Anda di halaman 1dari 30

BIMTEK ONLINE 2020

MODUL
TEKNIK PENGAWASAN
KEARSIPAN

PENGAWASAN KEARSIPAN

i
KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menyatakan bahwa


dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mencapai cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, arsip sebagai identitas dan
jati diri bangsa, serta sebagai memori, acuan, dan bahan pertanggungjawaban
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus dikelola dan
diselamatkan oleh negara.

Untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya, menjamin


pelindungan kepentingan negara dan hak-hak keperdataan rakyat, serta
mendinamiskan sistem kearsipan, diperlukan penyelenggaraan kearsipan yang
sesuai dengan prinsip, kaidah, dan standar kearsipan sebagaimana dibutuhkan
oleh suatu sistem penyelenggaraan kearsipan nasional yang andal.

Untuk memastikan kondisi penyelenggaraan kearsipan di lingkungan pencipta


arsip baik tingkat pusat maupun daerah, ANRI menyelenggarakan pengawasan
kearsipan.

Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap/perilaku


tenaga pengawas kearsipan dilaksanakan bimbingan teknis tim pengawas
kearsipan. Untuk itu diperlukan modul dan bahan ajar yang diharapkan dapat
sebagai panduan bagi tim pengawas kearsipan dalam melaksanakan pengawasan
kearsipan.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan kontribusi sehingga modul ini dapat terwujud.

Jakarta, Mei 2020

Kepala Pusat Akreditasi Kearsipan,

Zita Azih Suprastiwi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................ii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup .................................................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ........................................................ 2
D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ....................................................... 2
POKOK BAHASAN -1 PROSEDUR PENGAWASAN KEARSIPAN ................. 3
A. Kode Etik dan Prinsip-Prinsip Perilaku Pengawasan Kearsipan ................... 3
B. Prosedur Pengawasan Kearsipan ........................................................... 5
1. Perencanaan .................................................................................. 5
2. Pelaksanaan ................................................................................... 7
C. Ruang Lingkup Penilaian .................................................................... 11
POKOK BAHASAN -2 PENILAIAN HASIL PENGAWASAN KEARSIPAN ......15
A. Verifikasi Hasil Pengawasan Kearsipan ................................................. 15
1. Ketentuan Umum .......................................................................... 15
2. Tujuan Verifikasi ........................................................................... 16
3. Prosedur Verifikasi ........................................................................ 16
B. Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan ........................................................ 21
C. Cara Penilaian ................................................................................... 22
SOAL LATIHAN MATERI TEKNIK AUDIT .................................................25
PENUTUP...............................................................................................27

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menegaskan bahwa


penyelenggaraan kearsipan bertujuan untuk menjamin terciptanya arsip dan
ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah,
terwujudnya pengelolaan arsip yang andal serta pemanfaatan arsip sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, menjamin pelindungan kepentingan
negara dan hak-hak keperdataan rakyat, mendinamiskan penyelenggaraan
kearsipan nasional sebagai suatu sistem yang komprehensif dan terpadu,
menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti
pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, menjamin keselamatan aset nasional dalam berbagai bidang
sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta meningkatkan kualitas pelayanan
publik.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan penyelenggaraan


kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah, dan standar kearsipan.
Selanjutnya, untuk mengetahui bahwa pencipta arsip menyelenggarakan
kearsipan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kearsipan yang
berlaku perlu dilakukan pengawasan kearsipan.

Sejalan dengan uraian tersebut di atas, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan


Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pengawasan
Kearsipan ditegaskan bahwa pengawasan kearsipan adalah proses kegiatan
dalam menilai kesesuaian antara prinsip, kaidah, dan standar kearsipan
dengan penyelenggaraan kearsipan.

Untuk melaksanakan pengawasan kearsipan diperlukan teknik pengawasan


kearsipan sebagimana yang tertuang dalam Peraturan Arsip Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pengawasan Kearsipan, sehingga hasil
penilaian pengawasan kearsipan dapat dilakukan dengan efektif, efisien dan
obyektif.

1
B. Ruang Lingkup

Pengawasan kearsipan dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan yang terdiri


dari audit kearsipan dan monitoring. Pada modul ini, akan dijelaskan teknik
pengawasan kearsipan dalam baik dalam bentuk kegiatan audit dan
monitoring. Namun, tata cara penilaian bentuk kegiatan monitoring akan
dibahas pada modul tersendiri. Modul ini terdiri dari 3 pokok bahasan yaitu
teknik pengawasan kearsipan, tata cara penilaian dan verifikasi hasil
pengawasan kearsipan.

C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Pada modul ini, peserta Bimtek diharapkan mampu menjelaskan teknik


pengawasan kearsipan yang terdiri dari prosedur pengawasan kearsipan dan
tata cara penilaian dalam melaksanakan audit kearsipan eksternal dan internal
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Peserta Bimtek Pengawasan Kearsipan diharapkan dapat:


1. Menjelaskan prosedur pengawasan kearsipan;
2. Memahami dan menjelaskan kode etik dan prinsip-prinsip perilaku dalam
pengawasan kearsipan;
3. Memahami dan menjelaskan tata cara penilaian audit kearsipan;
4. Memahami dan menjelaskan tata cara verifikasi hasil pengawasan
kearsipan internal.

2
POKOK BAHASAN -1
PROSEDUR PENGAWASAN KEARSIPAN

Adapun maksud dari pembahasan materi Teknik Audit dalam rangka Bimbingan
Teknis Pengawasan Kearsipan, yaitu:
1. Menyamakan persepsi antara Pusat Akreditasi Kearsipan ANRI dan Tim
Pengawas Kearsipan dalam melakukan audit kearsipan baik internal maupun
eksternal terhadap objek pengawasan kearsipan.
2. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang pengawasan
penyelenggaraan kearsipan bagi Tim Pengawas Kearsipan baik Eksternal
maupun Internal.

Sedangkan tujuan dari pembahasan materi Teknik Audit dalam rangka Bimbingan
Teknis Pengawasan Kearsipan yaitu:

1. Terlaksananya audit kearsipan baik eksternal maupun internal oleh Tim


Pengawas Kearsipan secara efektif dan efisien.
2. Terwujudnya Laporan Pengawasan Kearsipan baik Eksternal maupun
Internal secara lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

A. Kode Etik dan Prinsip-Prinsip Perilaku Pengawasan Kearsipan

Pengawasan Kearsipan merupakan proses penilaian dilakukan oleh manusia


dan bisa sangat subyektif sehingga diperlukan panduan etika dan prinsip
perilaku dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, Tim Penilai harus memahami
dan menerapkan Kode Etik yang dituangkan ke dalam Prinsip-prinsip Perilaku
Pengawasan Kearsipan sehingga hasil penilaian dapat bersifat obyektif.

Dalam pengawasan kearsipan baik internal maupun eksternal terdapat kode


etik pengawasan yang tertuang dalam Prinsip-Prinsip Perilaku sebagai berikut:

1. Integritas, yang ditandai dengan sikap:


a. Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggungjawab
dan bersungguh-sungguh;

3
b. Dapat menunjukan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan
profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas;
c. Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan;
d. Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;
e. Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama pengawas
kearsipan dalam pelaksanaan audit; dan
f. Dapat saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku
sesama pengawas kearsipan.
2. Obyektif, yang ditandai dengan sikap:
a. Mengungkapkan semua fakta materiil yang diketahuinya, yang apabila
tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-
kegiatan yang di awasi;
b. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang
mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak
memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan
kepentingan; dan
c. Menolak suatu pemberian dari obyek pengawasan yang terkait dengan
keputusan maupun pertimbangan profesionalnya
3. Kerahasiaan, yang ditandai dengan sikap:
a. Secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang
diperoleh dalam pengawasan kearsipan; dan
b. Tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi/golongan diluar kepentingan organisasi atau dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
4. Kompeten, yang ditandai dengan sikap:
a. Melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
b. Terus menerus meningkatkan kemahiran profesional, keefektifan dan
kualitas hasil pekerjaan.

4
B. Prosedur Pengawasan Kearsipan

Pengawasan kearsipan dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

1. Perencanaan
Perencanaan yang baik dalam suatu kegiatan merupakan titik awal tingkat
keberhasilan suatu kegiatan. Ada istilah “Perencanaan yang baik
merupakan setengah dari keberhasilan”. Perencanan kegiatan yang
bersifat tahunan untuk kegiatan Pengawasan Kearsipan dapat dituangkan
ke dalam Program Kegiatan Pengawasan Kearsipan Tahunan (PKPKT).
PKPKT disusun oleh ANRI, Kementerian/Lembaga, dan Lembaga Kearsipan
Daerah sebelum melakukan kegiatan pengawasan dengan tujuan obyek
pengawasan dapat mempersiapkan jajarannya untuk kegiatan pengawasan
kearsipan. Penyusunan Program Kegiatan Pengawasan Kearsipan Tahunan
(PKPKT) disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut;
a. Jadwal waktu pengawasan;
Jadwal merupakan faktor penting dalam kegiatan pengawasan dikaitkan
dengan ketersediandana, sumber daya manusia baik tim pengawasan
dan sumber daya manusia yang diawasi atau yang diaudit (auditee)
serta kebijakan yang ditetapkan.
b. Obyek Pengawasan;
Obyek pengawasan kearsipan dapat ditetapkan sesuai dengan kebijakan
dan ketersediaan sumber daya manusia pengawas serta ketersediaan
dana.
c. Prioritas;
Prioritas obyek pengawasan dapat disebabkan oleh faktor kebijakan,
keterbatasan sumber daya manusia dan dana. Jika sumber daya
terbatas baik manusia dan dana, maka dapat ditetapkan prioritas obyek
pengawasan mana yang perlu diawasai dan berikut dapat dijadwalkan
kembali untuk obyek pengawasan lainnya.
d. Anggaran;
Penetapan anggaran perlu diajukan oleh unit yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kearsipan sehingga dapat
pula ditetapkan jumlah obyek pengawasan dan prioritas pengawasan

5
kearsipan atau akan dilakukan dengan metode on the spot, on desk atau
online dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
e. Jenis dan metode pengawasan;
Jenis dan metode pengawasan akan menentukan instrumen yang harus
dipersiapkan dan anggaran yang harus disediakan.
f. Langkah kerja.
Langkah kerja juga harus ditetapkan sesuai dengan jenis dan metode
pengawasan yang dilakukan, sehingga akan berbeda langkah kerja yang
dilaksanakan. Apakah Audit atau monitoring tentu berbeda sedikit aspek
penilaiannya atau dilakukan dengan metode on the spot yaitu dilakukan
dengan mengunjungi objek pengawasan; metode on desk yaitu dengan
mengundang objek pengawasan dengan membawa semua potofolio
atau dokumen pendukung bukti kegiatan terkait dengan pengawasan
kearsipan atau online yaitu penilaian dengan menggunakan teknologi
informasi dengan berbagai aplikasi yang ada baik dengan tatap muka
atau dengan komunikasi lisan saja.
Kemudian perencanaan sebelum terjun ke lapangan ke objek pengawasan
dapat dituangkan pula pada Rencana Kerja Audit (RKA). Rencana Kerja
Audit (RKA) harus dipersiapkan oleh tim pengawas sebelum melakukan
pengawasan atau terjun ke lapangan apakah secara on the spot, on desk,
atau online. Adapun Rencana Kerja Audit (RKA) terdiri dari:
a. Sasaran:
Berisi tentang nama obyek pengawasan, alamat, dan masa audit
kearsipan yang akan dilaksanakan.
b. Ruang Lingkup:
Berisi tentang aspek pengawasan yang akan dilaksanakan.
c. Metodologi:
Berisi tentang penentuan waktu, Bukti yang akan diuji, sampling,
standar peraturan perundang-undangan.
d. Alokasi Sumber Daya:
Berisi tentang alokasi sumber daya yang dibutuhkan

6
2. Pelaksanaan

a. Persiapan
Sebelum melakukan pengawasan kearsipan perlu diperhatikan jenis dan
metode pengawasan kearsipan yang akan dilakukan apakah
Pengawasan Kearsipan Eksternal, Pengawasan Kearsipan Internal atau
Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Kearsipan baik Eksternal
maupun Internal. Pengawasan Kearsipan Eksternal terdiri dari
Pengawasan Sistem Kearsipan Eksternal dan Pengawasan Penyelamatan
Arsip Statis Eksternal. Pengawasan Kearsipan Internal terdiri dari:
Pengawasan Sistem Kearsipan Internal, Pengawasan Pengelolaan Arsip
Aktif dan Pengawasan Penyelamatan Arsip Statis Internal.
Sesuai dengan jenis dan metode pegawasan yang dilakukan maka perlu
persiapan meliputi:
1) Instrumen yang digunakan
Jenis pengawasan yang berbeda akan menggunakan instrumen
yang berbeda sesuai dengan tingkat dan cakupan pengawasan
kearsipan.
2) Administrasi
Persiapan secara administrasi meliputi penetapan tim pelaksana
pengawasan, komunikasi dengan obyek pengawasan mengenai
jadwal dan kesediaan waktu objek pengawasan
3) Pendanaan
Dana yang tersedia atau situasi dan kondisi yang mempengaruhi
(misalnya pada masa pandemi Covid 19) akan menentukan
metode pengawasan apakah dilakukan secara on the spot, on desk
atau secara online).

b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pengawasan kearsipan terdapat beberapa tahapan
kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Entry Meeting
Entry meeting sebaiknya diterima oleh Kepala instansi atau
minimal Kepala Unit Kearsipan instansi biasanya di kementerian
atau lembaga di bawah Kepala Biro. Hal ini dikarenakan

7
pengawasan kearsipan merupakan penilaian suatu instansi di
bidang kearsipan sehinga harus diketahui oleh pimpinan instansi
atau organisasi untuk dapat ditindaklanjuti menuju ke arah
kesempurnaan. Apalagi nilai pengawasan kearsipan sudah masuk
di dalam salah satu aspek penilaian pada reformasi birokrasi yaitu
pada aspek Ketatalaksanaan yang tertuang pada Peraturan Menteri
PAN dan Reformasi Birokrasi nomor 26 tahun 2020 tentang
Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Tim pengawas kearsipan pada saat entry meeting hendaknya
menjelaskan maksud dan tujuan pengawasan kearsipan, dasar
hukum pelaksanaan pengawasan kearsipan dan jadwal kegiatan
yang akan dilakukan. Hal ini perlu disampaikan agar obyek
pengawasan memahami bahwa pengawasan kearsipan bukan
untuk menghakimi atau menyalahkan penyelenggaraan kearsipan
di lingkungannya namun untuk perbaikan kinerja penyelenggaraan
kearsipan sesuai prinsip, kaidah dan standar yang berlaku.

2) Pengisian Instrumen Audit Kearsipan.


Pengisian instrumen audit kearsipan yang sudah disiapkan dalam
format excel disesuaikan dengan kondisi dan bahan bukti yang
diserahkan oleh obyek pengawasan. Perlu dipersiapkan secara
matang dan gunakan formulir yang benar-benar sudah dicek ulang
rumusnya bekerja, sehingga tidak ada kesalahan penilaian yang
akan merugikan pihak yang diaudit (auditee).

3) Validasi melalui Verifikasi Dokumen


Penilaian dalam pengawasan kearsipan sangat ditentukan oleh
validasi dan verifikasi dokumen. Keterangan yang diberikan oleh
pejabat atau petugas dari instansi yang diawasi harus didukung
oleh bukti dukung atau portofolio dari arsip atau dokumen sesuai
aspek pengawasan yang dilaksanakan. Misalnya jika diaudit adalah
tentang Tata Naskah dinas maka Tim Pengawas harus benar benar
mendapatkan Tata Naskah Dinas yang sudah disahkan dari obyek
pengawasan (auditee) dan meneliti setiap aspeknya.

8
Contoh verifikasi Lapangan terkait penilaian Pengelolaan arsip
Aktif:
Untuk menilai tentang Pengelolaan Arsip Aktif maka dapat
dilakukan melalui verifikasi terhadap:
i. Kondisi fisik arsip yang disimpan di central file
ii. Cara penataan fisik arsip sesuai dengan klasifikasi arsip
iii. Daftar Arsip Aktif (Daftar Berkas dan Daftar Isi Berkas)
iv. Kesesuaian daftar arsip dengan fisik arsip
v. Kondisi sarana kearsipan yang dipergunakan dalam
pengelolaan arsip aktif
vi. Sarana pencatatan arsip aktif baik manual maupun elektronik
vii. Sarana layanan arsip aktif

4) Wawancara
Pengumpulan data atau sumber data selain Portofolio atau arsip
pendukung maka dapat juga dilakukan melalui wawancara
terhadap obyek pengawasan dalam rangka mengisi formulir
penilaian. Namun setiap wawancara harus pula diperkuat oleh arsip
atau dokumen pendukung.

5) Pengamatan Langsung dan Uji Petik.


Pengamatan lansung atau uji petik juga merupakan salah satu cara
pengumpulan data dalam rangka mengisi formulir penilaian. Uji
petik dilakukan untuk data yang cukup banyak misalnya daftar
arsip sehingga Tim Pengawasan dapat memeriksa beberapa daftar
arsip saja yang sudah dibuat oleh objek pengawasan.

6) Penyusunan Risalah Hasil Audit Sementara (RHAS).


Setelah entry meeting dan pengumpulan data melalui pemeriksaan
bukti dukung berupa arsip, wawancara dan uji petik serta pengisian
Formulir Audit Kearsipan maka dapat disusun Risalah Hasil Audit
Sementara (RHAS) atau kalau melakukan monitoring berupa
Risalah Hasil Monitoring Sementara (RHMS) berdasarkan data yang
diperoleh. Risalah Hasil Audit Sementara (RHAS) akan disampaikan
kepada obyek pengawasan berisi hasil pengawasan kearsipan yang

9
bersifat sementara yang akan disepakati bersama antara Tim
Pengawasan dan pihak yang diaudit atau objek pengawasan.

7) Exit Meeting (Penyampaian dan penandatanganan Risalah Hasil


Audit Sementara/ RHAS atau Risalah Hasil Monitoring
Sementara/RHMS)

Pada Exit Meeting terdapat kegiatan Penyampaian RHAS atau


RHMS yang disampaikan oleh Tim Pengawasan dan apabila obyek
pengawasan merasa tidak setuju dapat menyanggah dan dapat
memberikan data yang mungkin belum atau lupa atau belum dapat
diberikan karena belum ditemukan bukti dukungnya. Karena sifat
sementara maka RHAS atau RHMS dapat berubah jika obyek
pegawasan dapat memberika bukti dukung baru atau sudah
menemukan bukti dukung. Format RHAS atau RHMS adalah
sebagai berikut:

i. Bagian Awal berisi tentang dasar hukum pelaksanaan


pengawasan kearsipan, nomenklatur instansi, dan waktu
pelaksanaan pengawasan kearsipan.
ii. Bagian Inti berisi tentang uraian hasil temuan sementara
pada setiap aspek pengawasan kearsipan, sesuai isian pada
formulir audit kearsipan.
iii. Bagian Akhir berisi tandatangan Ketua Tim Pengawas
Kearsipan dan pejabat penanggung jawab pada Obyek
Pengawasan.
Penandatangan RHAS atau RHMS dapat dilakukan kedua belah
pihak setelah Tim Pengawas dan Objek Pengawasan sepakat
terhadap keseluruhan isi RHAS atau RHMS. Kemudian Tim
Pengawas dapat meninggalkan lokasi objek pengawasan
untuk membuat laporan berdasarkan RHAS atau RHMS yang
sudah ditandatangani kedua belah pihak.

10
8) Pelaporan
Setelah tidak ada lagi perbaikan atau dokumen yang disampaikan
oleh obyek penelitian sesuai dengan kesepakatan waktu atau waktu
yang ditentukan oleh Tim Pengawas Kearsipan berdasarkan masa
pengawasan maka Tim Pengawas Kearsipan dapat membuat
laporan pengawasan berdasarkan RHAS atau RHMS dan bukti
dukung yang telah disampaikan. Laporan Pengawasan Kearsipan
Eksternal (LAKE) dan Laporan Hasil Monitoring Pengawasan
Kearsipan yang terdiri dari 3 Bab yang terdiri dari:
i. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang, Dasar
Hukum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Penilaian Hasil
Pengawasan Kearsipan, Pelaksana.
ii. BAB II Uraian Hasil Pengawasan atau Uraian Hasil Monitoring
Hasil Pengawasan, yang berisi tentang Hasil Pengawasan
sesuai dengan ruang lingkup Pengawasan Kearsipan (yang
telah ditetapkan sesuai dengan Formulir Penilain yang
tertuang di Formulir Excel).
iii. BAB III Kesimpulan, yang berisi tentang nilai setiap aspek
perdasarkan ruang lingkup pengawasan kearsipan dan
kategori hasil Penilaian.

C. Ruang Lingkup Penilaian

Ruang lingkup penilaian kegiatan pengawasan kearsipan eksternal terhadap


penyelenggaraan kearsipan pada kementarian/lembaga di tingkat pusat telah
dituangkan pada instrumern penilaian meliputi:

1. Aspek Kebijakan yaitu ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Bidang Kearsipan dalam Penetapan Kebijakan Kearsipan, meliputi:
a. Tata Naskah Dinas
b. Klasifikasi Arsip
c. Jadwal Retensi Arsip
d. Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip Dinamis
e. Pedoman Pengelolaan Arsip Vital

11
f. Pedoman Pengelolaan Arsip Dinamis (Pedoman Pengelolaan Arsip Aktif
Pedoman Pengelolaan Arsip Inaktif, Pedoman Penyusutan Arsip)

2. Aspek Pembinaan Kearsipan, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap


program Pembinaan kearsipan yang dilaksanakan meliputi:
a. Pelaksanaan Pembinaan
b. Pengelolaan Arsip Terjaga
c. Pemberian Penghargaan Dalam Rangka Pembinaan Kearsipan

3. Aspek Penciptaan Arsip, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap kegiatan


pembuatan dan penerimaan arsip.

4. Aspek Penggunaan Arsip, yaitu pengujian terhadap prosedur pengunaan


arsip inaktif, sarana peminjaman arsip dan dan penyajian asip inaktif.

5. Aspek Pemeliharaan Arsip, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap asas


penataan arsip inaktif, kegiatan penataan arsip inaktif, penyimpanan arsip
inaktif, ketersediaan arsip inaktif.

6. Aspek Penyusutan, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap kegiatan


ketertiban pelaksanaan penyusutan arsip mulai kegiatan pemindahan,
pemusnahan dan penyerahan arsip statis.

7. Aspek Sumber Daya Manusia Kearsipan, yaitu pengujian dan verifikasi pada
pejabat struktural, arsiparis dan pengelola arsip, terhadap tanggung jawab,
kedudukan hukum, kewenangan, kompetensi dan pembinaan terhadap
SDM kearsipan.

8. Aspek Organisasi, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap pembentukan


unit kearsipan, tingkat eselonering, fungsi dan tugas dalam melaksanakan
pengelolaan arsip inaktif dan pembinaan kearsipan

9. Aspek Sarana dan Prasarana, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap


prasarana dan sarana kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip.

10. Aspek Pendanaan, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap pengalokasian


dana untuk melaksanakan kegiatan kearsipan dan melaksanakan Program
Arsip Vital.

12
Untuk aspek penilaian pengawasan kearsipan eksternal pada pemerintah
daerah provinsi dan kabupaten/kota meliputi:

1. Aspek Kebijakan yaitu ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Bidang Kearsipan dalam Penetapan Kebijakan Kearsipan, yang meliputi:
a. Tata Naskah Dinas,
b. Klasifikasi Arsip
c. Jadwal Retensi Arsip
d. Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip Dinamis
e. Pedoman Pengelolaan Arsip Vital
f. Pedoman Pengelolaan Arsip Dinamis (Pedoman Pengelolaan Arsip Aktif,
Pedoman Pengelolaan Arsip Inaktif, Pedoman Penyusutan Arsip).

2. Aspek Pembinaan Kearsipan, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap


kegiatan pembinaan kearsipan yang dilaksanakan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan kearsipan dengan SKPD, Ormas/orpol,
BUMD dan perusahaan swasta
b. Sosialisasi kearsipan, bimbingan teknis
c. Pengelolaan Arsip Terjaga
d. Pemberian Penghargaan Dalam Rangka Pembinaan Kearsipan

3. Aspek Pengolahan arsip inaktif dengan retensi sekurang-kurangnya 10


tahun yaitu menguji dan verifikasi pengelolaan arsip inaktif dan penyusutan
arsip.

4. Aspek Pengeloaan Arsip Statis, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap


kegiatan akuisisi arsip statis, preservasi arsip sampai dengan layanan akses
arsip statis.

5. Aspek Sumber Daya Manusia Kearsipan, yaitu pengujian dan verifikasi pada
pejabat struktural, arsiparis dan pengelola arsip, terhadap tanggung jawab,
kedudukan hukum, kewenangan, kompetensi dan pembinaan terhadap
SDM kearsipan.

6. Aspek Organisasi, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap pembentukan


unit kearsipan, tingkat eselonering, fungsi dan tugas dalam melaksanakan
kegiatan kearsipan sesuai peraturan perundang-undangan.

13
7. Aspek Prasarana dan sarana, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap
prasarana dan sarana kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip.

8. Aspek Pendanaan, yaitu pengujian dan verifikasi terhadap pengalokasian


dana untuk melaksanakan kegiatan kearsipan dan melaksanakan Program
Arsip Vital.

Sementara ruang lingkup pengawasan kearsipan Internal secara rinci juga


dituangkan di dalam instrumennya, meliputi:

1. Aspek Pengelolaan Arsip Dinamis yang terdiri dari:


a. Penciptaan arsip yaitu pengujian dan verifikasi terhadap pembuatan
arsip.
b. Penggunaan arsip yaitu pengujian dan verifikasi terhadap ketersediaan
arsip aktif, penyajian arsip aktif baik untuk internal dan eksternal serta
sarana peminjaman arsip.
c. Pemeliharaan arsip yaitu pengujian dan verifikasi terhadap
pemberkasan arsip aktif, penyimpanan arsip aktif serta alih media arsip.
d. Penyusutan arsip yaitu pengujian dan verifikasi terhadap intensitas dan
prosedur pemindahan arsip inaktif ke unit kearsipan.

2. Aspek Sumber Daya Kearsipan yang terdiri dari:


a. Sumber daya manusia yaitu pengujian dan verifikasi pada pejabat
struktural, arsiparis dan pengelola arsip, terhadap tanggung jawab,
kedudukan hukum, kewenangan, kompetensi dan pembinaan terhadap
SDM kearsipan.
b. Prasarana dan sarana pengujian dan verifikasi terhadap prasarana dan
sarana kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip.

14
POKOK BAHASAN -2
PENILAIAN HASIL PENGAWASAN KEARSIPAN

Setelah melaksanakan tahapan audit kearsipan, tim pengawas melakukan


penilaian terhadap aspek-aspek yang ada di instrumen audit kearsipan. Penilaian
hasil pengawasan kearsipan dilakukan untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kearsipan pada objek pengawasan. Tim pengawas melakukan penilaian hasil
pengawasan kearsipan sebagai bahan penyusunan laporan audit kearsipan.
Penilaian hasil pengawasan kearsipan dilakukan secara konsisten, sistematik dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Secara umum, perolehan nilai hasil pengawasan berasal dari setiap item
pertanyaan pada instrumen audit kearsipan internal yang memiliki skor/nilai dan
setiap pertanyaan memiliki skor/nilai sebagai pembagi atau sebagai nilai standar.
Pembobotan terhadap aspek penilaian dapat disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan bukti yang diberikan oleh objek
pengawasan atau stakeholder.
Untuk memvalidasi penilaian hasil pengawasan kearsipan yang dilakukan
oleh tim pengawas perlu dilakukan verifikasi. Penilaian terhadap hasil pengawasan
kearsipan internal harus melalui verifikasi sebelum penetapan nilai hasil
pengawasan dilakukan.

A. Verifikasi Hasil Pengawasan Kearsipan

1. Ketentuan Umum
Verifikasi adalah kegiatan pemeriksaan tentang kebenaran laporan,
pernyataan, penghitungan uang dan sebagainya (KBBI). Verifikasi penilaian
hasil pengawasan kearsipan internal merupakan kegiatan pemeriksaan
tentang kebenaran penilaian audit kearsipan internal yang dilakukan oleh
tim pengawas pusat dan daerah. Verifikasi penilaian hasil pengawasan
dilakukan oleh:
a. ANRI melaksanakan verifikasi terhadap hasil Pengawasan Kearsipan
Internal yang dilakukan oleh:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkaman Agung, Mahkamah
15
Konstitusi, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Kementerian, badan,
lembaga, TNI/POLRI, komisi, BUMN;
2) Perguruan tinggi negeri; dan
3) Pemerintah Daerah provinsi
b. LKD provinsi melaksanakan verifikasi terhadap hasil pengawasan
kearsipan internal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan BUMD provinsi.
c. LKD kabupaten/kota melaksanakan verifikasi terhadap hasil
pengawasan kearsipan internal yang dilakukan oleh BUMD
Kabupaten/Kota.
Perolehan nilai hasil pengawasan kearsipan internal yang telah diverifikasi
ditetapkan sebagai nilai pengawasan kearsipan internal. Penetapan nilai
pengawasan kearsipan internal dilakukan oleh pimpinan kementerian,
lembaga, lembaga pemerintah non kementerian, lembaga non struktural,
pemerintah darah provinsi/kabupaten/kota, BUMN/BUMD, dan perguruan
tinggi negeri. Nilai hasil pengawasan kearsipan internal harus dilaporkan
kepada ANRI paling lambat pada akhir Agustus pada setiap tahunnya.

2. Tujuan Verifikasi
Beberapa tujuan dalam melakukan verifikasi adalah:
a. Mencegah terjadinya penyimpangan yang dapat merugikan objek
pengawasan;
b. Memastikan kelengkapan, kebenaran dan validitas bukti/evidence dari
objek pengawasan. Bukti/evidence dapat berupa dokumen, foto dan
rekaman hasil wawancara;
c. Memastikan nilai yang diberikan sesuai dengan bukti audit yang
diberikan oleh objek pengawasan;
d. Memastikan tidak terdapat kesalahan dalam penghitungan nilai;
e. Memastikan agar tidak terjadi salah saji laporan audit kearsipan internal
baik yang dilakukan secara sengaja maupaun yang tidak sengaja.
3. Prosedur Verifikasi
Untuk melakukan verifikasi penilaian hasil pengawasan kearsipan dilakukan
melalui prosedur sebagai berikut:

16
Tim verifikator adalah tim pengawas yang teleh mengikuti Bimtek
Pengawasan Kearsipan dan pernah melaksanakan kegiatan pengawasan
kearsipan terhadap minimal terhadap 3 objek pengawasan.
a. Penetapan/Penugasan Tim Verifikator
1) ANRI membentuk tim verifikator yang ditetapkan melalui surat
perintah dan ditandatangani oleh pimpinan yang memiliki tugas dan
fungsi pengawasan kearsipan.
2) LKD Provinsi membentuk tim verifikator yang ditetapkan melalui
surat keputusan/surat perintah dan ditandatangani oleh Kepala
LKD.
3) LKD Kabupaten/Kota membentuk tim verifikator yang ditetapkan
melalui surat keputusan/surat perintah dan ditandatangani oleh
Kepala LKD.
b. Penyusunan Jadwal Verifikasi
ANRI/LKD Provinsi/LKD Kabupaten/kota menyusun jadwal verifikasi
penilaian hasil pengawasan internal dari tim pengawas pusat atau
daerah. Jadwal pelaksanaan verifikasi penilaian hasil pengawasan
kearsipan internal terdiri dari:
1) Penerimaan penilaian hasil pengawasan kearsipan.
Pembatasan waktu penerimaan penilaian hasil pengawasan
kearsipan dari objek pengawasan perlu dilakukan agar penetapan
nilai hasil pengawasan dapat dilakukan sesuai dengan waktu. ANRI
menerima bukti hasil pengawasan kearsipan paling lambat pada 30
Juni pada setiap tahun. Apabila melewati batas waktu, draft LAKI
UP akan diverifikasi pada tahun berikutnya. Adapun dokumen yang
harus diterima oleh tim verifikator sebagai berikut:
1.1 LAKI UP dan UK
1.2 Portofolio, bukti hasil pengawasan dari objek pengawasan
dalam bentuk softcopy;
1.3 Instrumen audit seluruh objek pengawasan dalam bentuk
excel;
1.4 SK atau surat perintah/tugas tim pengawas kearsipan;
2) Proses Verifikasi.

17
Waktu yang dibutuhkan oleh tim verifikator tidak lebih dari 2 (dua)
bulan setelah 30 Juni. Untuk itu, diperlukan jumlah verifikator yang
memadai.
3) Penyerahan hasil verifikasi
Hasil verifikasi diserahkan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga
sesuai kewenangannya. Hasil verifikasi merupakan dasar dalam
penetapan nilai hasil pengawasan kearsipan. Penyerahan hasil
verifikasi diserahkan paling lambat tanggal 15 Agustus.
c. Pelaksanaan verifikasi
Tim verifikator melakukan verifikasi hasil pengawasan kearsipan
Internal dengan cara sebagai berikut:
1) Tim verifikator menerima penilaian hasil pengawasan kearsipan
dalam bentuk softcopy yang dikirimkan melalui surat elektronik (e-
mail).
2) Tim verifikator melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
laporan audit dan instrument audit/monitoring.
3) Tim verifikator memeriksa penilaian yang dilakukan oleh tim
pengawas pusat/daerah pada laporan hasil pengawasan kearsipan
dan instrumen audit kearsipan dalam bentuk excel.
4) Tim verifikator memeriksa kesesuaian antara bukti audit dan
penilaian yang diberikan pada formulir excel. Tim verifikator
memberikan catatan apabila terdapat ketidaksesuaian antara bukti
audit dan penilaian yang diberikan pada instrumen audit kearsipan
internal dalam bentuk excel. Tim verifikator memberikan catatan
dengan menambahkan kolom pada formulir excel dan nilai akhir
setelah verifikasi. Tim verifikator melakukan uji petik terhadap
validitas bukti dukung terhadap daftar arsip dan arsip yang tercipta
pada penyusutan arsip atau terhadap data yang tidak wajar.
Contoh hasil verifikasi pada formulir nilai adalah sebagai berikut:

18
5) Tim verifikator memeriksa kesesuaian antara formulir nilai dan
laporan audit/monitoring. Hasil pemeriksaan tersebut dituangkan
pada formulir hasil verifikasi laporan.
6) Tim verifikator memeriksa laporan audit dengan memberikan
catatan pada formulir hasil verifikasi laporan.
7) Tim verifikator menyampaikan hasil verifikasi kepada pejabat
struktural yang berwenang untuk disampaikan kepada pimpinan
Kementerian/Lembaga dan Kepala LKD.

19
FORMULIR HASIL VERIFIKASI NILAI PENGAWASAN KEARSIPAN INTERNAL

INSTANSI : Kementerian ……

VERIFIKASI NILAI HASIL PENGAWASAN KEARSIPAN


NILAI SEBELUM NILAI SETELAH CATATAN
NO NAMA OBJEK PENGAWASAN
VERIFIKASI VERIFIKASI VERIFIKATOR

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Biro Kepegawaian 85 70 Bukti Tidak
Lengkap
2 Inspektorat 80 80 Sudah Sesuai
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bukti Tidak
3 Kearsipan 90 80 Lengkap
dst
VERIFIKASI FORM NILAI DAN LAPORAN
CATATAN
NO NAMA OBJEK PENGAWASAN KESESUAIAN
VERIFIKATOR
(6) (7)
1 Biro Kepegawaian Tidak Sesuai Perbaikan pada
aspek penciptaan
2 Inspektorat Sudah Sesuai
3 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tidak Sesuai Perbaikan pada
Kearsipan aspek Penyusutan
dst

Mengetahui, Tim Verifikator,


Kepala Bidang Akreditasi Pusat/Daerah, 1. ……………………………………..
2. ……………………………………..

(Nama Pejabat)

Kolom (1). : Diisi dengan nomor urut


Kolom (2). : Nama Objek Pengawasan
Kolom (3). : Diisi dengan nilai yang diberikan oleh tim pengawas/nilai sebelum
dilakukan verifikasi
Kolom (4) : Diisi dengan nilai setelah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator
Kolom (5) : Diisi dengan catatan hasil verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikator
Kolom (6). : Diisi dengan kesesuaian antaran form nilai dan laporan hasil pengawasan
Kolom (7) : Diisi dengan catatan hasil verifikasi yang dilakukan oleh tim verifikator

20
B. Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan

Nilai hasil pengawasan kearsipan merupakan akumulasi nilai pengawasan


kearsipan eksternal dan nilai pengawasan kearsipan internal dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Nilai Pengawasan Kearsipan eksternal memiliki bobot 60% (enam puluh
persen).
2. Nilai Pengawasan Kearsipan internal memiliki bobot 40% (empat puluh
persen).
Nilai hasil Pengawasan Kearsipan menjadi acuan dalam menentukan indeks
kinerja penyelenggaraan kearsipan pada Objek Pengawasan. Nilai hasil
pengawasan kearsipan ini berlaku pada tahun 2021.
Nilai hasil pengawasan terdiri dari:
1. Objek pengawasan yaitu unit pengolah dan unit kearsipan.
2. Entitas yaitu nilai unit kearsipan + rata-rata unit pengolah dibagi 2
3. Perguruan tinggi yaitu rata-rata nilai entitas
Adapun nilai dan kategori atas hasil pengawasan kearsipan yang diperoleh
objek pengawasan terdiri atas:
1. Nilai > 90-100 (lebih dari Sembilan puluh sampai dengan seratus) dengan
kategori AA (sangat memuaskan);
2. Nilai > 80-90 (lebih dari delapan puluh sampai dengan Sembilan puluh)
dengan kategori A (memuaskan);
3. Nilai > 70-80 (lebih dari tujuh puluh sampai dengan delapan puluh) dengan
kategori BB (sangat baik);
4. Nilai 60-70 (lebih dari enam puluh sampai dengan tujuh puluh) dengan
kategori B (baik);
5. Nilai 50-60 (lebih dari lima puluh sampai dengan enampuluh) dengan
kategori C (kurang; dan
6. Nilai 0-30 (nol sampai dengan tiga puluh) dengan kategori D (sangat
kurang).

21
C. Cara Penilaian

Untuk penilaian audit kearsipan internal dapat dilakukan dengan cara sebegai
berikut:
1. Menentukan nilai standar
Setiap aspek sudah ditetapkan nilai standarnya, namum untuk 2 sub aspek
dapat disesuaikan dengen ketentuan sebagai berikut:
a. Aspek pengelolaan arsip dinamis dalam sub aspek penciptaan arsip.
Terdapat item pernyataan yang belum dimuat pada kebijakan Tata
Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian/Lembaga.

b. Aspek sumber daya kearsipan pada sub aspek sumber daya manusia
1) Pada Unit Pengolah
i. Jika terdapat arsiparis dan pengelola arsip maka semuanya
dinilai dan menjadi pembagi
ii. Jika hanya terdapat arsiparis, maka nilai standar pengelola
arsip dinyatakan 0 dan tidak menjadi pembagi
iii. Jika hanya terdapat pengelola arsip, maka nilai standar
arsiparis dinyatakan 0 dan tidak menjadi pembagi
2) Pada Unit Kearsipan
i. Arsiparis harus dinilai dan menjadi pembagi
ii. Apabila tidak terdapat pengelola arsip di unit kearsipan, dan
berdasarkan analisis beban kerja dan peta jabatan dinyatakan
tidak dibutuhan pengelola arsip, maka nilai standar untuk
pengelola arsip dinyatakan 0 dan tidak menjadi pembagi.

2. Setiap item pernyataan dengan kondisi faktual dinyatakan ”Ya/ada”


diberikan nilai 100 sedangkan yang dinyatakan “Tidak/belum” diberikan
nilai 0, kecuali pada beberapa item pernyataan tertentu sebagai berikut:
a. Untuk item pernyataan yang memerlukan sampel dalam proses
pengawasan kearsipan, penilaian dilaksanakan dengan ketentuan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria dibagi jumlah sampel yang diuji
dikalikan 100 atau dengan rumus:

22
b. Untuk item pernyataan yang terdapat isian persentase, maka penilaian
diberikan berdasarkan persentase yang diperoleh.
3. Setelah semua item pernyataan terisi dengan skor, maka jumlahkan
seluruh skor yang diperoleh untuk masing-masing formulir/sub aspek.
4. Hasil penjumlahan dibagi dengan nilai standar dikalikan 100%, maka akan
diperoleh nilai pada aspek/sub aspek.
5. Nilai yang diperoleh dari perhitungan angka 4 dikalikan dengan bobot,
maka akan diperoleh nilai akhir pada aspek/sub aspek tersebut.
6. Untuk setiap aspek akan diberikan bobot dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Jumlah Bobot Maksimal adalah 100 yang dibagi secara proporsional
untuk setiap aspek pengawasan.
b. Pada setiap aspek, masing-masing sub aspek diberikan bobot sesuai
dengan jumlah yang ada sehingga mencapai bobot 100. Misalnya dalam
satu aspek terdapat 4 sub aspek, maka setiap sub aspek diberi bobot
sebesar 25%.
c. Nilai pengawasan diperoleh dari penjumlahan nilai dari setiap aspek.

Contoh:

REKAPITULASI NILAI HASIL PENGAWASAN KEARSIPAN

UNIT PENGOLAH KEMENTERIAN XXXX

23
Total Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan adalah penjumlahan nilai akhir
pada aspek pengelolaan arsip dinamis (44,18) ditambah dengan nilai
akhir pada aspek Sumber Daya Kearsipan (35,56) = (79,74)

7. Nilai Hasil Pengawasan (NHP) ditentukan berdasarkan penjumlahan nilai


pengawasan eksternal dan nilai pengawasan internal dengan ketentuan
nilai hasil pengawasan eksternal dikalikan 60% ditambah dengan nilai hasil
pengawasan internal dikalikan 40%.
8. Setiap jenis pengawasan kearsipan internal diberikan bobot dengan
ketentuan nilai pengawasan sistem kearsipan internal sebesar 40% dan
pengawasan pengelolaan arsip aktif sebesar 60%.
Catatan: Pembobotan sebagaimana dimaksud angka 7, berlaku Tahun 2021
dan pembobotan sebagaimana dimaksud angka 8 diberlakukan 2 (dua)
tahun setelah pengawasan sistem kearsipan internal dilaksanakan.

24
SOAL LATIHAN MATERI TEKNIK PENGAWASAN

LATIHAN:

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Buatlah Program Kerja Pengawasan Kearsipan Tahunan di Instansi masing-


masing yang meliputi : Jawdal, objek, prioritas, anggaran, jenis dan metode
pengawasan serta langkah kerja.
2. Buatlah Rencana Kerja Audit untuk satu unit pengolah.

TEST FORMATIF
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar!
1. Kegiatan dibawah ini merupakan persiapan audit yang dilakukan oleh Tim
Pengawas, kecuali ...
a. Rencana Kerja Audit (RKA)
b. RHAS
c. Surat Perintah
d. Instrumen
2. Proses kegiatan dalam menilai kesesuaian antara prinsip, kaidah dan
standar kearsipan dengan penyelenggaraan kearsipan disebut…
a. Pengawasan Kearsipan
b. Audit Kearsipan
c. Supervisi Kearsipan
d. Monitoring Kearsipan
3. Di bawah ini merupakan prosedur pengawasan kearsipan, kecuali ...
a. Perencanaan program
b. Pendanaan
c. Pelaksanaan
d. Pelaporan
4. Komposisi bobot penilaian pengawasan antara pengawasan internal dan
pengawasan eksternal adalah ...
a. 40% dan 50%
b. 40% dan 60%

25
c. 60% dan 40%
d. 50% dan 50%
5. Di bawah ini adalah jenis Audit kearsipan internal, kecuali…
a. Audit pengelolaan arsip aktif
b. Audit sistem kearsipan internal
c. Audit penyelamatan arsip statis internal
d. Audit pengelolaan arsip inaktif

26
PENUTUP

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Modul Teknik Pengawasan Kearsipan
sebagai bahan ajar Bimbingan Teknis Pengawasan Kearsipan dapat disusun
dengan segala kekurangannya.

Pengembangan modul yang masih sangat sederhana ini diharapkan dapat terus
dilakukan dengan memperhatikan kondisi kedepannya serta masukan dari seluruh
pihak baik pengajar maupun peserta bimbingan teknis pengawasan kearsipan.

27

Anda mungkin juga menyukai