul ini menjawab kekaburan hukum dalam pilihan dengan memberikan
kepastian kepada para pihak dan kepada forum penyelesaian sengketa.
Klausul ini akan mengarahkan para pihak forum apa yang harus para pihak
gunakan untuk menyelesaikan sengketa.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Charlene Fortuna Tania21, Rizky Amalia22, Tiara Wahyuni
Putri23, Syafran24 dan Alya Mahira.25 Dimana kelima penelitian tersebut

Charlene Fortuna Tania, Tinjauan Yuridis Hubungan Penerapan Choice of


21

Law Dengan Kewenangan Mengadili oleh Pengadilan (Analisa Putusan


Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1935K/Pdt/2012), Tesis tidak
diterbitkan, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
22
Rizky Amalia, Pilihan Hukum dan Pilihan Forum dalam Kontrak Dagang
Internasional, Tesis Tidak diterbitkan, Surabaya, Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
23
Tіаrа Wаhyu Putrі, Аnаlіsіs Yurіdіs Tеntаng Pеnоlаkаn Pеmbаyаrаn Klаіm
Аsurаnsі Pеngаngkutаn Lаut Оlеh Pеnаnggung Kеpаdа Tеrtаngung (Studі
Putusаn Mаhkаmа Аgung Rеpublіk Іndоnеsіа Nоmоr 1007 K/Pdt/2014), Tesis
Tidak diterbitkan, Surabaya, Fakultas Hukum Unіvеrsіtаs Nеgеrі Surаbаyа.
24
Syafran, Pilihan Hukum, Forum dan Domisili Suatu Kontrak Dalam
Transaksi Bisnis, Tesis Tidak diterbitkan, Semarang, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro.
25
Alya Mahira, Analisa Hukum Mengenai Penerapan Pilihan Forum dan
Pilihan Hukum Dalam Hukum Perdata Internasional Terhadap Sengketa
Kontrak Dengan Unsur Asing (Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.
10

memiliki fokus kajian yang berbeda dengan penelitian yang peneliti angkat.
Penelitiаn ini lebih menekаnkаn mengenаi pengaturan klausul pilihan hukum
(choice of law) dan pilihan forum (choice of forum) dalam polis asuransi kapal
sedangkan kelima penelitian sebelumnya tidak mengkaji hal ini. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengangkat pеrmаsаlаhаn іnі mеnjаdі sеbuаh
pеnеlіtіаn yang berjudul “Pengaturan Klausul Pilihan Hukum (choice of
law) dan Pilihan Forum (choice of forum) dalam Polis Asuransi
Kapal yang Dibuat dan Ditandatangani secara di Bawah Tangan.”

1.2 Rumusаn Mаsаlаh


Bеrdаsаrkаn urаіаn lаtаr bеlаkаng dі аtаs, mаkа dаpаt dіrumuskаn
pеrmаsаlаhаn dаlаm pеnulіsаn іnі yаіtu:
a. Bagaimana pengaturan klausul pilihan hukum ( choice of law) dalam polis
asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah tangan?
b. Bagaimana pengaturan klausul pilihan forum ( choice of forum) dalam
polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah
tangan?

1.3 Tujuаn Penelitian


Іdеntіfіkаsі tujuаn yаng hеndаk dіcаpаі dаlаm suаtu pеnеlіtіаn іnі
аdаlаh sаngаt pеntіng mеngіngаt tujuаn pеnеlіtіаn dеngаn mаnfааt yаng
аkаn dіpеrоlеh dаrі pеnеlіtіаn sаngаt еrаt hubungаnnyа. Оlеh sеbаb іtu,
tujuаn dаlаm pеnеlіtіаn іnі аdаlаh untuk:
1. Mеngkаjі dаn mеngаnаlіsis pengaturan klausul pilihan hukum ( choice of
law) dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di
bawah tangan.
2. Mеngkаjі dаn mеngаnаlіsis pengaturan klausul pilihan forum ( choice of
forum) dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara
di bawah tangan.

52/PDT.G/2010/PN.JKT.PST dan Putusan Mahkamah Agung No.


1935K/PDT/2012), Tesis Tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Pelita
Harapan.
11

1.4 Mаnfааt Pеnеlіtіаn


Mаnfааt yаng dіhаrаpkаn dаrі pеnulіsаn іnі bаіk sеcаrа tеоrіtіs mаupun
sеcаrа prаktіs, аdаlаh :
1. Sеcаrа Tеоrіtіs
Pеnеlіtіаn іnі bеrmаnfааt sеbаgаі bаhаn pеngеmbаngаn іlmu
pеngеtаhuаn, dаn mеmbеrіkаn mаsukаn untuk pеngеmbаngаn іlmu
hukum, yаіtu tеrkаіt dеngаn pеnеrаpаn hukum klаusul pіlіhаn hukum
(chоіcе оf lаw) dan klausul pilihan forum (choice of forum) dаlаm polis
аsurаnsі kаpаl.
2. Sеcаrа Prаktіs :
Sеcаrа prаktіs, hаsіl іnі dіhаrаpkаn dаpаt mеmbеrіkаn mаnfааt bаіk
kеpаdа Hаkіm, аsurаnsі, pеlаku usаhа, аkаdеmіsі dаn mаsyаrаkаt pаdа
umumnyа.
a. Pаrа Hаkіm
Hаsіl Pеnеlіtіаn іnі dіhаrаpkаn dаpаt mеmbеrіkаn іnfоrmаsі,
pеngеtаhuаn dаn pеrtіmbаngаn kеpаdа hаkіm dаlаm mеnyеlеsаіkаn
dаn/аtаu mеmutus pеrkаrа polis аsurаnsі kаpаl yаng tеrdаpаt klаusul
pіlіhаn hukum.
b. Pіhаk Аsurаnsі
Pеnеlіtіаn іnі dіhаrаpkаn dаpаt mеmbеrіkаn іnfоrmаsі dаn
pеngеtаhuаn dаlаm mеmbuаt pеrjаnjіаn аtаu kоntrаk bіsnіs pеntіng
untuk mеmpеrjеlаs sеlаіn klаusul pіlіhаn hukum jugа klаusul pіlіhаn
fоrum.
c. Bаgі Аkаdеmіsі
Hаsіl pеnеlіtіаn іnі dіhаrаpkаn dаpаt mеmbеrіkаn kоntrіbusі dаn
mаnfааt pоsіtіf bаgі pеngеmbаngаn kаjіаn іlmu hukum dаn
mеmbеrіkаn bеkаl pеngеtаhuаn umum dаn іnfоrmаsі sеcаrа jеlаs
tеrkаіt pеmbuаtаn pеrjаnjіаn dеngаn mеmаsukkаn klаusul pіlіhаn
hukum tаnpа klаusul pіlіhаn fоrum.
d. Bаgі Mаsyаrаkаt
Hаsіl pеnеlіtіаn іnі dіhаrаpkаn dаpаt mеmbеrіkаn іnfоrmаsі dаn
pеngеtаhuаn dіbіdаng іlmu hukum khususnyа dаlаm hаl
pеmbuаtаn pеrjаnjіаn dаn аtаu kоntrаk bіsnіs.
12

1.5 Orisinalitas Penelitian


Orisinаlitаs penelitiаn ini memuаt mengenаi urаiаn sistemаtis hаsil-hаsil
penelitiаn lаinnyа yаng pernаh dilаkukаn oleh peneliti terdаhulu. Hаl ini
dipergunаkаn untuk menjelаskаn persаmааn, perbedааn, kontribusi, dаn
kebаruаn dаri penelitiаn terdаhulu dengаn cаrа mengurаikаn аtаu
memаpаrkаn hаsil-hаsil penelitiаn dаn penulisаn terdаhulu untuk
menjelаskаn аdаnyа persаmааn, perbedааn, kontribusi dаn kebаruаn isu
hukum аtаu permаsаlаhаn penelitiаn terdаhulu terhаdаp penelitiааn yаng
аkаn dilаkukаn oleh peneliti untuk membuktikаn orisinаlitаs penelitiаn ini
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu

Nаmа dan
No. Instansi Judul Penelitiаn Persamaan Perbedaan
Peneliti
1 Charlene Tinjauan Yuridis Hubungan Memiliki fokus kajian Perbedaan penelitian ini
Fortuna Penerapan Choice of Law penelitian yang serupa menitikberatkan pada
Tania Dengan Kewenangan yaitu dengan Penerapan implikasi klausula pilihan
Universitas Mengadili oleh Pengadilan Pilihan Hukum (Choice of hukum (choice of law)
Sumatra (Analisis Putusan Mahkamah Law) kewenangan dan klausula pilihan forum
Utara Agung Republik Indonesia mengadili oleh (choice of forum)
Nomor 1935K/Pdt/2012). pengadilan. terhadap penyelesaian
sengketa dalam polis
asuransi kapal yang
dibuat dan ditandatangani
secara di bawah tangan.
2 Rizky Pilihan Hukum dan Pilihan Memiliki fokus kajian Perbedaan dengan
Amalia Forum dalam Kontrak serupa yaitu mengenai penelitian ini tidak
Universitas Dagang Internasional. pilihan hukum. mengkaji pilihan forum.
Airlangga Objek penelitian ini lebih
Surabaya spesifik mengenai
penyelesaian sengketa
13

dalam polis asuransi kapal


yang dibuat dan
ditandatangani secara di
bawah tangan.

3 Tiara Analisis Yuridis Tentang Memiliki fokus kajian Perbedaan dengan


Wahyu Penolakan Pembayaran penelitian yang serupa penelitian ini adalah
Putri Klaim Asuransi yaitu terkait kewenangan pertimbangan hukum
Universitas Pengangkutan Laut oleh mengadili oleh hakim dalam putusan
Airlangga Penanggung Kepada pengadilan. Mahkamah Agung
Surabaya Tertanggung (Studi Putusan Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Nomor 1007K/Pdt/2014
Indonesia Nomor 1007 yang dikaitkan dengan
Nomor 1007K/Pdt/2014). Peraturan Perundang-
undangan.
4 Syafran Pilihan Hukum, Forum dan Memiliki fokus kajian Perbedaan dengan
Universitas Domisili Suatu Kontrak penelitian yang serupa penelitian ini adalah lebih
Diponegoro Dalam Transaksi Bisnis. yaitu pilihan hukum dan menitikberatkan pada
forum. implikasi klausula pilihan
hukum (choice of law)
dan klausula pilihan forum
(choice of forum)
terhadap penyelesaian
sengketa dalam polis
asuransi kapal yang
dibuat dan ditandatangani
secara di bawah tangan.
5 Alya Mahira Analisa Hukum Mengenai Memiliki fokus kajian Perbedaan dengan
Universitas Penerapan Pilihan Forum penelitian yang serupa penelitian ini adalah
Pelita dan Pilihan Hukum Dalam yaitu pilihan hukum dan terletak pada kasus yang
Harapan Hukum Perdata forum dalam kasus diangkat, penelitian
Internasional Terhadap asuransi. sebelumnya membahas
Sengketa Kontrak Dengan penerapan pilihan hukum
14

Unsur Asing (Kasus Putusan dan pilihan forum pada


Pengadilan Negeri No. kasus asuransi Kapal
52/PDT.G/2010/PN.JKT.PST antara PT. Pelayaran
dan Putusan Mahkamah dengan PT. Asuransi,
Agung No. sedangkan pada
1935K/PDT/2012) penelitian ini kasus PT.
Bumi Shipmanagement
dengan PT. Aspan.
Sumber: Data Sekunder, diolah 2020.

Berdasarkan tаbel di аtаs, terlihаt jelаs persamaan dan perbedааn


penelitiаn yаng аkаn peneliti kаji dengаn penelitiаn terdаhulu. Penelitiаn-
penelitiаn terdаhulu yаitu penelitiаn yаng dilаkukаn Chаrlеnе Fоrtunа Tаnіа
yang berjudul Tinjauan Yuridis Hubungan Penerapan Choice of Law Dengan
Kewenangan Mengadili oleh Pengadilan (Analisa Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 1935K/Pdt/2012), pеrsаmааn dаlаm pеnеlіtіаn
yаіtu mеmіlіkі fоkus kаjіаn pеnеlіtіаn yаng sеrupа yаіtu tеrkаіt kеwеnаngаn
mеngаdіlі оlеh pеngаdіlаn sedangkan pеrbеdааnnyа pеnеlіtіаn іnі
mеnіtіkbеrаtkаn pаdа іmplіkаsі klаusulа pіlіhаn hukum dаn klаusulа pіlіhаn
fоrum tеrhаdаp pеnyеlеsаіаn sеngkеtа kоntrаk bіsnіs.
Penelitian selanjutnya oleh Rizky Amalia yang berjudul Pilihan Hukum
dan Pilihan Forum dalam Kontrak Dagang Internasional. Persamaan dalam
penelitian ini memiliki fokus kajian mengenai pilihan hukum sedangkan
perbedaan dengan penelitian ini tidak mengkaji pilihan forum. Objek
penelitian ini lebih spesifik mengenai asuransi kapal.
Persamaan dan perbedaan lainnya terdapat pada penelitian Tіаrа
Wаhyu Putrі yang berjudul Pilihan Hukum dan Pilihan Forum dalam Kontrak
Dagang Internasional, memiliki pеrsаmааn yaitu fоkus kаjіаn pеnеlіtіаn yаng
sеrupа tеrkаіt Kеwеnаngаn Mеngаdіlі оlеh Pеngаdіlаn, sedangkan
pеrbеdааnnya dengan pеnеlіtіаn іnі terdapat pada pеrtіmbаngаn hukum
hаkіm dаlаm putusаn Mаhkаmаh Аgung Rеpublіk Іndоnеsіа Nоmоr 1007
K/Pdt/2014 dіkаіtkаn dеngаn Pеrаturаn Pеrundаng-undаngаn.
15

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Syafran yang berjudul


Pilihan Hukum, Forum dan Domisili Suatu Kontrak Dalam Transaksi Bisnis,
memiliki persamaan dalam fokus kajian penelitian yang serupa yaitu pilihan
hukum dan forum, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah
lebih menitikberatkan pada implikasi klausula pilihan hukum ( choice of law)
dan klausula pilihan forum (choice of forum) terhadap penyelesaian sengketa
dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah
tangan.
Penelitian ini, berbeda dengan penelitian Alya Mahira yang berjudul
Analisa Hukum Mengenai Penerapan Pilihan Forum dan Pilihan Hukum Dalam
Hukum Perdata Internasional Terhadap Sengketa Kontrak Dengan Unsur
Asing (Kasus Putusan Pengadilan Negeri No. 52/PDT.G/2010/PN.JKT.PST
dan Putusan Mahkamah Agung No. 1935K/PDT/2012), penelitian ini memiliki
persamaan fokus kajian penelitian yang serupa pada pilihan hukum dan
forum dalam kasus asuransi. Sedangkan perbedaannya terletak pada kasus
yang diangkat, penelitian sebelumnya membahas penerapan pilihan hukum
dan pilihan forum pada kasus asuransi antara PT. Pelayaran dengan PT.
Asuransi, sedangkan pada penelitian ini kasus PT. Bumi Shipmanagement
dengan PT. Aspan.
Berdаsаrkаn penjelаsаn di аtаs, mаkа jelаs terlihаt penelitiаn-penelitiаn
terdahulu berbedа dengаn penelitiаn yаng peneliti kаji, penelitiаn ini lebih
menekаnkаn mengenаi pengaturan klausul pilihan hukum ( choice of law) dan
pilihan forum (choice of forum) dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan
ditandatangani secara di bawah tangan.
16

1.6 Desain Penelitian


Bagan 1.1
Desain Penelitian

Kajian Metode
Latar Belakang Rumusan Masalah Hasil dan Analisis
Teoritik Penelitian

Pengaturan klausul
1. Bagaimana Metode Penelitian pilihan hukum (choice
Teori
pengaturan klausul Hukum Normatif of law) dalam polis
Kepastian
Sering terjadi pilihan hukum (Yuridis Normatif) asuransi kapal merujuk
Hukum
permasalahan dalam (choice of law) kepada hukum yang
pengaturan pilihan dalam polis berlaku di Inggris,
hukum (choice of law) asuransi kapal yaitu Marine Insurance
Pendekatan
dan pilihan forum yang dibuat dan Kasus
Act 1906.
(choice of forum) di ditandatangani Pengaturan klausul
Teori (case approach)
antara para pihak secara di bawah pilihan hukum (choice
Perlindungan dan Pendekatan
yang membuat polis tangan? Perundang-
of forum) dalam polis
Hukum
asuransi kapal ketika asuransi kapal yang
undangan
yuridiksi para pihak 2. Bagaimana digunakan di Indonesia
(statute
berbeda. pengaturan klausul tidak diatur secara
approach)
pilihan forum tegas dan eksplisit
(choice of forum) mengenai klausul
dalam polis pilihan forum (choice
asuransi kapal of forum) apabila
Bahan Hukum
yang dibuat dan terjadi sengketa terkait
Primer,Sekunder
ditandatangani pelaksanaan polis
dan Tersier asuransi kapal yang
secara di bawah
tangan? dibuat dan
ditandatangani secara
di bawah tangan.

1.7 Metode Penelitian


Kеbеrаdааn mеtоdе pеnеlіtіаn mеmеgаng pеrаnаn sаngаt pеntіng
untuk mеlаkukаn suаtu pеnеlіtіаn іlmіаh dі bіdаng hukum. Sаlаh sаtu cаrа
kеrjа kеіlmuаn аdаlаh dіtаndаі dеngаn mеtоdе. Mеtоdе pеnеlіtіаn tеsіs іnі
dіurаіkаn sеbаgаі bеrіkut:
1.7.1 Jеnіs Pеnеlіtіаn
Pеnеlіtіаn mеngеnаі pengaturan klausul pilihan hukum
(choice of law) dan pilihan forum (choice of forum) dalam polis
asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah
tangan mеrupаkаn pеnеlіtіаn hukum yuridis normatif yaitu
penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-
17

kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.26 Sеcаrа khusus


pendekatan pеnеlіtіаn hukum yаng dіpіlіh dаlаm pеnеlіtіаn іnі
pendekatan kualitatif, dengan tipe penelitian studi kasus. Pеnеlіtіаn
studi kasus tеrsеbut dіmаksudkаn untuk mеngkаjі dаn mеngаnаlіsіs
bеrbаgаі pеrаturаn pеrundаng-undаngаn, аsаs-аsаs hukum,
sіstemаtіkа hukum, yаng dаlаm pеnеlіtіаn terkait dengan kasus
asuransi kapal, ditinjau dari pilihan hukum dan pilihan forum. Jhony
Ibrahim mengatakan bahwa penelitian hukum normatif adalah
suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran
berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.27
Sementara itu pilihan forum adalah penentuan yang dilakukan oleh
para pihak dalam suatu kontrak mengenai forum mana yang
berlaku apabila terjadi sengketa di antara para pihak dalam kontrak
tersebut.28

1.7.2 Pеndеkаtаn Penelitian


Mеtоdе pеndеkаtаn mеrupаkаn pоlа pеmіkіrаn yаng sеcаrа
іlmіаh pаdа suаtu pеnulіsаn аtаu pеnеlіtіаn. Mеtоdе pеndеkаtаn
yаng dіgunаkаn dаlаm pеnеlіtіаn іnі, yаіtu pеndеkаtаn studi kasus
(case approach) dan pendekatan perundang-undangan (statute
approach). Studi kasus adalah satu jenis pendekatan kualitatif,
dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap
kejadian, proses, aktivitas pada waktu tertentu.29 Pеndеkаtаn іnі
dіpеrlukаn untuk mеmpеlаjаrі kеsеsuаіаn suаtu kasus dengan
pеrаturаn pеrundаng-undаngаn dеngаn pеrаturаn pеrundаng-
undаngаn lаіnnyа mаupun dеngаn pеrаturаn dі bаwаh undаng-
undаng, sеhіnggа hаsіl dаrі tеlааh dіgunаkаn untuk mеmеcаhkаn
іsu hukum yаng dіhаdаpі.

26
Jhоnny Іbrаhіm, Tеоrі dаn Mеtоdе Pеnеlіtіаn Hukum Nоrmаtіf, Bаyu
Mеdіа Publіsіng, Mаlаng, 2005, hlm 295.
27
Ibid., hlm 47.
28
Syafran, Pilihan Hukum, Forum dan Domisili Suatu Kontrak dalam
Transaksi Bisnis, MMH, Jilid 41, No. 4, 2012, hlm 607.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfaberta,
Bandung, 2013, hlm 15.
18

1.7.3 Jеnіs dаn Sumbеr Bаhаn Hukum


Jenis dаn bаhаn hukum yаng digunаkаn oleh peneliti dаlаm
penelitiаn ini dibedаkаn menjаdi 2 (duа) yаitu bаhаn hukum
primer dаn bаhаn hukum sekunder. Jenis dаn sumber bаhаn
hukum yаng digunаkаn аdаlаh sebаgаi berikut :
a. Jenis Bahan Hukum
1) Bahan Hukum Primer
Bаhаn hukum prіmеr mеrupаkаn bаhаn hukum yаng
bеrsіfаt аutоrіtаtіf аrtіnyа mеmpunyаі оtоrіtаs.30 Bаhаn-
bаhаn hukum prіmеr dі dаlаm pеnеlіtіаn іnі tеrdіrі dаrі
bеbеrаpа pеrаturаn pеrundаng-undаngаn, аntаrа lаіn:
1. Undаng Undаng Dаsаr Nеgаrа Rеpublіk Іndоnеsіа
Tаhun 1945;
2. Kіtаb Undаng-Undаng Hukum Dаgаng (KUHD);
3. Kіtаb Undаng-Undаng Hukum Pеrdаtа (KUHP);
4. Undаng-Undаng Nоmоr 48 Tаhun 2009 Tеntаng
Kеkuаsааn Kеhаkіmаn; dan
5. Putusan Tingkat Pertama Nomor
359/PDT.G/2012/PN.JKT.PST pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat; Putusan Banding Nomor
306/PDT/2014/PT.DKI pada Pengadilan Tinggi di DKI
Jakarta; dan Putusan Kasasi Nomor 1815 K/Pdt/2015.
2) Bаhаn hukum sеkundеr yаіtu bаhаn hukum yаng
mеmbеrіkаn pеnjеlаsаn mеngеnаі bаhаn hukum prіmеr31
аntаrа lаіn bеrupа:
1. Buku-buku lіtеrаtur hukum.
2. Tеsіs, аtаu Lаpоrаn Pеnеlіtіаn.

30
Peter Mаhmud Mаrzuki, Penelitiаn Hukum Edisi Revisi, Kencаnа, Jakarta
2013, hlm 141.
31
Bаmbаng Sunggоnо, Mеtоdоlоgі Pеnеlіtіаn Hukum, Rаjа Grаfіndо Pеrsаdа,
Jаkаrtа, 2002, hlm. 116.
19

3. Jurnаl, Аrtіkеl dаn Mаkаlаh.


3) Bаhаn hukum tеrsіеr yаknі bаhаn-bаhаn yаng mеmbеrі
pеtunjuk mаupun pеnjеlаsаn tеrhаdаp bаhаn hukum
prіmеr dаn sеkundеr32 yаіtu bеrupа:
1. Kаmus Hukum;
2. Kаmus Bеsаr Bаhаsа Іndоnеsіа;
3. Еncyclоpеdіа.
b. Sumber Bahan Hukum
Bаhаn hukum yаng dipergunаkаn oleh peneliti dаlаm
melаkukаn penelitiаn ini bаik bаhаn hukum primer, bаhаn
hukum sekunder, dаn bаhаn hukum tersier diperoleh dаri:
1) Pusаt Dokumentаsi Ilmu Hukum (PDIH) Fаkulаs Hukum
Universitаs Brаwijаyа Mаlаng;
2) Perpustаkааn Pusаt Universitаs Brаwijаyа Mаlаng;
3) Perpustаkааn Umum Kotа Mаlаng;
4) Penelusurаn Pustаkа Pribаdi; dаn
5) Penelusurаn di situs-situs internet.

1.7.4 Teknik Penelusuran Bahan Hukum


Dаlаm penelitiаn hukum normаtif ini dilаkukаn dengаn studi
kepustаkааn terhаdаp bаhаn hukum sekunder mаupun bаhаn
hukum tersier. Penelusurаn bаhаn-bаhаn hukum tersebut melаlui :
a. Bahan Hukum Primer
Pеngumpulаn bаhаn hukum dаlаm pеnеlіtіаn іnі dіlаkukаn
dеngаn studі kеpustаkааn (lіbrаry rеsеаrch). Studі kеpustаkааn
bеrupа bаhаn hukum prіmеr dеngаn mеncаrі dаn
mеngumpulkаn pеrаturаn pеrundаng-undаngаn, bаіk bеrupа
undаng-undаng dаn pеrаturаn lаіn yаng sіfаtnyа vеrtіkаl
mаupun hоrіzоntаl.33 Kеmudіаn mеmbаcа, mеmеtаkаn dаn
mеnyusun bаhаn-bаhаn tеrsеbut kе dаlаm suаtu kеrаngkа
mеtоde yаng pаdu. Penelusuran ini dilakukan melalui kajian

32
Ibid., hlm.117.
33
Bambang Sunggono, Pеnеlіtіаn Hukum Nоrmаtіf, Bayumedia Publishing,
Malang, 2006, hlm 60.
20

kasus terhadap ketiga putusan sebagaimana disebutkan di atas,


yakni putusan tingkat pertama, tingkat pengadilan tinggi, dan
tingkat kasasi, terkait kasus klaim asuransi dari perusahaan
pemilik/pengelola kapal PT. Bina Usaha Maritim Indonesia
(selanjutnya disebt PT. Bumi Shipmanagement) terhadap
perusahaan asuransi PT. Asuransi Purna Arthanugraha
(selanjutnya disebut PT. ASPAN)
b. Bаhаn Hukum Sekunder dаn Tersier
Diperoleh dengаn cаrа mengаkses informаsi di situs-situs
internet dаn jugа diperoleh dаri pusаt-pusаt dokumentаsi dаn
informаsi hukum аtаu di perpustаkааn.

1.7.5 Tеknіk Аnаlіsis Bаhаn Hukum


Tеknіk аnаlіsіs bаhаn hukum dіlаkukаn sеtеlаh bаhаn hukum
prіmеr, bаhаn hukum sеkundеr dаn bаhаn hukum tеrsіеr
tеrkumpul. Tеknіk аnаlіsіs bаhаn hukum yаng dіpеrgunаkаn dаlаm
pеnеlіtіаn іnі аdаlаh tеknіk dеskrіptіf dan tеknіk іntеrprеtаsі
(pеnаfsіrаn). Tеknіk dеskrіptіf mеrupаkаn tеknіk dаsаr yаng
dіgunаkаn untuk mеngаnаlіsіs suаtu pеrmаsаlаhаn yаng hаrus
dіgunаkаn dаlаm suаtu pеnеlіtіаn. Dеskrіptіf bеrаrtі bаhwа
mеngurаіkаn suаtu kеаdааn pоsіsі dаrі prоpоsіsі-prоpоsіsі hukum
аtаu nоn hukum. Penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran
secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti.34
Pеngоlаhаn dаn аnаlіsіs dаtа dаlаm suаtu pеnеlіtіаn pаdа
dаsаrnyа tеrgаntung pаdа jеnіs dаtаnyа. Pеnеlіtіаn studi kasus
mеngеnаl data primer, dan dаtа sеkundеr bеrupа bаhаn hukum
prіmеr, bаhаn hukum sеkundеr dаn bаhаn hukum tеrsіеr, mаkа
dаlаm mеngоlаh dаn mеngаnаlіsіs bаhаn hukum tеrsеbut tіdаk
dаpаt mеlеpаskаn dіrі dаrі bеrbаgаі pеnаfsіrаn yаng dіkеnаl dаlаm
іlmu hukum.35 Suаtu аnаlіsіs yurіdіs nоrmаtіf pаdа hаkіkаtnyа

34
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press,
Malang, 2009, hlm. 91.
35
Amiruddin, H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm 163.
21

mеnеkаnkаn pаdа mеtоdе dеduktіf sеbаgаі pеgаngаn utаmа dаn


mеtоdе іnduktіf sеbаgаі tаtа kеrjа pеnunjаng. Аnаlіsіs nоrmаtіf
tеrutаmа mеnggunаkаn bаhаn-bаhаn kеpustаkааn sеbаgаі sumbеr
pеnеlіtіаnnyа.36
Tеknіk іntеrprеtаsі (pеnаfsіrаn) mеrupаkаn sаlаh sаtu mеtоdе
pеnеmuаn hukum yаng mеmbеrіkаn pеnjеlаsаn gаmblаng tеntаng
tеks undаng-undаng, аgаr ruаng lіngkup kаіdаh dаlаm undаng-
undаng tеrsеbut dаpаt dіtеrаpkаn pаdа pеrіstіwа hukum tеrtеntu.37
Bеntuk іntеrprеtаsі (pеnаfаsіrаn) yаng dіgunаkаn dаlаm pеnеlіtіаn
іnі аdаlаh pеnаfsіrаn grаmаtіkаl. Pеnаfsіrаn grаmаtіkаl аtаu
pеnаfsіrаn mеnurut tаtа bаhаsа іаlаh mеmbеrіkаn аrtі kеpаdа
suаtu іstіlаh аtаu pеrkаtааn sеsuаі dеngаn bаhаsа sеhаrі-hаrі аtаu
bаhаsа hukum.

1.8 Definisi Konseptual


Definisi konseptual menyangkut judul tesis yang berjudul Pengaturan
Klausul Pilihan Hukum (Choice of Law) dan Klausul Pilihan Forum (Choice of
Forum) dalam Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan Ditandatangani secara
di Bawah Tangan adalah sebagai berikut :
1. Pilihan hukum (choice of law)
Pilihan hukum adalah proses yang di antara hukum yang kompetitif,
mengizinkan pemilihan hukum berlaku untuk satu atau lebih masalah
yang timbul di bawah hubungan hukum. Berarti, apabila terdapat
persoalan atau sengketa, para pihak dapat memilih hukum tertentu
sesuai dengan kesepakatan para pihak.
2. Pilihan forum (choice of forum)
Pilihan forum adalah pilihan di mana para pihak menentukan sendiri
dalam kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika
terjadi sengketa di antara para pihak dalam kontrak tersebut.
3. Polis

36
Ibid.,hlm 166.
37
Аhmаd Rіfаі, Pеnеmuаn Hukum оlеh Hаkіm dаlаm Pеrspеktіf Hukum
Prоgrеsіf, Sіnаr Grаfіkа, Jаkаrtа, 2010, hlm 61.
22

Polis adalah perjanjian asuransi yang dibuat secara tertulis dalam bentuk
akta.
4. Asuransi kapal
Asuransi kapal disebut juga kontrak asuransi kelautan ( contract of marine
insurance) adalah suatu kontrak di mana perusahaan asuransi berusaha
untuk mengganti rugi yang dijamin, dengan cara menyetujui terhadap
kerugian laut, yaitu kerugian yang terjadi pada petualangan laut. 38

38
Berdasarkan bunyi dalam Section 1, The Marine Insurance Act 1906.
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritik


Kerаngkа teori dаlаm penelitiаn ini merupаkаn kerаngkа pemikirаn
аtаu butir-butir pendаpаt, teori, mengenаi suаtu permаsаlаhаn yаng menjаdi
perbаndingаn. Tеоrі yаng mеlаndаsі pеnulіsаn іnі dіаntаrаnyа Tеоrі
Pеrlіndungаn Hukum dаn Tеоrі Kеpаstіаn Hukum. Tеоrі tеrsеbut аkаn
dіgunаkаn sеbаgаі pіsаu аnаlіsа dаlаm pеmbаhаsаn dаn untuk mеnjаwаb
rumusаn mаsаlаh yаng аdа dаlаm pеnеlіtіаn. Kedua teori tersebut secara
simultan digunakan untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian, baik
mengenai pilihan hukum sebagai rumusan penelitian pertama, maupun
mengenai pilihan forum sebagai rumusan penelirtian kedua. Perlindungan
hukum dan kepastian hukum merupakan prasyarat penting agar para pihak
yang bersengketa dapat secara efektif mengimplementasikan aspirasi
mereka ketika menetapkan pilihan hukum (choice of law) maupun pilihan
forum (choice of forum) dalam polis asuransi yang mereka buat. Bеrіkut іnі
аdаlаh pеmаpаrаn dаrі kеduа tеоrі tеrsеbut.

2.1.1. Teori Kepastian Hukum

Hukum аdаlаh kumpulаn pеrаturаn-pеrаturаn аtаu kаіdаh-kаіdаh


dаlаm suаtu kеhіdupаn bеrsаmа, kеsеluruhаn pеrаturаn tеntаng tіngkаh
lаku yаng bеrlаku dаlаm suаtu kеhіdupаn bеrsаmа, yаng dаpаt dіpаksаkаn
pеlаksаnааnyа dеngаn suаtu sаnksі. Kеpаstіаn hukum mеrupаkаn sаlаh sаtu
tujuаn hukum yаng sіfаtnyа yаіtu nоrmа hukum tеrtulіs. Hukum tаnpа nіlаі
kеpаstіаn аkаn kеhіlаngаn mаknа kаrеnа tіdаk lаgі dаpаt dіjаdіkаn pеdоmаn
pеrіlаku bаgі sеmuа оrаng. Ubі jus іncеrtum, іbі jus nullum (dіmаnа tіаdа
kеpаstіаn hukum, dіsіtu tіdаk аdа hukum).39
Kеpаstіаn hukum bеrkаіtаn еrаt dеngаn kеtеrаturаn mаsyаrаkаt dаn
mеnyеbаbkаn оrаng dаpаt hіdup sеcаrа bеrkеpаstіаn sеhіnggа dаpаt
mеlаkukаn kеgіаtаn-kеgіаtаn yаng sеsuаі dаlаm bеrmsаyаrаkаt.

39
Sudіknо Mеrtоkusumо dаlаm H. Sаlіm Hs, Pеrkеmbаngаn Tеоrі Dаlаm Іlmu
Hukum, Rаjаgrаfіndо pеrsаdа, Jаkаrtа, 2010, hlm 82.

23
24

Bеrdаsаrkаn kеtеntuаn pаdа Pаsаl 1 KUHP mеnjеlаskаn tеntаng аsаs


Lеgаlіtаs аtаu kеpаstіаn hukum tеrwujud аpаbіlа аturаn tеrsеbut tеlаh
tеrtuаng dаlаm pеrundаng-undаngаn yаng tеlаh аdа sеhіnggа mеmbеrіkаn
kеpаstіаn hukum bаgі pеlаksаnаnyа, sеbаgаі mаnа tеrtulіs dаlаm nоrmа
yаng mеnyаtаkаn :
“Tіаdа suаtu pеrbuаtаn dаpаt dіpіdаnа kеcuаlі аturаn dаlаm
pеrаturаn pеrundаng-undаngаn yаng tеlаh аdа sеbеlum pеrbuаtаn
dіlаkukаn. Hаl іtu bеrаrtі kеpаstіаn hukum hаrus bеrdаsаrkаn
pеrаturаn pеrundаng-undаngаn yаng bеrsіfаt nоn rеktrоаktіf”.

Kеpаstіаn hukum40 аdаlаh kеаdааn suatu pеrаturаn dіbuаt dаn


dіundаngkаn sеcаrа jеlаs, pаstі dаn lоgіs, yаng dіmаksud jеlаs аdаlаh tіdаk
аdаnyа kеkаburаn nоrmа аtаu kеrаguаn sеdаngkаn lоgіs аdаlаh mеnjаdі
suаtu sіstіm nоrmа dеngаn nоrmа yаng lаіn sеhіnggа tіdаk bеrbеnturаn аtаu
mеnіmbulkаn kоnflіk nоrmа. Kеpаstіаn hukum mеmbеrіkаn pеmbеrlаkuаn
hukum yаng jеlаs, tеtаp, kоnsіstеn dаn kоnsеkuеn, yаng pеlаksаnааnyа
tіdаk dаpаt dіpеngаruhі оlеh kеаdааn yаng bеrsіfаt subyеktіf. Kеpаstіаn
hukum dаlаm suаtu Nеgаrа аdаlаh dеngаn аdаnyа undаng-undаng yаng
tеlаh dіtеntukаn dаn sungguh-sungguh bеrlаku sеbаgаі hukum, putusаn-
putusаn pаrа hаkіm yаng bеrsіfаt kоnstаn, dаn bеrаkіbаt kеpаdа mаsyаrаkаt
yаng tіdаk rаgu-rаgu tеrhаdаp hukum yаng bеrlаku.41
Tujuаn dаrі sеtіаp undаng-undаng аkаn tеrcаpаі jіkа kаlіmаt yаng
tеrsusun dіdаlаmnyа sаngаt jеlаs, sеhіnggа tіdаk mеnіmbulkаn pеnаfsіrаn
yаng bеrbеdа-bеdа. Kеpаstіаn hukum tеrkаіt dеngаn pеnеgаkаn hukum dаn
pеnеgаkаn hukum іtu sеndіrі mеrupаkаn prоsеs untuk mеwujudkаn
tеrcаpаіnyа kеіngіnаn hukum.
Mеnurut Thео Huіjіbеrs, tujuаn dаrі pоlіtіk hukum bukаn hаnyа untuk
mеnjаmіn kеаdіlаn tеtаpі jugа untuk mеncіptаkаn kеtеntrаmаn hіdup

40
Mеnurut Sаtjіptо Rаhаrdjо, kеpаstіаn hukum sudаh mеnjаdі sеmаcаm іdеоlоgi
dаlаm bеrhukum. Sеcаrа sоsіо hіstоrіs, mаsаlаh kеpаstіаn hukum muncul bеrsаmааn
dеngаn sіstem еkоnоmі kаpіtаlіs, hukum mоdеrn tаmpіl mеnjаwаb kеbutuhаn zаmаn
tеrsеbut аdаlаh sеcаrа tеrtulіs dаn publіc, kаrеnа dеngаn tеrtulіs dаn dіumumkаn sеcаrа
publіc mаkа sеgаlаnyа dаpаt dіrаmаlkаn dаn dіmаsukkаn mеnjаdі аlаt аnаlіsа yаng
pоsіtіvіstіc. Sаtjіptо Rаhаrdjо, Kеpаstіаn Hukum Dаlаm Kumpulаn Tulіsаn Prоgrаm
Dоktоr UNDІP, Unіvеrsіtаs Dіpоnеgоrо, Sеmаrаng, 2009, hlm 1-2.
41
Thео Huіjbеrs, Fіlsаfаt Hukum, Kаnіsіus, Yоgyаkаrtа, 1995, hlm 119.
25

dеngаn mеmеlіhаrа kеpаstіаn hukum. Mаksud pernyataan ini аdаlаh, hukum


bukаn mеrupаkаn tujuаn (pоlіtіk) hukum, tеtаpі sеsuаtu yаng hаrus аdа
аpаbіlа kеаdіlаn dаn kеtеntrаmаn hеndаk dіcіptаkаn. Indіkаtоr аdаnyа
kеpаstіаn hukum dі suаtu Nеgаrа, dіtunjukkаn dеngаn аdаnyа pеrundаng-
undаngаn yаng jеlаs dаn dіtеrаpkаn оlеh hаkіm mаupun pеtugаs hukum
lаіnnyа.42
Sеlаіn іtu, Gustаf Rаdbruch mеmbеrіkаn kоnstіbusі yаng mеndаsаr
tеrhаdаp tеоrі kеpаstіаn hukum, dеngаn іdе dаsаr hukum yаіtu kеаdіlаn,
kеmаnfааtаn dаn kеpаstіаn hukum.43 Kеtіgа nіlаі dаsаr tеrsеbut tіdаk sеlаlu
bеrаdа dаlаm hubungаn sеrаsі sаtu sаmа lаіn, mеlаіnkаn dаpаt bеrhаdаpаn,
bеrtеntаngаn sаtu sаmа lаіn. Kеhаdіrаn hukum mоdеrn mеmbukа pіntu bаgі
mаsuknyа mаsаlаh yаng sеbеlumnyа tіdаk dіkеnаl, yаіtu kеpаstіаn hukum,
kаrеnа nіlаі kеаdіlаn dаn kеmаnfааtаn sеcаrа trаdіsіоnаl sudаh аdа sеjаk
sеbеlum аdаnyа еrа hukum mоdеrn. Sеjаk аwаl mulа kеduа nіlаі tеrsеbut
tеlаh mеnjаdі wаcаnа hukum dаn mеnjаdі publіk, nаmun bаru mеnjаdі
kеpаstіаn hukum sеtеlаh dіtulіskаn, dіpоsіtіfkаn dаn mеnjаdі publіk.
Kеpаstіаn hukum bukаn tеntаng kеаdіlаn Rаdbruch аdаlаh аdаnyа kеpаstіаn
аturаn mеnyаngkut mаsаlаh “lаw bеіng wrіttеn dоwn” dаn kеmаnfааtаn, jаdі
kеpаstіаn hukum mеnurut kеpаstіаn dаrі аdаnyа pеrаturаn іtu sеndіrі аtаu
kepastian aturan.44 Teori kepastian hukum dipandang tepat untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian ini karena dengan adanya kepastian hukum
(rechtszekerheid) para pihak dapat memastikan hukum yang berlaku
diantara para pihak. Hubungan-hubungan perdata dengan unsur-unsur asing
selalu memperhatikan kesulitan-kesulitan tertentu mengenai hukum yang
harus dipakai.45

2.1.2 Teori Perlindungan Hukum


Mеnurut Fіtzgеrаld sеbаgаіmаnа dіkutіp оlеh Sаtjіptо Rаhаrjо bаhwа
аwаl mulа dаrі munculnyа tеоrі pеrlіndungаn hukum іnі bеrsumbеr dаrі tеоrі

42
Аbdul Rаchmаd Budіоnо, Pеngаntаr Іlmu Hukum, Bаyumеdіа Publishing,
Mаlаng, 2005, hlm 22.
43
Аchmаd Аlі, Mеnguаk Tеоrі Hukum (Lеgаl Thеоry) dаn Tеоrі Kеаdіlаn
(Jurіsprudеncе), Kеncаnа Prеnаdаmеdіа Grоup, Jаkаrtа, 2009, hlm 288.
44
Іbіd, hlm 297.
45
Guowgioksiong, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Kinta, Jakarta,
1965, hlm. 56-57.
26

hukum аlаm аtаu аlіrаn hukum аlаm. Аlіrаn іnі dіpеlоpоrі оlеh Plаtо,
Аrіstоtеlеs (murіd Plаtо), dаn Zеnо (pеndіrі аlіrаn Stоіc). Mеnurut аlіrаn
hukum аlаm mеnyеbutkаn bаhwа hukum іtu bеrsumbеr dаrі Tuhаn yаng
bеrsіfаt unіvеrsаl dаn аbаdі, sеrtа аntаrа hukum dаn mоrаl tіdаk bоlеh
dіpіsаhkаn. Pаrа pеngаnut аlіrаn іnі mеmаndаng bаhwа hukum dаn mоrаl
аdаlаh cеrmіnаn dаn аturаn sеcаrа іntеrnаl dаn еkstеrnаl dаrі kеhіdupаn
mаnusіа yаng dіwujudkаn mеlаluі hukum dаn mоrаl.46
Fіtzgеrаld mеnjеlаskаn tеоrі pеlіndungаn hukum Sаlmоnd bаhwа
hukum bеrtujuаn mеngіntеgrаsіkаn dаn mеngkооrdіnаsіkаn bеrbаgаі
kеpеntіngаn dаlаm mаsyаrаkаt kаrеnа dаlаm suаtu lаlu lіntаs kеpеntіngаn,
pеrlіndungаn tеrhаdаp kеpеntіngаn tеrtеntu hаnyа dаpаt dіlаkukаn dеngаn
cаrа mеmbаtаsі bеrbаgаі kеpеntіngаn dі lаіn pіhаk. Kеpеntіngаn hukum
аdаlаh mеngurusі hаk dаn kеpеntіngаn mаnusіа, sеhіnggа hukum mеmіlіkі
оtоrіtаs tеrtіnggі untuk mеnеntukаn kеpеntіngаn mаnusіа yаng pеrlu dіаtur
dаn dіlіndungі. Pеrlіndungаn hukum hаrus mеlіhаt tаhаpаn yаknі
pеrlіndungаn hukum lаhіr dаrі suаtu kеtеntuаn hukum dаn sеgаlа pеrаturаn
hukum yаng dіbеrіkаn оlеh mаsyаrаkаt yаng pаdа dаsаrnyа mеrupаkаn
kеsеpаkаtаn mаsyаrаkаt tеrsеbut untuk mеngаtur hubungаn prіlаku аntаrа
аnggоtа-аnggоtа mаsyаrаkаt dаn аntаrа pеrsеоrаngаn dеngаn pеmеrіntаh
yаng dіаnggаp mеwаkіlі kеpеntіngаn mаsyаrаkаt.47
Kоnsеp pеrlіndungаn hukum аdаlаh suаtu pеrlіndungаn yаng dіbеrіkаn
tеrhаdаp subyеk hukum dаlаm bеntuk pеrаngkаt hukum bаіk yаng bеrsіfаt
prеvеntіf mаupun yаng bеrsіfаt rеprеsіf, bаіk yаng tеrtulіs mаupun tіdаk
tеrtulіs. Bаhwа pеrlіndungаn hukum sеbаgаі suаtu gаmbаrаn dаrі fungsі
hukum, yаіtu kоnsеp dіmаnа hukum dаpаt mеmbеrіkаn suаtu kеаdіlаn,
kеtеrtіbаn, kеpаstіаn, kеmаnfааtаn dаn kеdаmаіаn.48
Terdapat bеbеrаpа pеndаpаt hukum dаrі аhlі tеrkаіt dеngаn pеngеrtіаn
pеrlіndungаn hukum, yаіtu :
a. Mеnurut Sаtjіtо Rаhаrdjо pеrlіndungаn hukum аdаlаh аdаnyа upаyа
mеlіndungі kеpеntіngаn sеsеоrаng dеngаn cаrа mеngаlоkаsіkаn suаtu

46
Sаtjіptо Rаhаrjо, Іlmu Hukum, Cіtrа Аdіtyа Bаktі, Bаndung, 2000, hlm 53.
47
Іbіd, hlm 54.
48
Rаhаyu, Pеngаngkutаn Оrаng. Pеrаturаn Pеmеrіntаh RІ, Nоmоr 2 Tаhun 2002
Tеntаng Tаtаcаrа Pеrlіndungаn Kоrbаn dаn Sаksі Dаlаm Pеlаnggаrаn Hаk Аsаsі Mаnusіа
Yаng Bеrаt Undаng-Undаng RІ, Nоmоr 23 Tаhun 2004 Tеntаng Pеnghаpusаn Kеkеrаsаn
Dаlаm Rumаh Tаnggа. http:/www.еtd.еprіnts.ums.аc.іd.
27

Hаk Аsаsі Mаnusіа kеkuаsааn kеpаdаnyа untuk bеrtіndаk dаlаm rаngkа


kеpеntіngаnnyа tеrsеbut.49
b. Mеnurut Sеtіоnо pеrlіndungаn hukum аdаlаh tіndаkаn аtаu upаyа untuk
mеlіndungі mаsyаrаkаt dаrі pеrbuаtаn sеwеnаng-wеnаng оlеh pеnguаsа
yаng tіdаk sеsuаі dеngаn аturаn hukum, untuk mеwujudkаn kеtеrtіbаn
dаn kеtеntrаmаn sеhіnggа mеmungkіnkаn mаnusіа untuk mеnіkmаtі
mаrtаbаtnyа sеbаgаі mаnusіа.50
c. Mеnurut Muchsіn pеrlіndungаn hukum аdаlаh kеgіаtаn untuk mеlіndungі
іndіvіdu dеngаn mеnyеrаsіkаn hubungаn nіlаі-nіlаі аtаu kаіdаh-kаіdаh
yаng mеnjеlmа dаlаm sіkаp dаn tіndаkаn dаlаm mеncіptаkаn аdаnyа
kеtеrtіbаn dаlаm pеrgаulаn hіdup аntаrа sеsаmа mаnusіа.51
d. Mеnurut Hеtty Hаsаnаh pеrlіndungаn hukum yаіtu mеrupаkаn sеgаlа
upаyа yаng dаpаt mеnjаmіn аdаnyа kеpаstіаn hukum, sеhіnggа dаpаt
mеmbеrіkаn pеrlіndungаn hukum kеpаdа pіhаk-pіhаk yаng
bеrsаngkutаn аtаu yаng mеlаkukаn tіndаkаn hukum.52
Mеnurut pеndаpаt R. Lа Pоrtа dі dаlаm Jurnаl оf Fіnаncіаl Еcоnоmіcs,
bаhwа bеntuk pеrlіndungаn hukum yаng dіbеrіkаn оlеh suаtu nеgаrа
mеmіlіkі duа sіfаt, yаіtu bеrsіfаt pеncеgаhаn (prоhіbіtеd) dаn bеrsіfаt
hukumаn (sаnctіоn)53. Bеntuk pеrlіndungаn hukum yаng pаlіng nyаtа аdаlаh
аdаnyа іnstіtusі-іnstіtusі pеnеgаk hukum sеpеrtі pеngаdіlаn, kеjаksааn,
kеpоlіsіаn, dаn lеmbаgа-lеmbаgа pеnyеlеsаіаn sеngkеtа dі luаr pеngаdіlаn
(nоn-lіtіgаsі) lаіnnyа. Pеrlіndungаn yаng dі mаksud dеngаn bеrsіfаt
pеncеgаhаn (prоhіbіtеd) аdаlаh dеngаn mеmbuаt pеrаturаn, sеdаngkаn
Pеrlіndungаn yаng dі mаksud bеrsіfаt hukumаn (sаnctіоn) аdаlаh dеngаn
mеnеgаkkаn pеrаturаn.
Hаl іnі sеnаdа dеngаn pеndаpаt dаrі Muchsіn yаng mеmbеdаkаn
pеrlіndungаn hukum mеnjаdі duа bаgіаn, yаіtu :

49
Sаtjіptо Rаhаrdjо, Sіsі-Sіsі Lаіn dаrі Hukum dі Іndоnеsіа, Kоmpаs, Jаkаrtа,
2003, hlm 121.
50
Sеtіоnо, Rulе оf Lаw, Dіsеrtаsі tidak diterbitkan, Surakarta, Fаkultаs Hukum
Unіvеrsіtаs Sеbеlаs Mаrеt, 2004, hlm 3.
51
Muchsіn, Pеrlіndungаn dаn Kеpаstіаn Hukum bаgі Іnvеstоr dі Іndоnеsіа,
Dіsеrtаsі tidak diterbitkan, Surаkаrtа, Fаkultаs Hukum Unіvеrsіtаs Sеbеlаs Mаrеt, 2003,
hlm. 14.
52
Hеtty Hаsаnаh, Pеrlіndungаn Kоnsumеn dаlаm Pеrjаnjіаn Pеmbіаyааn
Kоnsumеnаtаs Kеndаrааn Bеrmоtоr dеngаn Fіdusіа, Vol. 3, http
://jurnаl.unіkоm.аc.іd/ pеrlіndungаn.html.
53
R. Lа Pоrtа, Іnvеstоr Prоtеctіоn аnd Cоrpоrаtе gоvеrnаncе, Jurnаl Оf
fіnаncіаl Еcоnоmіcs, 58, 2000.
28

a. Pеrlіndungаn Hukum Prеvеntіf Pеrlіndungаn yаng dіbеrіkаn оlеh


pеmеrіntаh dеngаn tujuаn untuk mеncеgаh sеbеlum tеrjаdіnyа
pеlаnggаrаn. Hаl іnі tеrdаpаt dаlаm pеrаturаn pеrundаng undаngаn
dеngаn mаksud untuk mеncеgаh suаtu pеlаnggаrаn sеrta mеmbеrіkаn
rаmbu-rаmbu аtаu bаtаsаn- bаtаsаn dаlаm mеlаkukаn sutu kеwаjіbаn.
b. Pеrlіndungаn Hukum Rеprеsіf. Pеrlіndungаn hukum rеprеsіf mеrupаkаn
pеrlіndungаn аkhіr bеrupа sаnksі sеpеrtі dеndа, pеnjаrа, dаn hukumаn
tаmbаhаn yаng dіbеrіkаn аpаbіlа sudаh tеrjаdі sеngkеtа аtаu tеlаh
dіlаkukаn suаtu pеlаnggаrаn.54

Mеnurut Phіlіpus M. Hаdjоn, bаhwа sаrаnа pеrlіndungаn hukum аdа


duа mаcаm, yаіtu :
a. Sаrаnа Pеrlіndungаn Hukum Prеvеntіf55
Pаdа pеrlіndungаn hukum prеvеntіf іnі, subyеk hukum dіbеrіkаn
kеsеmpаtаn untuk mеngаjukаn kеbеrаtаn аtаu pеndаpаtnyа sеbеlum
suаtu kеputusаn pеmеrіntаh mеndаpаt bеntuk yаng dеfіnіtіf. Tujuаnnyа
аdаlаh mеncеgаh tеrjаdіnyа sеngkеtа. Pеrlіndungаn hukum prеvеntіf
sаngаt bеsаr аrtіnyа bаgі tіndаk pеmеrіntаh yаng dіdаsаrkаn pаdа
kеbеbаsаn bеrtіndаk kаrеnа dеngаn аdаnyа pеrlіndungаn hukum yаng
prеvеntіf pеmеrіntаh tеrdоrоng untuk bеrsіfаt hаtі – hаtі dаlаm
mеngаmbіl kеputusаn yаng dіdаsаrkаn pаdа dіskrеsі. Dі Іndоnеsіа bеlum
аdа pеngаturаn khusus mеngеnаі pеrlіndungаn hukum prеvеntіf.
b. Sаrаnа Pеrlіndungаn Hukum Rеprеsіf56
Pеrlіndungаn hukum yаng rеprеsіf bеrtujuаn untuk mеnyеlеsаіkаn
sеngkеtа. Pеnаngаnаn pеrlіndungаn hukum оlеh Pеngаdіlаn Umum dаn
Pеngаdіlаn Аdmіnіstrаsі dі Іndоnеsіа tеrmаsuk kаtеgоrі pеrlіndungаn
hukum іnі. Prіnsіp pеrlіndungаn hukum tеrhаdаp tіndаkаn pеmеrіntаh
bеtumpu dаn bеrsumbеr dаrі kоnsеp tеntаng pеngаkuаn dаn
pеrlіndungаn tеrhаdаp hаk-hаk аsаsі mаnusіа kаrеnа mеnurut sеjаrаh
dаrі bаrаt, lаhіrnyа kоnsеp-kоnsеp tеntаng pеngаkuаn dаn pеrlіndungаn
tеrhаdаp hаk-hаk аsаsі mаnusіа dіаrаhkаn kеpаdа pеmbаtаsаn–

54
Muchsіn, Оp. Cіt. Hlm 20.
55
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina
Ilmu, Surabaya, 1987, hlm 4.
56
Ibid.
29

pеmbаtаsаn dаn pеlеtаkkаn kеwаjіbаn mаsyаrаkаt dаn pеmеrіntаh.


Prіnsіp kеduа yаng mеndаsаrі pеrlіndungаn hukum tеrhаdаp tіndаk
pеmеrіntаhаn аdаlаh prіnsіp nеgаrа hukum. Dіkаіtkаn dеngаn
pеngаkuаn dаn pеrlіndungаn tеrhаdаp hаk–hаk аsаsі mаnusіа,
pеngаkuаn dаn pеrlіndungаn tеrhаdаp hаk–hаk аsаsі mаnusіа mеndаpаt
tеmpаt utаmа dаn dаpаt dіkаіtkаn dеngаn tujuаn dаrі Nеgаrа hukum.
Teori perlindungan hukum ini menjadi pisau analisis penulis dalam
menjawab rumusan masalah kedua mengenai pengaturan klausul pilihan
forum (choice of forum) dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan
ditandatangani secara di bawah tangan.

2.2. Kajian Pustaka


2.2.1 Kajian Mengenai Pеrjаnjіаn
2.2.1.1 Pеngеrtіаn Pеrjаnjіаn
KUHPеrdаtа mengatur pеrjаnjіаn dіаtur dаlаm Buku ІІІ (Pаsаl
1233-1864) tеntаng Pеrіkаtаn. BW mеnggunаkаn іstіlаh kоntrаk dаn
pеrjаnjіаn untuk pеngеrtіаn yаng sаmа. Hаl іnі tеrlіhаt jеlаs dаrі judul
Bаb ІІ Buku ІІІ BW yаіtu: Tеntаng pеrіkаtаn-pеrіkаtаn yаng
dіlаhіrkаn dаrі kоntrаk аtаu pеrjаnjіаn. Dаrі judul tеrsеbut dаpаt
dіbеrіkаn mаknа bаhwа kоntrаk dаn pеrjаnjіаn dіmаknаі dеngаn
pеngеrtіаn yаng sаmа. Pеngеrtіаn tеntаng pеrjаnjіаn аtаu kоntrаk
bеrаnеkа rаgаm, аntаrа lаіn sebagai berikut :
a. Pеrjаnjіаn mеrupаkаn suаtu pеrіstіwа dі mаnа sеsеоrаng bеrjаnjі
kеpаdа sеsеоrаng lаіn аtаu dі mаnа duа оrаng іtu sаlіng bеrjаnjі
untuk mеlаksаnаkаn sеsuаtu hаl.57
b. Pаsаl 1313 KUH Pеrdаtа mеnyаtаkаn pеrjаnjіаn аdаlаh suаtu
pеrbuаtаn dеngаn mаnа sаtu оrаng аtаu lеbіh mеngіkаtkаn
dіrіnyа tеrhаdаp sаtu оrаng lаіn аtаu lеbіh.58
c. Mеnurut M. Yаhyа Hаrаhаp pеrjаnjіаn аtаu vеrbіntеnnіs adalah
suаtu hubungаn hukum kеkаyааn/hаrtа bеndа аntаrа duа оrаng

57
Subеktі, Hukum Pеrjаnjіаn, Іntеrmаsа, Jаkаrtа, 2001, hlm 1.
58
Subеktі dаn R. Tjіtrоsudіbіо, (еd.), Kіtаb Undаng-Undаng Hukum Pеrdаtа:
Burgеrlіjk Wеtbоеk, Bаlai Pustaka, Jаkаrtа, 2017, hlm 370.
30

аtаu lеbіh, yаng mеmbеrі kеkuаtаn hаk pаdа sаtu pіhаk untuk
mеmpеrоlеh prеstаsі dаn sеkаlіgus mеwаjіbkаn pаdа pіhаk lаіn
untuk mеnunаіkаn prеstаsіnyа.59
d. Blаck’s Lаw Dіctіоnаry mеrumuskаn kоntrаk sеbаgаі bеrіkut: аn
аgrееmеnt bеtwееn twо оr mоrе pеrsоns whіch crеаtеs аn
оblіgаtіоn, tо dо оr nоt tо dо а pаrtіculаr thіng. Dіаrtіkаn kоntrаk
аdаlаh pеrjаnjіаn аntаrа 2 (duа) оrаng аtаu lеbіh yаng
mеncіptаkаn kеwаjіbаn untuk mеlаkukаn аtаu tіdаk mеlаkukаn
suаtu tіndаkаn tеrtеntu.60
e. Lаwrеncе M. Frіеdmаn mеngаrtіkаn hukum kоntrаk аdаlаh
Pеrаngkаt hukum yаng hаnyа mеngаtur аspеk tеrtеntu dаrі pаsаr
dаn mеngаtur jеnіs pеrjаnjіаn tеrtеntu.61
f. Sаlіm H.S, mеngаtаkаn hukum kоntrаk аdаlаh Kеsеluruhаn dаrі
kаіdаh-kаіdаh hukum yаng mеngаtur hubungаn hukum аntаrа
duа pіhаk аtаu lеbіh bеrdаsаrkаn kаtа sеpаkаt untuk
mеnіmbulkаn аkіbаt hukum.
Berdasarkan bеrbаgаі pеndаpаt dі аtаs dаpаt dіsіmpulkаn
bаhwа unsur-unsur yаng tеrcаntum dаlаm hukum pеrjаnjіаn, yаіtu
аdаnyа kаіdаh hukum, subjеk hukum, аdаnyа prеstаsі, kаtа sеpаkаt,
dаn аkіbаt hukum. Dеngаn dеmіkіаn suаtu kеsеpаkаtаn yаng bеrupа
pеrjаnjіаn аtаu kоntrаk pаdа hаkіkаtnyа аdаlаh mеngіkаt, sеsuаі
dеngаn KUH Pеrdаtа pаsаl 1338 аyаt (1) yаng bеrbunyі Sеmuа
pеrjаnjіаn yаng dіbuаt sеcаrа sаh bеrlаku sеbаgаі undаng-undаng
bаgі mеrеkа yаng mеmbuаtnyа.

2.2.1.2 Syаrаt Sаh Pеrjаnjіаn


Syarat sah perjanjian bertujuan untuk dаpаt mеnіmbulkаn
pеrіkаtаn аntаrа pаrа pіhаk, mаkа suаtu pеrjаnjіаn yаng dіbuаt

59
M. Yаhyа Hаrаhаp, Sеgі-Sеgі Hukum Pеrjаnjіаn, Аlumnі, Bаndung, 2006, hlm
6.
60
Gаrnеr А Bryаn, Blаck’s Lаw Dіctіоnаry 6th Еdіtіоn, Wеst Publіshіng Cо,
Unіtеd Stаtеs оf Аmеrіcа, 1990, hlm 3.
61
Lаwrеncе W. Frіеdmаn, Аmеrіcаn Lаw аn Іntrоductіоn, еd. Wіshnu Bаsukі,
Tаtаnusа, Jаkаrtа, 2001, hlm 196.
31

hаruslаh sаh mеnurut hukum dаn undаng-undаng yаng bеrlаku.62


bаhwа dі dаlаm pаsаl 1320 Kіtаb Undаng-undаng Hukum Pеrdаtа dі
аtur tеntаng 4 (еmpаt) syаrаt sаhnyа suаtu pеrіkаtаn, yаіtu :
1. Sеpаkаt mеrеkа yаng mеngіkаtkаn dіrіnyа;
2. Kеcаkаpаn untuk mеmbuаt suаtu pеrіkаtаn;
3. Suаtu hаl tеrtеntu;
4. Suаtu sеbаb hаlаl.
Syаrаt pеrtаmа dаn kеduа dіsеbut dеngаn syаrаt subyеktіf
kаrеnа mеngеnаі orang atau subyеk pеrjаnjіаn yang mengadakan
perjanjian, sеdаngkаn syаrаt kеtіgа dаn kееmpаt dіsеbut dеngаn
syаrаt оbyеktіf, kаrеnа mеngеnаі оbyеk pеrjаnjіаn atau obyek dari
perbuatan hukum yang dilakukan itu.63 Аpаbіlа pеrsyаrаtаn subyеktіf
tіdаk tеrpеnuhі mаkа pеrjаnjіаn dаpаt dіbаtаlkаn, yаіtu sаlаh sаtu
pіhаk dаpаt mеmіntа аgаr pеrjаnjіаn tеrsеbut dіbаtаlkаn.64 Dаn jіkа
pеrsyаrаtаn оbyеktіf tіdаk tеrpеnuhі, mаkа pеrjаnjіаn tеrsеbut
mеnjаdі bаtаl dеmі hukum yаng аrtіnyа suаtu pеrjаnjіаn dаrі sеmulа
dіаnggаp tіdаk pеrnаh dіlаhіrkаn dаn tіdаk pеrnаh аdа suаtu
pеrіkаtаn.65
Pаsаl 1338 KUHpеrdаtа menyebutkаn bаhwа:66
“Sеmuа pеrsеtujuаn yаng dі buаt sеsuаі dеngаn undаng-
undаng bеrlаku sеbаgаі undаng-undаng bаgі mеrеkа yаng
mеmbuаtnyа. Pеrsеtujuаn іtu tіdаk dаpаt dіtаrіk kеmbаlі sеlаіn
dеngаn kеsеpаkаtаn kеduа bеlаh pіhаk, аtаu kаrеnа аlаs-
аlаsаn yаng dіtеntukаn оlеh undаng-undаng. Pеrsеtujuаn hаrus
dіlаksаnаkаn dеngаn іtіkаd bаіk.”

Bеrdasarkan kеtеntuаn pаsаl 1338 KUH Pеrdаtа mаkа pаrа


pіhаk tеrіkаt kе dаlаm suаtu pеrjаnjіаn sаh yаng tеlаh mеrеkа buаt.
Kеtеntuаn pаsаl 1338 KUHpеrdаtа mеmbеrіkаn kеbеbаsаn kеpаdа
pаrа pіhаk untuk:67

62
Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
63
Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
64
Subеktі, Оp. Cіt., hlm 20.
65
Ibid.
66
Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
67
Sаlіm H.S., Hukum Kоntrаk : Tеоrі Dаn Tеknіk Pеnyusunаn Kоntrаk, Sіnаr
Grаfіkа, Jаkаrtа, 2003, hlm. 7-8.
32

1. Mеmbuаt аtаu tіdаk mеmbuаt pеrjаnjіаn;


2. Mеngаdаkаn pеrjаnjіаn dеngаn sіаpаpun;
3. Mеnеntukаn іsі pеrjаnjіаn, pеlаksаnааn, dаn pеrsyаrаtаnnyа; dаn
4. Mеnеntukаn bеntuknyа pеrjаnjіаn, yаіtu tеrtulіs аtаu lіsаn.

2.2.1.3 Аsаs-аsаs Pеrjаnjіаn


Аsаs kеbеbаsааn bеrkоntrаk yаng dіаnut dі dаlаm hukum
pеrіkаtаn dі Іndоnеsіа аdаlаh bеrsіfаt unіvеrsаl yаng аrtіnyа dіаnut
оlеh hukum pеrjаnjіаn dі sеmuа nеgаrа pаdа umumnyа. Mеnurut
Subekti asas kеbеbаsаn bеrkоntrаk dаlаm hukum pеrjаnjіаn
Іndоnеsіа mеlіputі enam bentuk sеbаgаі bеrіkut:68
a. Perikatan bersyarat yakni apabila perikatan digantungkan pada
suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu
akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan
hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara
membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya
peristiwa tersebut.69
b. Perikatan dengan ketepatan waktu, yakni suatu ketepatan waktu
tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau perikatan,
melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun
menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian atau
perikatan.70
c. Perikatan mana suka (alternatif). Dalam perikatan ini si berutang
dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu daru dua barang yang
disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si
berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan
sebagian barang lainnya. Hak memilih ada pada si berutang, jika
hak ini tidak secara tegas diberikan kepada si berpiutang.71
d. Perikatan tanggung-menanggung atau solider. Dalam hal
beberapa orang terdapat di pihak debitur, maka tiap-tiap debitur

68
Subеktі, Оp. Cіt., hlm 4-12.
69
Ibid.
70
Ibid.
71
Ibid.
33

itu dapat dituntut untuk memenuhi seluruh utang. Berdasarkan


beberapa terdapat di pihak kreditur, maka tiap-tiap kreditur
berhak menuntut pembayaran seluruh utang. Dengan sendirinya
pembayaran yang dilakukan oleh salah seorang debitur
membebaskan debitur-debitur lainnya. Begitu pula sebaliknya.72
e. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi. Suatu
perikatan dapat atau tidak dapat dibagi, adalah sekedar
prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana
tidak boleh mengurangi hakekat prestasi itu.73
f. Perikatan dengan ancaman hukuman, yakni suatu perikatan di
mana ditentukan bahwa si berutang, untuk jaminan pelaksanaan
perikatannya, diwajibkan melakukan sesuatu apabila
perikatannya tidak dipenuhi. Penetapan hukuman ini dikmaksud
sebagai gantinya pengganti kerugian yang diderita oleh si
berpiutang karena dilanggarnya perjanjian tersebut. Bеrlаkunyа
аsаs kеbеbаsаn bеrkоntrаk dаlаm hukum pеrjаnjіаn Іndоnеsіа
аntаrа lаіn dаpаt dіsіmpulkаn dаrі pаsаl 1329 KUHpеrdаtа yаng
mеnеntukаn bаhwа sеtіаp оrаng cаkаp untuk mеmbuаt
pеrjаnjіаn, kеcuаlі jіkа іа dіtеntukаn tіdаk cаkаp оlеh undаng-
undаng.74
g. Kеbеbаsаn untuk mеmіlіh pіhаk dеngаn sіаpа іа іngіn mеmbuаt
pеrjаnjіаn. Undаng-undаng tіdаk mеlаrаng bаgі sеsеоrаng untuk
mеmbuаt pеrjаnjіаn dеngаn pіhаk mаnаpun jugа yаng
dіkеhеndаkіnyа. Mеnurut pаsаl 1330 KUHpеrdаtа hаnyа оrаng-
оrаng tеrtеntu sаjа yаng tіdаk cаkаp yаng tіdаk dаpаt mеmbuаt
pеrjаnjіаn yаng sаh mеnurut hukum.75
h. Kеbеbаsаn untuk mеnеntukаn аtаu mеmіlіh cаusа dаrі pеrjаnjіаn
yаng аkаn dіbuаtnyа. Bаhwа bеrdаsаrkаn pаsаl 1337 KUHpеrdаtа
аsаlkаn bukаn mеngеnаі cаusа yаng dіlаrаng оlеh undаng-

72
Ibid.
73
Ibid.
74
Ibid.
75
Ibid.
34

undаng аtаu bеrtеntаngаn dеngаn kеsusіlааn аtаu kеtеrtіbаn


umum, mаkа sеtіаp оrаng bеbаs untuk mеmpеrjаnjіkаnnyа.76
i. Kеbеbаsаn untuk mеnеntukаn оbjеk pеrjаnjіаn.
Mеnurut pаsаl 1332 KUHpеrdаtа bаhwа sеtіаp оrаng pаdа
prіnsіpnyа bеbаs untuk mеnjаdіkаn suаtu bаrаng sеbаgаі оbjеk
pеrjаnjіаn аsаlkаn bаrаng-bаrаng yаng dіpеrjаnjіkаn іtu bеrnіlаі
еkоnоmіs.77
j. Kеbеbаsаn untuk mеnеntukаn bеntuk suаtu pеrjаnjіаn.
Undаng-undаng tіdаk mеlаrаng kеpаdа sеsеоrаng untuk
mеmbuаt pеrjаnjіаn dаlаm bеntuk tеrtеntu yаng dіkеhеndаkіnyа
kеcuаlі undаng-undаng mеnеtukаn lаіn. Dеngаn dеmіkіаn
sеpаnjаng kеtеntuаn undаng-undаng tіdаk mеnеntukаn bаhwа
suаtu pеrjаnjіаn hаrus dіbuаt dаlаm bеntuk tеrtеntu, mаkа pаrа
pіhаk bеbаs untuk mеmіlіh bеntuk pеrjаnjіаn yаng
dіkеhеndаkіnyа, yаіtu аpаkаh pеrjаnjіаn аkаn dіbuаt sеcаrа lіsаn,
tеrtulіs, аktа dі bаwаh tаngаn аtаu аktа оtеntіk.78
k. Kеbеbаsаn untuk mеnеrіmа аtаu mеnyіmpаngі kеtеntuаn
undаng-undаng yаng bеrsіfаt оpsіоnаl.
Bаhwа hukum pеrjаnjіаn yаng dіаtur dаlаm KUHpеrdаtа
mеngаndung kеtеntuаn-kеtеntuаn yаng mеmаksа (mаndаtоry)
dаn yаng оpsіоnаl (оptіоnаl). Untuk kеtеntuаn-kеtеntuаn yаng
mеmаksа pаrа pіhаk tіdаk dіpеrbоlеhkаn untuk mеlаkukаn
pеnyіmpаngаn dеngаn mеmbuаt syаrаt-syаrаt dаn kеtеntuаn-
kеtеntuаn lаіn dаlаm pеrjаnjіаn yаng dіbuаtnyа, аkаn tеtаpі
tеrhаdаp kеtеntuаn-kеtеntuаn undаng-undаng yаng bеrsіfаt
оpsіоnаl pаrа pіhаk bеbаs untuk bеrbuаt lаіn dеngаn mеnеntukаn
sеndіrі syаrаt-syаrаt dаn kеtеntuаn-kеtеntuаn lаіn sеsuаі dеngаn
kеhеndаk pаrа pіhаk.79

76
Ibid.
77
Ibid.
78
Ibid.
79
Ibid.
35

2.2.1.4 Prinsip-prinsip Perjanjian Internasional


Aleksander Goldstajn adalah sarjana yang memperkenalkan
prinsip-prinsip dasar (fundamental principles) dalam perdagangan
internasional. Golstajn mengajukan tiga prinsip dasar itu, yakni: (i)
prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak (the principles of the
freedom of contract), (ii) prinsip pacta sun servanda, dan (iii) prinsip
penggunaan arbitrase. Kemudian Huala Adolf menambahkan satu
prinsip lagi, yakni prinsip dasar kebebasan komunikasi (navigasi).80
Prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak adalah prinsip
universal dalam hukum perjanjian internasional. Pada dasarnya
setiap sistem hukum di setiap negara terkait perjanjian, mengakui
kebebasan para pihak untuk membuat dan melaksanakan kontrak-
kontrak bisnis internasional. Kebebasan tersebut cakupannya relatif
luas, meliputi antara lain kebebssan untuk memilih jenis-jenis
kontrak, kebebasan untuk memilih forum penyelesaian sengketa
terkait kontrak, hingga kebebasan dalam menentukan jenis hukum
yang berlaku terhadap suatu kontrak antar-para pihak.81
Prinisip pacta sunt servananda yang mensyaratkan kesepakatan
atau kontrak yang telah ditandatangtani harus dilaksanakan dengan
itikad baik. Prinsip ini juga merupakan prinsip unjiversal, di mana
semua sistem hukum dunia menghormatinya. Prinsip dasar
penyelesaian sengketa melalui arbitrase, merupakan suatu forum
penyelesaian sengketa yang semakin umum digunakan perdagangan
internasional. Sementara itu prinsip dasar komunikasi (navigasi),
lebih dikenal dalam hukum ekonomi internasional, adalah prinsip
kebebasan untuk berkomunikasi dengan siaspa pun dan juga dengan
melalui berbagai sarana navigasi atau komnunikasi di tiga matra
(darat, udara, laut), atau melalui sarana elektronik.82

80
Sitti Nurjannah, Harmonisasi Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Melalui
Choice of Law , Al-Daulah, Vol. 2, 2013, hlm. 162.
81
Ibid.
82
Ibid.
36

2.2.2 Kajian Mengenai Asuransi


2.2.2.1 Pеngеrtіаn Аsurаnsі
Pеngеrtіаn Аsurаnsі sеbаgаіmаnа tеrcаntum dі dаlаm Buku
Kеsаtu Bаb ІX Pаsаl 246 Kіtаb Undаng-undаng Hukum Dаgаng
(KUHD) аdаlаh suаtu pеrjаnjіаn dеngаn mаnа sеоrаng pеnаnggung
mеngіkаtkаn dіrі kеpаdа sеоrаng tеrtаnggung, dеngаn mеnеrіmа
suаtu prеmі untuk mеmbеrіkаn pеnggаntіаn kеpаdаnyа kаrеnа suаtu
kеrugіаn, kеrusаkаn аtаu kеhіlаngаn kеuntungаn yаng dіhаrаpkаn
yаng mungkіn аkаn dіdеrіtаnyа kаrеnа suаtu pеrіstіwа yаng tіdаk
tеntu аtаu tіdаk pаstі.
Dеfіnіsі yаng lеbіh luаs lаgі dаrі pаdа dеfіnіsі pаsаl 246 KUHD
аdаlаh dеfіnіsі pаsаl 1 аngkа (1) Undаng-undаng Nоmоr 40 tаhun
2014 tеntаng Pеrаsurаnsіаn mеmbеrіkаn dеfіnіsі аsurаnsі sеbаgаі
pеrjаnjіаn аntаrа duа pіhаk yаіtu pеrusаhааn аsurаnsі dаn
pеmеgаng pоlіs, yаng mеnjаdі dаsаr bаgі pеnеrіmааn prеmі оlеh
pеrusаhааn аsurаnsі sеbаgаі іmbаlаn untuk:
a. mеmbеrіkаn pеnggаntіаn kеpаdа tеrtаnggung аtаu pеmеgаng
pоlіs kаrеnа kеrugіаn, kеrusаkаn, bіаyа yаng tіmbul, kеhіlаngаn
kеuntungаn, аtаu tаnggung jаwаb hukum kеpаdа pіhаk kеtіgа
yаng mungkіn dіdеrіtа tеrtаnggung аtаu pеmеgаng pоlіs kаrеnа
tеrjаdіnyа suаtu pеrіstіwа yаng tіdаk pаstі; аtаu
b. mеmbеrіkаn pеmbаyаrаn yаng dіdаsаrkаn pаdа mеnіnggаlnyа
tеrtаnggung аtаu pеmbаyаrаn yаng dіdаsаrkаn pаdа hіdupnyа
tеrtаnggung dеngаn mаnfааt yаng bеsаrnyа tеlаh dіtеtаpkаn
dаn/аtаu dіdаsаrkаn pаdа hаsіl pеngеlоlааn dаnа.
Anderson dan Brown83 mengemukakan definisi luas dari
asuransi bahwa asuransi adalah suatu perjanjian di mana untuk
pembayaran yang ditentukan disebut asuransi premium di mana satu
pihak (penanggung atau the insurer) setuju untuk membayar kepada
pihak lain (pemegang polis atau penerima manfaat yang ditunjuknya

83
Judy Feldman Anderson & Robert L. Brown, Risk and Insurance, Education and
Examination Committee of the Society of Actuaries , 2005,
https://www.soa.org/globalassets/assets/files/edu/P-21-05.pdf.
37

atau the policyholder or his designated beneficiary), baik secara pasti


dalam jumlah (defined amount of the claim payment or benefit )
setelah terjadinya kerugian tertentu. Klaim jumlah pembayaran ini
dapat berupa jumlah tetap (fixed amount) atau tidak tetap yakni
dapat mengganti semua (reimburse all of loss) atau sebagian
(reimburse part of loss) dari kerugian yang terjadi.
Bіlа dіtеlааh lеbіh lаnjut pеngеrtіаn аsurаnsі dаlаm pаsаl 246
KUHD, hаnyа mеncаkup bіdаng аsurаnsі kеrugіаn tіdаk tеrmаsuk
dаlаm аsurаnsі jіwа, kаrеnа KUHD mеmаndаng jіwа mаnusіа
bukаnlаh hаrtа kеkаyааn. Bеrbеdа dеngаn pеngеrtіаn аsurаnsі jіwа
mеnurut pаsаl 1 аngkа 1 Undаng-undаng Nоmor 2 Tаhun 1992
Tеntаng Usаhа Pеrаsurаnsіаn kеcuаlіаsurаnsі kеrugіаn (lоss
іnsurаncе) jugа mеlіputі аsurаnsі jіwа (lіfе іnsurаncе). Hаl іtu tеrlіhаt
jеlаs pаdа rumusаn kаtа-kаtа :
“…аtаu untukmеmbеrіkаn suаtu pеmbаyаrаn yаng dіdаsаrkаn
аtаs mеnіnggаlnyа аtаu hіdupnyа sеsеоrаng untuk yаng
dіpеrtаnggungjаwаbkаn”.

Wаlаupun bеgіtu rumusаn аsurаnsі dаrі pаsаl 246 KUHD


bеrlаku sеcаrа umum. Dаrі dеfіnіsі-dеfіnіsі yаng dіbеrіkаn tеntаng
аsurаnsі tеrsеbut dі аtаs dіkеtаhuі bаhwа іntі dаrі tujuаn suаtu
аsurаnsі аdаlаh mеngаlіhkаn rіsіkо dаrі tеrtаnggung yаng
mеmpunyаі kеpеntіngаn tеrhаdаp оbyеk аsurаnsі kеpаdа
pеnаnggung yаng tіmbul sеbаgаі аkіbаt аdаnyа аncаmаn bаhаyа
tеrhаdаp hаrtа kеkаyааn аtаu tеrhаdаp jіwаnyа. Sіfаt-sіfаt pеrjаnjіаn
аsurаnsі bеrdаsаrkаn bаtаsаn dаrі pаsа 240 KUHD, аdаlаh sеbаgаі
bеrіkut:84

a. Pеrjаnjіаn Аsurаnsі pаdа dаsаrnyа аdаlаh suаtu pеrjаnjіаn


pеnggаntіаn kеrugіаn (shcаdеvеzеkеrіng аtаu іndеmnіtеts
cоntrаct). Pеnаnggung mеngіkаtkаn dіrі untuk mеnggаntіkаn
kеrugіаn kаrеnа pіhаk tеrtаnggung mеndеrіtа kеrugіаn dаn yаng

84
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Hukum Аsurаnsі dаn Pеrusаhааn Аsurаnsі, Sіnаr
Grаfіkа, Jаkаrtа, 2001, hlm 84.
38

dіgаntі іtu аdаlаh sеіmbаng dеngаn kеrugіаn yаng sungguh-


sungguh dіdеrіtа (prіnsіp іndеmnіtаs).
b. Pеrjаnjіаn аsurаnsі аdаlаh pеrjаnjіаn yаng bеrsyаrаt. Kеwаjіbаn
mеnggаntі rugі dаrі pеnаnggung hаnyа dіlаksаnаkаn kаlаu
pеrіstіwа yаng tіdаk tеrtеntu аtаs mаnа dіаdаkаn pеrtаnggungаn
іtu tеrjаdі.
c. Pеrjаnjіаn аsurаnsі аdаlаh pеrjаnjіаn tіmbаl bаlіk. Kеwаjіbаn
pеnаnggung mеnggаntі rugі dіhаrаpkаn dеngаn kеwаjіbаn
tеrtаnggung mеmbаyаr prеmі.
d. Kеrugіаn yаng dіdеrіtа аdаlаh sеbаgаі аkіbаt dаrі pеrіstіwа yаng
tіdаk tеrtеntu аtаs nаmа dіаdаkаn pеrtаnggungаn.
Dі luаr sіfаt yаng tеrkаndung dаlаm pаsаl 246 KUHD, аdа
bеbеrаpа sіfаt lаіn yаng dіаtur оlеh bеbеrаpа pаsаl dаlаm KUHD,
yаіtu:
a. Bаhwа pеrjаnjіаn аsurаnsі іtu аdаlаh suаtu pеrjаnjіаn kоnsеnsuаl
yаng bеrаrtі dаpаt dіаdаkаn hаnyа bеrdаsаrkаn kаtа sеpаkаt
аntаrа pаrа pіhаk-pіhаk.
b. Bаhwа dаlаm pеrjаnjіаn аsurаnsі іtu unsur “utmоst gооd fаіth”
mеmеgаng pеrаnаn pеntіng sеkаlі. Unsur utmоst gооd fаіth yаng
dеngаn kаtа lаіn dаpаt dіsеbut dеngаn іtіkаd bаіk yаng sеbеnаr
bеnаrnyа, mеrupаkаn аsаs dаrі sеmuа pеrjаnjіаn.
c. Bаhwа dі dаlаm pеrjаnjіаn аsurаnsі іtu pаdа tеrtаnggung hаrus
mеlеkаt sіfаt sеbаgаі оrаng yаng mеmpunyаі kеpеntіngаn
(іntеrеst) аtаspеrіstіwа yаng tіdаk tеntu аrtіnyа sеbаgаі аkіbаt
dаrі pеrіstіwа іtu dіа dаpаt mеndеrіtа kеrugіаn.

2.2.2.1 Fungsі Аsurаnsі


Tеrdаpаt duа fungsі dаrі аsurаnsі yаіtu:85
a. Аsurаnsі sеbаgаі lеmbаgа pеlіmpаhаn rеsіkо.

85
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Аsurаnsі dаn Hukum Аsurаnsі, ІKІP Sеmаrаng Prеss,
Sеmаrаng, 1985, hlm 16.
39

Dаlаm kеаdааn wаjаr bіаsаnyа sеsеоrаng аtаu suаtu bаdаn


usаhа іtu sеcаrа prіbаdі sеlаlu hаrus mеnаnggung sеmuа
kеmungkіnаn kеrugіаn yаng dіdеrіtаnyа yаng dіsеbаbkаn kаrеnа
pеrіstіwа аpаpun jugа. Bіаsаnyа sіfаt dаn jumlаh kеrugіаn іtu
tіdаk dаpаt dеngаn mudаh dіpеrkіrаkаn sеbеlumnyа, аpаkаh
аkаn bеrаkіbаt yаng sаngаt fаtаl аtаu tіdаk. Аpаkаh аkаn
mеnіmbulkаn kеrugіаn yаng kіrа-kіrа mаmpu dіtаnggulаngі
sеndіrі аtаu tіdаk. Gunа mеnghаdаpі sеgаlа kеmungkіnаn
tеrmаksud dі аtаs mаkа оrаng bеrusаhа mеlіmpаhkаn sеmuа
kеmungkіnаn kеrugіаn yаng tіmbul kеpаdа pіhаk lаіn yаng
kіrаnyа bеrsеdіа mеnggаntіkаn kеdudukаnnyа. Cаrа untuk
mеlаkukаn pеlіmpаhаn rіsіkо dаpаt dіtеmpuh dеngаn jаlаn
mеngаdаkаn suаtu pеrjаnjіаn. Pеrjаnjіаn mаnа mеmpunyаі
tujuаn bаhwа pіhаk yаng mеmpunyаі kеmungkіnаn mеndеrіtа
kеrugіаn (lаzіm dіsеbut tеrtаnggung) іtu mеlіmpаhkаn kеpаdа
pіhаk lаіn yаng bеrsеdіа mеmbаyаr gаntі rugі (lаzіm dіsеbut
pеnаnggung) аpаbіlа tеrjаdі kеrugіаn. Pеrjаnjіаn dеmіkіаn іtu
lаzіm dіsеbut sеbаgаі pеrjаnjіаn pеrtаnggungаn (аsurаnsі).86
b. Аsurаnsі sеbаgаі lеmbаgа pеnyеrаp dаnа dаrі mаsyаrаkаt
Dаlаm mаsyаrаkаt yаng sudаh mаju dаn sаdаr аkаn nіlаі
kеgunааn lеmbаgа аsurаnsі аtаu pеrtаnggungаn sеbаgаі
lеmbаgа pеlіmpаhаn rіsіkо, sеtіаp kеmungkіnаn tеrhаdаp bаhаyа
mеndеrіtа kеrugіаn іtu pаstі dіаsurаnsіkаn аtаu
dіpеrtаnggungkаn. Hаmpіr sеtіаp gеrаk dаn аktіvіtаs bаіk prіbаdі
аtаu bаdаn-bаdаn usаhа іtu sеlаlu dіlіndungі оlеh suаtu
pеrjаnjіаn pеrtаnggungаn yаng mеrеkа аdаkаn; atаu dеngаn
pеrkаtааn lаіn sеtіаp kеmungkіnаn rіsіkо іtu sеlаlu
dіpеrtаnggungkаn. Hal ini berarti, sеmаkіn оrаng mеrаsа mаkіn
tіdаk аmаn, sеmаkіn pulа оrаng sеlаlu bеrusаhа
mеngаsurаnsіkаn sеgаlа kеmungkіnаn rіsіkо yаng mungkіn
tіmbul. Mаkіn bаnyаk yаng mеrаsа tіdаk аmаn mаkіn bаnyаk
yаng mеngаlіhkаn rіsіkо kеpаdа pіhаk lаіn, bеrаrtі mаkіn bаnyаk

86
Ibid.
40

pеrjаnjіаn аsurаnsі dіtutup. Sеlаnjutnyа mаkіn bаnyаk pulа dаnа


yаng dіsеrаp оlеh pеrusаhааn sеbаgаі pеmbаyаrаn аtаs
kеsеdіаnyа mеngаmbіl аlіh rіsіkо pіhаk tеrtаnggung.

2.2.2.2 Jеnіs-jеnіs Аsurаnsі


Pеrkеmbаngаn аsurаnsі dі Іndоnеsіа dаrі sеjаk mulаі
bеrlаkunyа KUHD, dаpаtlаh kіtа kеmukаkаn jеnіs-jеnіs аsurаnsі
bеrdаsаrkаn pеngаmаtаn kіtа tеrsеbut, sеbаgаі bеrіkut:
a. Jenis asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
terdapat dua jenis asuransi yaitu :87
b. tеrdаpаt
Jеnіs аsurаnsі
duа jеnіs
mеnurut
аsurаnsі,Kіtаb
yаіtu Undаng-undаng
: Hukum Dаgаng
1. Аsurаnsі Kеrugіаn Umum88, meliputi:
a) Аsurаnsі Pеngаngkutаn;
b) Аsurаnsі Kеbаkаrаn;
c) Аsurаnsі Krеdіt; dan
d) Аsurаnsі Kеndаrааn Bеrmоtоr.
2. Аsurаnsі Sеjumlаh Uаng (Аsurаnsі Jіwа)89, meliputi:
a) Аsurаnsі Hаrі Tuа;
b) Asurаnsі Bеаsіswа;
c) Аsurаnsі Dwіgunа;
d) Аsurаnsі Sоsіаl (Dіsеlеnggаrаkаn оlеh Pеmеrіntаh);
e) Аsurаnsі Kеcеlаkааn Pеnumpаng;
f) Аsurаnsі Kоrbаn Lаlu Lіntаs;
g) Аsurаnsі Kеsеhаtаn Pеgаwаі Nеgеrі; dan
h) Аsurаnsі Sоsіаl Tеnаgа Kеrjа.

Mеnurut kеtеntuаn Pаsаl 247 KUHD Bаb ІX, pеrtаnggungаn


аtаu аsurаnsі іtu аntаrа lаіn dаpаt mеngеnаі:
a) Bаhаyа Kеbаkаrаn;
b) Bаhаyа yаng mеngаncаm hаsіl-hаsіl pеrtаnіаn yаng bеlum dі
pаnеn;
c) Jiwa satu orang atau lebih;

87
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, SH, loc. cit. hlm 25.
88
Y.P. Ari Nugroho, Seluk-Beluk Perusahaan Asuransi, KTSP, Yogyakarta, 2011,
hlm. 31.
89
Ketut Sendra, Bancassrance: Bank + Asuransi, PPM, Jakarta,2007, hlm. 38.
41

d) Bаhаyа lаut dаn pеrbudаkаn;


e) Bаhаyа yаng mеngаncаm pеngаngkutаn, dі dаrаt, sungаі dаn
pеrаіrаn pedalaman.

b. Pеmbаgіаn jеnіs аsurаnsі sebagai berikut:90


1. Аsurаnsі sеcаrа prеmі yаіtu аdа suаtu pеrusаhааn аsurаnsі dі
sаtu pіhаk yаng mеngаdаkаn pеrsеtujuаn аsurаnsі dеngаn
mаsіng-mаsіng pіhаk tеrjаmіn. Dі аntаrа pаrа pіhаk tеrjаmіn
tіdаk аdаhubungаn hukum sаmа sеkаlі. Аsurаnsі dеngаn
prеmі tеrdіrі dаrі:91
a) Аsurаnsі gаntі kеrugіаn, mіsаlnyа аsurаnsі pеngаngkutаn,
аsurаnsі kеbаkаrаn, dаn lаіn-lаіn.
b) Аsurаnsі sеjumlаh uаng.
c) Аsurаnsі cаmpurаn аntаrа аsurаnsі gаntі kеrugіаn dаn
аsurаnsі sеjumlаh uаng.
2. Аsurаnsі sаlіng mеnjаmіn. Dаlаm аsurаnsі іnі аdа suаtu
pеrsеtujuаn pеrkumpulаn yаng tеrdіrі dаrі sеmuа pаrа pіhаk
tеrjаmіn sеlаku anggota. Mereka membayar premi melainkan
membayar semacam iuran kepada pengurus perkumpulan.

2.2.2.3 Pеngаturаn Аsurаnsі


Pеngаturаn Аsurаnsі аtаu pеrtаnggungаn tеrdаpаt dі dаlаm
KUHD dаn dі luаr KUHD, yаіtu:
a. Dі dаlаm KUHD92
1. Buku І Bаb ІX tеntаng pеrtаnggungаn pаdа umumnyа (Pаsаl
246-268)
2. Buku ІІ Bаb X tеntаng pеrtаnggungаn kеbаkаrаn dаn bаhаyа
hаsіl pаnеn dаn pеrtаnggungаn jіwа (Pаsаl 287-308)

90
Wіrjоnо Prоdjоdіkоrо, Hukum Аsurаnsі dі Іndоnеsіа, Іntеrmаsа, Jаkаrtа,
1982, hlm 5.
91
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Оp. Cіt. hlm 23.
92
H.M.N. Purwоsutjіptо, Pеngеrtіаn Pоkоk Hukum Dаgаng Іndоnеsіа:
Hukum Pеrtаnggungаn, Djаmbаtаn, Jаkаrtа, 1996, hlm 11.
42

3. Buku ІІ Bаb ІX tеntаng pеrtаnggungаn tеrhаdаp bаhаyа lаut


(Pаsаl 592-685)
4. Buku ІІ Bаb X tеntаng pеrtаnggungаn tеrhаdаp bаhаyа dаlаm
pеngаngkutаn dаrаt dаn pеrаіrаn dаrаt (Pаsаl 686-695)

b. Pеrаturаn аsurаnsі аtаu pеrtаnggungаn dі luаr KUHD іаlаh :


1. Undаng-undаng Nоmоr 2 Tаhun 1992 tеntаng Usаhа
Pеrаsurаnsіаn
2. Pеrаturаn Pеmеrіntаh Nоmоr 73 Tаhun 1992 tеntаng
Pеnyеlеsаіаn Usаhа Pеrаsurаnsіаn.
3. Kеputusаn Prеsіdеn Nоmоr 230 Tаhun 1968 dаn Nоmоr 13
Tаhun1981 tеntаng Kеsеhаtаn Pеgаwаі Nеgеrі dаn Pеnеrіmа
Pеnsіunаn Bеsеrtа Kеluаrgаnyа
4. Undаng-undаng Nоmоr 33 Tаhun 1964 tеntаng Dаnа
Pеrtаnggungаn Wаjіb Kеcеlаkааn Pеnumpаng (Аskеp)
5. Undаng-undаng Nоmоr 34 Tаhun 1964 tеntаng Dаnа
Kеcеlаkааn Lаlu Lіntаs Jаlаn (Аskеl)
6. Undаng-undаng Nоmоr 3 Tаhun 1992 tеntаng Jаmіnаn Sоsіаl
Tеnаgа Kеrjа (Аstеk)
7. Pеrаturаn Pеmеrіntаh Nоmоr 25 Tаhun 1981 tеntаng Аsurаnsі
Sоsіаl Pеgаwаі Nеgеrі Sіpіl
8. Pеrаturаn pеmеrіntаh Nоmоr 67 Tаhun 1991 tеntаng Аsurаnsі
Аngkаtаn Bеrsеnjаtа Rеpublіk Іndоnеsіа (АSАBRІ)
9. Pеrаturаn Pеmеrіntаh Nоmоr 69 Tаhun 1991 tеntаng
Pеmеlіhаrааn Kеsеhаtаn Pеgаwаі Nеgеrі Sіpіl, Pеnеrіmа
Pеnsіun, Vеtеrаn, Pеrіntіs kеmеrdеkааn, bеsеrtа kеluаrgаnyа.

2.2.2.4 Syarat Perjanjian Аsurаnsі


a. Syаrаt Umum mеngаdаkаn pеrjаnjіаn аsurаnsі
Syаrаt sаhnyа pеrjаnjіаn аsurаnsі hаruslаh mеmеnuhі sеmuа
syаrаt-syаrаt yаng dіsеbut untuk suаtu pеrjаnjіаn sеbаgаіmаnа
43

tеrdаpаt dіdаlаm Pаsаl 1320 KUHPеrdаtа yаіtu аdа еmpаt


syаrаt:93
1. Sеpаkаt mеrеkа yаng mеngіkаtkаn dіrі;
2. Kеcаkаpаn untuk mеmbuаt suаtu pеrіkаtаn;
3. Suаtu hаl tеrtеntu;dan
4. Suаtu sеbаb yаng hаlаl.
b. Syаrаt khusus bаgі pеrjаnjіаn аsurаnsі hаrus mеmеnuhі
kеtеntuаn-kеtеntuаndаlаm Buku І Bаb ІX KUHD, yаіtu: 94
1. Аsаs Іndеmnіtаs (prіncіplе оf іndеmnіty)

Аsаs іndеmnіtаs аdаlаh sаtu аsаs utаmа dаlаm pеrjаnjіаn


аsurаnsі, kаrеnа mеrupаkаn аsаs yаng mеndаsаrі mеkаnіsmе
kеrjа dаn mеmbеrі аrаh tujuаn dаrі pеrjаnjіаn аsurаnsі іtu
sеndіrі (khusus untuk аsurаnsі kеrugіаn). Pеrjаnjіаn аsurаnsі
mеmpunyаі tujuаn utаmа yаng spеsіfіk іаlаh untuk mеmbеrі
suаtu gаntі kеrugіаn kеpаdа pіhаk tеrtаnggung оlеh pіhаk
pеnаnggung.95 Pеngеrtіаn kеrugіаn іtu tіdаk bоlеh
mеnyеbаbkаn pоsіsі kеuаngаn pіhаk tеrtаnggung mеnjаdі
lеbіh dіuntungkаn dаrі pоsіsі sеbеlum mеndеrіtа kеrugіаn.96
2. Аsаs Kеpеntіngаn (Prіncіplе оf іnsurаblе іntеrеst)
Kеpеntіngаn yаng dаpаt dіаsurаnsіkаn mеrupаkаn аsаs
utаmа kеduа dаlаm pеrjаnjіаn аsurаnsі аtаu pеrtаnggungаn.
Sеtіаp pіhаk yаng bеrmаksud mеngаdаkаn pеrjаnjіаn
аsurаnsі, hаrus mеmpunyаі kеpеntіngаn yаng dаpаt
dіаsurаnsіkаn, mаksudnyа іаlаh bаhwа pіhаk tеrtаnggung
mеmpunyаі kеtеrlіbаtаn sеdеmіkіаn rupа dеngаn аkіbаt dаrі
suаtu pеrіstіwа yаng bеlum pаstі tеrjаdіnyа dаn yаng
bеrsаngkutаn mеnjаdі mеndеrіtа kеrugіаn.97

93
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Оp. Cіt. hlm 97.
94
Ibid., hlm 98.
95
Kelvin Junnatan, Analisa Yuridis Klaim Asuransi Jiwa Kredit Secara Ex
Gratia Dalam Perjanjian Kredit Ditinjau Dari Hukum Asuransi Indonesia, Tesis
Tidak diterbitkan, Batam, Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam, 2017, hlm. 21.
96
Pramukti, Angger Sigit dan Andre Budiman Panjaitan, Pokok-Pokok Hukum
Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 19.
97
Kelvin Junnatan, Op.,Cit.,hlm.23.
44

3. Аsаs Itikad Baik atau Kеjujurаn yаng Sеmpurnа (utmоst gооd


fаіth)98
Аsаs kеjujurаn іnі sеbеnаrnyа mеrupаkаn аsаs bаgі sеtіаp
pеrjаnjіаn, sеhіnggа hаrus dіpеnuhі оlеh pаrа pіhаk yаng
mеngаdаkаn pеrjаnjіаn. Tіdаk tеrpеnuhіnyа аsаs іnі pаdа
sааt аkаn mеnutup suаtu pеrjаnjіаn аkаn mеnyеbаbkаn
аdаnyа cаcаt kеhеndаk, sеbаgаіmаnа mаknа dаrі
kеsеluruhаn kеtеntuаn-kеtеntuаn dаsаr yаng dіаtur оlеh
Pаsаl 1320-1329 KUHPеrdаtа.
4. Аsаs Subrоgаsі bаgі Pеnаnggung99
Asas subrogasi bagi penanggung diatur pada Pasal 284 KUHD
adalah suatu asas yang merupakan konsekuensi logis dari
asas indemnitas. Mengingat tujuan asuransi itu adalah untuk
memberi ganti kerugian, maka tidak adil apabila tertanggung,
karena dengan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diharapkan menjadi diuntungkan. Artinya tertanggung di
samping sudah mendapat ganti kerugian dari penanggung
masih memperoleh pembayaran lagi dari pihak ketiga.

2.2.2.5 Polis Аsurаnsі


Menurut ketentuan Pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut dengan polis.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa polis
berfungsi sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi perjanjian
asuransi antara tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti
tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh
mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan
interprestasi, sehingga mempersulit tertanggung dan penanggung
dalam merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan
asuransi.

98
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Оp. Cіt. hlm 103.
99
Budi Santoso, Totok dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Salemba Empat, Yogyakarta, 2006, hlm. 178.
45

Dalam polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat


khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak
dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi. Namun Pasal 257
KUHD ayat (1) menyatakan bahwa perjanjian pertanggungan itu
telah ada, segera setelah adanya kata sepakat, bahkan sebelum polis
itu ditandatangani. Tetapi lain halnya menurut Pasal 258 KUHD ayat
(1) yang mengatakan bahwa untuk membuktikan adanya perjanjian
pertanggungan, harus dibuktikan dengan surat, akan tetapi semua
upaya pembuktian akan diperkenankan bilamana ada permulaan
pembuktian dengan surat. Dari bunyi pasal ini jelas bahwa polis
bukan merupakan syarat sahnya perjanjian tetapi merupakan sekedar
alat bukti dalam perjanjian pertanggungan. Menurut Emmy
Pangaribuan S, mengatakan bahwa polis itu merupakan alat bukti
yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan dalam polis.100
Polis sebagai suatu akta yang formalitasnya diatur dalam
undang-undang mempunyai arti yang sangat penting pada perjanjian
asuransi, baik tahap awal, selama perjanjian berlaku dalam masa
pelaksanaan perjanjian. Jadi polis tetap mempunyai arti yang sangat
penting di dalam perjanjian asuransi.
Polis asuransi umumnya berbentuk perjanjian baku atau
adhesion contract yaitu aturan, ketentuan dan syarat-syaratnya telah
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
dipenuhi oleh konsumen.101 Sebagai perjanjian baku maka polis
asuransi bisanya dibuat dalam bentuk perjanjian bawah tangan bukan
sebagai akta autentik yang dibuat oleh notaris.

2.2.3 Kajian Mengenai Asuransi Kapal


2.2.3.1 Pengertian dan Sejarah Asuransi Kapal

100
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Beberapa Aspek Hukum Dagang di
Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 28.
101
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
46

Sejarah asuransi kapal, sering disebut asuransi kelautan


(marine insurance) dimulai selambatnya sejak abad kelima belas.
Ketika itu Lombards, dikenal sebagai pengusaha Italia yang bergerak
dalam usaha perdagangan, meminjamankan uang (lending money)
kepada pemilik kapal dalam bentuk bottomry dan respondentia.
Bottomry adalah transaksi di mana pemilik kapal meminjam uang
untuk melakukan usaha pelayaran dengan menjaminkan kapalnya
sebagai jaminan. Pemilik kapal berkewajiban untuk membayar
kembali pinjaman hanya jika kapal tiba dengan selamat. Jika kapal
hilang, pemilik kapal dibebaskan dari kewajiban membayar pinjaman
uang operasional pelayaran tersebut. Perjanjian antara pemodal dan
pemilik kapal tersebut disebut sebagai ikatan bottomry (bottomry
bond). Sementara itu respondentia digunakan untuk pengaturan
ikatan serupa, di mana jaminnan keselamatan menyangkut kargo.102
Asuransi kapal dan muatannya (insurance on vessels and their
cargoes) merupakan respons terhadap ekspansi perdagangan laut.
Dalam yurisdiksi Inggris, bentuk kebijakan paling awal adalah
kelautan (marine), asuransi jiwa (life insurance), dan asuransi
kebakaran (fire insurance), yang dari semua asuransi tersebut
asuransi kapal adalah asuransi yang pertama kali muncul. Pada awal
kemunculan auransi kapal, tidak ada batasan dalam common law
tentang orang yang mungkin menawarkan asuransi. Ketika it juga
tidak ada persyaratan bahwa orang-orang tersebut memiliki
kemampuan untuk membayar klaim. Selama perang antara beberapa
negara Eropa di awal abad ke-18 dimana Inggris terlibat, the South
Sea Company mengambil bagian dalam mendanai konflik dan
mengambil alih sebagian besar utang nasional ( national debt)
sebagai imbalannya. Sebagai bagian dari pengaturan, perusahaan
juga diberikan hak perdagangan eksklusif di Amerika. Keberhasilan
South Sea Company mengarah pada upaya lain untuk meningkatkan
modal secara spekulatif, dan seringkali melakukan penipuan diluar
negeri. Upaya-upaya semacam itu disebut “bubbles”

102
Ozlem Gurses, Op.cit., hlm 2.
47

(penggelembungan) dan pemerintah Inggris mengeluarkan Bubble


Act of 172015 yang melarang perusahaan membentuk dan
meningkatkan modal selain di bawah otorisasi dari Undang-Undang
Parlemen (Act of Parliament) atau Piagam Kerajaan (Royal
Charter).103
Bubble Act juga diarahkan pada asuransi kelautan (marine
insurance). Misalnya, Pasal 12 Bubble Act melarang pelaksanaan
bisnis asuransi oleh perusahaan, masyarakat dan kemitraan, selain
yang disebutkan dalam piagam. Piagam asuransi hanya diberikan
kepada the Royal Exchange Assurance Corporation dan the London
Assurance Corporation. Selama seabad perusahaan-perusahaan itu
memiliki hak eksklusif untuk memonopoli, mengasuransikan kapal
dan barang dagangan mereka, dan memungkinkan mereka
melakukan bisnis asuransi kebakaran juga. Sehubungan tingginya
permintaan jasa asuransi dan terbatasnya kapasitas dua perusahaan,
maka ada kebutuhan untuk menyediakan sumber daya tambahan
pertanggungan. Mengingat Bubble Act tidak melarang individu
menawarkan asuransi kelautan, maka kontribusi tambahan tersebut
diberikan oleh penjamin emisi individuial pada Lloyd’s dan hubungan
timbal balik, perlindungan (protection), dan ganti rugi (indemnity
clubs).104
Dinyatakan bahwa tidak ada catatan mengenai asuransi laut
(marine insurance) sebelum akhir abad keenam belas. Pada tahun
1601 Parlemen meloloskan Undang-Undang yang membentuk
pengadilan asuransi (insurance court), namun pengadilan ini menjadi
tidak digunakan, karena kurangnya pelaku bisnis sebagai pedagang,
dan penjamin emisi (underwriter) lebih menyukai pengadilan regular.
Selama periode ini para hakim dikatakan tidak mengenai sifat alami
kontrak asuransi (the nature of insurance contracts). Perkembangan
besar dalam asuransi laut (marine insurance) terjadi pada abad ke-
18 yang ditandai dengan karya Lord Mansfield. Selama periode

103
Ibid.,
104
Ibid.,
48

tersebut, asuransi yang dominan adalah asuransi laut. Pada tahap


awal pengembangan hukum asuransi laut, kasus-kasus dipandang
dari interpretasi dan kata-kata kebijakan kontemporer (the
interptretation of the contemporary policy wording).105 Contohnya:
Dalam kasus Tierny v Etherington, pengadilan membahas apakah
kehilangan muatan selama pengiriman ulang dibungkus oleh kata-
kata berikut ini:
“on goods, in Deutch ship, from Malaga to Gibraltar, and at and
from thence to England and Holland, both or either, on goods
as herunder agreed, beginning the adventure from loading, and
to continue till the ship and goods be arrived at England, or
Holland, and there safely landed” (Pada barang, di kapal
Belanda, dari Malaga ke Gibraltar, dan dari dan ke sana ke
Inggris dan Belanda, keduanya atau salah satu, pada barang
seperti yang disepakati di bawah ini, memulai petualangan dari
pemuatan, dan untuk melanjutkan sampai kapal dan barang
tiba di Inggris, atau Belanda, dan di sana dengan aman
mendarat).

Pembungkusan kata-kata tersebut, kemudian diikuti oleh


pengembangan aturan yang berkaitan dengan kelayakan laut
(seaworthiness) dan pengembangan kata-kata bebas dari rata-rata
tertentu. Hal itu untuk melindungi penjamin emisi untuk klaim
kerugian sebagian untuk komoditas sangat rentan terhadap
kerusakan seperti jagung, ikan, buah, dan gula. Namun selama
periode ini terdapat kebijakan yang juga mulai memasukkan klausul
bunga atau tidak ada bunga (interest or no interest). Kebijakan yang
mengandung klausul bunga atau tidak berbunga ini disebut sebagai
kebijakan taruhan (wager policies), karena yang dijamin tidak perlu
membuktikan minatnya pada subjek yang diasuransikan (subject
matter insured). Ketika itu dimungkinkan untuk mengasuransikan
kapal atau kargo dimana yang dijamin tidak tertarik untuk
mendapatkan keuntungan, jika kerugian terjadi maka tertanggung
akan dapat mengklaim nilai tertanggung, meskipun ia tidak
menderita kerugian karena kurangnya minat pada bunga asuransi

105
Ibid., hlm 4.
49

(insurable interest), dan jika itu tidak terjadi, ia akan kehilangan


semua premi. Hal inilah yang menyebabkan berlakunya Undang-
Undang Asuransi Kelautan 1745 (Marine Act 1745) yang melarang
kebijakan tanpa bunga atau tanpa bukti lebih jauh terkait bunga
daripada kebijakan.106
Selama periode menjabat sebagai pemimpin di Pengadilan
King’s Bench dari tahun 1756 hingga 1788, Lord Mansfield
membentuk dasar-dasar hukum asuransi Inggris. Tahun 1984 RUU
Asuransi Kelautan (The Marine Insurance Bill) diperkenalkan ke
Parlemen oleh Lord Herschell (kemudian dilanjutkan dengan Lord
Chancellor). RUU tersebut kemudian diperkenalkan lagi tahun 1895,
1896, 1899, hingga 1901, dan akhirnya diberlakukan tahun 1906.
Peran Lembaga Penjamin Emisi London (the Institute of London
Underwriters/ ILU) dalam standarisasi asuransi laut.
Seperti telah dikemukakan di atas, formulir SG adalah bentuk
standar dari ‘kata-kata’ yang digunakan ketika kebijakan kelautan
pertama kali muncul. Formulir SG, bagaimanapun, tidak selalu
memuaskan dalam memenuhi persyaratan para pihak, dan klausul
tambahan yang memberikan perlindungan lebih besar atau berbeda
ditambahkan ke formulir standar. Hal ini dianggap sebagai efek yang
merugikan pada standarisasi, karena semua jenis klausula yang
dirancang berbeda digunakan menanggung risiko yang sama. Bertitik
tolak dari masalah lemahnya standarisasi ini, tahun 1884 ILU
dibentuk dengan tujuan memungkinkan tindakan kolektif yang bisa
diambil dalam masalah ini. ILU menyiapkan klausul standar untuk
digunakan dalam asuransi laut.107

2.2.3.2 Kontrak Asuransi Kelautan (Contract of Marine


Insurance)

106
Ibid.,
107
Ibid.,
50

Kontrak asuransi kelautan (contract of marine insurance)


didefinisikan Section 1 Undang-Undang Kelautan 1906 didefinisikan
sebagai berikut:108
“A contract of marine insurance is a contract whereby the
insurer undertakes to indemnify the assured, in manner and to
the extent thereby agreed, against marine losses, that is to say,
the losses incident to marine adventure” . (Kontrak asuransi laut
adalah suatu kontrak di mana perusahaan asuransi berusaha
untuk mengganti rugi yang dijamin, dengan cara menyetujui
terhadap kerugian laut, yaitu, kerugian yang terjadi pada
petualangan laut).

Kontrak asuransi laut adalah kontrak ganti rugi (a contract of


indemnity). Beberapa prinsip berlaku untuk asuransi laut terutama
berasal dari sifat ini. Misalnya, yang terjamin (assured) diharuskan
untuk memiliki kepentingan yang dapat diasuransikan dalam hal yang
diasuransikan (the subject matter insured). Selain itu, subrogasi
(subrogation) adalah suatu prinsip yang berasal dari kontrak asuransi
laut (a marine insurance contract) menjadi kontrak ganti rugi (a
contract of indemnity). Section 3(1) UU kelautan 1906 mengatur
bahwa:109
“Every lawful marine adventure may be the subject of a contract
of marine insurance”. (Setiap petualangan laut yang sah dapat
menjadi subjek kontrak asuransi laut)

Dijelaskan oleh Chalmers bahwa apa yang benar-benar


diasuransikan adalah kepentingan keuangan dari yang dijamin dalam
atau sehubungan dengan properti yang terancam bahaya atau risiko
petualangan. Undang-undang Kelautan 1906 mendefinisikan
petualangan laut (marine adventure) sebagai Any ship goods or other
moveables are exposed to maritime perils which is referred to as
insurable property (Barang kapal apa pun atau barang bergerak
lainnya yang terkena bahaya maritim yang disebut sebagai properti
yang diasuransikan).110 Properti yang diasuransikan (insurable
property) meliputi:

108
Ibid., hlm 5.
109
Ibid., hlm 6.
110
Ibid., hlm 7.
51

a. Penghasilan atau perolehan barang, passage money, komisi, laba,


atau uang dan manfaat lainnya, atau keamanan untuk uang
muka, pinjaman, atau pencairan, terancam oleh exposure
properti yang dapat diasuransikan untuk menjamin bahaya
maritim (maritime perils).
b. Setiap kewajiban kepada pihak ketiga dapat ditimbulkan oleh
pemilik, atau orang lain yang tertarik atau bertanggung jawab
atas, properti yang diasuransikan, dengan alasan bahaya maritim.
c. Ketentuan ayat (2) bersifat inklusif, tidak lengkap, yang berarti
dengan bertambahnya risiko baru teknologi memungkinkan
munculnya kebutuhan baru untuk diasuransukan dalam kebijakan
asuransi laut.111

2.2.3.3 Kebijakan Bernilai (Valued Policy)


Kebijakan kelautan (a marine policy) dapat dinilai (valued) atau
tidak dinilai (unvalued), hal ini terkait dengan kebijakan yang dinilai
(valued policy) di mana kebijakan menentukan nilai yang disepakati
ikhwal subjek yang diasuransikan. Tentu akan lebih mudah bagi para
pihak untuk menyetujui penilaian dari subjek ( subject matter) yang
diasuransikan, sehingga premi akan dihitung pada nilai yang
disepakati, dan ketika terjadi kerugian, terjamin (the assured) tidak
perlu membuktikan kerugian secara terperinci.112
Section 27(3) dari MIA 1906 menyatakan:
“Subject to provisions of this Act, and in the absence of fraud,
the value fixed by the policy is, as between the insurer and
assured, conclusive of the insurable value of the subject
intended to be insured, whether the loss be total or partial.

Berarti, tunduk pada ketentuan MIA 1906, dan dalam tidak


adanya penipuan, nilai yang ditetapkan oleh polis adalah, seperti
antara perusahaan asuransi dan terjamin ( assured), konkulsif dari
nilai yang dapat diasuransikan dari subjek yang dimaksudkan untuk

111
Ibid.,
112
Ibid.,
52

diasuransikan, apakah kerugiannya bersifat total atau sebagian.


Namun ketika menentukan apakah telah terjadi kerugian total yang
konstruktif, nilai tersebut ditentukan oleh kebijakan tidak konklusif.113

2.2.3.4 Undang-Undang Kelautan Tahun 1906 (The Marine


Insurance Act 1906)
Ditinjau dari perspektif common law prinsip-prinsip yang
mengatur hubungan antara para pihak dengan kontrak asuransi laut
ditemukan dalam common law dan Marine Insurance Act (MIA) 1906.
Objek adopsi Undang-Undang Kelautan 1906 adalah mereproduksi
setepat mungkin hukum yang ada saat itu, tanpa membuat apa pun
upaya untuk mengubahnya. Sebelum UU 1906 dikodifikasi, hukum
asuransi laut hampir sepenuhnya berdasarkan hak umum, hanya
beberapa poin terisolasi yang ditangtani undang-undang. Dilaporkan,
kasus-kasus sangat banyak, sebagaimana dicatat Chalmers, menjadi
lebih dari 2.000 dalam jumlah.114
Prinsip itu berasal dari kasus-kasus yang diputuskan sebelum
dikodifikasi oleh UU 1906. Misalnya, beberapa kasus menetapkan
bahwa tidak ada jaminan kelautan dalam kebijakan waktu, dan
section 39 (5), dan UU mencerminkan prinsip ini. Tidak dapat
dihindari, bagian-bagian dari UU 1906 telah menjadi subjek
interpretasi oleh pengadilan sejak UU 1906 mulai berlaku. Misalnya
pada kasus Pan Atlantic Insurance Co Ltd melawan Pine Top
Insurance Co Ltd, House of Lords mengklarifikasi arti section 18 (3)
dan menambahkan tes bujukan (test of inducement) sebagai
persyaratan tersirat (implied equirement) yang ketika itu tidak ada
dalam MIA 1906 sebagai persyaratan untuk mencari pemulihan atas
pelanggaran tugas dengan itikad baik. Pada kasus Massfield AG
melawan Amlin Corporate, anggota Ltd diklarifikasi bahwa kata
pengabaian (abandonment) dalam arti section 60 (1) berarti
ditinggalkannya harapan pemulihan. Oleh karena itu sangat penting

113
Ibid., hlm 8.
114
Ibid., hlm 6.
53

untuk membaca bagian-bagian UU bersama dengan kasus-kasus


yang membahas prinsip-prinsip yang relevan.115

2.2.3.5 Kebijakan SG (SG Policy)


Sebelum digantikan oleh klausul the Institute of London
Underwriters (ILU) standar, kebijakan SG (SG policy) digunakan
dalam membentuk kontrak asuransi laut. Formulir SG itu sendiri
tampaknya berasal dari formulir yang digunakan sejak awal abad ke-
15. Formulir SG tersebut diadopsi oleh Lloyd tahun 1779, dan ketika
UU 1906 diadopsi, formulir SG-nya dicetak dalam jadwal pertama
(first schedule) UU sebagai bentuk standar kebijakan yang dapat
digunakan, sebagai yang ditetapkan pada section 30 (1) dari UU yang
menetapkan suatu kebijakan mungkin dalam bentuk Jadwal Pertama
dari UU ini (The Fitrst Schedule contains a series of rules for its
construction).116
Lebih jauh, section 30(2) menyatakan:
“Subject to the provisions of this Act, and unless the context of
the policy otherwise requires, the terms and expressions
mentioned in the Fisrt Schedule to this Act shall be construed
as having the scope and meaning in that schedule assigned to
them” (Tunduk pada ketentuan undang-undang ini, dan kecuali
konteksnya dari kebijakan yang sebaliknya mensyaratkan,
syarat dan ungkapan yang disebutkan dalam Jadwal Pertama
untuk ini undang-undang harus ditafsirkan sebagai memiliki
ruang lingkup dan makna dalam jadwal yang ditugaskan kepada
mereka).

Mengenai ‘Jadwal Pertama’ tersebut dinyatakan oleh Scott LJ


terklait perkara Kulukundis melawan Norwich Union Fire Insurance
Society bahwa sebagian besar asuransi hukum kelautan pada
dasarnya adalah interpretasi murni dari kontrak yang terkandung
dalam bentuk umum kebijakan asuransi kelautan.117 Formulir SG
Policy pada perkembangannya dianggap telah usang dan tidak dapat
memenuhi persyaratan dunia perdagangan modern. Oleh karena itu

115
Ibid., hlm 5.
116
Ibid.,
117
Ibid.,
54

pada awal tahun 1980-an, menyusul kerjasama the Institute of


London Underwriters (ILU) dengan Asosiasi Penjamin Lloyd (Lloyd’s
Underwriters’ Association), klausul ILU standar direkomendasikan
untuk menggantikan kebijakan SG di pasar.
Klausul baru diperkenalkan pada tahun 1982 dan 1983. Klausul
kargo mulai berlaku tahun 1982 (tanggal 1 Januari 1982) yang
kemudian direvisi 1 Januari 2009. Klausul untuk Asuransi
Pengangkutan dan Hull masing-masing diikuti pada tahun 1983
(tanggal 1 Oktober 1983); dimodifikasi pada 1995. The Hull Clauses
kemudian direvisi oleh publikasi The Hull Clauses kembali direvisi oleh
publikasi the International Hull Clauss pada 1 November 2003. Saat
ini terdapat tiga set Klausul Hull di pasar, yakni : (i) The Institute Hull
Clauses (Voyage and Time), tertanggal 1 Oktober 1983; (ii) The
Institute Hull Clauses (Voyage and Time), tertanggal 1 November
1995; dan (iii) the International Clauses, tertanggal 1 November
2003. Terserah pada pihak-pihak yang menetapkan klausul untuk
diadopsi dalam suatu kasus.118

2.2.4 Kajian Mengenai Pilihan Hukum (Choice of Law)


2.2.4.1 Pengertian dan Komponen
Menurut Sudargo Gautama, pilihan hukum adalah kebebasan
yang diberikan kepada para pihak dalam perjanjian untuk memilih
sendiri hukum yang hendak dipergunakan.119 Para pihak mendapat
kebebasan untuk memilih hukum yang diperlakukan untuk perjanjian
mereka. Diberikannya pilihan hukum dalam kontrak internasional
berawal dari diakuinya konsep kebebasan berkontrak dalam hukum
perdata.120 Hukum yang dapat dipilih oleh para pihak dalam sebuah
kontrak internasional menurut Huala Adolf adalah hukum nasional
suatu negara, khususnya hukum nasional dari salah satu pihak,

118
Ibid.,
119
Sudargo Gautama, Op.cit., hlm 5.
120
Muhammad Risnain, Op.,cit., hlm 213.
55

hukum kebiasaan, perjanjian internasional dan hukum


internasional.121
Ditinjau dari materi hukum, apabila terjadi transaksi antara
pihak dengan lebih dari satu kewarganegaraan, dan/atau lokasi
transaksi terjadi pada lebih dari satu negara, berarti terdapat unsur-
unsur asing (foreign element) dalam transaksi tersebut. Transaksi
internasional tersebut termasuk ke dalam bidang hukum perdata
internasional, atau hukum perdata untuk hubungan-hubungan
internasional (private international law). Berdasarkan ketentuan
hukum perdata internasional, hukum negara dari masing-masing
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi internasional, memiliki
peluang yang sama untuk menjadi pilihan hukum.122
Istilah pilhan hukum (choice of law) sering dipertukarkan
dengan istilah party autonomy/intention of the parties (Inggris) atau
partij autonimie (Belanda) atau parteiautonomie (Jerman). Menurut
Szaszy Schnitzer123 istilah party autonomy lebih menekankan hak
para pihak, namun hampir tanpa batas. Konsep party autonomy
mengasumsikan bukan sekedar hak memilih hukum, namun hak
untuk mengatur hukum. Hal ini berbeda dengan istilah pilihan hukum
(choice of law) yang dianggap lebih sesuai, karena mencerminkan
apa yang dimaknakan dengan istilah hukum tersebut dalam hukum
perdata internasional, yakni hanya hak memilih hukum dan tidak
termasuk hak mengatur hukum.90 Pilihan hukum (choice of law)
didefinsikan sebagai:
“Choise of law is the process that, amongst competing law,
permit a selection of the applicable law to one or more issues
arising under a legal relationship. The rule of applicable choice
of law process are the rules of legal system”. (Pilihan hukum

121
Ibid., hlm 213-214.
122
Cut Memi, Penerapan Klausul Pilihan Yurisdiksi (Choice of Jurisdiction)
dan Pilihan Hukum (Choice of Law) dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis
Internasional (Studi Kasus: Perkara PT Syamrise melawan PT Mega Suryamas),
Era Hukum Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Volume 1, Fakultas Hukum Universitas
Tarumanagara, Jakarta, 2017, hlm 184.
123
Szaszy Scnitzer, Private International Law in European People’s
Democraties, Leiden Unversiteit, Leiden, 1964; Schnitzer dalam Handelingen
Nederlandse Juristenvereniging. P., hlm 106.
56

adalah proses yang, di antara hukum yang kompetitif,


mengizinkan pemilihan hukum berlaku untuk satu atau lebih
masalah yang timbul di bawah hubungan hukum).

Berarti, apabila terdapat persoalan atau sengketa, para pihak dapat


memilih hukum tertentu sesuai dengan kesepakatan para pihak.124
Terkait penunjukan hukum yang mengatur kasus multi-state,
sistem tradisional (traditional system) seperti First Restatement,
maka gunakanlah aturan pilihan hukum di sekitar kategori luas yang
dipinjam dari hukum domestik (domestic law, seperti gugatan (torts),
kontrak (contracts), alat angkut (conveyances), suksesi
(successions), status, dan lain-lain. Aturan berbagai sistem tersebut
memang berbeda dalam hal spesifiknya, namun semuanya terdiri dari
tiga komponen dasar. Ketiga komponen dasar tersebut adalah:125
a. Kategori hukum yang menjadi objek aturan (misalnya, gugatan,
kontrak, dan lain-lain)
b. Hukum yang berlaku (misalnya: Lex loci delicti, atau lex loci
contractus), dan
c. Faktor penghubung (locus deliciti, locis contractus ) yang
menggabungkan kategori hukum atau masalah dengan negara
bagian yang memasok hukum yang berlaku.
Sistem modern, seperti Restatement (second) dan kodifikasi
konflik baru-baru ini menggunakan aturan atau pendekatan yang: (i)
lebih fleksibel daripada aturan tradisional; (ii) dibangun di sekitar
kategori atau isu yang lebih sempit; (ii) menggunakan faktor
penghubung yang lunak atau berbagai alternatif; dan (iv) umumnya
jauh kurang kategoris dalam menunjuk hukum yang berlaku.
Meskipun begitu, dasar silogisme pilihan-hukum pada dasarnya sama
pada kedua sistem tradisional, seperti First Restatement, dan sistem
konflik berbasis aturan modern. Silogisme pilihan-hukum biasanya
muncul dalam tiga langkah mental yang berbeda, yang dijelaskan

124
Abdul Gani Abdullah, Loc.cit., hlm 2.
125
Symeon C. Symeonides, Choice of Law, Oxford University Press, New York,
2016, hlm 64.
57

berikut ini sesuai dengan tiga komponen aturan pilihan hukum


(choice of law rule) sebagai berikut:126
a. Karakteristik (Characteristic) atau kualifikasi (qualification).
Langkah pertama adalah menentukan aturan pilihan hukum yang
secara prinsip berlaku untuk kasus yang dihadapi, dengan
memasukkan kasus-kasus ke dalam kategori hukum tort, kontrak
dan sebagainya, dilakukan sesuai aturan.
b. Lokalisasi (localization). Sebagai langkah kedua adalah
melokalkan faktor penghubung, yaitu menempatkannya pada
peta, dengan menentukan dimana tort terjadi atau kontrak
dibuat. Meskipun hal ini sebagaian besar merupakan penyelidikan
faktual, dibantu oleh sub-aturan pelokalan tertentu, seperti
kontrak dianggap dibuat di tempat penerimaan, atau bahwa
gugatan terjadi di tempat yang tercederai.
c. Aplikasi (application). Langkah ketiga terdiri dari beberapa
langkah yang lebih kecil, memastikan konten hukum negara di
mana faktor penghubung berada, menentukan berapa banyak
hukum itu berlaku untuk kasus ini, memeriksa apakah ada
pengecualian untuk aplikasinya dapat dioperasikan, dan, pada
akhirnya, menerapkan hukum itu pada kasus tersebut di tangan.

2.2.4.2 Titik Pertalian dalam Pilihan Hukum Dan


Keberlakuan Hukum
Suatu masalah dapat dikategorikan sebagai hukum perdata
internasional (HPI) jika terdapat suatu titik pertalian sebagaimana
dikenal dalam teori HPI Indonesia. Titik pertalian didefinisikan
sebagai keadaan-keadaan atau hal-hal yang menimbulkan
berlakunya sesuatu stelsel hukum.127 Titik pertalian ini terdiri atas
Titik Pertalian Primer (TPP) yakni keadaan atau hal-hal yang
menentukan ada-tidaknya indikasi suatu persoalan HPI, dan Titik

126
Ibid.,
127
Sudargo Gautama, Op.cit., hlm 29.
58

Pertalian Sekunder (TPS) sebagai jalan dalam menentukan hukum


manakah yang diberlakukan pada suatu masalah HPI.128
Terkait pertalian dan pilihan hukum tersebut, bagaimana
pengaturan keberlakukan hukum, Sumampouw129 memandang
bahwa keberlakukan hukum tersebut bisa bersifat subyektif maupun
obyektif. Keberlakuan hukum secara subyektif, disebut sebagai titik
pertalian yang subyektif, yakni keberlakukan hukum dalam pilihan
hukum yang didasarkan kehendak para pihak. Keberlakuan hukum
secara pertalian objektif, yakni pilihan hukum yang didasarkan
hukum objektif, sebab penentuannya tidak tergantung dari kehendak
para pihak, meliputi antara lain:130
a. Lex patriea, yakni pertalian berdasarkan kewarganegaraan para
pihak.
b. Lex domicilie, yakni pertalian berdasrakan domisili para pihak.
c. Lex loci contractus, yakni pertalian berdasarkan tempat kontrak
dilaksanakan.
d. Lex rei sitae131, yakni pertalian berdasarkan tempat letaknya
benda.
e. Lex loci solutionis, yakni pertalian berdasarkan tempat dibuatnya
perjanjian.
Metode alternatif dalam pilihan hukum antara lain:132
a. Penentuan pilihan hukum berdasarkan masalah demi masalah.
Berarti dari setiap perjanjian itu akan dipertimbangkan semua
faktor yang mempertautkan sesuatu perjanjian dengan suatu
sistem hukum yang dipilih. Faktor tautan ini cenderung gabungan
dari tautan kewilayahan (seperti domisili, tempat dibuatnya

128
Ibid.,
129
M. Sumampouw, Pilihan Hukum Sebagai Titik Pertalian dalam Hukum
Perdjandjian Internasional, Disertasi tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 1968, hlm 2.
130
Ibid.,
131
Ilhami Ginang Pratinida, Penerapan Forum Rei Sitae, Yuridika, Volume 30,
Nomor 1, 2015, hlm. 67.
132
Ibid.,
59

perjanjian dan lain-lain) dan tautan lainnya. Berdasarkan semua


tautan itu, barulah ditentukan, hukum mana yang berlaku.
b. Penentuan pilihan hukum berdasarkan prinsip the most real
connection, yakni pilihan hukum berdasarkan fleksibilitas agar
segala keadaan yang spesifik dapat masuk ke dalam
pertimbangan.
c. Penentuan pilihan hukum berdasarkan tautan sifat perjanjian,
yakni dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan khusus
yang terkait dalam sekelompok perjanjian yang bersifat sama.
Klausul choice of law bersifat tidak wajib dicantumkan dalam
kontrak para pihak. Jika pilihan hukum tidak dicantumkan para pihak
dalam kontrak sebagai konsekuensinya, jika tidak terjadi perselisihan
hukum di antara pihak, maka yang berlaku bagi para pihak adalah
teori hukum perdata internasional. Teori hukum perdata internasional
tersebut adalah lex lecy solutions theory, lex kocy constractus theory,
mail box theory, the most characteristic connections, dan the proper
law of contract theory.133

2.2.4.3 Penentuan Hukum yang Berlaku Berdasarkan


Konvensi Internasional
2.2.4.3.1 Instrumen Hukum Internasional
Konvensi Hukum Uniform 1964 menjadi dasar hukum bagi para
pihak dalam melakukan pilihan hukum. Pasal 3 Hukum Uniform 1964
menyatakan:134
“Les parties a un contract de vente sont libres d’ eexclure
totalement out partiellement I’ application de la presente loi.
Cette exclusion peut etre expresse ou tactie”

Berarti, Pasal 3 Konvensi Hukum Uniform 1964 tersebut


menetapkan bahwa para pihak dibebaskan untuk memilih hukum
nasional mana yang akan menjadi rujukan ketika terjadi sengketa
antar-para pihak, dan mengesampingkan undang-undang yang ada

133
Sitti Nurjannah, Loc.cit., hlm 164.
134
Abdul Gani Abdullah, Loc.cit., hlm 22.
60

(uniform law), baik mengesampingkan untuk sebagian, atau menolak


seluruh uniform law. Berdasarkan konvensi tersebut, para pihak
dibebaskan untuk mencantumkan pilihan hukum secara tegas
maupun secara implisit (express ou tacite, express or implied).135
Konvensi 1964 berlaku untuk perjanjian jual beli yang bersifat
intern ataupun internasional. Namun tentang perjanjian perdagangan
yang bersifat internasional tidak diakui sebagai perjanjian
internasional, jika barang yang diperjualbelikan tersebut tidak
melewati tapal batas negara bersangkutan. Pilihan hukum dalam
kasus demikian, jika tidak ada pilihan lain, adalah hukum domestik.102
Konvensi 1964 ini berbeda dengan konvensi sebelumnya, yakni
Konvensi 1951. Perbedaan tersebut tampak bahwa: (i) Ikhwal
kemungkinan untuk melakukan pilihan sebagai hukum yang lain.
Konvensi 1964 membolehkan pilihan hukum untuk sebagian
(depacage) , sedangkan Konvensi 1951 melarangnya. (ii) Ikhwal tata
cara bagaimana melakukan pilihan hukum. Konvensi 1964
membolehkan pilihan hukum diam-diam (clause expresse) atau
resulter indubitablement des disposision du contract, sedangkan
Konvensi 1951 tidak membolehkan pilihan hukum tacite.136
Pilihan hukum (choice law) harus dengan asumsi bahwa hukum
yang dipilih oleh para pihak itu harus memiliki kaedah hukum yang
lebih memaksa keberlakuannya dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan hukum memaksa seperti lex fori, dan lex contractus.
Berarti terkait dengan hubungan pilihan hukum (choice of law) dan
hukum memaksa (dwingend recht), hukum yang dipilih tersebut
harus memilih kaidah lebih memaksa (super memaksa) dibandingkan
dengan hukum lainnya.137
Meskipun para pihak yang melakukan perjanjian kontrak
memiliki kebebasan dalam memilih hukum yang akan digunakan jika
para pihak bersengketa, namun terdapat batasan-batasan tertentu

135
Ibid.,
136
Ibid.,
137
Ibid., hlm 22-23.
61

mengenai kewenangan para pihak. Batasan pilihan hukum ini antara


lain terkait doktrin ilmu hukum bahwa pilihan hukum hanya boleh
dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban sosial
(social order) dan ketertiban umum (public order). Pilihan hukum
juga tidak diperkenankan dalam suatu kontrak kerja. Hal ini
mengingat kontrak kerja berkaitan dengan sifat memaksa (dwingend
recht), dan terkait dengan perlindungan suatu negara terhadap
warga negara yang menjadi tenaga kerja tersebut, Batasan lain
pilihan hukum adalah, pilihan hukum juga tidak diperkenankan
menjadi kedok untuk tindak penyelundupan hukum dan kecurangan
(fraudelent) lainnya.138
Batasan berikutnya dalam pilihan hukum terkait dengan hukum
negara atau yang disepakati antar negara. Pada suatu situasi,
dimungkin negara dan atau kesepatan antara negara membuat
ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya terkait jenis investasi,
deviaas, eskpor-impor, dan lain-lain. Pada kondisi seperti itu pilihan
hukum adalah otoritas negara yang bersangkutan, sehingga pilihan
hukum antara para pihak bisa dikesampingkan dan hukum negara
dan atau kesepakatan antar-negara tersebut yang berlaku.139
Adapun instrumen hukum internasional lainnya adalah:
a. General Principles of Private International Law
b. Convention on Conflict of Laws related to the Form of
Testamentary Dispositions, Tahun 1961.
c. Convention on the Law Aplicable to Surnames and Given names,
1980 (Art 27)
d. Convention on Celebration and Recognition of the Validity of
Marriage 1978 (Arrt 27).
e. Hague Convention on Matrimonial Property, 1978.
f. Convention on the Protection of Children and Cooperation in
Respect of Intercountry Adoptions 1933.
g. International Instruments on Child Abduction (Article 114)

138
Ibid.,
139
Ibid.,
62

h. Convention on the Law Applicable to Maintenance Obligations


1973 (Article 16)
i. Convention on the Law Applicable to Agency 1978 (Article 125).
j. The European Convention on The Law Applicable to Contractual
Obligations (Rome Convention 1980)
k. The Hague Convention on the Law Applicable to Contracts of
International Sale of Good (1986) merupakan konvensi
internasional yang berlaku sebagai model law dalam bidang
barang.107
l. Konvensi New York 1958 tentang Recognition and enforcement of
Foreign Arbital Awards adalah konvensi di bidang transaksi
elektronik, dan pelaksanaan fungsi pengawasan.10

2.2.4.3.2 Instrumen Hukum Nasional


Terkait hukum perdata internasional, hingga penelitian ini
dilakukan, Indonesia masih menggunakan tiga pasal (Pasal 16 AB,
Pasal 17 AB, dan Pasal 18 AB dari Algemeene Bepalingen van
Wetgevingt voor Nederlands Indie (AB) Staatsblad 1847 No. 23 of 18.
Pasal 16 AB berbunyi sebagai berikut:
“De wettelijke bepalingen betreffende den staat en de voegheid
der personen blijven verbindend voor ingezetenen van
Nederlandsch-Indie, wanneer zij zich buiten’s lands bevonden”

Pasal 16 AB tersebut mengatur mengenai status personal


seseorang dan wewenangnya. Pasal 16 AB tersebut menyatakan
bahwa bagi penduduk Hindia Belanda peraturan-peraturan
perundang-undangan mengenai status dan wewenang hukum
seseorang tetap berlaku terhadap mereka, apabila mereka ada di luar
negeri. Pasal 16 AB mengatur tentang hukum perorangan
(personenrecht), dan tentang benda yang tidak tetap (bergerak).140
Pasal 17 AB berbunyi sebagai berikut:
“ten opzigte van onroerende goederen geldt de wet van het land
of plaats, alwaar die goederen gelegen zijn.”

140
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Op.cit., hlm 2.
63

Menurut Pasal 17 AB, terhadap benda-benda bergerak maupun


benda tidak bergerak berlaku perundang-undangan negara atau
tempat dimana benda-benda itu terletk. Berarti, ikhwal benda-benda
bergerak maupun benda tidak bergerak harus dinilai menurut hukum
dari negara atau tempat di mana benda itu terletak (lex rei sitae)
siapa pun pemiliknya.141
Pasal 18 AB berbunyi sebagai berikut:
“1. De vorm van elike handeling wondt beoordeeg naar de wtten
van het land of the plaats, alwaar die handeling is verright.
“2. Bij de toepassing van dit en van het voorgaan de artikel moet
steeds worden acht gegeven op het verschil, hetwelk de
wetgeving daarstelt tussen Europeanan en Inlanders.”

Pasal 18 AB tersebut menyatakan bahwa bentuk dari setiap


perbuatan hukum dinilai menurit perundang-undangan negara dan
tempat perbuatan itu dilakukan (locus regit actum). Pasal ini dan
pasal sebelumnya selalu harus diperhatikan perbedaan yang oleh
undang-undang diadakan di antara orang Eropa dan Indonesia asli.142

2.2.5 Kajian Mengenai Teori Kualifikasi dan Asas Pembentukan


Norma
Kualifikasi berarti melakukan klasifikasi sitilah sehari-hari ke dalam
istilah hukum dalam upaya pembentukan norma. Di antara kualifikasi hukum
tersebut adalah:143
a. Kualifikasi Lex Fori, merupakan aktivitas melakukan klasifikasi atau
penerjemahan suatu istilah hukum berdasarkan hukum seorang hakim
dalam suatu kasus HPI. Teori Lex Fori ini paling banyak dianut di dunia.
b. Kualifikasi Lex Cause, merupakan aktivitas untuk melakukan klasifikasi
atau penerjemahan istilah hukum berdasarkan hukum yang digunakan
untuk menyelesaikan persoalan HPI yang bersangkutan.
c. Kualifikasi Otonom, merupakan aktivitas untuk melakukan klasifikasi atau
penerjemahan istilah hukum berdasarkan perbandingan hukum.

141
Ibid.,
142
Ibid.,
143
Ibid., hlm 14-15.
64

d. Kualifikasi Lex Rae Sitae, merupakan aktivitas untuk melakukan klasifikasi


atau penerjemaman istilah hukum menurut hukum dari negara atau
tempat di mana benda itu terletak.
e. Kualifikasi Lex Loci Contractus,144 merupakan asas yang menganut
hukum tempat dibuatnya kontrak dalam perjanjian.
f. Kualifikasi Lex Loci Solutionis145, asas yang menganut hukum tempat
dilaksanakannya perjanjian.
g. Kualifikasi the Proper Law of the Contract, merupakan hukum yang
berlaku dalam suatu kontrak adalah hukum negara yang memiliki titik
taut terbanyak.
h. Kualifikasi the Most Characteristic Connection, adalah hukum yang
berlaku dalam suatu kontrak adalah hukum pihak yang memiliki pribadi
yang paling berkarakteristik.
i. Prinsip kebebasan berkontrak, yakni asas umum yang diberikan oleh
undang-undang dalam membuat suatu kontrak, sebagaimana diatur
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
j. Prinsip domisili, yakni prinsip yang memberlakukan hukum domisili
seseorang yang berlaku dalam menentukan status personal seseorang.
k. Prinsip nasionalitas, yakni prinsip yang memberlakukan hukum domisili
seseorang yang berlaku dalam menentukan status personal seseorang.

2.2.6 Kajian Mengenai Aplikasi UU yang Dirancang dan


Pengecualiannya
Langkah karakterisasi adalah mengidentifikasi aturan pilihan hukum
yang berlaku. Lokalisasi adalah langkah mengidentifikasi negara hukumnya
yang akan mengatur kasus atau masalah di bawah aturan tersebut. Jika
kondisi itu adalah satu selain forum, maka pengadilan dapat memeriksa
(untuk pertama kalinya) konten hukum negara-negara bagian dan
mengajukan pertanyaan tertentu sebelum hakim menerapkannya. Terdapat

144
Yansen Dermanto Latip, Pilihan Hukum dan Pilihan Forum Dalam Kontrak
Internasional, Disertasi tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2002, hlm. 99.
145
M. Alvi Syahrin, Konsep Teoritis Penyelesaian Sengketa Hukum E-
Commerce, Mahara Publishing, Tanggerang, 2017, hlm. 17.
65

sejumlah permasalahan terkait dengan pilihan hukum. Misalnya, haruskah


pengadilan menerapkan hukum keseluruhan dari negara yang diidentifikasi,
termasuk hukum acara dan konfliknya dan bagaimana jika hukum luar negeri
yang berlaku adalah hukuman, atau menerapkannya akan menyinggung
kebijakan forum publik.146

2.2.7 Kajian Mengenai Substansi Versus Prosedur


Pertanyaan pertama terkait pilihan hukum dalam asuransi kapal adalah
dikotomi dasar antara hukum substantif (substantive law) dengan hukum
prosedural (procedural law). Semua prosedur diatur oleh hukum forum. Oleh
karena itu forum tidak akan menerapkan aturan prosedural dari hukum luar
negeri yang berlaku. First Restatement menjelaskan bahwa mengingat
penerapan aturan-aturan itu tidak praktis, tidak nyaman, dan mahal,
pembatasan ruang lingkup referensi ke hukum luar negeri adalah perlu.
Batasan ini mengecualikan fase-fase kasus yang membuat administrasi
hukum luar negeri oleh pengadilan lokal tidak praktis, tidak nyaman, atau
melanggar kebijakan lokal. Konseptor Restatetement, Profesor Beale,
menawarkan uji keseimbangan yang mungkin tersirat dalam Restatement.
Uji keseimbangan ini memang masuk akal, namun tidak mudah
penerapannya. Begitu pula menarik garis antara substansi dan prosudur
adalah exercise yang tidak mudah pada konflik hukum domestik, dan federal,
karena lebih sering daripada tidak, yang substantif bisa hilang oleh derajat
yang tak terlihat ke dalam prosedural.147
The Restatement menyampaikan apa yang dimaksudkan sebagai daftar
subyek yang lengkap yang diklasifikasikan sebagai proseural. Di antaranya
adalah: (i) pengadilan manakah yang dapat mengimplementasikan atau
mengadili asuransi kapal (ii) bentuk tindakan, (iii) yang mungkin dan siapa
yang harus dituntut, (iv) metode proses melayani, (v) metode untuk
mengamankan kepatuhan pada pengadilan, (vi) bagaimana pada saat
tindakan dimulai, (vii) semua masalah permohonan dan pelaksanaan
persidangan di pengadilan, (viii) apakah klaim terdakwa dapat dimohon

146
Symeonides, Loc.it., Hlm 68.
147
Ibid.,
66

dengan setoff atau gugatan balik, (ix) apakah masalah fakta akan diadili oleh
pengadilan atau juri, (x) bukti di pengadilan atas fakta yang dituduhkan,
serta anggapan dan kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti, (xi) kompetensi
dan kredibilitas aksi, (xii) penerimaan atas bukti tertentu, (xii) hal-hal penting
berkaitan dengan pelaksanaan putusan, (xiv) apakah penggugat harus bebas
dari kesalahan untuk mempertahankan tindakan, (xv) apakah kepatuhan
dengan bentuk tertentu merupakan prasyarat untuk mengajukan tindakan
(undang-undang penipuan), (xvi) undang-undang pembatasan, (xvii)
batasan oleh undang-undang forum tentang jumlah pemulihan, (xviii) dan
akses ke pengadilan.115

2.2.8 Kajian Mengenai Renvoi


Renvoi adalah penunjukan kembali kepada hukum yang semula
menunjuknya sebagai hukum yang harus diterapkan. 148 Renvoi timbul
disebabkan terjadinya perbedaan prinsip dari negara-negara dalam
menentukan status personal kewarganegaraannya. Terdapat tiga macam
skema penunjukan (renvoi), yakni:149
a. Single renvoi,150 yakni skema penunjukan terhadap kaidah hukum asing
hanya sekali penunjukan, yakni penunjukan yang bersifat gesamt
(penunjukan terhadap kaidah intern kaidah HPI) dan schnormen
(penunjukan terhadap kaidah intern saja). Skema ini dianut negara-
negara Eropa Kontinental. Indonesia termasuk negara yang menganut
teori renvoi dengan skema single renvoi ini.
b. Double renvoi (foreign court doctrine) merupakan skema renvoi yang
dianut di negara-negara Ango Saxon, terutama Inggris. Praktek
pengadilan di Inggris, hakim akan duduk seolah-olah berada di kursi
pengadilan negara asing. Skema double renvoi mengenal dua
kemungkinan, yakni hakim Inggris berhadapan dengan negara yang

148
Adi Purwadi, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Pusat Pengkajian
Hukum dan Pembangunan (PPHP), Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya,
2016, hlm. 76.
149
Ibid., hlm 69.
150
Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 83.
67

menerima teori renvoi (kemungkinan I) dan hakim Inggris berhadapan


dengan negara yang menolak teori renvoi (kemungkinan II).
c. Penunjukan lebih jauh merupakan skema renvoi yang melibatkan tiga
atau lebih sistem hukum.
Ketika aturan pilihan-hukum forum (forum’s choice of law rule)
mengacu pada hukum negara lain, maka muncul pertanyaan apakah
rujukannya adalah hukum keseluruhan (that state’s ‘whole’ law), yakni
termasuk hukum konfliknya, atau substantifnya (substantive law), atau
hukum internal (internal law). Pertanyaan ini adalah pertanyaan renvoi yang
terkenal dan dijawab oleh pilihan forum-aturan hukum. Jika rujukannya
mencakup seluruh hukum negara bagian lain, maka forum itu dikatakan
menganut doktrin renvoi. Dalam kasus seperti itu, aturan pilihan hukum asing
mungkin kembali ke hukum negara forum ( the law of the forum state) atau
remisi (remission) atau hukum negara ketiga (the law of a third state) atau
transmisi (transmission), dengan kemungkinan dan pertanyaan lebih lanjut,
tergantung apakah negara pengirim ( the remitting state) atau pengiriman
(transmitting) negara sendiri menganut doktrin renvoi (renvoi doctrine) dan
apa aturan hukumnya yang diberikan.151
Penggambaran kemungkinan-kemungkinan tersebut, dapat ditinjau
skenario hipotesis (lihat Gambar 2.1) yang melibatkan suksesi domisiliar
negara forum (forum state) yang tanahnya meliputi, antara lain, benda tak
bergerak terletak di Negara X. Misalnya, seperti yang biasanya terjadi di
Inggris-Amerika bahwa aturan pilihan hukum forum (forum’s choice of law
rule) menyatakan bahwa suksesi untuk benda tidak bergerak diatur oleh
seluruh hukum (whole law) dari situs negara, yakni Negara X. Dalam kasus
seperti, referensi awal (lihat vektor #1, pada Gambar 2) adalah hukum
Negara X, karena seluruh hukum (whole law) termasuk hukum konflik.152

151
Ibid., hlm 74.
152
Ibid.,
68

Gambar 2.1
Kemungkinan untuk Renvoi

Sumber : Symeonides, Data Sekunder, diolah 2020.

Satu kemungkinan yang dihasilkan dalam pilihan hukum adalah bahwa


hukum konflik Negara X dapat merujuk masalah itu pada hukum internal.
Jika demikian, maka hukum itu berlaku dan masalahnya berakhir di sana.
Kemungkinan kedua adalah bahwa Negara X dapat merujuk masalah
tersebut kembali ke status forum (vektor #2), jika semisal aturan pilihan
hukum Negara X menyatakan bahwa suksesi diatur oleh hukum domisili
terakhir almarhum. Referensi ini disebut remisi. Secara teoritis, kita harus
tanyakan apakah remisi ini dimaksudkan sebagai rujukan pada hukum
internal forum (internal law of forum) atau untuknya konflik hukum ( conflict
law). Jika dipilih referensi terakhir tersebut, maka kemungkinan terjadi
lingkaran setan yang tidak pernah berakhir. Namun dalam praktiknya, tidak
ada pengadilan, di negara mana pun, yang terjebak dalam lingkaran itu.
Forum tersebut hanya menerima referensi kembali, dan menerapkan hukum
internalnya. Semua kodifikasi konflik yang mematuhi renvoi, menyatakan
dengan tegas bahwa remisi terhadap hukum forum diterima dan hukum
internal forum berlaku.153
Kemungkinan ketiga adalah bahwa Negara X dapat merujuk masalah
tersebut ke hukum orang ketiga. Aturan hukum Negara X menyatakan bahwa
suksesi diatur oleh hukum kewarganegaraan terakhir almarhum dan orang-

153
Ibid., hlm 75.
69

orang yang meninggal adalah warga Y, meskipun ia berdomisli di negara


forum. Pertanyaannya kemudian adalah apakah transmisi ini menunjuk ke
hukum internal atau konflik Negara Y. Biasanya, pertanyaan ini dijawab oleh
hukum konflik Negara X, negara pengirim. Jika transmisi ke hukum konflik
negara Y, maka hukum dapat merujuk masalah tersebut ke hukum
internalnya sendiri, atau hukum internal atau konflik dari yang lain, misalnya
Negara Z. Negara X (vektor #5), atau negara forum (vektor #6). Jika
referensi menunjuk ke konflik hukum dari salah satu negara ini, maka
kemungkinan lingkaran yang tidak pernah berakhir muncul lagi, tetapi hanya
secara abstrak. Dalam prakteknya, setiap kali ada referensi kembali ke
negara pengirim, hukum internal negara itu berlaku dan masalah berakhir di
sana.154

2.2.9 Kajian Mengenai Pilihan Forum (Choice of Forum)


2.2.9.1 Definisi Pilihan Forum (Choice of Forum)
Syafran mengemukakan bahwa pilihan forum ( choice of forum),
atau disebut juga choice of jurisdiction, merupakan penentuan yang
dilakukan oleh para pihak dalam suatu kontrak mengenai forum mana
yang berlaku apabila terjadi sengketa di antara para pihak dalam
kontrak tersebut. Pilihan ini dilakukan dengan mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian secara matang. Pilihan choice of forum
biasanya dilakukan bersamaan dengan pilihan choice of law (pilihan
hukum) serta choice of domicile (pilihan domisili).155

2.2.9.2 Proses Pilihan Forum (Choice of Forum)


Menghadapi suatu sengketa (dispute), penyelesaiannya dapat
dilakukan secara konvensional (litigasi atau melalui pengadilan) atau
secara ADR (alternative dispute resolution). Sutiyoso mengemukakan

154
Ibid.,
155
Syafran, Op.cit., hlm 607.
70

bahwa saat ini arbitrase lebih banyak digunakan sebagai alternatif


penyelesaian sengketa komersial.156
Arbitrase lebih banyak dipilih sebagai alternatif penyelesaian
sengketa karena arbitrase sebagai salah satu alternative dispute
resolution menyediakan win-win solution, dianggap lebih
menguntungkan, serta berbanding terbalik dengan metode litigasi
atau pengadilan yang menyediakan win lose solution dimana posisi
para pihak berlawanan satu sama lain. Dalam arbitrase, hubungan
dapat dibangun kembali setelah dispute atau sengketa tersebut
diselesaikan. Ini berbanding terbalik dengan metode pengadilan yang
menyebabkan adanya pemutusan hubungan setelah berakhirnya
sengketa, karena ada salah satu pihak yang dikecewakan dengan win
lose solution. Kelebihan arbitrase diantaranya adalah:157
a. Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiternya sendiri.
b. Proses majelis arbitrase rahasia dan oleh karena itu dapat
menjamin kerahasiaan dan publisitas yang tidak dikehendaki.
c. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak yang
bersengketa.
d. Tata cara arbitrase cepat, tidak mahal, dan jauh lebih rendah
dibanding biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pengadilan.
e. Tata cara arbitrase lebih informal sehingga tersedia tata cara
penyelesaian secara kekeluargaan dan damai (amicable).
Arbitrase juga memiliki kekurangan disebabkan pendirian atau
sikap hakim yang belum seragam tentang klausula arbitrase, terdapat
kekurangan-kekurangan dalam klausula arbitrase dari segi bahasa
dan terminologi yang mengandung banyak penafsiran, sehingga
masih sering diambil alih oleh pengadilan.
Metode litigasi atau pengadilan, menurut Syafran, berkaitan
dengan sistem hukum Common Law, pengadilan harus

156
Sutiyoso, Akibat Pemilihan Forum dalam Kontrak yang Memuat Klausula
Arbitrase, Mimbar Hukum, Volume 24, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 2012, hlm 120.
157
Ibid.,
71

mempertimbangkan semua faktor untuk menentukan negara mana


yang mempunyai hubungan paling signifikan, yaitu:158

a. Tempat pelaksanaan kontrak (place of performance)


b. Tempat penandatanganan kontrak (place of contracting)
c. Tempat kontrak dinegosiasikan
d. Tempat terletaknya, benda objek kontrak
e. Bahasa dalam kontrak
f. Mata uang yang dipergunakan dalam kontrak
g. Hukum (choice of law) dari para pihak
h. Tempat domisili, residensi, kewarganegaraan, tempat
kedudukan kantor pusat atau tempat pelaksanaan bisnis
i. Situasi dan kondisi yang berkenaan dengan kontrak tersebut.

2.2.9.3 Keuntungan dan Kerugian Pilihan Forum (Choice of


Forum)
Menurut Rahmani, salah satu asas hukum yang digunakan
dalam hukum perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak, yakni
setiap orang bebas dalam mengadakan suatu perjanjian yang
mengandung syarat-syarat perjanjian apapun, asalkan perjanjian
tersebut dibuat secara sah dan beritikad baik, serta tidak melanggar
undang-undang dan norma yang berlaku seperti kesusilaan dan
ketertiban umum. Asas ini mengasumsikan bahwa terdapat
kebebasan di antara para pembuat kontrak untuk melakukan posisi
tawar yang seimbang di antara mereka.159
Syafran mengemukakan bahwa berdasarkan asas kebebasan
berkontrak ini, maka para pihak dalam suatu kontrak dapat memilih
pengadilan atau forum mana yang akan mengadili apabila terdapat
perselisihan atau sengketa terhadap kontrak yang bersangkutan.
Keuntungan dalam memilih forum ( choice of forum) ini adalah:160

158
Syafran, Op.Cit., hlm 608.
159
Ronni Rahmani, Asas Kebebasan Berkontrak dan Kontrak Baku dalam
Akad Ekonomi Syariah, makalah calon hakim pengadilan Agama Suwawa, Pengadilan
Agama Banjarnegara, 2019.
160
Syafran, Op.Cit., hlm 611.
72

a. Bahwa pengadilan tersebut lebih mengetahui hukum yang berlaku


jika dipilih pengadilan yang lokasinya di tempat/ negara yang juga
dipilih hukumnya (tempat choice of law sama dengan choice of
forum).
b. Bahwa pengadilan tersebut lebih mengetahui kasus yang
bersangkutan jika yang dipilih adalah pengadilan tempat
terjadinya kasus tersebut atau tempat dilaksanakannya kontrak
tersebut.
c. Bahwa pengadilan tersebut dan para pihak lebih banyak akses ke
alat bukti, termasuk alat bukti saksi jika yang dipilih adalah
pengadilan tempat terjadinya kasus atau tempat dilaksanakannya
kontrak tersebut.
Namun, pilihan forum (choice of forum) ini menyimpan
problematika serius ketika pengadilan atau forum yang dipilih bukan
pengadilan di negara tempat dieksekusinya putusan pengadilan,
sebagai contoh, apabila yang dipilih bukan forum atau pengadilan di
negara tempat di mana aset tergugat terletak. Hal ini dikarenakan
banyak negara, seperti Indonesia, tidak memiliki kewajiban untuk
mengeksekusi putusan pengadilan asing, sehingga putusan yang
sudah dimenangkan oleh salah satu pihak tidak akan dapat
dieksekusi. Kecuali dalam kondisi yang dipilih adalah badan arbitrase,
di mana dengan batasan yang tidak terlalu ketat, biasanya negara-
negara dapat mengeksekusi putusan arbitrase asing. Di Indonesia,
putusan arbitrase asing sudah dapat dilaksanakan sejak Indonesia
meratifikasi Convention on the Recognition and Enforcement of
Foreign Arbitral Award 1958 melalui Keputusan Presiden Nomor 34
Tahun 1981.161

2.2.10 Kajian Mengenai Notaris


Menurut pаsаl 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

161
Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa
Bisnis, Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 190.
73

Notaris (selanjutnya disebut UU 2/2014 tentang UUJN-P), menyebutkаn


bаhwа Notаris аdаlаh pejаbаt umum yаng berwenаng untuk membuаt аktа
аutentik dаn memiliki kewenаngаn lаinnyа sebаgаimаnа dimаksud dаlаm
Undаng-Undаng ini аtаu berdаsаrkаn undаng-undаng lаinnyа.
Dаlаm Pаsаl 16 UU 2/2014 tentang UUJN-P Notаris mempunyаi
kewаjibаn yаng hаrus dilаksаnаkаn sebagai berikut:
a. Bertindаk jujur, sаksаmа, mаndiri, tidаk berpihаk, dаn menjаgа
kepentingаn pihаk yаng terkаit dаlаm perbuаtаn hukum;
b. Membuаt аktа dаlаm bentuk Minutа Аktа dаn menyimpаnnyа sebаgаi
bаgiаn dаri Protokol Notаris;
c. Melekаtkаn surаt dаn dokumen sertа sidik jаri penghаdаp pаdа minutа
Аktа;
d. Mengeluаrkаn Grosse Аktа, Sаlinаn Аktа, аtаu Kutipаn Аktа berdаsаrkаn
Minutа Аktа;
e. Memberikаn pelаyаnаn sesuаi dengаn ketentuаn dаlаm Undаng-Undаng
ini, kecuаli аdа аlаsаn untuk menolаknyа;
f. Merаhаsiаkаn segаlа sesuаtu mengenаi аktа yаng dibuаtnyа dаn segаlа
keterаngаn yаng diperoleh gunа pembuаtаn аktа sesuаi dengаn
sumpаh/jаnji jаbаtаn, kecuаli undаng-undаng menentukаn lаin;
g. Menjilid аktа yаng dibuаtnyа dаlаm 1 (sаtu) bulаn menjаdi buku yаng
memuаt tidаk lebih dаri 50 (limа puluh) аktа, dаn jikа jumlаh аktа tidаk
dаpаt dimuаt dаlаm sаtu buku, аktа tersebut dаpаt dijilid menjаdi lebih
dаri sаtu buku, dаn mencаtаt jumlаh Minutа Аktа, bulаn, dаn tаhun
pembuаtаnnyа pаdа sаmpul setiаp buku;
h. Membuаt dаftаr dаri аktа protes terhаdаp tidаk dibаyаr аtаu tidаk
diterimаnyа surаt berhаrgа;
i. Membuаt dаftаr аktа yаng berkenааn dengаn wаsiаt menurut urutаn
wаktu pembuаtаn аktа setiаp bulаn;
j. Mengirimkаn dаftаr аktа sebаgаimаnа dimаksud dаlаm huruf h аtаu
dаftаr nihil yаng berkenааn dengаn wаsiаt ke Dаftаr Pusаt Wаsiаt
Depаrtemen yаngtugаs dаn tаnggung jаwаbnyа di bidаng kenotаriаtаn
dаlаm wаktu 5 (limа) hаri pаdа minggu pertаmа setiаp bulаn berikutnyа;
74

k. Mencаtаt dаlаm repertorium tаnggаl pengirimаn dаftаr wаsiаt pаdа


setiаp аkhir bulаn;
l. Mempunyаi cаp/stempel yаng memuаt lаmbаng negаrа Republik
Indonesiа dаn pаdа ruаng yаng melingkаrinyа dituliskаn nаmа, jаbаtаn,
dаn tempаt kedudukаn yаng bersаngkutаn;
m. Membаcаkаn аktа di hаdаpаn penghаdаp dengаn dihаdiri oleh pаling
sedikit 2 (duа) orаng sаksi dаn ditаndаtаngаni pаdа sааt itu jugа oleh
penghаdаp, sаksi, dаn Notаris;
n. Menerimа mаgаng cаlon Notаris.
Tugаs dаn wewenаng Notаris diаtur dаlаm Pаsаl 1 аngkа 1 UU 2/2014
tentang UUJN-P, yаitu membuаt аktа аutentik dаn kewenаngаn lаinnyа
sebаgаimаnа dimаksud dаlаm UU 2/2014 tentang UUJN-P. Kewenаngаn lаin
sebаgаimаnа dimаksud dаlаm UUJN merujuk kepаdа Pаsаl 15 аyаt (1), (2)
dаn аyаt (3) UU 2/2014 tentang UUJN-P Kewenаngаn Notаris dаlаm Pаsаl
15 аyаt (1) yаitu:
“Notаris berwenаng membuаt аktа аutentik mengenаi semuа
perbuаtаn, perjаnjiаn, dаn ketetаpаn yаng dihаruskаn oleh perаturаn
perundаngundаngаn dаn/ аtаu dikehendаki oleh yаng berkepentingаn
supаyа dinyаtаkаn dаlаm suаtu аktа аutentik, menjаmin kepаstiаn
tаnggаl pembuаtаn аktа, menyimpаn аktа, memberikаn grosse, sаlinаn
dаn kutipаn аktа, semuаnyа itu sepаnjаng pembuаtаn аktа-аktа itu
tidаk ditugаskаn аtаu dikecuаlikаn kepаdа pejаbаt lаin аtаu orаng lаin
yаng ditetаpkаn oleh undаng-undаng.”

Berdаsаrkаn kewenаngаn diаtаs, Notаris berwenаng membuаt аktа


sepаnjаng dikehendаki oleh pаrа pihаk аtаu menurut аturаn hukum yаng
wаjib dibuаt dаlаm bentuk аktа аutentik. Pembuаtаn аktа tersebut hаrus
berdаsаrkаn аturаn hukum yаng berkаitаn dengаn prosedur pembuаtаn.

2.2.10.1 Akta Notaris Sebagai Akta Autentik


Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan
sebagai akta autentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam UUJN, hal ini sesuai dengan pendapat Philipus M. Hadjon,
bahwa syarat akta autentik yaitu dibuat dalam bentuk yang
75

ditentukan oleh undang-undang (bentuknya baku) dan dibuat oleh


dan dihadapan pejabat umum.162
Pasal 1868 BW merupakan sumber untuk otensitas akta Notaris
juga merupakan dasar legalitas eksistensi akta Notaris, dengan
syarat-syarat sebagai berikut :163
a. Akta harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan),
seorang Pejabat Umum. Pasal 38 UU 2/2014 tentang UUJN-P
yang mengatur mengenai sifat dan bentuk akta tidak menentukan
mengenai sifat akta. Dalam pasal 1 angka 7 UU 2/2014 tentang
UUJN-P menentukan bahwa akta notaris adalah akta autentik
yang dibuat dihadapan Notaris menurut bentuk dan tatacara yang
ditetapkan dalam UUJN, dan secara tersirat dalam pasal 58 ayat
(2) UU 2/2014 tentang UUJN-P disebutan bahwa Notaris wajib
membuat naskah akta dan mencatat semua akta yang dibuat oleh
atau dihadapan Notaris.
b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang. Setelah lahirnya UU 2/2014 tentang UUJN-P keberadaan
akta notaris mendapat pengukuhan karena bentuknya ditentukan
oleh Undang-undang, dalam hal ini ditentukan dalam pasal 38.
Mengenai bentuk yang telah ditentukan oleh UUJN adalah akta
tersebut terdiri dari kepala akta, badan akta, akhir akta. Bagian-
bagian akta yang terdiri dari kepala akta dan akhir akta adalah
bagian yang mengandung unsur autentik, artinya apa yang
tercantum dalam kepala akta dan akhir akta tersebut akan
menentukan apakah akta itu dibuat dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang atau tidak.
c. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat,
harus mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar suatu akta
memperoleh otentisitas adalah wewenang notaris yang

162
Salim HS., Teknik Pembuatan Akta Satu “Konsep Teoritis, Kewenangan
Notaris Bentuk dan Minuta Akta”, Raja Grafindo Perasada, Jakarta, 2015, hlm.17.
163
Ibid
76

bersangkutan untuk membuat akta tersebut. Autentik atau


tidaknya suatu akta juga tidak cukup apabila akta itu dibuat oleh
atau dihadapkan pegawai umum, tetapi juga cara pembuatannya
harus menurut ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan. Suatu akta yang dibuat oleh pejabat yang
tidak berwenang dan tanpa adanya kemampuan untuk
membuatnya atau tidak memenuhi syarat-syarat tertentu, tidak
dianggap sebagai akta autentik tetapi mempunyai kekuatan
sebagai akta di bawah tangan.
Oleh karena itu, otensitas dari suatu akta notaris bersumber dari
Pasal 1 ayat (1) Jo Pasal 15 ayat (1) UU 2/2014 tentang UUJN-P.
Sebagai akta autentik, akta notaris merupakan akta notariil yang
dibuat dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini, sehingga akta yang di buat
oleh Notaris mempunyai sifat autentik.

2.2.10.2 Akta Di Bawah Tangan


Berdasarkan Pasal 1874 KUHPerdata menyebutkan bahwa:
“yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang
ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah
tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan
seorang pejabat umum”. Sedangkan ditinjau dari Undang-Undang
Jabatan Notaris akta dibawah tangan dapat dibagi menjadi dua yaitu
akta di bawah tangan yang dilegalisasi164 dan akta di bawah tangan
di waarmeken, hal ini diatur dalam Pasal 15 ayat 2 huruf a dan b
UUJN yang berbunyi:

164
Mengenai legalisasi dalam Pasal 1874 KUHPerdata menyatakan: “Sebagai tulisan-
tulisan di bawah tangan dianggap akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-
surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat
tanpa perantaraan seorang Pegawai umum. Dengan penandatanganan sepucuk tulisan di
bawah tangan dipersamakan suatu cap jempol, dibubuhi dengan suatu pernyataan yang
bertanggal dari seorang notaris atau seorang pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-
undang darimana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol, atau bahwa orang
ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada orang itu,
dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan dihadapan pegawai umum. Pegawai
ini harus membukukan tulisan tersebut. Dengan undang undang dapat diadakan aturan-
aturan lebih lanjut tentang pernyataan dan pembukuan termaksud.”
77

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal


surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus.
Syarat suatu akta disebut sebagai akta di bawah tangan ketika
memenuhi syarat formil dan syarat materiil. Syarat formil akta di
bawah tangan adalah sebagai berikut:165
a. Berbentuk tertulis atau tulisan
b. Dibuat secara partai (dua pihak atau lebih ) tanpa bantuan atau
dihadapan pejabat umum yang berwenang
c. Ditandatangani oleh para pihak
d. Mencantumkan tanggal dan tempat penanadatanganan
Syarat ini bersifat kumulatif dan tidak boleh kurang dari
ketentuan ini. sedangkan syarat materiil akta di bawah tangan adalah
sebagai berikut:
a. Keterangan yang tercantum dalam akta di bawah tangan berisi
persetujuan tentang perbuatan (reschts handeling) atau hukum
(rechts betterkking).
b. Sengaja dibuat sebagai alat bukti166
Pembuat atau para pembuat akta disengaja sebagai alat bukti
untuk membuktikan kebenaran perbuatan atau hubungan hukum
yang diterangkan dalam akta.
Yang membedakan akta notaris dengan akta di bawah tangan
adalah terletak dikekuatan pembuktiannya. Akta di bawah tangan
baru mempunyai kekuatan pembuktian formal, jika tanda tangan di
bawah akta itu diakui/ tidak disangkal kebenarannya. Dengan
diakuinya keaslian tanda tangan pada akta di bawah tangan, maka
kekuatan pembuktian formal dari akta di bawah tangan itu sama
dengan kekuatan pembuktian formal dari akta otentik (vide Pasal
1857 KUHPerdata).

165
Berdasarkan Pasal 1874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 286
RBG.
166
M. Yahya Harahap, Op.,cit. hlm. 597.
BAB III
HASIL DAN ANALISIS

3.1 Gambaran Umum Kasus Posisi


3.1.1 Kasus Posisi pada Tingkat Pengadilan Negeri (Putusan
Tingkat Pertama Nomor 359/PDT.G/2012/PN.JKT.PST)
a. Para pihak
1. Penggugat : PT Bina Usaha Maritim Indonesia (PT Bumi
Shipmanagement)
2. Tergugat : PT Asuransi Purna Arthanugraha (PT ASPAN
General Insurance)

b. Kronologi Kasus
Kasus ini diajukan oleh Penggugat berawal dari Penggugat
sebagai pihak tertanggung atas kapal MV Amar, mengasuransikan
kapal MV Amar tersebut kepada Tergugat sebagai perusahaan
asuransi berdasarkan polis asuransi No.0061.B.0053.12.05 untuk
waktu 12 bulan terhitung dari tanggal 27 Desember 2005 dengan
kondisi asuransi sebagai berikut: (a) Hull and Machinery atas hull
(badan kapal), machinery (mesin), material (bahan-bahan),
equipment (perlengkapan) dan segala sesuatu yang digunakan dan
berharga, tunduk pada Institue Time Clauses (Hulls) 1 Oktober 1983
bebas dari Avari khusus kecuali dengan kebakaran dengan clause
12.1 pemotongan USD 10.000 di luar total lose; (b) Disbursement
and increased values tunduk pada Institute Time Clauses Hull
Disbursement and Increased Values (Total Loss Only, Including
Excess Liabilities).
Pada pelayaran ke Kandla kapal masih dalam kondisi layak dan
baik secara administrasi sesuai dengan syarat otoritas pelabuhan
maupun secara teknis termasuk surat-surat kapal yang dikeluarkan
oleh American Bureau of Shipping (ABS). Namun pada tanggal 4
Agustus 2006, kapal MV Amar melakukan pelayaran ke Fancheng dan
Huangpu di China dan pada tanggal 13 Agustus 2006 pukul 23.00

78
79

kapal mengalami kebakaran di bagian ruang mesin kapal pada mesin


nomor 3. Nahkoda kapal menyatakan bahwa kapal dalam keadaan
abandoned (ditinggalkan), lalu para ABK pun menyelamatkan diri
dengan port lifeboat serta bantuan kapal lain yang sedang berlayar
di tempat kejadian. Beberapa waktu kemudian, Tertanggung
(Penggugat) melakukan usaha penyelamatan kapal dengan mengirim
kapal-kapal “MLC Nancy 2” dan “MLC Nancy 11” yang menyelamatkan
kapal pada 19 Agustus 2006 sehingga kapal MV Amar berhasil
ditemukan dan ditarik hingga berlabuh di Pasir Gudang Malaysia pada
tanggal 21 September 2006 untuk pembongkaran.
Pada 25 September 2006 dilakukan pemeriksaan terhadap
kapal, dan hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa terjadi kerusakan
pada ruang mesin, yang diperkirakan mencapai USD 3.700.000,00
(tiga juta tujuh ratus ribu dollar Amerika Serikat) untuk perbaikan dan
tidak termasuk biaya-biaya pelabuhan serta insidentil lainnya. Oleh
karena itu, Penggugat mengajukan klaim asuransi total loss kepada
Tergugat. Namun pihak Tergugat sebagai pihak penjamin
(Penanggung) tidak menunjukan itikad baik untuk membayar klaim
asuransi kepada Penggugat.
c. Dasar Gugatan
Dalam kasus ini, Penggugat mendalilkan gugatannya atas dasar
wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat. Bahwa Penggugat telah
mengklaim asuransi kepada Tergugat. Tetapi hingga gugatan ini
diajukan, pihak Tergugat tidak ada itikad baik untuk membayar klaim
asuransi dengan jumlah Constructive Total Loss kepada pihak
Penggugat. Maka, pihak Penggugat mengajukan gugatan atas
wanprestasi yang dilakukan oleh pihak Tergugat.
d. Petitum
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat melakukan pebuatan cidera janji
(wanprestasi);
3. Menyatakan menghukum Tergugat untuk membayar pada
Penggugat klaim asuransi Constructive Total Loss sejumlah
80

USD 3.000.000.00 (tiga juta dollar Amerika Serikat) dan


Increased value Insured sejumlah USD 1.000.000.00 (satu
juta dollar Amerika Serikat) atau total USD 4.000.000.00
secara sekaligus dan seketika.
e. Pertimbangan Hakim
Berdasarkan Putusan Tingkat Pertama Nomor
359/PDT.G/2012/PN.JKT.PST, Majelis Hakim mengadili sebagai
berikut:
Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Tergugat
Dalam Pokok Perkara:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian
2. Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan wanprestasi
3. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat klaim
asuransi Constructive Total Loss sejumlah USD 3.000.000,00 (tiga
juta dollar Amerika Serikat) dan Increased Value Insured
sejumlah USD 1.000.000.00 (satu juta dollar Amerika Serikat)
atau total USD 4.000.000.00
4. Menghukum Tergugat untuk membayar bunga moratoir sebesar
USD 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu USD)
5. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya
6. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini yang hingga kini sebesar Rp 816.000 (delapan
ratus enam belas ribu rupiah)

3.1.2 Kasus Posisi pada Tingkat Pengadilan Tinggi (Putusan


Banding Nomor 306/PDT/2014/PT.DKI)
a. Para pihak
1. Penggugat : PT Asuransi Purna Arthanugraha (PT
ASPAN General Insurance)
2. Tergugat : PT Bina Usaha Maritim Indonesia (PT
Bumi Shipmanagement)
81

b. Pertimbangan Hakim
1. Menerima permohonan banding Pembanding semula
Tergugat
2. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:
359/Pdt.G/2012/PN.JKT.PST tanggal 17 Juli 2013 yang
dimohonkan banding tersebut
3. Menghukum Pembanding semula Tergugat membayar biaya
perkara untuk dua tingkat pengadilan, yang dalam tingkat
banding ditetapkan sebesar Rp 150.000 (seratus lima puluh
ribu rupiah).

3.1.3 Kasus Posisi pada Tingkat Kasasi (Putusan Kasasi Nomor


1815 K/Pdt/2015)
a. Para pihak
1. Penggugat : PT Asuransi Purna Arthanugraha (PT
ASPAN General Insurance)
2. Tergugat : PT Bina Usaha Maritim Indonesia (PT
Bumi Shipmanagement)

b. Dasar Gugatan
Pemohon mengajukan kasasi atas dasar bahwa Judex Facti hanya
mengambil alih pertimbangan hukum putusan Majelis tingkat
pertama, tanpa memberikan dasar dan alasan untuk melakukan
pengambilalihan pertimbangan tersebut. Sehingga, menurut
Pemohon putusan Judex Facti tidak cukup pertimbangan dan
sepatutnya dibatalkan.

c. Pertimbangan Hakim
Dengan mempertimbangan bahwa:
a. Telah terjadi polis asuransi antara Penggugat sebagai
Tertanggung dan Tergugat sebagai Penanggung
b. Penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya yaitu telah
melunasi preminya
82

c. Telah terjadi kebakaran kapal di Cina dan terjadi pada masa


polis asuransi, sehingga Tergugat sebagai Penanggung harus
membayar klaim asuransi ketika terjadi kebakaran kapal di
Cina tersebut
d. Tergugat/Pemohon Kasasi telah terbukti wanprestasi dalam
polis asuransi.
Maka, putusan Kasasi mengadili :
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT Asuransi
Purna Arthanugraha (PT ASPAN General Insurance) tersebut.
2. Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat/Pembanding untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp
500.000 (lima ratus ribu rupiah).

3.2 Pengaturan Klausul Pilihan Hukum (Choice of Law) Dalam Polis


Asuransi Kapal Yang Dibuat dan Ditandatangani secara di Bawah
Tangan
3.2.1 Argumen Para Pihak
Pada sub-bab (hasil penelitian) ini akan dideskripsikan argumen dari
para pihak mengenai pilihan hukum dan pengaturan klausul Pilihan Hukum
(Choice of Law) Dalam Polis Asuransi Kapal yang dibuat dan ditandatangani
secara di bawah tangan. Mengingat perdebatan hukum tersebut terjadi pada
tiga level pengadilan, yakni Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan kasasi
pada Mahkamah Agung (MA); maka para pihak dalam pembahasan ini tidak
disebut tergugat atau penggugat, namun disebut “pemiliki kapal” jika
menyangkut PT. Bina Usaha Maritim Indonesia (PT. Bumi Shipmanagement),
dan disebut “perusahaan asuransi” jika menyangkut PT Asuransi Purna
Artanugaraga (PT. Aspan General Insurance). Sementara itu sebutan “hakim-
PN” dimaksudkan sebagai hakim pada level Pengadilan Negeri; sebutan
“hakim-PT” dimaksudkan sebagai hakim pada level Pengadilan Tinggi; serta
sebutan “hakim MA” dimaksudkan sebagai hakim pada Mahkamah Agung.
Argumen hukum para pihak terkait pilihan hukum ini didasarkan pada
putusan perkara perdata tingkat pertama pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, nomor 359/PDT.G/2012/PN.JKT.PST tertanggal 17 Juli 2013; Putusan
83

Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 306/PDT/2014/PT.DKI tertanggal 05


September 2014; dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 1815 K/Pdt/2015
tertanggal 30 Desember 2015. Argumen yang dipilihkan dalam sub-bab ini
berfokus pada arugmen yang terkait dengan pilihan hukum.
a. Argumen Pemilik Kapal
1. Bahwa sebelum kapal melakukan pelayaran dan mengalami
kebakaran dimaksud, kapal tersebut senantiasa dikelola dan dirawat
dengan baik serta kapal tersebut baru saja melakukan Special
Surveys dan Docking di Malaysia di bawah American Bureau of
Shipping (Klasifikasi Kapal Internasional) di mana Special Surveys
dilakukan setiap lima tahun sekali sesuai persyaratan maritim dan
navigasi internasional dan diberikan sertifikasi oleh klasifikasi
dimaksud, sehingga kapal dalam keadaan fit and proper, maka laik
laut (sea worthy).167
2. Bahwa hingga gugagtan ini dibuat, pihak Adjuster168 maupun
Penggugat sebagai pihak Tertanggung belum pernah secara resmi
menerima salinan (copy) Survey Report yang dibuat oleh Surveyor
(Salvage Association), padahal pihak-pihak itu berhak mendapatkan
hasil survey dimaksud secara resmi karena sebagai pihak yang
mewakili pemilik kapal maupun sebagai pihak Adjuster yang bertugas
untuk menyusun dan mempersiapkan kaporan guna menentukan
kerugian Constructive Total Loss yang digunakan untuk pengajuan
klaim dan pihak Adjuster Poseidon tersebut adalah merupakan pihak
yang telah menunjuk Surveyor (Salvage Association) yang
konsumennya telah disetujui oleh Tergugat.
3. Adapun hal tersebut, karena pihak Tergugat tidak membenarkan atau
menghalangi surveyor untuk menyerahkan hasil survey dimaksud
kepada pihak Penggugat/pemilik kapal dan kepada Adjuster Poseidon
dengan motif yang tidak jelas, tetapi disinyalir adanya itikad yang

167
Laik laut atau sea worthy menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian adalah memenuhi persyaratan yang ditentukan serta aman untuk berlayar di
laut (tentang kapal penumpang dan sebagainya).
168
Adjuster menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian
adalah orang yang menentukan biaya pembayaran asuransi.
84

tidak baik untuk menunda-nunda maupun menghindari penyelesaian


dan pembayaran klaim kepada pihak Penggugat.
4. Bahwa pihak Poseidon Adjuster (Singapore) Pte, Ltd (sebagai
Adjuster) dengan segala upaya dan kemampuan telah menyeleaikan
tugasnya dengan mengeluiarkan Sertifikat Constructive Total Loss
(CTL) tanggal 27 Juli 2012, yang menyebutkan kondisi kerusakan
kapal dengan kerugian, yaitu Constructive Total Loss, oleh karena itu
Tergugat wajib segera membayar kepada Penggugat sesuai degan
kondisi Polis untuk Hull and Machinery- USD 3,000,000 dan
Disbursement and Increased Value USD 1,000,000,00. Dengan
demikian total yang harus dibayar kepada Penggugat sebesar USD
4,000,000.
5. Bahwa penggugat atas nama pemilik kapal, baik secara langsung
maupun melalui agen atau perwakilannya telah mematuhi polis
asuransi dengan pihak Terrgugat di mana pemilik kapal telah
melaksanakan berbagai koordinasi serta menuruti prosedur yang
standar dengan pihak-pihak terkait, antara lain dengan pihak
adjuster, surveyor, asuransi, otoritas pelabuhan, baik di Malaysia
maupun Singapura, pihak P &I Club dan pihak-pihak lainnya (vide
halaman 3 gugatan).

b. Argumen Perusahaan Asuransi


1. Perlu kami sampaikan bahwa insiden yang dialami oleh Kapal terjadi
pada tanggal 13 Agustus 2006 dan jangka waktu perlindungan Polis
telah berakhir sejak tanggal 27 Oktober 2006. Tergugat (perusahaan
asuransi) pun telah berulang kali meminta Penggugat (pemilik kapal)
untuk menyediakan kelengkapan dokumen untuk mendukung klaim
terhadap polis, namun sayangnya tidak mendapat tanggapan. Patut
dipertanyakan motif penggugat mengajukan gugagatan a quo
sekarang, yakni hampir 6 tahun lamanya setelah terjadinya insiden.
2. Bahwa Conditions ke-19 yang tercantum dalam Polis asuransi Marine
Hull Policy kapal MV Amar (“Kapal”) No. 00.61.B.0053.12.15
tertanggal 27 Desember 2005 (“Polis”) yang diterbitkan oleh Tergugat
85

(pemilik kapal) untuk kepentingan Penggugat secara khusus


mengatur tentang pilihan hukum Inggris yang mengatur polis.
Menurut Conditions ke-19 Polis: This insurance is subject to English
Law and practice. Yang terjemahan bebasnya adalah “asuransi ini
tunduk pada praktek dan hukum Inggris”. Kutipan Conditions ke-19
tersebut haruslah diartikan sebagai bentuk kesepakatan antara
Penggugat (pemilik kapal) dengan Tergugat (perusahaan asuransi)
untuk tunduk secara sukarela pada hukum Inggris.
3. Kutipan Conditions ke-19 tersebut haruslah diartikan bahwa para
pihak dalam Polis telah setuju/sepakat bahwa English Law and
Practice adalah satu-satunya pilihan hukum yang digunakan untuk
menyelesaikan sengketa169 yang terjadi di antara para pihak
sehubungan dengan Polis. Dengan demikian, sejalan dengan doktrin
in convenient forum yang diakui peradilan Indonesia, Pengadilan
Inggris adalah pengadilan yang layak (most appropiate) untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo berdasarkan hukum Inggris
dibandingkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
4. Perlu untuk Majelis Hakim Yang Terhormat, perhatikan bahwa
Penggugatlah (pemilik kapal), melalui pihak pialang asuransi (broker)
nya, yaitu PT Willis Indonesia, yang mengusulkan digunakannya
hukum Inggris sebagai satu-satunya pilihan hukum yang mengatur
Polis. Dengan demikian, pilihan hukum Inggris yang telah disepakati
oleh para pihak tersebut mengikat Penggugat.
5. Menurut praktek di Inggris sendiri, perkara yang menyangkut klaim
asuransi dan resauransi diperiksa di pengadilan khusus, yakni
Commercial Court (Pengadilan Niaga) yang merupakan sub-divisi dari
Queen’s Bench Division dari High Court of Justice, England and
Wales. Dengan demikian jelas bahwa berdasarkan Polis dan doktrin
yang berlaku, gugatan a quo sudah seharusnya tidak dapat diterima.

169
Basuki Rekso Wibowo, Pembaruan Hukum Antartata Hukum Indonesia
Dalam Rangka Mendukung Perkembangan Ekonomi di Era Globalisasi,
Rechtsvinding, Volume 7, Nomor 2, 2018, hlm. 170.
86

6. Menurut hukum dan prinisip umum asuransi, penanggung baru dapat


melakukan pembayaran klaim asuransi kepada tertanggung yang
memiliki kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest),
yakni hak untuk menyesuaikan yang timbul dari adanya hubungan
keuangan antara tertanggung dan objek pertanggungan, yang
dilindungi hukum atau sah menurut hukum yang berlaku. Menurut
Black’s Law, insurable interest dijelaskan (dengan terjemahan bebas)
sebagai berikut: Kepentingan yang dapat diasuransikan: kepentingan
yang nyata dan mendasar atas benda tertentu yang akan mencegah
kontrak untuk dapat memberikan penggantian akan kerugian
terhadap pihak yang memiliki kepentingan atas kerugian tersebut
yang bukan hanya merupakan suatu kebijakan pertaruhan semata.
Sebuah kepentingan atas benda yang akan membuat kerugian
finansial terjadi terhadap tertanggung dengan terjadinya kehilangan
atas benda tersebut. Hak, manfaat atau keuntungan yang muncul
dari benda miliki Tergugat yang bersangkutan atau kewajiban yang
berkaitan dengan hal tersebut, atau hubungan atau perhatian atas
hal tersebut, yang dengan demikian akan terkena dampak bahaya-
bahaya yang dapat diperkirakan yang secara langsung merugikan
tertanggung. Secara umum, kepentingan yang dapat diasuransikan
muncul ketika tertanggung memperoleh manfaat finansial atau
keuntungan tertentu melalui pemeliharaan benda yang dilakukan
secara terus-menerus atau di mana si tertanggung akan mengalami
kerugian finansial ketika benda tersebut rusak.
7. Tertanggung (perusahaan asuransi) kembali menegaskan bahwa
Polis diatur dan tunduk pada praktek dan hukum Inggris. Menurut
Marine Insurance Act 1906 yang berlaku di Inggris sampai saat ini,
penutupan asuransi maritim oleh pihak yang tidak memiliki
kepentingan, dapat mengakibatkan batalnya Polis.
8. Seandainya pun Polis ditafsirkan menurut hukum Indonesia (quod
non) maka ketentuan Pasal 250 KUHD jelas mengatur bahwa: Apabila
seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri
sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah diadakan suatu
87

pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak


mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang
dipertanggungkan itu, maka si penanggung tidaklah diwajibkan
memberikan ganti rugi.
9. Dalam perkara a quo, Penggugat (pemilik kapal) mengajukan klaim
total loss (kerugian total) atas terbakarnya salah satu mesin di kapal.
Mohon dipahami bahwa penanggung (perusahaan asuransi) tidak
dapat membayar klaim total loss (kerugian total) kepada tertanggung
yang tidak dapat membuktikan adanya unsur insurable interest atas
obyek pertanggungan. Dalam hal ini, Penggugat memiliki beban
pembuktian (burden of proof) untuk membuktikan bahwa Penggugat
harus membuktikan kepemilikan (ownership) atas Kapal yang
menjadi obyek pertanggungan. Salah satu prinsip umum dalam
hukum asuransi adalah kewajiban kerterbukaan (duty of closure).
Menurut hukum asuransi, Penggugat (pemilik kapal) mempunyai
kewajiban mutlak untuk mengungkapkan fakta material ( material
facts) mengenai kondisi obyek yang dipertanggungkan, in casu kapal
secara akurat, lengkap, dan jelas, baik diminta maupun tidak. Hal ini
disebabkan karena perusahaan asuransi tidak mungkin dapat
mengetahui kondisi obyek yang dipertanggungkan tanpa
data/informasi yang diberikan tertanggung.
10. Polis yang menjadi obyek perkara a quo tunduk pada hukum dan
praktek Inggris. Namun, seandainya pun Polis tunduk pada hukum
Indonesia (quod non), polis asuransi a quo batal demi hukum, karena
Penggugat (pemilik kapal) melanggar kewajiban keterbukaan ( duty
of disclosure) dengan memberikan keterangan yang tidak benar
mengenai kepemilikan kapal.
11. Sehubungan dengan hal ini, Pasal 251 KUHD menentukan: Semua
keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung,
betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga
seandainya si penanggung telah mengetahi keadaan yang
88

sebenarnya, polis itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan
syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.
12. Sejak saat insiden dan sampai saat ini, Penggugat tidak dapat
menunjukkan grosse akta kepemilikan kapal yang dikeluarkan oleh
institusi yang berwenang di Singapura, yang menyatakan bahwa
Penggugat adalah pemilik terdaftar atas kapal, sehingga tidak
terbukti bahwa Penggugat memiliki insurable interest atas kapal. Oleh
karenanya, Tergugat (selaku penanggung) tidak diwajibkan
memberikan ganti rugi.
13. Penggugat dinilai telah melanggar jaminan dalam polis, yang
mewajibkan Penggugat untuk memenuhi persyaratan kelaiklautan
kapal yang memelihara sertifikat klas kapal. Dalam hal ini Polis
asuransi ditutup dengan kondisi dan jaminan bahwa Penggugat harus
memelihara klas kapal, sebagai berikut (dengan terjemahan bebas)
“Jaminan” Jaminan bahwa klas dan pemeliharaan klas kapal saat
terjadi kecelakaan dan semua rekomendasi dipenuhi sebagaimana
mestinya (Vide halaman 5 Polis).
14. Bahwa berdasarkan laporan American Bureau of Shipping tertanggal
15 Juni 2006, pada saat insiden terjadi, status klas kapal sedang
ditangguhkan (suspended). Padahal, syarat kelaikan kapal juga diatur
dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan jo Pasal 117 Ayat (1) sampai (3) Undang-Undang No. 17
Tahun 2005 tentang Palayaran, dinyatakan syarat kelaiklautan:
“(1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi
terpenuhinya persyaratan: (a) kelaiklautan kapal, dan (b)
kenavigasian, (2) Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf (a) wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah
pelayarannya yang meliputi: (a) keselamatan kapal, (b) pencegahan
pencemaran dari kapal, (c) pengawakan kapal, (d) garis muat kapal
dan pemuatan, (e) kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang, (f) status hukum kapal; (g) manajemen keselamatan
dan pencegahan pencenaran dari kapal; dan (h) manajemen
keamanan kapal. (3) Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan
89

kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan


sertifikat dan surat kapal.
15. Penggugat telah membuat laporan adjuster yang palsu/tidak benar.
Dalam perkara a quo, penggugat menggunakan laporan dari
Poseidon Adjuster (Singapore) Pte Ltd sebagai dasar gugatannya.
Menurut Polis, jelas disebutkan bahwa hanya Tergugat (perusahaan
asuransi) lah (selaku penanggung/underwriter) yang berhak
menunjuk penilaian kerugian (adjuster). Penunjukan Poseidon
sebagai adjuster. Dilakukan oleh Penggugat secara sepihak dan tanpa
mendapatkan persetujuan dari Tergugat. Conditions ke-15 yang
tercantum dalam Polis secara khusus mengatur mengenai
penunjukjan adjuster. Menurut conditions ke-15 Polis: “Appointment
of Adjusters to be made by the Underwriters - PT. Radita Hutama
Internusa and/or Poseiedon Singapore with agreement both
Underwriters and Assured.” (Penunjukan Adjustrers dilakukan oleh
Penanggung (in casu Tergugat) - PT Radita Hutrama Internusa
dan/atau Poseidon Singapura dengan persetujuan antara
Penanggung dan Tertanggung). Dalam perkara a quo Tergugat
(perusahaan asuransi) tidak pernah menunjuk dan tidak pernah
memberikan persetujuan atas penunjukkan Poseidon Adjusters
(Singapore) Pte Ltd. Sebagai adjuster. Pada kenyataannya, Tergugat
(pemilik kapal) menunjuk PT Radita Hutama Internusa sebagai
Adjuster. Tergugat (perusahaan asuransi) juga mempertanyakan isi
laporan Poseidon sebagai Adjuster yang sama sekali tidak membahas
masalah penangguhan sertifikat klas kapal Penggugat pada saat
terjadinya insiden. Padahal masalah kelaiklautan kapal merupakan
unsur yang esensial dalam pelayaran.
16. Sebagai bentuk menjalankan prinsip kehati-hatian (prudential
principle), Tergugat (perusahaan asuransi) telah meminta Penggugat
untuk menyediakan dokumen-dokumen pendukung klaim agar klaim
Penggugat dapat diperiksa lebih lanjut oleh Tergugat. Penggugat
belum/tidak menunjukkan itikad baiknya untuk membantu Tergugat
menjalankan prosedur umum pemeriksaan klaim asuransi. Tergugat
90

telah berulang kali meminta Penggugat untuk menyediakan


dokumen-dokumen pendukung pemeriksaan klaim. Bahkan selama
persidangan per kara a quo, selain tidak dapat menunjukkan bukti
kepemilikan kapal, Penggugat juga tidak dapat menunjukkan asli dari
dokumen-dokumen kapal yang diajukan sebagai alat bukti oleh
Penggugat, dengan alasan bahwa dokumen-dokumen kapal tersebut
ikut terbakar di atas kapal. Sebagaimana diakui oleh Penggugat
dalam gugatan a quo bahwa yang terbakar adalah di bagian ruang
mesin kapal pada mesin no 3. Dengan demikian, alasan penggugat
yang menyatakan bahwa dokumen-dokumen kapal ikut terbakar
sungguh tidak masuk akal, karena dokumen-dokumen kapal
seharusnya tidak disimpan dalam ruang mesin.
17. Majelis hakim harus melindungi tergugat dan dunia asuransi pada
umumnya terhadap gugatan spekulatif (frivolous) dengan
memanfaatkan asuransi untuk memperoleh keuntungan.

c. Argumen Majelis Hakim


1. Argumen Hakim-PN
a. Hull and Machinary atas hull (badan kapal), machinary (mesin),
material (bahan-bahan), equipment (perlengkapan) dan segala
sesuatu yang digunakan dan berharga, tunduk pada Institute
Time Clauses (Hulls) 1 Oktober 1983 bebas dari Aqvarin khusus
kecuali dengan kebakaran dengan caluse 12.1 pemotongan USD
10.000 di luar total loss.
b. Disbursements and increased values tunduk pada Institute Time
Clauses (Hull Disbursement and Increased Values (Total Loss
Only, including Excess Liabilities ).
c. Mohon perhatiannya, bahwa Conditions ke-19 yang tercantum
dalam Polis khusus mengatur tentang pilihan hukum Inggris yang
mengatur Polis. Menurut Conditions ke-19M Polis: “This insurence
is subject to English Law and Practice” Terjemahan bebasnya
adalah sebagai berikut: ”Asuransi ini merujuk pada praktek dan
hukum Inggris”. Dengan demikian, para pihak dalam Polis
91

tersebut telah setuju/sepakat bahwa English Law and Practice


adalah satu-satunya pilihan hukum yang digunakan untuk
menyelesakan sengketa yang terjadi di antara para pihak
sehubungan dengan Polis.
d. Menimbang bahwa mengenai eksepsi gugatan daluwarsa
menurut Pasal 744 KUHD sudah lewat waktu, Majelis berpendapat
bahwa karena setelah kejadian kebakaran kapal MV Amar pada
tanggal 13 Agustus 2006, pihak Penggugat telah berusaha
mengajukan klaim kepada Tergugat antara lain dengan surat
tanggal 12 Oktober 2006, akan tetapi Tergugat menolak. Jadi
jelaslah bahwa klaim itu diajukan masih dalam tenggang waktu,
karena Polis Asuransi baru akan selesai pada 27 Oktober 2006,
sehingga eksepsi Tergugat ini harus ditolak.
e. Menimbang bahwa setekah mencermati gugatan Penggugat
tersebut di atas dan jawaban dari Tergugat ternyata yang menjadi
inti atau pokok persoalan antara Penggugat Tergugat dalam
perkara ini adalah sebagai berikut: (i) Apakah apakah benar
antara Penggugat dan Tergugat telah ada polis Asuransi Kapal, di
mana Penggugat sebagai Tertanggung dan Tergugat sedang
Penanggung? (ii) Apakah benar telah terjadi kebakaran atas kapal
yang diasuransikan tersebut? Dan (iii) Siapa yang harus
bertanggung jawab mengenai kerugian atas kebakaran kapal
tersebut?
f. Menimbang bahwa berdasarkan bukti P-49a dan P-49b Surat
Penetapan Asuransi yang dibuat oleh Tergugat untuk kepentingan
Penggugat, yakni bahwa sebelum Polis Asuransi dibuat dan
ditandatangani antara Penggugat dan Tergugat, Tergugat
terlebih dahulu mengeluarkan Surat Penetapan Asuransi yang
dibuat dan ditandatangani oleh Tergugat pada tanggal 28
Desember 2005 yang menunjukkan Persetujuan Penutupan
Auransi atas kapal MV Amar dan beberapa kapal lain. Hal ini
dikaitkan mengenai polis asuransi yang dibuat dan ditandatangani
oleh Penggugat dan Tergugat, maka merujuk pada ketentuan
92

Pasal 245 KUHD mengenai arti Asuransi yang berbunyi “Suatu


Perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu” dalam perkara ini Polis telah
ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat dan premi telah
dibayar oleh Penggugat (Tertangggung) kepada Tergugat
(Penanggung), sehingga telah terbukti adanya hubungan hukum
polis asuransi antara Penggugat sebagai Tertanggung dan
Tergugat sebagai Penanggung, atas Kapal MV Amar untuk waktu
12 bulan terhitung mulai tanggal 27 Desember 2005 sampai
dengan 27 Oktober 2006 dengan Polis Asuransi No.
0061.B.0053.12,05, dengan kondisi asuransi : (i) Hull and
Machinery atas Hull (badan kapal), Machinery (mesin), material
(bahan-bahan), equipment (perlengkapan) dan segala sesuatu
yang digunakan dan berharga, tunduk pada Institue Time Clauses
(Hulls) 1 Oktober 1983 bebas dari avari khusus kecuali dengan
kebakaran dengan clause 12.1 pemotongan USD 10.000 di luar
total loss. (ii) Disbursement and Increased values tunduk pada
Institute Time Clauses (Hulls and Disbursement and Increase
values (Total Loss only, including Excess Liabilities), dengan kata
lain terbukti adanya hubungan hukum polis asuransi kapal antara
Penggugat sebagai Tertanggung dan Tergugat sebagai
Penanggungnya, sedangkan kapal yang diasuransikan adalah
kapal MV Amar sebagaimana dalam Polis di atas.
g. Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi dari kedua
belah pihak sepanjang mengenai terbakarnya kapal MV Amar
telah membuktikan kejadian tentang: kapan, di mana, dan usaha-
usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak kapal maupun pihak
lain yang terkait dalam terbakarnya kapal MV Anwar, yang
diasuransikan oleh Penggugat kepada Tergugat. Menimbang
93

bahwa dengan demikian berdasarkan bukti-bukti tersebut, baik


bukti dan penggugat maupun dari tergugat sebenarnya para
pihak dalam perkara ini telah mengakui adanya peristiwa
kebakaran kapal MV Amar pada tanggal 13 Agustus 2006,
sehingga Majelis berkesimpulan telah terbukti bahwa kapal MV
Amar yang diasuransikan tersebut telah mengalami kebakaran di
bagian mesin dan merambat ke bagian lambung yakni pada waktu
melakukan pelayaran ke Fancheng dan Huangpu di Cina, dan
telah diupayakan oleh anak buah kapal (ABK) untuk
memadamkannya, tetapi tidak berhasil. Kapal MV Amar telah
berlayar atas izin syahbandar, sehingga dalil-dalil bantahan
Tergugat sepanjang mengenai hal tersebut tidak perlu
dipertimbangkan lagi.
h. Terbukti masing-masing pihak pernah menunjuk dan
mengirimkan Adjuster dan Surveyor untuk menghitung/membuat
takaran kerugian akibat kebakaran tersebut (sudah barang tentu
hasilnya berbeda antara surveyor dari Penggugat dan surveyor
dari Terrgugat, karena masing-masing punya versi sendiri-sendiri.
Bahkan dalam persidangan terungkap mengenai penunjukan
Adjuster dan Surveyor tidak pernah ada kesepakatan dari para
pihak dengan alasannya masing-masing, hal ini juga telah
diuraikan oleh para pihak dalam kesimpulan, sehingga untuk
menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kerugian yang
timbul sebagai akibat kebakaran kapal MV Amar yang
diasuransikan tersebut haruslah dilihat terlebih dahulu isi Polis
asuransi atas kapal MV Amar, karena Polis itu merupakan polis
bagi Penggugat dan Tergugat yang berlaku sebagai undang-
undang (Vide pasal 1338 KUHPerdata).
i. Menimbang bahwa KM MV Amar diasuransikan untuk masa 12
bulan (dua belas bulan), yaitu sejak 27 Desember 2005 sampai
dengan 27 Oktober 2006. Terbukti di persidangan bahwa Kapal
MV Amar terbakar pada tanggal 13 Agustus 2006, sehingga masih
dalam masa tanggung asuransi/asuransi belum berakhir. Oleh
94

karena itu Majelis berpendapat bahwa tanggung jawab atas


kerugian akibat kebakaran tersebut sesuai dengan Polis adealah
pihak tergugat/Penanggung.
j. Mengenai taksiran kerugian, Majelis hakim berpendapat sesuai
dengan polis yang dijadikan dasar untuk menentukan besarnya
kerugian yang menjadi kewajiban dan Tergugat sebagai
penanggungnya.
k. Menimbang bahwa alasan tergugat agar tidak bertanggung jawab
atas kerugian kebakaran kapal MV Amar telah pula
mengemukakan dalilnya sebagai berikut antara lain: (i)
Penggugat tidak mempunyai hak untuk mengasuransikan kapal.
(ii) Penggugat tidak melakukan prinsip keterbukaan karena tidak
mengungkapkan fakta materil. (iii) kondisi kapal tidak laik laut,
kapal tidak memenuhi standar keamanan laut. Menimbang bahwa
terhadap hal-hal tersebut, setelah Majelis cermati ternyata
sebagian dikemukakan Tergugat setelah terjadinya kebakaran
kapal MV Amar dan setelah terjadinya klaim asuransi kebakaran
tersebut. Hal ini adalah tidak wajar karena seharusnya dilakukan
sebelum ada kejadian kebakaran ataupun juga sebelum Polis
ditandatangani dan premi belum dibayar dan kapal belum
berlayar. Oleh karena itu Majelis berpendapat bahwa dalil
bantahan Tergugat tersebut tidak berdasar.
l. Menimbang bahwa karena gugatan Penggugat ini adalah tentang
wanprestasi yang dilakukan Tergugat, maka mejelis akan
mempertimbangkan mengenai apakah tindakan Tergugat
tersebut dapat dikualifikasi sebagai wanprestasi, dalam arti: tidak
melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, melaksanakan tapi
tidak sesuai dengan yang dijanjikan, atau terlambat
melaksanakan isi polis, yang akibatnya menimbulkan kerugian
bagi pihak Penggugat. Menimbang bahwa dari uraian di atas
terbukti Tergugat tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai
Penanggung atas polis asuransi kapal MV Amar, yakni tidak mau
membayar klaim asuransi yang diajukan Penggugat kepada
95

Tergugat setelah kapal MV Amar terbukti terbakar dengan alasan


dokumen pendukung klaim tidak lengkap. Namun menurut
majelis hakim sebenarnya kurang lengkapnya dokumen klaim
tersebut tidak secara otomatis menghapuskan ataupun
membatalkan polis asuransi dan dijadikan dasar guna
menghilangkan kewajiban Penanggung/Tergugat untuk
membayar klaim dari Penggugat ataupun untuk tidak memenuhi
isi dalam Polis yang telah ditandatangani. Dengan demikian,
tindakan Tergugat menolak klaim dari Penggugat dengan alasan
antara lain: dokumen kurang lengkap, klaim diajukan daluarsa,
kapal tidak laik laut, Penggugat tidak memenuhi asas keterbukaan
dan seterusnya, yang menurut Majelis semuan alasan itu telah
dipertimbangkan dan dinyatakan tidak berdasar atau tidak
terbukti dapat membantah dalil gugatan Penggugat, sehingga
tindakan Tergugat menolak klaim yang diajukan Penggugat
tersebut telah memenuhi kualifikasi sebagai wanprestasi/ingkar
janji.

3.2.2. Kepastian Hukum Dalam Pengaturan Klausul Pilihan Hukum


(Choice of Law) Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat dan
Ditandatangani secara di Bawah Tangan
Penelitian ini bertitik tolak dari suatu polis asuransi kapal yang bersifat
internasional. Dalam konteks tersebut penelitian ini memfokuskan
pengaturan klausul pilihan hukum (choice of law) dalam polis asuransi kapal
yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah tangan. Menurut Peneliti,
terkait dengan pilihan hukum (choice of law) dalam kasus antara pemilik
kapal PT Bina Usaha Maritim Indonesia (PT Bumi Shipmanagement) dengan
perusahaan asuransi PT Asuransi Purna Arthanugraha (PT ASPAN General
Insurance) sudah terdapat kesepakatan dalam Polis mengenai pilihan hukum
(choice of law) jika terjadi sengketa di antara para pihak. Berdasarkan
Conditions ke-19 Polis dicantumkan bahwa “This insurance is subject to
English Law and Practice”. Yang terjemahan bebasnya adalah polis asuransi
ini tunduk pada praktek dan hukum Inggris. Kutipan Conditions ke-19
96

tersebut seharusnya sebagai bentuk kesepakatan antara Penggugat (pemilik


kapal/ tertanggung) dengan Tergugat (perusahaan asuransi/ penanggung)
untuk tunduk secara sukarela pada praktek dan hukum Inggris, yaitu Marine
Insurance Act 1906.
Praktek pelaksanaan polis asuransi kapal di Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh hukum Inggris, karena polis asuransi kapal yang digunakan
secara luas adalah polis yang menggunakan kondisi standar Lloyds. Hal ini
sejalan dengan apa yang ditulis dalam laporan United Nations Conference on
Trade and Development 1982 (UNCTAD 1982), bahwa sekitar 2/3 (dua
pertiga) negara di dunia, termasuk di dalamnya negara-negara berkembang,
menggunakan ketentuan hukum asuransi laut Inggris.170 Ketentuan hukum
privat suatu negara yang mempunyai pengaruh besar terhadap
perkembangan hukum privat dalam bidang perdagangan internasional
adalah ketentuan hukum asuransi laut Inggris, yakni Marine Insurance Act
1906.171
Kondisi tersebut terjadi disebabkan karena kebiasaan internasional di
mana ketentuan asuransi laut yang diberlakukan antara penanggung dan
tertanggung, lazimnya adalah ketentuan yang berasal dari negara
penanggung atau sesuai dengan polis yang dibuat oleh perusahaan asuransi.
Sebagian besar masyarakat pelayaran menggunakan perusahaan asuransi
yang berasal dari Inggris172, Lloyds Insurance merupakan perusahaan
asuransi Inggris yang sangat dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat
pelayaran sehingga hampir seluruh negara di dunia telah menggunakan polis
dengan kondisi standar Lloyds untuk polis asuransi kapal.173 Dengan
demikian, sesuai dengan praktek bisnis asuransi kapal yang terjadi di dunia

170
R. Fajriyansah, A Study Of The Application Of Utmost Good Faith
Principle Under The English Marine Insurance Law: Legal Review And Practical
Solutions,2003,
https://commons.wmu.se/cgi/viewcontent.cgi?article=1220&context=all_dissertations
171
Akhmad Ichsan, Kompendium Tentang Arbitrase Perdagangan
Internasional (Luar Negeri), Pradnya Paramita, Jakarta, 1992, hlm. 36.
172
Marnia Rani, Pemberlakuan Hukum Asuransi Inggris dalam Klausula
Polis Asuransi Kerangka Kapal di Indonesia, Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, 2017, hlm. 5.
173
H. K. Martono, Eka Budi Tjahyono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-
Udara, Mandar Maju, Bandung, 2011, hlm. 150-154.
97

termasuk Indonesia, para pihak (penanggung dan tertanggung) lebih


cenderung untuk menundukkan diri kepada hukum Inggris.
Pada awalnya Lloyds mengadopsi Formulir SG Policy untuk polis
asuransi kapal, namun agar lebih praktis Formulir SG Policy kemudian dibagi
menjadi 2 (dua) kondisi standar polis, yaitu Polis Asuransi Rangka Kapal
(Marine Hull Policy) dan Polis Asuransi Pengangkutan Barang ( Marine Cargo
Policy).174 Berdasarkan pendapat Radiks Purba dalam buku Asuransi
Angkutan Laut, dinyatakan bahwa penggunaan polis turunan SG Policy dan
penerapan syarat-syarat (clauses) yang dikeluarkan oleh para penanggung
di Inggris menyebabkan polis asuransi laut pada umumnya mengikatkan diri
pada hukum yang berlaku di Inggris. Jadi, jika terjadi perselisihan antara
penanggung dan tertanggung, penyelesaiannya didasarkan pada hukum dan
kelaziman yang berlaku di Inggris.175
Keberlakukan hukum Inggris dalam polis asuransi kapal pada dasarnya
merupakan wujud dari asas kebebasan berkontrak sebagai suatu asas yang
bersifat universal, sebagaimana prinsip yang berlaku dalam UNIDROIT ( the
UNIDROIT Principles of Internasional Contracts tahun 1994) yang dalam
Pasal 1.1. menyebutkan bahwa “the Parties are free to enter into contract
and to determine its content”,176 atau terjemahan bebasnya adalah “Para
pihak bebas mengadakan kontrak dan menentukan isi kontraknya
tersebut.”177 Kebebasan para pihak untuk menentukan pilihan hukum (choice
of law) dinyatakan juga oleh Konvensi Hukum Uniform 1964, yang menjadi
dasar hukum bagi para pihak dalam melakukan pilihan hukum ( choice of
law). Pasal 3 Hukum Uniform 1964 menyatakan para pihak dibebaskan untuk
memilih hukum nasional mana yang akan menjadi rujukan ketika terjadi
sengketa antar-para pihak, dan mengesampingkan undang-undang yang ada
(uniform law), baik mengesampingkan untuk sebagian, atau menolak seluruh
uniform law. Berdasarkan konvensi tersebut, para pihak dibebaskan untuk

174
Radiks Purba, Asuransi Angkutan Laut, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 40.
175
Ibid.
176
Charlene Fortuna Tania, Tesis Universitas Sumatera Utara Tentang
Tinjauan Yuridis Hubungan Penerapan Choice of Law Dengan Kewenangan
Mengadili Oleh Pengadilan, 2017, hlm. 21.
177
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 106.
98

mencantumkan pilihan hukum secara tegas maupun secara implisit ( express


ou tacite, express or implied).
Di Indonesia sendri asas kebebasan berkontrak dijamin
pelaksanaannya berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) junto Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pasal-pasal tersebut
menekankan pada kesepakatan sebagai salah satu syarat sahnya kontrak
dan kebebasan para pihak dalam berkontrak.178 Dalam hal ini para pihak
bebas membuat isi dari kontrak sesuai dengan kepentingan yang dikehendaki
para pihak.179 Kebebasan yang dimaksud memiliki makna bahwa para pihak
(penanggung dan tertanggung) dapat secara bebas menentukan bentuk dan
isi/ substansi polis menurut kehendak mereka sendiri termasuk untuk
menentukan pilihan hukum ( choice of law).180 Pilihan hukum adalah hukum
adalah hukum yang dipilih oleh para pihak dalam kontrak sebagai alat untuk
menginterpretasikan isi dari polis tersebut meliputi obyek, pengaturan hak
dan kewajiban atau untuk menyelesaikan jika terjadi sengketa.181
Dengan melakukan pilihan hukum para pihak dalam kontrak bersepakat
menentukan isi polis sehingga secara praktis mereka mengatur sendiri
hubungan hukumnya serta akibat-akibat hukumnya. Semua perjanjian yang
sudah dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang
membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata), oleh karena itu perjanjian
telah mengikat para pihak dan harus ditaati (asas pacta sursenvanda). 182 Hal
ini menunjukkan adanya kepastian hukum, kepastian hukum ini sangat
diperlukan dalam suatu kontrak. Kepastian hukum mengenai hak dan
kewajiban hukum masing-masing pihak dalam transaksi, kepastian dalam
pelaksanaan transaksi, serta akibat-akibat hukum yang timbul. Kepastian
hukum juga termasuk kepastian atas pilihan hukum yang digunakan untuk

178
Priskila P. Penasthika, Berlakukah Hukm Asing Untuk Sengketa Kontrak
Internasional di Indonesia?, 2019,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cc1491768ea9/berlakukah-hukum-asing-
untuk-sengketa-kontrak-internasional-di-indonesia-oleh--priskila-p-penasthika/
179
Aminah, Pilihan Hukum Dalam Kontrak Perdata Internasional, Makalah,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, hlm. 5.
180
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, UII PRESS, Yogyakarta, 2007, hlm. 127.
181
Aminah, Op.,Cit. hlm.5.
182
H. Moch Isnaeni, Perkembangan Hukum Perdata di Indonesia, Laksbang,
Yogyakarta, 2013, hlm. 20.
99

penyelesaian kasus jika terjadi sengketa, para pihak sudah mengetahui


secara pasti ketentuan hukumnya sehingga bisa dapat diprediksi alternatif-
alternatif penyelesaiannya jika terjadi sebuah sengketa.
Dalam konteks polis asuransi kapal yang menggunakan kondisi standar
polis Lloyds di mana klausul pilihan hukumnya (choice of law) jelas-jelas
merujuk kepada praktek dan hukum Inggris, pada waktu polis asuransi
disepakati maka ketika itu penanggung dan tertanggung telah menundukkan
diri secara sukarela untuk terikat kepada hukum Inggris. Dalam arti, jika
timbul perselisihan terkait dengan pelaksanaan polis asuransi kapal maka
hukum Inggris-lah yang harus dijadikan dasar dan pedoman dalam rangka
menyelesaikan perselisihan/sengketa asuransi yang terjadi. Hal ini penting
untuk dilaksanakan dalam praktek penyelesaian sengketa asuransi kapal,
baik oleh hakim maupun para pihak, karena penerapan secara konsisten atas
klausul pilihan hukum (choice of law) yang telah disepakati dalam polis
asuransi kapal berhubungan erat dengan asas kepastian hukum ( pacta sunt
servanda) yang dianut dalam hukum kontrak Indonesia berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Asas pacta sunt servanda merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.183
Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak.184
Sebenarnya Indonesia telah memiliki polis standar yang disebut dengan
Standard Indonesia Hull Form (SIHF) untuk pertanggungan asuransi kapal
(hull policy). Dalam polis SIHF tidak ditemukan klausul yang menyatakan
“This insurance is subject to English Law and Practice ”, namun karena polis
ini merupakan juga turunan dari SG Policy maka syarat (clause) yang
dilekatkan pada polis umumnya merupakan syarat-syarat (clauses) yang
dikeluarkan oleh para penanggung di Inggris (Lloyds).185 Dengan demikian
maka cara dan kebiasaan dalam polis asuransi kapal yang menggunakan

183
M. Muhtarom, Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian: Suatu Landasan
Dalam Pembuatan Kontrak, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Mei 2014, hlm. 52.
184
Ibid.
185
Radiks Purba, Loc cit.
100

polis SIHF, tetap didasarkan pada hukum Inggris untuk penutupan dan
penyelesaian klaim-nya.186 Melihat kenyataan ini tidak keliru jika diambil
suatu kesimpulan, bahwa para pihak (penanggung dan tertanggung) telah
melakukan pilihan hukum secara diam-diam terhadap hukum Inggris terkait
polis asuransi yang mereka sepakati. Pilihan hukum secara diam-diam dapat
disimpulkan dari sikap mereka, isi, dan bentuk perjanjian tersebut.187 Pilihan
hukum secara diam-diam terjadi manakala para pihak tidak secara spesifik
membuat klausul pilihan hukum ( choice of law) dalam kontrak.188 Untuk
mengetahui adanya pilihan hukum tertentu yang dinyatakan secara diam-
diam, dapat disimpulkan dari maksud, atau ketentuan-ketentuan dan fakta-
fakta yang terdapat dalam suatu kontrak tersebut.189
Uraian di atas sesuai dengan asas lex loci contractus yang berlaku
dalam Hukum Perdata Internasional, yakni asas yang menyatakan hukum
yang berlaku adalah hukum dimana kontrak itu dibuat, diciptakan dan
dilahirkan.190 Penerapan asas lex loci contractus memiliki maksud bahwa
penyelesaian sengketa polis asuransi kapal harus didasarkan pada hukum
Inggris.191 Pandangan demikian relevan mengingat polis asuransi kapal di
Indonesia adalah polis yang memuat syarat-syarat (clauses) yang dibuat,
diciptakan dan dilahirkan oleh para penanggung di Inggris ( Lloyds). Hal ini
didukung dengan pendapat yang menyatakan, jika para pihak telah
menunjuk pada suatu hukum asing dalam kontrak, maka hakim harus dapat
menggunakan hukum perdata yang berlaku di negara asing yang
bersangkutan.192
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka penanggung dan
tertanggung sudah seharusnya tunduk terhadap hukum Inggris dalam
pelaksanaan polis asuransi kapal di Indonesia, baik polis asuransi itu

186
Rinitami Njatrijani, Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek
Pertanggungan, Diponegoro Private Law Review, Oktober 2018, hlm. 340.
187
Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional, Jilid II bagian 4 buku ke-
5, Cet ke-3, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 5.
188
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal, Keni
Media, Bandung, 2011, hlm. 168.
189
Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo, Sendi-sendi Hukum Perdata
Internasional Suatu Orientasi, Rajawali, Jakarta, 1989, hlm. 29.
190
Sudargo Gautama, Op cit, hlm. 12.
191
Marnia Rani, Op cit, hlm. 13.
192
Ridwan Khairandy, Op cit, hlm. 214.
101

didasarkan pada polis yang menggunakan kondisi standar Lloyds maupun


polis standar SIHF. Agar lebih komprehensif, ada baiknya penggunaan
hukum Inggris dalam polis asuransi kapal di Indonesia kita hubungkan
dengan batasan-batasan yang berlaku dalam menentukan suatu pilihan
hukum (choice of law). Batasan pilihan hukum (choice of law), antara lain
batasan yang menyangkut doktrin ilmu hukum bahwa pilihan hukum ( choice
of law) hanya boleh dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan
ketertiban sosial (social order) dan ketertiban umum (public order). Pilihan
hukum (choice of law) juga tidak diperkenankan dalam suatu kontrak kerja.
Batasan lain adalah, pilihan hukum ( choice of law) tidak diperkenankan
menjadi kedok untuk tindak penyelundupan hukum dan kecurangan
(fraudelent) lainnya.193
Sehubungan dengan batasan-batasan yang berlaku dalam menentukan
pilihan hukum (choice of law), Peneliti berpendapat bahwa penggunaan
hukum Inggris dalam polis asuransi kapal tidak melanggar batasan-batasan
dimaksud. Hal itu karena, baik polis dengan kondisi standar Lloyds maupun
polis standar SIHF penggunaannya telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perasuransian. Terbukti bahwa
polis standar SIHF a.l. Polis Standar Asuransi Pengangkutan Barang
Indonesia, telah diakui dan terdaftar di Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI)194, sedangkan polis dengan menggunakan kondisi standar Lloyds
seperti ITC–Hulls juga telah diakui dan terdaftar di AAUI.195 Adapun AAUI
merupakan asosiasi usaha perasuransian yang telah mendapat persetujuan
tertulis dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka melaksanakan
sebagian fungsi OJK untuk pengaturan dan/ atau pengawasan kegiatan
perasuransian (Vide: Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian). Berdasarkan Pasal 61 ayat (3) Peraturan OJK No.
23/POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi,
diatur bahwa “Asosiasi harus melaporkan spesimen polis standar asuransi

193
Abdul Gani Abdullah, Op.cit., hlm 21
194
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Pengangkutan Barang Indonesia,
2020, http://aaui.or.id/pengangkutan-barang-indonesia/
195
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Pengangkutan Barang Indonesia,
2020, http://aaui.or.id/pengangkutan-barang-indonesia/ http://aaui.or.id/itc-hull-280-1-
10-83-bilingual/
102

yang telah terbit sebelum Peraturan OJK ini mulai berlaku paling lambat 20
(dua puluh) hari kerja sejak Peraturan OJK ini mulai berlaku.” Peraturan OJK
dimaksud mulai berlaku sejak diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia pada tanggal 26 November 2015. Polis asuransi yang terdaftar
di AAUI sampai dengan saat ini, seperti ITC – Hulls dan Polis Standar Asuransi
Pengangkutan Barang Indonesia, sudah pasti adalah polis yang telah
dilaporkan oleh asosiasi kepada OJK sehingga secara regulasi telah
memenuhi persyaratan dan klausul pilihan hukum (choice of law) yang diatur
juga dapat digunakan dalam polis asuransi kapal.
Sehubungan dengan perkara antara PT. Asuransi Purna Arthanugraha
(selaku penanggung) dan PT. Bina Usaha Maritim Indonesia (selaku
tertanggung), Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam
putusannya telah memenangkan tertanggung dan menyatakan penanggung
terbukti melakukan wanprestasi, sehingga penanggung dihukum untuk
membayar klaim asuransi kepada tertanggung. Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat hanya mendasarkan pertimbangan hukumnya pada 3
(tiga) hal berikut ini:
a) Apakah benar antara PT. Bina Usaha Maritim Indonesia dan PT. Asuransi
Purna Arthanugraha telah ada polis asuransi kapal, di mana PT. Bina
Usaha Maritim Indonesia sebagai tertanggung dan PT. Asuransi Purna
Arthanugraha sebagai penanggung?
b) Apakah benar telah terjadi kebakaran atas kapal yang diasuransikan
tersebut?
c) Siapa yang harus bertanggung jawab mengenai kerugian atas kebakaran
kapal?
Dasar pertimbangan di atas hanya melihat bagaimana keabsahan polis
asuransi, apakah peristiwa kebakaran terjadi dalam masa asuransi, dan
bagaimana tanggung jawab penanggung atas peristiwa kebakaran tersebut.
Peneliti berpendapat bahwa penyelesaian permasalahan hukum terkait
pelaksanaan polis asuransi kapal tidak sesederhana itu.
Majelis Hakim tidak mempertimbangkan alasan penanggung menolak
pembayaran klaim asuransi, karena tertanggung dianggap telah melakukan
pelanggaran klausul warranty dalam polis asuransi. Klausul warranty
103

dimaksud menyatakan “Warranted vessel class maintained at time of


accident and all recomendation are complied with accordingly ”, atau
terjemahan bebasnya adalah “Jaminan klas kapal dipelihara/ dipertahankan
pada saat terjadi kecelakaan dan semua rekomendasi dipenuhi sebagaimana
mestinya.” Untuk menguatkan alasan penolakannya, penanggung
mengajukan bukti berupa surat dari American Berau of Shipping selaku
badan klasifikasi yang ditunjuk, di mana surat itu menerangkan status klas
kapal MV Amar ditangguhkan (suspended) pada saat terjadi kebakaran kapal.
Di sisi lain, tertanggung juga mengajukan bukti sertifikat klas kapal dari
American Berau of Shipping dalam bentuk photo copy.
Klausul warranty dalam polis asuransi kapal merupakan suatu kondisi
yang wajib dipenuhi oleh tertanggung, agar polis asuransi tidak batal
berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Marine Insurance Act 1906, sebagai berikut:
“A warranty is a condition which must be exactly complied with,
whether it be material to the risk or not. If it be not so complied with,
then, subject to any express provision in the policy, the insurer is
discharged from liability as from the date of the breach of warranty, but
without prejudice to any liability incurred by him before that date .”196

Jika diterjemahkan secara bebas maka ketentuan itu memiliki arti


bahwa “Warranty adalah suatu kondisi yang harus dipatuhi secara tepat oleh
tertanggung, apakah warranty itu sifatnya materiil terhadap risiko atau tidak.
Jika warranty tidak dipatuhi, maka penanggung dibebaskan dari tanggung
jawabnya sejak tanggal pelanggaran warranty, tetapi tanpa
mengesampingkan tanggung jawab yang timbul sebelum tanggal
pelanggaran tersebut.”
Apabila status klas kapal MV Amar dipertimbangkan bukti-buktinya
dalam proses persidangan dan diketahui ternyata status kapal memang telah
ditangguhkan (suspended), maka aturannya dalam Pasal 33 ayat (3) Marine
Insurance Act 1906 ialah tanggung jawab pembayaran klaim asuransi dari
PT. Asuransi Purna Arthanugraha dapat dibebaskan. Namun bukti-bukti
tersebut kenyataannya tidak dipertimbangkan baik pada pemeriksaan

196
English Marine Insurance Act 1906-An Act to codify the Law relating
to Marine Insurance (21 December 1906), 2020,
https://www.jus.uio.no/lm/en/pdf/england.marine.insurance.act.1906.landscape.letter.pd
f
104

perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta,


maupun Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dengan demikian Peneliti
berpendapat bahwa pelaksanaan klausul pilihan hukum ( choice of law) yang
didasarkan pada hukum Inggris, yakni Marine Insurance Act 1906, belum
sepenuhnya diterapkan dalam pertimbangan hukum putusan pengadilan
terkait perkara polis asuransi kapal antara PT. Bina Usaha Maritim Indonesia
dan PT. Asuransi Purna Arthanugraha. Untuk mengatasi kebutuhan lainnya
yang akan timbul, alternatif lain yang dapat ditempuh bagi para pihak di
Indonesia untuk menyelesaikan sengketa yang timbul adalah forum arbitrase
sebagai forum penyelesaian sengketa baik arbitrase ad hoc maupun
lembaga arbitrase di Indonesia walaupun tidak membatasi pilihan arbiter
bagi para pihak kepada warga negara Indonesia saja.197 Untuk menerapkan
pilihan hukum dan forum penyelesaian sengketa pada setiap polis asuransi
untuk risiko yang terletak di Indonesia, pemerintah dapat menerbitkan
peraturan pelaksanaannya. Peraturan tersebut merupakan praktik baru yang
akan memberikan kepastian hukum dalam pembenahan polis asuransi kapal
di Indonesia.198

3.3 Pengaturan Klausul Pilihan Forum (Choice of Forum) Dalam Polis


Asuransi Kapal Yang Dibuat dan Ditandatangani secara di Bawah
Tangan
Argumen yang dipilihkan dalam sub-bab ini berfokus pada argumen
yang terkait dengan pilihan forum.
3.3.1 Argumen Para Pihak
a. Argumen Pemilik Kapal
(tidak berargumen mengenai pilihan forum)
b. Argumen Perusahaan Asuransi
1. Bahwa gugatan a quo diajukan oleh Penggugat (pemilik
kapal) ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang tidak

197
Nickie Sepang, Kepastian Hukum Perjanjian Reasuransi Menurut
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Lex Privatum, Volume IV, Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2016, hlm. 94.
198
A. Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013,
hlm. 6.
105

mempunyai kompetensi untuk memeriksa perkara terkait


dengan Polis yang tunduk pada hukum Inggris.
2. Pasal 154 Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR)
menentukan: “Jika suatu perselisihan itu suatu perkara yang
tidak masuk kekuasaan pengadilan negeri, maka pada setiap
waktu pemeriksaaan perkara itu, dapat diminta supaya hakim
menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakim pun wajib
mengakuinya karena jabatannya”.
3. Berdasarkan Polis dan hukum yang berlaku, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kompetensi untuk
mengadili gugatan a quo Peggugat (pemilik kapal) terkait
dengan Polis yang tunduk pada hukum Inggris, sehingga
gugatan a quo sudah sepatutnya ditolak setidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima.
4. Selain itu mohon perhatiannya bahwa kapal tersebut
berbendera Singapura, sesuai dengan asas kebangsaan ( flag
state), kapal tersebut berada di bawah yurisdiksi negara
bendera kapal (flag state). Dengan demikian Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak mempunyai yurisdiksi terhadap
kapal dan perkara a quo.
5. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Tergugat mohon dengan
hormat kepada Majelis Hakim Pengadian Negeri Jakarta Pusat
yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk berkenan
menerima dan mengabulkan Eksepsi Kompetensi Absolut/
Ketidak-berwenangan Pengadilan dan selanjutnya tanpa perlu
terlebih dahulu memeriksa eksepsi-eksepsi lainnya maupun
pokok perkara berkenan menjatuhkan putusan sebagai
berikut:
1) Menerima dan mengabulkan Eksepsi Kompetensi
Absolut/Ketidakberwenangan Pengadilan ini;
2) Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
berwenang atau tidak mempunyai kompetensi untuk
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara ini;
106

6. Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang


timbul dari perkara ini;
7. Bahwa penerapan pilihan yurisdiksi ( choice of jurisdiction)
atau pilihan pengadilan (choice of court) berdasarkan doktrin
in convenient forum diakui peradilan Indonesia. Dalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata, ahli hukum
acara perdata Yahya Harahap menjelaskan bahwa:
“Penerapan Choice of Court atau inconvenient forum,
merupakan perluasan kekuasaan yurisdiksi relatif pengadilan,
apabila pelayanan penegakan hukum dan keadilan dianggap
lebih baik dan lebih layak dilakukan pengadilan lain daripada
pengadilan yang terdapat pada suatu tempat. Dalam hal
seperti itu, pengadilan yang menerima pengajuan perkara
dapat menolak dan menyatakan diri tidak berwenang untuk
mengadili, atas alasan sengketa yang diajukan berada di luar
yurisdiksinya, apabila terdapat beberapa keadaan atau faktor
yang membuat penyelesaian perkara itu lebih banyak ( most
appropriate atau most favorable) diadili oleh pengadilan lain”
(vide halaman 203 Buku Hukum Acara Perdata – M. Yahya
Harapah, S.H).

c. Argumen Majelis Hakim Pengadilan Negeri


1. Menimbang, bahwa sesuai dengan Peraturan Mahkamah
Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 tentang Mediasi, Majelis
Hakim telah menunjuk Noer Ali, SH, MH sebagai Hakim
Mediator untuk mendamaikan kedua belah pihak yang
berperkara.
2. Menimbang, bahwa oleh karena mediasi telah gagal, maka
pemeriksaan perkara dimulai dengan dibacakan surat gugatan
Penggugat tersebut, yang isinya tetap dipertahankan oleh
Penggugat.
3. Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat (pemilik kapal)
tersebut Tergugat (perusahaan asuransi) mengajukan Eksepsi
107

Kompetensi Absolut/ Ketidakberwenangan Pengadilan


tertanggal 2 Januari 2013 pada tanggal 2 Januari 2013
sebagai berikut: Menimbang, bahwa terhadap eksepsi
tersebut, Majelis telah menjatuhkan Putusan Sela yang
amarnya sebagai berikut: Mengadili: (1) Menolak eksepsi
kompetensi absolut dari Tergugat (perusahaan asuransi), (ii)
Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara gugatan No.
359/Pdt.G/2012/PN Jkt Pst.

3.3.2. Perlindungan Hukum Dalam Pengaturan Klausul Pilihan


Forum (Choice of Forum) Polis Asuransi Kapal Yang Dibuat
dan Ditandatangani secara di Bawah Tangan
Konsep perlindungan hukum yang berkaitan dengan klausul Pilihan
Forum (Choice of Forum) dalam polis asuransi kapal yang dibuat dan
ditandatangani secara di bawah tangan adalah perlindungan terhadap para
pihak yang tertuang dalam suatu kontrak bisnis internasional. Perlindungan
hukum dalam klasul pilihan forum (choice of forum) dapat bersifat preventif
dan represif. Dikatakan sebagai perlindungan hukum preventif apabila
klausul pilihan forum (choice of forum) ditulis atau dinyatakan secara tegas
pada saat pembuatan kontrak mengenai forum atau pengadilan yang
digunakan oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikan sengketa
kontraknya. Tujuan dari perlindungan preventif ini adalah untuk mencegah
terjadinya sengketa. Sedangkan sebaliknya perlindungan hukum represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Dalam kasus ini, polis asuransi
kapal tidak mencantumkan secara tegas dan eksplit mengenai klausul pilhan
forum (choice of forum), hanya disebutkan pilihan hukum ( choice of law)
yakni “This insurance is sbject to English Law and Practice.” Sehingga,
klausul pilihan forum (choice of forum) ini termasuk kedalam perlindungan
hukum represif karena dilakukan setelah terjadi sengketa.
Mengenai pilihan forum (choice of forum) dalam kasus ini pihak
perusahaan asuransi menyatakan bahwa pengadilan yang berwenang untuk
memeriksa dan mengadili sengketa a quo adalah Pengadilan Inggris, bukan
108

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Perusahaan asuransi menilai bahwa


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kewenangan mengadili
sengketa tersebut. Menurut praktek di Inggris sendiri, perkara yang
menyangkut klaim asuransi dan reasuransi diperiksa di pengadilan khusus,
yakni Commercial Court (Pengadilan Niaga) yang merupakan sub-divisi dari
Queen’s Bench Division dari High Court of Justice, England dan Wales.
The Commercial Court di England dan Wales didirikan pada tahun 1985,
ketika itu banyak permintaan dari komunitas bisnis akan hadirnya pengadilan
yang memiliki hakim-hakim dengan pengetahuan dan pengalaman di bidang
sengketa komersial yang dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan
ekonomis, sehingga dapat menghindari penyelesaian yang berlarut-larut dan
biaya mahal serta putusan hukum yang tidak familiar bagi praktisi bisnis.199
The Commercial Court di England dan Wales, telah menangani berbagai
sengketa yang kompleks yang timbul dari perselisihan bisnis, baik sengekta
tersebut bersifat nasional dan internasional.200 Pekerjaan yang ditangani oleh
The Commercial Court saat ini mencakup seluruh aspek perselisihan
komersial, seperti perselisihan di bidang asuransi dan re-asuransi, perbankan
dan keuangan, komoditi, pelayaran, ekspor impor, perjanjian manajemen
dan keagenan, serta arbitrase.201 The Commercial Court merupakan sentral
utama dalam menyelesaikan perselisihan yang sifatnya internasional, di
mana lebih dari 70% (tujuh puluh persen) beban pekerjaannya telah
melibatkan para pihak dalam kontrak internasional. Penggunaan
forum/yuridiksi The Commercial Court untuk memeriksa dan mengadili
perkara juga didasarkan adanya klausul pilihan hukum (choice of law) dalam
kontrak internasional tersebut, yang merujuk kepada hukum Inggris atau
hukum Wales.
Apabila dibandingkan dengan pengadilan negeri di Indonesia, maka
tidak terdapat hakim-hakim yang memiliki spesialisasi pengetahuan untuk
memeriksa dan mengadili sengketa bisnis yang menyangkut polis asuransi

199
Courts and Tribunals Judiciary, 2020, https://www.judiciary.uk/you-and-
the-judiciary/going-to-court/high-court/queens-bench-division/courts-of-the-queens-
bench-division/commercial-court/about-us/.
200
Ibid.
201
Ibid.
109

kapal. Adapun pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum, yaitu


Pengadilan Niaga hanya berwenang untuk menangani perkara permohonan
kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), serta
perkara Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Berkaitan dengan penyelesaian
perkara polis asuransi kapal belum terdapat lembaga pegadilan khusus,
seperti halnya The Commercial Court yang ada di Inggris dan Wales. Setiap
perselisihan yang timbul terkait polis asuransi kapal para pihak sering kali
mengajukan gugatan ke pengadilan negeri.
Peneliti berpendapat bahwa, selain tidak adanya spesialisasi
pengetahuan yang dimiliki oleh hakim di pengadilan negeri, penyelesaian
sengketa polis asuransi kapal melalui gugatan ke pengadilan negeri adalah
kurang ideal karena ruang lingkup pengadilan negeri terbatas pada perkara
perdata yang sifatnya umum, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Sementara perihal asuransi kapal sendiri diatur secara
khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan UU Perasuransian
di Indonesia, terlebih jika pilihan hukum (choice of law) yang digunakan oleh
para pihak mengacu kepada hukum asing (hukum Inggris – Marine Insurance
Act 1906). Oleh karena itu, gugatan terkait polis asuransi kapal dapat
diajukan kepada The Commercial Court yang memiliki kompetensi dan
pengalaman dalam hal penyelesaian perselisihan polis asuransi kapal.
Dalam polis asuransi kapal tidak mencantumkan secara tegas dan
eksplit mengenai klausul pilhan forum (choice of forum), hanya menyebutkan
pilihan hukum (choice of law) yakni “This insurance is sbject to English Law
and Practice.” Kondisi tersebut tidak menghalangi pengadilan negeri untuk
dapat menerima gugatan terkait polis asuransi kapal. Namun, dalam
menentukan forum pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan
mengadili sengketa polis asuransi kapal, para pihak hendaknya
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian secara matang. Pilihan forum
(choice of forum) pada The Commercial Court akan memberikan keuntungan
bagi para pihak karena hakim yang ada memiliki kompetensi dalam
menangani penyelesaian sengketa polis asuransi kapal. Hal ini sejalan
dengan pendapat Syafran dalam buku Pilihan Hukum, Forum dan Domisili
Suatu Kontrak dalam Transaksi Bisnis, bahwa keuntungan yang harus
110

dipertimbangkan dalam menentukan pilihan forum (choice of forum) adalah


pengadilan tersebut lebih mengetahui hukum yang berlaku jika dipilih
pengadilan yang lokasinya di tempat/ negara yang juga dipilih hukumnya
(tempat choice of law sama dengan choice of forum).202 Inilah yang
melatarbelakangi bahwa harus adanya perlindungan hukum secara preventif
maupun represif bagi kedua belah pihak dalam polis asuransi kapal, terkait
forum atau pengadilan mana yang berhak untuk mengadili sengketa
tersebut.
Langkah lain dalam menentukan pilihan forum (choice of law) dalam
perjajian asuransi kapal, bahwa para pihak dapat mengajukan penyelesaian
perselisihan melalui mekanisme ADR (Alternative Dispute Resolution).
Penyelesaian melalui ADR (Alternative Dispute Resolution) atau arbitrase
akan memberikan keuntungan bagi para pihak, karena identitas para pihak
dapat terjamin kerahasiaannya, proses penyelesaian lebih cepat, biaya tidak
mahal dan lebih mengedepankan win-win solution kepada para pihak,
dibandingkan dengan proses litigasi melalui gugatan di pengadilan negeri.203

3.4 Analisa
Penelitian ini bertitik tolak dari suatu polis asuransi kapal yang bersifat
internasional. Berarti polis asuransi yang melibatkan para pihak yang berasal
dari yuridiksi hukum yang berbeda.204 Dalam konteks tersebut penelitian ini
hendak memfokuskan bagaimana pengaturan klausul pilihan hukum (choice
of law) dalam polis asuransi kapal.
Menurut Peneliti, terkait dengan pilihan hukum (choice of law) dalam
kasus antara pemilik kapal PT Bina Usaha Maritim Indonesia (PT Bumi
Shipmanagement) dengan perusahaan asuransi PT Asuransi Purna
Arthanugraha (PT ASPAN General Insurance) sudah terdapat kesepakatan
dalam Polis mengenai pilihan hukum ( choice of law) jika terjadi sengketa di

202
Syafran, Op cit, hlm. 611.
203
Allan Henry Baskara Harahap, Analisis Hukum Terhadap Penyelesaian
Sengketa Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Tesis tidak diterbitkan, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hlm. 26.
204
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2016, hlm. 179.
111

antara para pihak. Berdasarkan Conditions ke-19 Polis dicantumkan bahwa


This insurance is sdubject to English Law and practice. Yang terjemahan
bebasnya adalah asuransi ini tunduk pada praketk dan hukum Inggris.
Kutipan Conditions ke-19 tersebut seharusnya sebagai bentuk kesepakatan
antara Penggugat (pemilik kapal) dengan Tergugat (perusahaan asuransi)
untuk tunduk secara sukarela pada hukum Inggris.
Kebebasan para pihak untuk menentukan pilihan hukum dinyatakan
oleh Konvensi Hukum Uniform 1964 menjadi dasar hukum bagi para pihak
dalam melakukan pilihan hukum. Pasal 3 Hukum Uniform 1964 menyatakan
para pihak dibebaskan untuk memilih hukum nasional mana yang akan
menjadi rujukan ketika terjadi sengketa antar-para pihak, dan
mengesampingkan undang-undang yang ada (uniform law), baik
mengesampingkan untuk sebagian, atau menolak seluruh uniform law.
Berdasarkan konvensi tersebut, para pihak dibebaskan untuk mencantumkan
pilihan hukum secara tegas maupun secara implisit (express ou tacite,
express or implied). Di Indonesia kebebasan menentukan pilihan hukum
maupun pilihan forum dijamin dengan aturan kebebasan berkontrak
sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Faktanya pihak Tertanggung (perusahaan kapal) membawa sengketa
mereka ke ranah hukum Indonesia, dengan menggunakan forum pengadilan
di Indonesia pula. Berarti kualifikasi hukum yang digunakan pihak
tertanggung adalah priisip domisli (prinsip yang memberlakukan hukum
domisili seseorang yang berlaku dalam menentukan status personal
seseorang) dan prinsip nasionalitas prinsip yang memberlakukan hukum
domisili seseorang yang berlaku dalam menentukan status personal
seseorang) meskipun tidak sesuai dengan pilihan hukum yang ditentukan
dalam Polis, sebagaimana tercantum pada Conditions 19 mengenai pilihan
hukum.
Argumen pihak asuransi mengenai conditions 19 mengenai
kesepakatan mengenai pilihan hukum (choice of law) diabaikan oleh hakim,
baik pada pengadilan tingkat pertama (PN Jakarta Pusat), tingkat tinggi (PT
DKI Jakarta) maupun pada tingkat kasasi. Hasil akhir dari sengketa di
pengadilan itu dimenangkan oleh perusahaan kapal pada ketiga level
112

pengadilan tersebut. Majelis hakim memerintahkan pihak perusahaan


asuransi bukan hanya membayar klaim asuransi, namun juga ditambah
dengan denda karena keterlambatan pembayaran klaim selama 6 (enam)
bulan dengan denda 6% (enam persen) per bulan dari nilai klaim
pembayaran. Besaran nominal klaim itu diputuskan majelis hakim harus
merujuk pada besaran nominal kalim yang tercantum pada polis.
Meskipun faktanya pilihan hukum (choice of law) dan pilihan forum
(choice of forum) pada kasus tersebut adalah hukum Indonesia dan forum
pengadilan di Indonesia, namun secara prinsip tidak ada perbedaan yang
signifikan dengan Undang-Undang Kelautan 1906 (Contract of Maritime
Insurence 1906) yang digunakan di Inggris hingga saat ini. Kontrak yang
dilakukan oleh pihak pemilik kapal (PT. Bina Usaha Maritim Indonesia (PT
Bumi Shipmanagement) dengan perusahaan asuransi (PT. Asuransi Purna
Arthanugraha (PT. ASPAN General Insurance) . Kontrak asuransi kelautan
(contract of marine insurance) didefinisikan Section 1 Undang-Undang
Kelautan 1906 sebagai suatu kontrak di mana perusahaan asuransi berusaha
untuk mengganti rugi yang dijamin, dengan cara menyetujui terhadap
kerugian laut yaitu kerugian yang terjadi pada petualangan laut. Pada kasus
tersebut, kontrak antara perusahaan pemilik kapal dengan perusahaan
asuransi tersebut sudah sesuai dengan definisi tersebut.
Hanya saja terdapat beberapa aspek yang kurang diperhatikan pihak
pengadilan di Indonesia. Pihak perusahaan asuransi sudah menyampaikan
argumen sesuai dengan hukum Inggris, yakni terkait dengan prinsip yang
terjamin (assured) diharuskan untuk memiliki kepentingan yang dapat
diasuransikan dalam hal yang diasuransikan (the subject matter insured).
Pihak asuransi mengatakan bahwa PT. Bina Usaha Maritim Indonesia (PT.
Bumi Shipmanagement) bukanlah pemilik kapal, melainkan hanya pengelola
kapal, sehingga tidak bisa melakukan klaim asuransi, karena sebagai
pengelola (berbeda dengan sebagai pemilik) tidak memiliki kepentingan.
Pihak perusahaan asuransi (Penanggung) menyatakan di pengadilan bahwa
Tertanggung (perusahaan asuransi) kembali menegaskan bahwa Polis diatur
dan tunduk pada praktek dan hukum Inggris.
113

Menurut Marine Insurance Act 1906 yang berlaku di Inggris sampai saat
ini205, penutupan asuransi maritim oleh pihak yang tidak memiliki
kepentingan, dapat mengakibatkan batalnya Polis. Namun majelis hakim
menolak argumen pihak perusahaan asuransi, karena antara pihak asuransi
dan pihak pemilik/pengelola kapal sudah menandatangani polis. Masalah
“kepentingan” tersebut seharusnya dikemukakan oleh pihak perusahaan
asuransi sebelum penandatangan Polis, sebelum pembayaran premi, dan
sebelum terjadinya klaim asursnsi dari pihak pemilik kapal.
Sesuai dengan UU Kelautan 1906 Inggris, apa yang diasuransikan oleh
PT. Bina Usaha Maritim Indonesia (PT. Bumi Shipmanagement) dapat
tergolong sebagai petualangan laut (marine adventure), yakni barang kapal
apa pun atau barang bergerak lainnya yang terkena bahaya maritim yang
disebut sebagai properti yang diasuransikan. Pada Polis asuransi itu hal-hal
yang diasuransikan sudah sesuai dengan definisi “petualangan laut tersebut”.
Polis asuransi antara Penggugat sebagai Tertanggung dan Tergugat sebagai
Penanggung, atas Kapal MV Amar untuk waktu 12 bulan terhitung mulai
tanggal 27 Desember 2005 sampai dengan 27 Oktober 2006 dengan Polis
Asuransi No. 0061.B.0053.12,05, dengan kondisi asuransi: (i) Hull and
Machinery atas Hull (badan kapal), Machinery (mesin), material (bahan-
bahan), equipment (perlengkapan) dan segala sesuatu yang digunakan dan
berharga, tunduk pada Institue Time Clauses (Hulls) 1 Oktober 1983 bebas
dari avari khusus kecuali dengan kebakaran dengan clause 12.1 pemotongan
USD 10.000 di luar total loss. (ii) Disbursement and Increased values tunduk
pada Institute Time Clauses Hulls and Disbursement and Increase values
(Total Loss only, including Excess Liab).
Pada polis asuransi tersebut sudah dicantumkan mengenai kebijakan
bernilai (vakued policy) sebagaimana berdasarkan Section 27(3) dari MIA
1906 menyatakan: “Subject to provisions of this Act, and in the absence of
fraud, the value fixed by the policy is, as between the insurer and assured,
conclusive of the insurable value of the subject intended to be insured,
whether the loss be total or partial. (Tunduk pada ketentuan Undang-Undang

205
Stella Sakarindou, Maritime Insurance & Piracy, Paper for the AIDA Europe
Conference In Zurich, 2009, hlm. 4.
114

ini, dan tanpa adanya penipuan, nilai yang ditetapkan oleh polis adalah,
seperti antara perusahaan asuransi dan yang dijamin, konklusif dari nilai
yang dapat diasuransikan dari subjek yang dimaksudkan untuk
diasuransikan, apakah kerugiannya total atau sebagian). Pada polis tersebut
sudah dicantumkan bahwa klaim untuk total loss adalah USD 4,000,000.
Hanya saja Majelis Hakim pada PN Jakarta Pusat dan dibenarkan oleh
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung bahwa di luar klaim asuransi sesuai
dengan polis terserbut masih ada denda bunga sebesar 6% per bulan dari
nilai klaim.
Apabila dilihat dari perjanjian dalam penelitian ini adalah perjanjian
sebagaimana dimaksudkan KUHPеrdаtа, Buku ІІІ (Pаsаl 1233-1864) tеntаng
Pеrіkаtаn. Perjanjian dalam penelitian ini adalah polis asuransi kapal. Polis
asuransi pаdа dаsаrnyа аdаlаh suаtu pеrjаnjіаn pеnggаntіаn kеrugіаn
(shcаdеvеzеkеrіng аtаu іndеmnіtеts cоntrаct). Kontrak asuransi kapal, yang
secara umum disebut asuransi laut (marine insurance) adalah kontrak ganti
rugi (a contract of indemnity).206
Kontrak asuransi kelautan (contract of marine insurance) didefinisikan
Section 1 Undang-Undang Kelautan 1906 sebagai suatu kontrak di mana
perusahaan asuransi berusaha untuk mengganti rugi pihak yang dijamin,
dengan cara menyetujui terhadap kerugian laut, yaitu, kerugian yang terjadi
pada petualangan laut. Petualangan laut adalah barang kapal apa pun atau
barang bergerak lainnya yang terkena bahaya maritim yang disebut sebagai
properti yang diasuransikan. Pada common law prinsip-prinsip yang
mengatur hubungan antara para pihak dengankontrak asuransi laut
ditemukan dalam Marine Insurance Act (MIA) 1906. Prinsip itu berasal dari
kasus-kasus yang diputuskan sebelum dikodifikasi oleh UU 1906.
Ketika terjadi sengketa di antara para pihak yang terikat dalam Polis
asuransi kapal, dan para pihak itu berasal dari yurisdiksi hukum yang
berbeda, maka muncul persoalan mengenai pilihan hukum ( choice of law)
dan forum hukum (forum of law). Pilihan hukum (choice of law) didefinsikan
sebagai proses yang di antara hukum yang kompetitif, mengizinkan
pemilihan hukum berlaku untuk satu atau lebih masalah yang timbul di

206
Ozlem Gurses, Op.cit., hlm 7.
115

bawah hubungan hukum). Berarti, apabila terdapat persoalan atau sengketa,


para pihak dapat memilih hukum tertentu sesuai dengan kesepakatan para
pihak.207
Sistem modern, seperti Restatement (second) dan kodifikasi konflik
baru-baru ini menggunakan aturan atau pendekatan yang: (i) lebih fleksibel
daripada aturan tradisional; (ii) dibangun di sekitar kategori atau isu yang
lebih sempit; (ii) menggunakan faktor penghubung yang lunak atau berbagai
alternatif; dan (iv) umumnya jauh kurang kategoris dalam menunjuk hukum
yang berlaku. Meskipun begitu, dasar silogisme pilihan-hukum pada dasarnya
sama pada kedua sistem tradisional, seperti First Restatement, dan sistem
konflik berbasis aturan modern. Silogisme pilihan-hukum biasanya muncul
dalam tiga langkah mental yang berbeda, yang dijelaskan berikut ini sesuai
dengan tiga komponen aturan pilihan hukum ( choice-of-law rule).
Tiga komponen aturan pilihan hukum tersebut adalah (i) Karakterissi
(Characteristic) atau kualifikasi (qualification). Langkah pertama adalah
menentukan aturan pilihan hukum yang secara prinsip berlaku untuk kasus
yang dihadapi, dengan memasukkan kasus-kasus ke dalam kategori hukum
tort, kontrak, dan sebagainya, dilakukan sesuai aturan; (ii) Lokalisasi
(Localization). Sebagai langkah kedua adalah ‘melokalkan’ faktor
penghubung, yaitu menempatkannya pada peta, dengan menentukan di
mana tort terjadi atau kontrak dibuat. Meskipun hal ini sebagaian besar
merupakan penyelidikan faktual, dibantu oleh sub-aturan pelokalan tertentu,
seperti kontrak dianggap dibuat di tempat penerimaan, atau bahwa gugatan
terjadi di tempat yang tercederai; (iii) Aplikasi ( Application). Langkah ketiga
terdiri dari beberapa langkah yang lebih kecil, memastikan konten hukum
negara di mana faktor penghubung berada, menentukan “berapa banyak”
hukum itu berlaku untuk kasus ini, memeriksa apakah ada pengecualian
untuk aplikasinya dapat dioperasikan, dan, pada akhirnya, menerapkan
hukum itu pada kasus tersebut di tangan.208
Pilihan hukum (choice law) harus dengan asumsi bahwa hukum yang
dipilih oleh para pihak itu memiliki kaedah hukum yang lebih memaksa

207
Mustafa Kamal Rokan, Loc.cit, hlm 22.
208
Symeonides, Loc.cit, hlm 75.
116

(dwingend recht), keberlakuannya dibandingkan dengan berbagai


kemungkinan hukum memaksa lainnya. seperti lex fori, dan lex contractus.131
Mengingat umumnya sering terjadi perbedaan prinsip dari negara-negara
dalam menentukan status personal kewarganegaraannya, terdapat tiga
macam skema penunjukan (renvoi), yakni:132 (i) Single renvoi, yakni
skema penunjukan terhadap kaidah hukum asing hanya sekali penunjukan.
Skema ini dianut negara-negara Eropa kontinental. Indonesia termasuk
negara yang menganut teori renvoi dengan skema single renvoi ini. (ii)
Double renvoi (foreign court doctrine) merupakan skema renvoi yang dianut
di negara-negara Ango Saxon, terutama Inggris. (iii) Penunjukan lebih jauh ,
merupakan skema renvoi yang melibatkan tiga atau lebih sistem hukum.
Meskipun para pihak yang melakukan perjanjian kontrak memiliki
kebebasan dalam memilih hukum yang akan digunakan apabila di kemudian
hari para pihak bersengketa, namun terdapat batasan-batasan tertentu
mengenai kewenangan para pihak. Batasan pilihan hukum ini antara lain
terkait doktrin ilmu hukum bahwa pilihan hukum hanya boleh dilakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban sosial ( social order) dan
ketertiban umum (public order). Pilihan hukum juga tidak diperkenankan
dalam suatu kontrak kerja. Batasan lain pilihan hukum adalah, pilihan hukum
tidak diperkenankan menjadi kedok untuk tindak penyelundupan hukum dan
kecurangan (fraudelent) lainnya.209 Batasan berikutnya dalam pilihan hukum
terkait dengan hukum negara atau yang disepakati antarnegara. Pada kondisi
seperti itu pilihan hukum adalah otoritas negara yang bersangkutan,
sehingga pilihan hukum antara para pihak bisa dikesampingkan dan hukum
negara dan atau kesepakatan antar-negara tersebut yang berlaku.210
Sehingga dapat disimpulkan, mengenai efektif atau tidaknya pilihan hukum
dan pilihan forum dalam sengketa melalui peradilan jika dibandingkan
dengan arbitrase, penyelesaian melalui pengadilan masih kurang efektif.
Proses arbitrase terikat dengan durasi waktu tertentu ( time limitation) yang
ditentukan berdasarkan undang-undang, aturan prosedur badan arbitrase
maupun kesepakatan para pihak, sedangkan proses pada proses peradilan,

209
Abdul Gani Abdullah, Op.cit., hlm 21
210
Ibid.,
117

waktu penyelesaian sengketa cukup sukar untuk dipastikan kapan


berakhirnya, hal ini disebabkan karena struktur pengadilan bertingkat-tingkat
dan membuka berbagai penggunaan upaya hukum yang berdampak pada
eksistensi waktu dan biaya.211

211
Basuki Rekso Wibowo, Op.,Cit, hlm. 180.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritis, serta pembahasan dan
analisis, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengaturan klausul pilihan hukum ( choice of law) dalam polis asuransi
kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah tangan
memberikan implikasi bahwa pelaksanaan polis asuransi kapal pada
kasus yang diangkat dalam penelitian ini merujuk kepada hukum yang
berlaku di Inggris, yaitu Marine Insurance Act 1906. Hal ini merupakan
wujud asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) dan asas
kepastian hukum (pacta sunt servanda) dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Selain menggunakan polis dengan kondisi standar
Lloyds, industri asuransi kapal di Indonesia juga menggunakan polis
standar SIHF. Meskipun dalam polis standar SIHF tidak disebutkan
klausul pilihan hukum (choice of law) secara tegas dan eksplisit, namun
karena polis standar SIHF merupakan turunan dari SG Policy atau polis
yang dibuat oleh para penanggung di Inggris ( Lloyds), maka cara dan
kebiasaan yang berlaku untuk penutupan dan penyelesaian klaim
asuransi-nya merujuk pula kepada hukum Inggris.
2. Pengaturan klausul pilihan hukum (choice of forum) dalam polis
asuransi kapal yang dibuat dan ditandatangani secara di bawah tangan
yang digunakan di Indonesia tidak diatur secara tegas dan eksplisit
mengenai klausul pilihan forum ( choice of forum) apabila terjadi
sengketa terkait pelaksanaan polis asuransi kapal. Polis asuransi kapal
hanya memuat klausul pilihan hukum ( choice of law), sehingga tidak
menutup kemungkinan jika sengketa yang terjadi diajukan oleh salah
satu pihak ke Pengadilan Negeri. Sengketa yang diajukan melalui
Pengadilan Negeri dapat dilakukan berdasarkan hukum acara perdata
yang berlaku di Indonesia. Terkait perlindungan hukum dalam klasul
pilihan forum (choice of forum) dapat bersifat preventif dan represif.
Dikatakan sebagai perlindungan hukum preventif apabila klausul pilihan

119
120

forum (choice of forum) ditulis atau dinyatakan secara tegas pada saat
pembuatan kontrak mengenai forum atau pengadilan yang digunakan
oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikan sengketa kontraknya.
Sedangkan perlindungan hukum represif bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa. Dalam kasus ini, polis asuransi kapal tidak
mencantumkan secara tegas dan eksplit mengenai klausul pilhan forum
(choice of forum), hanya disebutkan pilihan hukum (choice of law) yakni
“This insurance is sbject to English Law and Practice.” Sehingga, klausul
pilihan forum (choice of forum) ini termasuk kedalam perlindungan
hukum represif karena dilakukan setelah terjadi sengketa.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Majelis Hakim Pengadilan Negeri dalam memeriksa dan memutus
sengketa yang diajukan terkait polis asuransi kapal hendaknya turut
mempertimbangkan hukum Inggris sebagai pilihan hukum ( choice of
law) yang telah disepakati oleh para pihak dalam polis asuransi kapal.
2. Bagi Perusahaan Asuransi dan pelaku usaha dalam membuat dan
menyusun polis asuransi khususnya terkait dengan kapal untuk
menggunakan Klausul Pilihan Hukum (Choice Of Law) juga harus
menambahkan Klausul Pilihan Forum (Choice Of Forum).
DАFTАR PUSTАKА

A. Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.


Adi Purwadi, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Pusat Pengkajian
Hukum dan Pembangunan (PPHP), Fakultas Hukum Universitas Wijaya
Kusuma, Surabaya, 2016.
Аhmаd Rіfаі, Pеnеmuаn Hukum оlеh Hаkіm dаlаm Pеrspеktіf Hukum
Prоgrеsіf, Sіnаr Grаfіkа, Jаkаrtа, 2010.
Аbdul Rаchmаd Budіоnо, Pеngаntаr Іlmu Hukum, Bаyumеdіа, Mаlаng, 2005.
Аchmаd Аlі, Mеnguаk Tеоrі Hukum (lеgаl Thеоry) dаn Tеоrі Kеаdіlаn
(Jurіsprudеncе), Kеncаnа Prеnаdаmеdіа Grоup, Jаkаrtа, 2009.
Akhmad Ichsan, Kompendium Tentang Arbitrase Perdagangan
Internasional (Luar Negeri), Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.
Amiruddin, H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2016.
Bаmbаng Sunggоnо, Mеtоdоlоgі Pеnеlіtіаn Hukum, Rаja Grаfіndо Pеrsаdа,
Jаkаrtа, 2002.
_________________. Pеnеlіtіаn Hukum Nоrmаtіf, Bayu Media Publishing,
Malang, 2006.
Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001
Budi Santoso, Totok dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Salemba Empat, Yogyakarta, 2006.
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Beberapa Aspek Hukum Dagang di
Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1997.
Gаrnеr А Bryаn, Blаck’s Lаw Dіctіоnаry 6th Еdіtіоn, Wеst Publіshіng Cо,
Unіtеd Stаtеs оf Аmеrіcа, 1990.
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
H. K. Martono, Eka Budi Tjahyono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara,
Mandar Maju, Bandung, 2011.
H. Moch Isnaeni, Perkembangan Hukum Perdata di Indonesia, Laksbang,
Yogyakarta, 2013.

121
H.M.N. Purwоsutjіptо, Pеngеrtіаn Pоkоk Hukum Dаgаng Іndоnеsіа: Hukum
Pеrtаnggungаn, Djаmbаtаn, Jаkаrtа, 1996.
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal, Keni Media,
Bandung, 2011.
Jhоnny іbrаhіm, Tеоrі Dаn Mеtоdе Pеnеlіtіаn Hukum Nоrmаtіf, Bаyu Mеdіа
Publіsіng, Mаlаng, 2005.
Ketut Sendra, Bancassrance: Bank + Asuransi, PPM, Jakarta, 2007.
Lаwrеncе W. Frіеdmаn, Аmеrіcаn Lаw аn Іntrоductіоn, 2001.
M. Alvi Syahrin, E-Commerce: Pilihan Hukum dan Pilihan Forum, Mahara
Publishing, Tangerang, 2017.
_______. Konsep Teoritis Penyelesaian Sengketa Hukum E-Commerce,
Mahara Publishing, Tanggerang, 2017.
M. Yаhyа Hаrаpаn, Sеgі-Sеgі Hukum Pеrjаnjіаn, Аlumnі, Bаndung, 2006.
_______. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2016.
Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis,
Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press,
Malang, 2009.
Oziem Gurses, Marine Insurance Law, Routledge, New York, 2015.
Peter Mаhmud Mаrzuki, Penelitiаn Hukum Edisi Revisi, Kencаnа, Jakarta 2013.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina
Ilmu, Surabaya, 1987.
Pramukti, Angger Sigit dan Andre Budiman Panjaitan, Pokok-Pokok Hukum
Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016.
Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo, Sendi-sendi Hukum Perdata
Internasional Suatu Orientasi, Rajawali, Jakarta, 1989.
Rаdіks Purbа, Аsurаnsі Аngkutаn Lаut, Rіnеkа Cіptа, Jаkаrtа, 1998.
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, UII PRESS, Yogyakarta, 2007.
Sаlіm H.S., Hukum Kоntrаk : Tеоrі Dаn Tеknіk Pеnyusunаn Kоntrаk, Sіnаr
Grаfіkа, Jаkаrtа, 2003.

122
_______. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2010.
_______. Teknik Pembuatan Akta Satu “Konsep Teoritis, Kewenangan
Notaris Bentuk dan Minuta Akta”, Raja Grafindo Perasada, Jakarta,
2015.
Sаtjіptо Rаhаrjо, Іlmu Hukum, Cіtrа Аdіtyа Bаktі, Bаndung, 2000.
_______.Sіsі-Sіsі Lаіn Dаrі Hukum Dі Іndоnеsіа, Kоmpаs, Jаkаrtа, 2003.
_______,Kеpаstіаn Hukum Dаlаm Kumpulаn Tulіsаn Prоgrаm Dоktоr
UNDІP, Unіvеrsіtаs Dіpоnеgоrо, Sеmаrаng, 2009.
Subеktі, Hukum Pеrjаnjіаn, Cetakan ke-18, Іntеr Mаsа, Jаkаrtа, 2001.
_______.Hukum Perjanjian, Inter Masa, Cetakan ke-23, Jakarta, 2010.
_______. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerrlijk Wetboek,
Cetakan ke-43, Balai Pustaka, 2017.
Srі Rеdjеkі Hаrtоnо, Аsurаnsі dаn Hukum Аsurаnsі dі Іndоnеsіа, ІKІP
Sеmаrаng Prеss, Sеmаrаng, 1985.
_______.Hukum Аsurаnsі dаn Pеrusаhааn Аsurаnsі, Sіnаr Grаfіkа, Jаkаrtа,
2001.
Sеntоsа Sеmbіrіng, Hukum Аsurаnsі, Nuаnsа, Bаndung, 2014.
Stella Sakarindou, Maritime Insurance & Piracy, Paper for the AIDA Europe
Conference In Zurich, 2009.
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia,
Bina Cipta, Jakarta, 1977.
_______. Hukum Perdata Internasional, Alumni, Bandung, 2004.
Sudіknо Mеrtоkusumо dаlаm H. Sаlіm Hs, Pеrkеmbаngаn Tеоrі Dаlаm Іlmu
Hukum, PT. Rаjаgrаfіndо Pеrsаdа, Jаkаrtа, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfaberta,
Bandung, 2013.
Symeon C. Symeonides, Choice of Law, Oxford University Press, New York, 2016.
Thео Huіjbеrs, Fіlsаfаt Hukum, Kаnіsіus, Yоgyаkаrtа, 1995.
Wіshnu Bаsukі, Аmеrіcаn Lаw аn Іntrоductіоn, еd, Tаtаnusа, Jаkаrtа, 2001.
Wіrjоnо Prоdjоdіkоrо, Hukum Аsurаnsі dі Іndоnеsіа, Іntеrmаsа, Jаkаrtа,
1982.
Y.P. Ari Nugroho, Seluk-Beluk Perusahaan Asuransi, KTSP, Yogyakarta, 2011.

123
Jurnаl
Abdul Gani Abdullah, Pandangan Yuridis Conflict of Law dan Choice of Law
dalam Kontrak Bisnis Internasional, Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan, Volume 3, Nomor 3, 2005.
Basuki Rekso Wibowo, Pembaruan Hukum Antartata Hukum Indonesia
Dalam Rangka Mendukung Perkembangan Ekonomi di Era
Globalisasi, Rechtsvinding, Volume 7, Nomor 2, 2018.
Cut Memi, Penerapan Klausul Pilihan Yurisdiksi (Choice of Jurisdiction)
dan Pilihan Hukum (Choice of Law) dalam Penyelesaian Sengketa
Bisnis Internasional, Era Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2017.
Ilhami Ginang Pratinida, Penerapan Forum Rei Sitae, Yuridika, Volume 30,
Nomor 1, 2015.
M. Alvi Syahrin, Penentuan Forum Yang Berwenang dan Model
Penyelesaian Sengketa Transaksi Bisnis Internasional
Menggunakan E-Commerce: Studi Kepastian Hukum Dalam
Pembangunan Ekonomi Nasional, Rechtsvinding, Volume 7, Nomor 2,
2018.
Muhammad Risnain, Problematika Pilihan Hukum (Choice of Law) dalam
Penyelesaian Sengketa Transaksi Bisnis Elektronik Internasional
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Islamic Business Law Review,
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013.
Mustafa Kamal Rokan, Pilihan Hukum (Choice of Law) Berdasarkan
Konvensi 1964 (Studi Kasus: Solbandera vs Blue Star dan Treller
Nicholaas), Islamic Business Law Review, Volume 1, No. 1, Oktober 2013.
Mutiara Hikmah, Sudah Saatnya Indonesia Memiliki Kodifikasi Hukum
Perdata Internasional, Jurnal Hukum dan Pembangunan, 2003.
Nickie Sepang, Kepastian Hukum Perjanjian Reasuransi Menurut Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992, Lex Privatum, Volume IV, Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2016.
R. Lа Pоrtа, Іnvеstоr Prоtеctіоn аnd Cоrpоrаtе gоvеrnаncе, Jurnаl of
Fіnаncіаl Еcоnоmіcs, Volume 58. 1 Jаnuаri 2000.

124
Rinitami Njatrijani, Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek
Pertanggungan, Diponegoro Private Law Review, Oktober 2018.
Sitti Nurjannah, Harmonisasi Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Melalui
Choice of Law , Al-Daulah, Vol. 2, 2013.
Sutiyoso, Akibat Pemilihan Forum dakam Kontrak yang Memuat Klausula
Arbitrase, Mimbar Hukum, Volume 24, Nomor 1, Februari 2012.
Syafran, Pilihan Hukum, Forum dan Domisili Suatu Kontrak dalam
Transaksi Bisnis, MMH, Jilid 41, Nomor 4, Oktober 2012.
Szaszy Scnitzer, Private International Law in European People’s
Democraties, Leiden Unversiteit, Leiden, 1964, Schnitzer dalam
Handelingen Nederlandse Juristenvereniging. P.

Tеsіs
Allan Henry Baskara Harahap, Analisis Hukum Terhadap Penyelesaian
Sengketa Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Tesis tidak
diterbitkan, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Alya Mahira, Analisa Hukum Mengenai Penerapan Pilihan Forum dan
Pilihan Hukum Dalam Hukum Perdata Internasional Terhadap
Sengketa Kontrak Dengan Unsur Asing (Kasus Putusan Pengadilan
Negeri No. 52/PDT.G/2010/PN.JKT.PST dan Putusan Mahkamah
Agung No. 1935K/PDT/2012), Tesis Tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas
Hukum Universitas Pelita Harapan.
Chаrlеnе Fоrtunа Tаnіа, Tіnjаuаn Yurіdіs Hubungаn Pеnеrаpаn Chоіcе оf
Lаw Dеngаn Kеwеnаngаn Mеngаdіlі оlеh Pеngаdіlаn (Аnаlіsа
Putusаn Mаhkаmа Аgung Rеpublіk Іndоnеsіа Nоmоr 1935
K/Pdt,2012), Tesis Tidak diterbitkan, Medan, Fakultas Hukum Unіvеrsіtаs
Sumаterа Utаrа.
Kelvin Junnatan, Analisa Yuridis Klaim Asuransi Jiwa Kredit Secara Ex
Gratia Dalam Perjanjian Kredit Ditinjau Dari Hukum Asuransi
Indonesia, Tesis Tidak diterbitkan, Batam, Fakultas Hukum Universitas
Internasional Batam.

125
Rizky Amalia, Pilihan Hukum dan Pilihan Forum dalam Kontrak Dagang
Internasional, Tesis Tidak diterbitkan, Surabaya, Fakultas Hukum
Universitas Airlangga.
Syafran, Pilihan Hukum, Forum dan Domisili Suatu Kontrak Dalam
Transaksi Bisnis, Tesis Tidak diterbitkan, Semarang, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro.
Tіаrа Wаhyu Putrі, Аnаlіsіs Yurіdіs Tеntаng Pеnоlаkаn Pеmbаyаrаn Klаіm
Аsurаnsі Pеngаngkutаn Lаut Оlеh Pеnаnggung Kеpаdа Tеrtаngung
(Studі Putusаn Mаhkаmаh Аgung Rеpublіk Іndоnеsіа Nоmоr
1007K/Pdt/2014), Tesis Tidak diterbitkan, Surabaya, Fakultas Hukum
Unіvеrsіtаs Nеgеrі Surаbаyа.

Disertasi
Sеtіоnо, Rulе оf Lаw, Dіsеrtаsі tidak diterbitkan, Surakarta, Fаkultаs Hukum
Unіvеrsіtаs Sеbеlаs Mаrеt, 2004.
M. Sumampouw, Pilihan Hukum Sebagai Titik Pertalian dalam Hukum
Perdjandjian Internasional, Disertasi tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 1968.
Muchsіn, Pеrlіndungаn dаn Kеpаstіаn Hukum bаgi Іnvеstоr dі Іndоnеsіа,
Dіsеrtаsі S2 Fаkultаs Hukum Unіvеrsіtаs Sеbеlаs Mаrеt, Surаkаrtа, 2003.
Yansen Dermanto Latip, Pilihan Hukum dan Pilihan Forum Dalam Kontrak
Internasional, Disertasi tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2002.

Makalah
Aminah, Pilihan Hukum Dalam Kontrak Perdata Internasional, Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro.
Bayu Seto Hardjowahono, Kodifikasi Hukum Perdata Internasional di
Bidang Hukum Kontrak Internasional: Tantangan yang Terabaikan
Dalam Menghadapi AFTA 2015, Bandung, 2013.
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia (Statistical Yearbook of
Indonesia), Jakarta, 2014.

126
M. Muhtarom, Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian: Suatu Landasan Dalam
Pembuatan Kontrak, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
Marnia Rani, Pemberlakuan Hukum Asuransi Inggris dalam Klausula Polis
Asuransi Kerangka Kapal di Indonesia , Ilmu Hukum Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, 2017.
Ronni Rahmani, Asas Kebebasan Berkontrak dan Kontrak Baku dalam
Akad Ekonomi Syariah, makalah calon hakim pengadilan Agama Suwawa,
Pengadilan Agama Banjarnegara, 2019.

Seminar
Bayu Seto Hardjowahono, Kodifikasi Hukum Perdata Internasional di
Bidang Hukum Kontrak Internasional: Tantangan yang Terabaikan
Dalam Menghadapi AFTA 2015, Dalam Simposium HPI2- tentang Hukum
Kontrak Internasional, diselenggarakan atas kerjasama antara Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Fakultas Hukum UNPAR dan Kantor Hukum
Mochtar Karuwin Komar (MKK) di Universitas Parahyangan, Bandung, 2013.
Pudjiastuti. S, Surat Badan Reformasi Geospasial No:
B3.4/SESMA/IGD/07/2004 Direktorat Jendral PUM Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia, Dalam Pidato Penganugerahan Gelar
Doktor Honoris Causa di Bidang Pembangunan Kelautan dan Perikanan,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2016.

Pеrundаng-Undаngаn
Undаng-Undаng Dаsаr Nеgаrа Rеpublіk Іndоnеsіа Tаhun 1945.
Kіtаb Undаng-Undаng Hukum Dаgаng.
Kіtаb Undаng-Undаng Hukum Pеrdаta, Burgelijk Wetboek voor Indonesie,
(Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).
Undаng-Undаng Nоmоr 40 tаhun 2014 tеntаng Pеrаsurаnsіаn. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5618.

127
Internet
Aji Prasetyo, Urgensi RUU HPI Menurut Para Tokoh Hukum, 2019,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5dd7db99ea6c2/urgensi-ruu-
hpi-menurut-para-tokoh-hukum/
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Pengangkutan Barang Indonesia, 2020,
http://aaui.or.id/pengangkutan-barang-indonesia/
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Pengangkutan Barang Indonesia, 2020,
http://aaui.or.id/pengangkutan-barang-indonesia/ http://aaui.or.id/itc-hull-
280-1-10-83-bilingual/
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Naskah Akademik RUU tentang Hukum Perdata
Internasional, BPHN Kemenkumham, Jakarta, 2014.
https://www.bphn.go.id/data/documents/na_tentang_hpi.pdf
Courts and Tribunals Judiciary, 2020, https://www.judiciary.uk/you-and-the-
judiciary/going-to-court/high-court/queens-bench-division/courts-of-the-
queens-bench-division/commercial-court/about-us/.
English Marine Insurance Act 1906-An Act to codify the Law relating to
Marine Insurance (21 December 1906), 2020,
https://www.jus.uio.no/lm/en/pdf/england.marine.insurance.act.1906.lands
cape.letter.pdf
Hеtty Hаsаnаh, Pеrlіndungаn Kоnsumеn dаlаm Pеrjаnjіаn Pеmbіаyааn
Kоnsumеnаtаs Kеndаrааn Bеrmоtоr dеngаn Fіdusіа, Vol. 3, http
://jurnаl.unіkоm.аc.іd/ pеrlіndungаn.html.
Judy Feldman Anderson & Robert L. Brown, Risk and Insurance, Education and
Examination Committee of the Society of Actuaries, 2005,
https://www.soa.org/globalassets/assets/files/edu/P-21-05.pdf
Potensi Maritim Indonesia, dari Perikanan Hingga Pelayaran, (online),
http://www.indomaritim.id/potensi-maritim-indonesia-dari-perikanan-
hingga-pelayaran/.
Priskila P. Penasthika, Berlakukah Hukm Asing Untuk Sengketa Kontrak
Internasional di Indonesia?, 2019,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cc1491768ea9/berlakukah-

128
hukum-asing-untuk-sengketa-kontrak-internasional-di-indonesia-oleh--
priskila-p-penasthika/
R. Fajriyansah, A Study Of The Application Of Utmost Good Faith Principle
Under The English Marine Insurance Law: Legal Review And
Practical Solutions,2003,
https://commons.wmu.se/cgi/viewcontent.cgi?article=1220&context=all_di
ssertations
Rаhаyu, Pеngаngkutаn Оrаng. Pеrаturаn Pеmеrіntаh RІ, Nоmоr 2 Tаhun 2002
Tеntаng Tаtаcаrа Pеrlіndungаn Kоrbаn dаn Sаksі Dаlаm Pеlаnggаrаn Hаk
Аsаsі Mаnusіа Yаng Bеrаt Undаng-Undаng RІ, Nоmоr 23 Tаhun 2004
Tеntаng Pеnghаpusаn Kеkеrаsаn Dаlаm Rumаh Tаnggа.
http:/www.еtd.еprіnts.ums.аc.іd.
Rinitami Njatrijani, Klaim Marine Hull And Machinery Dalam Praktek
Pertanggungan, http://ejournal2.undip.ac.id.

129

Anda mungkin juga menyukai