Anda di halaman 1dari 33

I.

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Oseanogarfi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lautan.

oseanografi merupakan ilmu yang memadukan ilmu ilmu lain, seperti ilmu tanah

(geology), ilmu bumi (geography ), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry),

ilmu hayat (biology). Saat ini oseanografi merupakan suatu sumber penelitian

yang aktif dan berkembang yang menyebardi seluruh dunia (Hutabarat dan

Evans,1985). Menurut Hartono (2007),Oseanografi merupakan ilmu yang

mempelajari tentang laut atau samudra. Dalam oseanografi dipelajari keadaan

fisik air laut seperti gelombang, arus dan pasang surut. Samudra merupakan

bentangan air asin yang menutupi cekungan yang sangat luas, dan laut merupakan

bagian dari samudra, wilayah bumi yang tertutup air sekitar 70%, di belahan bumi

utara 60% terdiri atas air permukaan dan 40% air daratan sedangkan pada bumi

bagian selatan 83% air permukaan dan 17% air daratan., Ekosistem lautan

merupakan sistem akuatik terbesar yang ada di bumi . ukuran dan kerumitanya

menyulitkan peneliti dalam menyelidikinya secara utuh sebagai satu kesatuan .

Akibatnya , dirasa lebih mudah jika membaginya menjadi sub-bagian yang lebih

dapat dikelola, selanjutnya masing masing dapat di bicarakan berdasarkan prinsip

prinsip ekologi yang menentukan kemampuan adaptasi organisasi dari suatu

komunitas , sub bagian lautan terbuka terdiri dari perairan laut kearah vertikal dan

horizontal, seluruh wilayah perairan laut terbuka disebut kawasan pelagik yang

memiliki perbedaan dengan zona bentik (dasar). Laut seperti halnya daratan yang

1
dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.

Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut

sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik

perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi

juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto,

2001).

Indonesia merupakan sebuah negara yang dikelilingi oleh lautan. sebagian

besar aktifitas dari manusianya berada di laut,seperti pelayaran transportasi laut

ataupun aktifitas penangkapan ikan . merupakan bagian penting bagi masyarakat

Indonesia, segala aktifitas yang berkaitan dengan kelautan tentu sangat sensitif

terhadap setiap perubahan yang terjadi di laut. Gelombang laut merupakan

fenomena alam yang sangat mempengaruhi efisiensi dan keselamatan bagi

kegiatan kelautan, sehingga informasi terhadap variasi dan karakteristik

gelombang laut tentu sangat diperlukan. Secara klimatologis wilayah Indonesia

dipengaruhi oleh angin musim barat dan timur, dinamika ini akan berpengaruh

secara langsung terhadap dinamika yang terjadi di perairan Indonesia.

menjelaskan bahwa kondisi muson wilayah perairan Indonesia merupakan

interaksi reguler dari laut dan atmosfer local (Kurniawan,2011)

2
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum oseanographi ini adalah untuk mengetahui cara

pengukuran parameter-parameter fisika dan kimia lautan yaitu Arus, Kecerahan,

Suhu, Pasang Surut, Salinitas, pH dan DO di suatu perairan secara baik dan benar.

Kegunaan praktik ini agar mahasiswa mengetahui cara pengambilan data

secara langsung di lapangan dan mengetahui kondisi fisik perairan sekaligus

menambah wawasan praktikan.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut

      Perairan Laut adalah wilayah permukaan bumi yang tertutup oleh air asin.

Perairan laut dari pantai sampai ke dasar laut. Ilmu yang mempelajari tentang

keadaan lautan disebut oseanografi. Luas laut dibandingkan dengan daratan adalah

7 : 3 (Rahmat kusnadi, 2012).

      Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang

menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Laut merupakan air

yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung

garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke

laut.

Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material

lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan

partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5%

air murni.

2.2 Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter kimia yang mencirikan massa air

dilautan. Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahan

yang terkandung dalam suatu benda dimana bahan utamanya adalah sinar

matahari. Pada umumnya perairan yang banyak menerima bahan dari matahari

adalah daerah yang terletak pada lintang rendah dan akan semakin berkurang bila

letaknya semakin mendekati kutub (Weyl dalam Inaku, 2011).Pada lapisan

4
permukaan penyebaran suhu ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya ialah

jumlah bahan yang diterima oleh masing-masing tempat, arus-arus lautan yang

membawa bahan dari khatulistiwa ke arah kutub-kutub serta pengaruh

meteorologi seperti angin, penguapan, hujan dan lain-lain. Di daerah tropis

terdapat amplitude suhu permukaan yang sangat kecil. Oleh karena itu, perubahan

pada penyebaran suhu vertikal juga kecil, hanya di daerah-daerah upwelling dapat

ditemukan perbedaan yang cukup berarti (Illahude dalam Inaku, 2011).

2.3 Salinitas

Salinitas adalah kadar keseluruhan ion-ion yang terlarut dalam air.

Komposisi ion-ion air laut dapat dikatakan mantap bila didominasi oleh ion-ion

tertentu seperti chlorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, magnesium, natrium dan

kalsium (Boyd, 1982). Salinitas berpengaruh terhadap osmotik air. Makin tinggi

salinitas air itu akan semakin besar tekanan osmotiknya.

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi

proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme

antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang

dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya sintasan (Andrianto, 2005).

Salinitas adalah konsentrasi total ion-ion terlarut di dalam air yang

dinyatakan dalam satuan permil (‰) atau ppt (part per thousand) atau gram/liter.

Terdapat 7 ion yang sangat berpengaruh dalam menentukan salinitas perairan

yaitu Na, K, Mg, Ca, Cl, Sulfat dan Karbonat (Boyd, 1982).

5
2.4 pH

Derajat keasaman merupakan gambaran aktifitas ion hidrogen dalam suatu

perairan. Secara umum nilai pH menggambarkaan seberapa besar tingkat

keasaman atau kebasaan suatu perairan (Effendie dalam Silalahi, 2009).

Organisme perairan dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

optimal dengan kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Kondisi

perairan yang sangat asam ataupun sangat basa akan membahayakan kehidupan

organisme perairan karena dapat menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam

berat yang bersifat toksik (Barusdalam Silalahi, 2009). Menurut Stone dan

Thomforde, (1977) mengatakan bahwa pH air merupakan ukuran asam dan basa

di suatu perairan dengan nilai dasarnya itu adalah pada skala 0 sampai 14, dengan

nilai 7 berarti netral.Menurut Rukminasari dkk, (2014) tinggi rendahnya pH

dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2 diperairan.

2.5 DO

DO merupakan banyaknya oksigen yang terlarut dalam perairan, ikan

membutuhkan oksigen yang digunakan untuk bernafas dan proses metabolisme.

Oksigen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan

perkembangan ikan, sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari hasil

fotosintesis tumbuhan berklorofil dan juga berasal dari hasil difusi dari udara,

difusi terjadi karena adanya gerakan air dimana jumlah oksigen di udara yang

jumlanya lebih banyak akan terdorong keperairan yang jumlah oksigenya lebih

sedikit, keberadaan oksigen dalam badan air dipengaruhi oleh suhu, pergerakan

6
air, luas daerah perairan yang terbuka dan prosentase oksigen disekeliling

(mahyuddin,2010).

Menurut Kangkan (2006), Pada kadar oksigen terlarut kurang dari 03, Hanya

sedikit makluk hidup yang bertahan, pada 0.3 – 1.0 Akan menyebabkan kematian

pada ikan jika berlangsung lama, 1.0 – 5.0 Ikan akan hidup pada kisaran ini tetapi

pertumbuhannya akan lambat, bila berlangsung lama dan pada kandungan DO

lebih dari 5.0 merupakan daerah yang cocok untuk ikan atau organisme lain.

2.6 Pasang Surut

Pasang surut merupakan pergerakan naik turunnya suatu permukaan air laut

secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi antara gaya gravitasi dan gaya

tarik benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh

benda-benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya yang sangat jauh

dan ukurannya yang lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang

surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai

dan topografi dasar perairan (Musrifin, 2011).

Pasang surut adalah perubahan permukaan laut yang terjadi secara berulang

dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu

rotasi bumi yang berputar pada porosnya,peredaran bulan mengelilingi bumi dan

peredaran bulan mengelilingi matahari (Civilinaction dalam pangestu, 2013).

Pariwono (1989) mengemukakan pasang surut pada umumnya dikaitkan dengan

proses naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang ditimbulkan oleh

adanya daya tarik benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan terhadap

massa air di bumi. Walaupun massa bulan jauh lebih kecil dari matahari, tetapi

7
karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan

terhadap bumi jauh lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari

(Triatmodjo dalam Wirawan, 2014).

2.7 Arus

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang sering terjadi pada seluruh

lautan. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai.

Arus juga dapat terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang

sangat lama, dapat juga disebabkan oleh ombak yang membentur pantai secara

miring. Dapat pula disebabkan oleh gelombang yang terbentuk dari gelombang

yang datang menuju garis pantai. Dengan demikian akan terjadi dua sistem arus

yang mendominasi pergerakan air laut yaitu arus meretas pantai dan arus sejajar

pantai atau arus susur pantai. Arus dapat membawa sedimen yang mengapung

maupun yang terdapat di dasar laut. Begitu pula dengan arus susur pantai dan arus

meretas pantai keduanya merupakan arus yang berperan dalam transport sedimen

di sepanjang pantai serta pembentukan berbagai sedimen yang terdapat di pantai

(Loupatty, 2013).

2.8 Kecerahan

         Kecerahan adalah ukuran transparansi suatu perairan atau kedalaman

perairan yang dapat ditembus cahaya matahari. Nilai kecarahan suatu perairan

merupakan suatu petunjuk dalam menentukan baik buruknya mutu suatu perairan

karena kecerahan dapat mempengaruhi daya penetrasi cahaya matahari.

Kecerahan yang rendah menandakan banyaknya partikel-partikel yang melayang

8
dan larut dalam air sehingga menghalangi cahaya matahari yang menembus

perairn (Harahasp, 2000).

Menurut Kordi dan Tancung (2005), kecerahan adalah sebagian cahaya yang

diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang

gelombang di daerah spektrum yang terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar

satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air.

9
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

       Praktikum pengantar oseanografi ini di laksanakan pada hari Sabtu dan

Minggu, tanggal 27-28 April 2019, di PPI Donggala, Kelurahan Labuan Bajo,

Kec. Banawa, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah.

3.2  Alat

       Alat yang di pakai pada praktikum pengantar oseanografi dan

kegunaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Peralatan yang digunakan pada pengukuran parameter oseanografi

No. Alat Kegunaan

1. Alat tulis Mencatat hasil data yang didapat.

2. Secchi disck Mengukur kecerahan air laut.

3. Thermometer Mengukur suhu air laut.

4. pH Meter Mengukur keasaman air laut.

5. Alat Arus Mengukur arus air laut.

6. Refraktometer Mengukur salinitas air laut.

7. Papan pasut Mengukur pasang tertinggi dan surut terendah.

8. DO Meter Mengukur Oksigen Terlarut air laut..

9. Kamera Mengambil dokumentasi.

10. Stopwatch Mengukur kecepatan arus.

10
Bahan yang digunakan dalam praktek lapang pengantar oseonografi adalah

tissue, air laut, aquades yang berfungsi sebagai bahan untuk membilas alat dan air

sampel yang digunakan untuk mengukur.

3.3  Prosedur Kerja

3.3.1 Suhu

Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar

oseanografi mengenai pengukuran suhu yaitu:

1. Meletakkan thermometer di dalam perairan laut.

2. Menunggu selama 3 menit sampai thermometer menujukan suhu pada

perairan tersebut.

3. Mencatat hasil yang telah di tunjukan oleh thermometer.

3.3.2 Salinitas

Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar

oseanografi mengenai pengukuran salinitas air laut yaitu:

1. Mempersiapkan Refraktometer, tissu dan aquades.

2. Mengkalibrasi refraktometer dengan meneteskan aquades sebanyak 1-2 tetes

pada kaca prisma, selanjutnya menutup prisma secara perlahan dengan

memastikan aquades menutupi keseluruhan prisma, kemudian membaca dan

memastikan garis batas biru menunjukan skala 0 (nol), bila alat tidak

menunjukan skala 0 maka dilakukan pemutaran sekrup pengaturan skala

hingga batas biru tepat pada skala 0. Setelah mengkalibrasi dengan benar alat

di bersihkan dengan tissue untuk digunakan.

11
3. Meletakan 1- 2 tetes air laut pada prisma, selanjutnya menutup prisma secara

perlahan dengan memastikan air laut menutupi keseluruhan prisma, kemudian

membaca garis batas biru menunjuk nilai salinitas.

4. Mencatat nilai hasil pengukuran.

Membersihkan kembali refraktormeter dengan menggunakan aquades.

3.3.3 pH Meter

Prosedur kerja praktek lapang pengantar oseonografi mengenai pengukuran

pH adalah:

1. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH Meter.

2. Mencelupkan ujung pH meter tersebut dalam air laut

3. Pada saat di celupkan ke dalam air laut skala angka akan bergerak acak.

4. Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah

5. Hasil akan terlihat di display digital.

3.3.4 Oksigen Terlarut

Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar

oseanografi mengenai pengukuran Oksigen Terlarut di air laut adalah:

1. Nyalakan DO Meter lakukan kalibrasi.

2. Mencelupkan ujung probe DO Meter.

3. Setelah beberapa saat mencelupkan hingga angka di layar DO tidak berubah,

angkat probe dan bilas menggunakan aquades.

4. Catat nilai DO yang tertera.

12
3.3.5 Pasang Surut

Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar

oseanografi mengenai pengukuran pasang surut air laut adalah:

1. Memasang patok pasang surut di dalam laut yang di pasangkan meter kain

dengan ukuran 100 m.

2. Melihat patok pasang surut air laut setiap jam.

3. Mengukur hasil yang didapat dari pengukuran pasang surut tersebut dan

Mencatat hasil pengamatan yang telah dilakukan dari pengukuran pasang

surut tersebut.

3.3.6 Arus

Prosedur kerja praktek lapang pengantar oseonografi mengenai pengukuran

arus adalah:

1. Siapkan botol, tali dan stopwatch.

2. Ikat tali di bagian leher tutup botol, masukan air ke dalam botol kira-kira ¼

bagian.

3. Letakan botol di permukaan air dan ketika melepaskan botol maka bersamaan

itu pula stopwatch dijalankan.

4. Saat tali sudah renggang ( karena botol terbawa arus ) hentikan stopwatch..

5. Mencatat hasil yang telah didapatkan.

6. Lakukan setiap jam selama 24 jam.

13
3.3.7 Kecerahan

Prosedur kerja praktek lapang pengantar oseonografi mengenai pengukuran

kecerahan adalah:

1. Menyediakan sechidisk yang telah dipasangi tali.

2. Membawa sechidisk tersebut ketengah laut.

3. Menenggelamkan sechidisk sampai tidak terlihat, kemudian melihat sampai

kedalaman berapa sechidisk tersebut tidak lagi terlihat.

Memberi tanda pada tali tersebut, lalu diukur maka itulah kecerahan perairan

tersebut.

14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek

Berdasarkan praktek lapang inilah gambaran umum peta lokasi praktek :

Gambar 1. Peta lokasi PPI Donggala

Praktek lapang ini dilaksanakan di PPI Donggala, Kelurahan Labuan

Bajo, Kec. Banawa, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah. Yang terletak di Lintang

0O39’47.5”LS dan bujur 119O44’31.0”BT.

15
4.2 Suhu

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari suhu dapat dilihat

pada grafik di bawah ini:

SUHU SUHU

32
31 31 31
30 30 30 30 30 30
29 29 29 29 29 29 29 29
28 28 28 28 28 28 28 28 28
27 27 27
26
25
0

0
0

00

00

00

00

00

0
:0

:0

:0

:0

:0

:0

:0
1:

3:

5:

7:

9:
17

19

21

23

11

13

15
Gambar 2. Grafik Suhu di PPI Donggala

 Kisaran suhu tidak tetap atau bervariasi dalam waktu yang satu ke waktu

yang berikutnya, Dari grafik di atas dapat disimpulkan suhu yang tertinggi yaitu

pada pukul 11:00 dan 12:00 yaitu 31oC dan yang terendah pada pukul 20:00 dan

pukul 04:00 yaitu 27 oC. Suhu tertinggi disebabkan karena penyinaran sinar

matahari yang menyinari seluruh permukaan air laut sedangkan suhu terendah

disebabkan oleh kondisi cuaca. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardjo dan

Sanusi dalam Idris, (2009) menyatakan bahwa suhu air laut terutama pada lapisan

permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intensitasnya berubah-ubah

setiap waktu. Sementara menurut Sidjabat dalam Patty (2013) Sebaran suhu air

16
laut disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain radiasi sinar

matahari, letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut, angin dan

musim. Suhu yang terdapat diperairan PPI Donggala ini termasuk dalam kondisi

yang cukup baik, sehingga biota dan berbagai macam organisme lainnya dapat

hidup diperairan ini.

4.3 Salinitas

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari sanilitas dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

SANILITAS
39
38 38
37 37 37 37 37
36 36 36 36 36 36
35 35 35
34 34 34 34 34 34 34 34
33 33 33 33 33
32 32
31
30
29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
:0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0 :0
1 7 1 8 1 9 2 0 21 22 23 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 3 1 4 1 5 1 6

Gambar 3. Grafik sanilitas di PPI Donggala

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan Salinitas tertinggi yaitu

38 ppt pada pukul 17:00 dan salinitas yang terendah pada pukul 13:00 yaitu 32

ppt. Salinitas tertinggi diakibatkan karena pengaruh yang disebabkan oleh

berbagai macam faktor misalnya pola sirkulasi air, penguapan dan curah hujan.

17
Menurut Defant dalam Mamayev (1975), bahwa salinitas air laut lebih kecil

dibandingkan dengan kadar garam sebenarnya yang ada di air laut. Salinitas di

perairan PPI Donggala berkisar antara 32-38 ppt. Salinitas yang berada pada

termasuk dalam kategori yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Romimohtarto dan Thayib dalam Souhoka (2013) mengemukakan bahwa daerah

pesisir memiliki salinitas berkisar antara 32-34 ppt, dan pada laut terbuka

salinitas berkisar antara 33-37 ppt dengan rata-rata 35 ppt.

4.4 Ph

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Ph dapat dilihat

pada grafik di bawah ini:

P
PH H
10
9 8.8 8.7
8.4 8.3 8.4 8.7 8.4
8 7.8 7.5 7.7 7.9 8 7.9 7.7 7.87.8
7.3 7.4 7.3 7.5 7.1 7.2 7.7
7 7
6
5
4
3
2
1
0
0

00

00

0
0

00

00

00

0
:0

:0

:0
:0

:0

:0

:0
5:

7:
1:

3:

9:
17

23

15
19

21

11

13

Gambar 4. Grafik pH di PPI Donggala

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pH tertinggi yaitu 8,8

pada pukul 17:00 dan pH yang terendah pada pukul 11:00 yaitu 7. Banerjea

18
dalam Lamury (1990) mengkatagorikan tingkat kesuburan perairan berdasarkan

kisaran pH yaitu: 1) pH 5,5 – 6,5, tidak produktif, 2) pH 6,5 – 7,5 produktif dan 3)

pH 7,5 – 8,5 sangat produktif. Boyd (1979) mengemukakan bahawa kisaran pH

yang sesuai untuk kehidupan organisme perairan adalah 6,5 – 9. Menurut PP No.

82 tahun 2001, dalam kritera baku mutu air kelas III adalah 6 - 9. Jadi dapat di

simpulkan bahwa tinggat kesuburan perairan di PPI Donggala sangat produktif.

4.5 Oksigen terlarut

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari oksigen terlarut

dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

DO
DO METER METER
9
8 7.7 7.4
7.4 7.3 7.6 7.7 7.7 7.6
7 7.1
6.5 6.5 6.5 6.5 6.6 6.8 6.4 6.3
6.8 6.8 6.6
6 5.7 6 5.8 5.8
5
4
3
2
1
0

Gambar 5. Grafik oksigen terlarut di PPI Donggala

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan Oksigen terlarut tertinggi yaitu 7,7

pada pukul 15:00 dan 16:00 dan yang terendah pada pukul 21:00 yaitu 5,7.

Kisaran oksigen terlarut tidak tetap atau bervariasi dalam waktu yang satu ke

19
waktu yang berikutnya, Menurut Kangkan (2006), Pada kadar oksigen terlarut

kurang dari 03, Hanya sedikit makluk hidup yang bertahan, pada 0.3 – 1.0 Akan

menyebabkan kematian pada ikan jika berlangsung lama, 1.0 – 5.0 Ikan akan

hidup pada kisaran ini tetapi pertumbuhannya akan lambat, bila berlangsung lama

dan pada kandungan DO lebih dari 5.0 merupakan daerah yang cocok untuk ikan

atau organisme lain. Jadi dapat di simpulkan dari data di atas kisaran 5,7 – 7,7

Oksigen terlarut yang terdapat diperairan PPI Donggala ini termasuk dalam daerah

yang cukup baik untuk ikan, biota dan berbagai macam organisme lainnya dapat

hidup diperairan ini.

4.6 Pasang surut

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggalla maka di dapatkan hasil grafik dari pasang surut dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

PASU
PASUT T
60
56 55 54
50 51
45
40 41
37
34
30 28 28
26
20 19 20 19
14 15
10 9 11 12 10 12 9 8 10

0
00 :0
0
:0
0
:0
0 00 00 00 00 00 :0
0
:0
0
:0
0
1 7: 19 21 23 1: 3: 5: 7: 9: 11 13 15

Gambar 6. Grafik Pasang Surut di PPI Donggala

20
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan Pasang surut tertinggi yaitu 56

cm pada pukul 10:00 dan yang terendah pada pukul 03:00 yaitu 8. Pasang-surut

laut dapat didefinisikan sebagai gelombang yang dibangkitkan oleh adanya

interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang

tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut surut/pasang rendah (Low

Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut

rentang pasang-surut atau tunggang pasut (tidal range) yang bisa mencapai

beberapa meter hingga puluhan meter. Periode pasang-surut adalah waktu antara

puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.

Harga periode pasangsurut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50

menit (SETIAWAN,2006).

4.7 Arus

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Arus dapat dilihat

pada grafik di bawah ini:

ARUS
18
17
16 16
14
12
10 9.3
9.2
8 7.6
7
6 6.1
4.5 5
4 4 4 4
2.5 2.3 2.3 3.2
2 2 2 1.7 1 1
1 1 1
0
0

00

00

00

0
00

00
:0

:0

:0

:0

:0
:0

:0

1:

5:

9:
3:

7:
17

21

11

13

15
19

23

Gambar 7. Grafik Arus di PPI Donggala

21
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan Arus tertinggi yaitu 17 m pada

pukul 03:00 dan yang terendah pada pukul 17:00, 06:00, 12:00, 15:00, 16:00 yaitu

1 m. Diketahui bahwa arus adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu

tempat ke tempat lain dan salah satu faktor penyebabnya adalah tiupan angin

(massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin). 

Terdapat dua gaya yang berperan dalam arus yaitu: gaya primer dan gaya

sekunder. Gaya primer berperan dalam menggerakkan arus dan menentukan

kecepatannya. Gaya primer ini terdiri dari gravitasi, gesekan angin (wind stress),

gaya dorong ke atas dan ke bawah (bouyancy), serta tekanan atmosfir. Gaya

sekunder mempengaruhi arah gerakan dan kondisi aliran arus. Gaya sekunder

meliputi gaya Coriolis dan gesekan lapisan air laut itu sendiri (Pond and Pickard,

1983) Selanjutnya, Herunadi (1998) menyebutkan fungsi arus dalam perairan

diantaranya ialah: untuk keperluan perencanaan analisis dampak lingkungan di

suatu perairan yang membutuhkan data tentang pola arus; untuk perencanaan

struktur pantai atau pelabuhan agar proses pengerjaannya efisien dan efektif serta

menghasilkan daya tahan yang tinggi, untuk studi rute pelayaran, untuk keperluan

wisata laut, serta menjelaskan proses sedimentasi, erosi pantai, sebaran organisme

dan pola penyebaran limbah pencemar.

22
4.8 Kecerahan

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari kecerahan dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

KECERAHAN KECERAHA
N
14
13
12 12
10
9
8 8 8
7
6 6
4
2
0
0 0 0 0 00 00 00 00 00 0 0 0
:0 :0 :0 :0 1: 3: 5: 7: 9: :0 :0 :0
17 19 21 23 11 13 15

Gambar 8. Grafik Kecerahan di PPI Donggala

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di mulai pukul 10:00 – 16:00

Kecerahan tertinggi yaitu 13 m pada pukul 12:00 dan yang terendah pada pukul

16:00 yaitu 6 m. Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh tingkat kecerahan 100

% karena cahaya matahari sampai di dasar perairan.

APHA (1992) menyatakan bahwa nilai kecerahan yang diungkapkan dalam

satuan meter sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan partikel tersuspensi, partikel

koloid, kekeruhan, warna perairan, jasad renik, detritus, plankton, keadaan cuaca,

waktu pengukuran dan ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

23
4.9 Hubungan antara Parameter

4.9.1 Hubungan Suhu dan Oksigen terlarut

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Hubungan Suhu dan

Oksigen terlarut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

DO METER
SUHU - DO METER SUHU
45
40 7.4 6.6 7.6 7.7 7.6
35 6.5 6.5 6.5 6.5 5.7 6 6.6 6.8 5.8 6.4 6.3 7.4 7.3 6.8 6.8 7.1 7.7 7.7
5.8
30 30 30 30 29 29 31 31 30 30 29
28 29 27 28 29 28 28 28 29 27 28 29 28 28
25
20
15
10
5
0

Gambar 9. Grafik hubungan Suhu dan Oksigen terlarut di PPI Donggala.

Dari grafik di atas hasil pengukuran yang telah dilakukan hubungan suhu –

do meter Faktor-faktor yang mengendalikan gas-gas terlarut termasuk oksigen

dalam laut ialah suhu. RAYMONT (1963) dan HOOD (1974) menyatakan bahwa

banyaknya oksigen yang dapat terlarut ditentukan oleh faktor utama yaitu suhu.

Oksigen mudah terlarut pada 28°C sekitar 5,7 ppt. Sedangkan jika suhu naik 30°C

akan terjadi kejenuhan oksigen sekitar 7,7 ppt. jadi suhu dan oksigen terlarut

mempunyai keterkaitan ketika suhu naik maka oksigen terlarutpun ikut naik

begitupun jika suhu menurun oksigen terlarutpun menurun.

24
4.9.2 Hubungan Suhu dan Sanilitas

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Hubungan Suhu dan

Sanilitas dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

SANILITAS
SUHU - SANILITAS SUHU
80
70 38
37
33 37 36
36 37 36 34
34
36 36 37 35 33 34 34 33 33 32 35 34 34
60 34
50
40
30 30 28 29 30 28 29 30 29 29 31 31 30 28 30 29
27 28 29 28 28 27 28 29 28
20
10
0

Gambar 10. Grafik hubungan Suhu dan Sanilitas di PPI Donggala.

Dari grafik di atas hasil pengukuran yang telah dilakukan hubungan suhu –

Sanilitas, suhu juga dapat mempengaruhi banyaknya sanilitas . Pada salinitas 38

ppt dengan suhu 30°C, sedangkan pada salinitas 33 ppt dengan suhu 29°C.

Salinitas tertinggi diakibatkan karena pengaruh yang disebabkan oleh

berbagai macam faktor misalnya pola sirkulasi air, penguapan dan curah hujan.

Menurut Defant dalam Mamayev (1975), bahwa salinitas air laut lebih kecil

dibandingkan dengan kadar garam sebenarnya yang ada di air laut. Salinitas di

perairan PPI Donggala berkisar antara 32-38 ppt. Salinitas yang berada pada

perairan PPI Donggala termasuk dalam kategori yang cukup baik. Hal ini sesuai

25
dengan pernyataan Romimohtarto dan Thayib dalam Souhoka (2013)

mengemukakan bahwa daerah pesisir memiliki salinitas berkisar antara 32-34

ppt, dan pada laut terbuka salinitas berkisar antara 33-37 ppt dengan rata-rata 35

ppt.

4.9.3 Hubungan Sanilitas dan Oksigen terlarut

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Hubungan Sanilitas

dan Oksign terlarut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

DO METER
SANILITAS - DO METER SANILITAS
50
45 6.5 6.5 6.5 5.7 6 6.6 6.8 7.4 7.3 6.8
6.3 7.7 7.7 7.6
40 38 6.5 5.8 6.4 5.8 6.8 7.1 7.7 7.4 6.6 7.6
35 37 37 36 36 37 36 36 36 37 35 33 34 34 33 33 35 34 34
33 34 34 34 32
30
25
20
15
10
5
0
18 0
19 0
20 0
21 0
22 0
23 0
0
00
00
00
00
00
00
00
00
00

10 0
11 0
12 0
13 0
14 0
15 0
16 0
0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0

:0
:0
:0
:0
:0
:0
:0
0
0:
1:
2:
3:
4:
5:
6:
7:
8:
9:
17

Gambar 11. Grafik hubungan Sanilitas dan Oksigen terlarut di PPI Donggala

Dari grafik di atas hasil pengukuran yang telah dilakukan hubungan

Sanilitas dan Oksigen terlarut, Salinitas juga dapat mempengaruhi banyaknya

oksigen yang terlarut. Beberapa variasi kejenuhan oksigen dengan salinitas. Pada

salinitas 38 ppt dengan suhu 30°C, sedangkan pada salinitas 32 ppt dengan suhu

28°C. Penurunan kadar oksigen yang disebabkan oleh kenaikan salinitas mungkin

26
tidak begitu serius, tetapi sangat sensitif pada bentuk kehidupan yang ekstrim

terhadap turun-naiknya konsentrasi oksigen, terutama pada daerah pasang-surut

(MOORE 1958, MUNK 1974). Perubahan salinitas lebih kecil pengaruhnya bila

dibandingkan dengan pengaruh suhu terhadap kadar oksigen di laut.

4.9.4 Hubungan Arus dan Suhu

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Hubungan arus dan

suhu dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

SUHU
ARUS - SUHU ARUS
50
45 29
28
40
28 28 30 29
35 28 30 29 31 31 30
30 30 28 29 29 27 28
27 29 28 28 30 29
25
20
15 16 17
10 9.2 9.3
6.1 7 7.6
5 4 2.5 2.3 4.5 3.2 4 4 5
2.3 1 2 2 1 1.7 1 1
0 1

Gambar 12. Grafik hubungan Arus dan Suhu di PPI Donggala

Dari grafik di atas hasil pengukuran yang telah dilakukan hubungan Arus

dan Suhu, Arus tertinggi yaitu 17 m pada pukul 03:00 dan yang terendah pada

pukul 06:00 yaitu 1 m., Suhu tertinggi yaitu tertinggi yaitu 31oC pada pukul 11:00

yang terendah 27 oC pada pukul 04:00. Pada lapisan permukaan penyebaran suhu

ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya ialah jumlah bahan yang diterima oleh

27
masing-masing tempat, arus-arus lautan yang membawa bahan dari khatulistiwa

ke arah kutub-kutub serta pengaruh meteorologi seperti angin, penguapan, hujan

dan lain-lain. Di daerah tropis terdapat amplitude suhu permukaan yang sangat

kecil. Oleh karena itu, perubahan pada penyebaran suhu vertikal juga kecil, hanya

di daerah-daerah upwelling dapat ditemukan perbedaan yang cukup berarti

(Illahude dalam Inaku, 2011). Arus akan membantu proses percampuran kolom

air sehingga kadar oksigen yang konstan dapat dipertahankan (PIERSON 1974.

MUNK 1974).

4.9.5 Hubungan Arus dan Oksigen Terlarut

Berdasarkan praktek lapang mata kuliah pengantar oseonografi yang telah

dilakukan di PPI Donggala maka di dapatkan hasil grafik dari Hubungan arus dan

Oksigen Terlarut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

DO
METER
ARUS - DO ARUS
25
6.4 6.3
20

6.8 17
16 7.7
15 5.7
6.6 5.8 7.6
10 6.5 5.8 7.4 6.8 7.1
6.5 6.5 9.2 6 9.3 7.4 7.7 7.7 7.6
6.5 7.3 6.8 7.6 6.6
6.1 7
5 4.5 5
4 3.2 4 4
2.5 2.3 2.3 2 2 1.7 1 1
1 1 1
0
00 :0
0
:0
0
:0
0 00 00 00 00 00 :0
0
:0
0
:0
0
1 7: 1 9 2 1 2 3 1: 3: 5: 7: 9: 1 1 1 3 1 5

Gambar 13. Grafik hubungan Arus dan Oksigen terlarut di PPI Donggala.

28
Dari grafik di atas hasil pengukuran yang telah dilakukan hubungan Arus

dan Oksigen terlarut, Arus tertinggi yaitu 17 m pada pukul 03:00 dan yang

terendah pada pukul 17:00, 06:00, 12:00, 15:00, 16:00 yaitu 1 m. Kisaran oksigen

terlarut yaitu 8-56 cm, Oksigen terlarut tertinggi yaitu 7,7 pada pukul 15:00 dan

16:00 dan yang terendah pada pukul 21:00 yaitu 5,7. Arus. juga berperan dalam

mengendalikan distribusi oksigen dalam laut. arus akan membantu proses

percampuran kolom air sehingga kadar oksigen yang konstan dapat dipertahankan

(PIERSON 1974. MUNK 1974).

Gelombang, disamping menguntung-kan dalam membantu proses

oksigenasi air, juga dapat merugikan yaitu dengan mengurangi penetrasi cahaya

matahari kedalam laut, sehingga dapat merintangi proses fotosintesa yang dapat

mengakibatkan turunnya kadar oksigen.

Disamping faktor tersebut di atas, ada satu lagi faktor ekologi abiotik yang

penting yaitu diffusi pusaran. Diketahui bahwa diffusi oksigen ke dalam air sangat

lambat, maka bisa dipercepat dengan adanya diffusi pusaran. Diffusi pusaran

dimungkinkan karena adanya kecepatan arus yang berbeda, arus yang menabrak

rintangan di bawah permukaan laut. gerak gelombang dan arus konveksi (REID

1974). Pusaran ini terbentuknya secara acak, mengarah kesemua jurusan dan me-

mungkinkan dipindahnya oksigen dari satu lapisan kelapisan lain.

29
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan hasil praktikum mengenai parameter oseanografi di PPI

Donggala, Kelurahan Labuan Bajo, Kec. Banawa, Kab. Donggala, Sulawesi

Tengah. hari Sabtu dan Minggu, tanggal 27-28 April 2019, dapat disimpulkan di

bahwa ini:

1. Pasang surut di ppi donggala, Pasang tertinggi yaitu 56 cm pada pukul 10:00

dan yang surut terendah pada pukul 03:00 yaitu 8 cm.

2. Tingkat kecerahanyaitu 100% karena cahaya matahari sampai didasar perairan.

3. Kisaran suhu perairan laut selama praktikum yaitu antara 27 - 31°C. penyebab

utamanya adalah proses insolation. 

4. Kisaran pH perairan laut selama praktikum yaitu 7 – 8,8 Jadi dapat di

simpulkan bahwa tinggat kesuburan perairan di PPI Donggala sangat produktif.

5. Arus tertinggi 17 m.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan ketersediaan alat yang di butuhkan

agart tidak saling merebut untuk menggunakan dan dapat berjalan dengan lancar,

data yang dihasilkan dapat terjamin kevalidannya. 

30
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler, (1982), Water Quality Management in Pond

Fish Culture, Auburn University, Auburn.

Daruwedho, H, Sasmito B dan Fauzi Janu A. 2016. Analisis Pola Arus Laut

Permukaan Periran Indonesia Dengan Menggunakan Satelit Altimetri

Jason-2 Tahun 2010-2014. Jurnal Geodesi Undip. Vol. 5, No. 2.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Fauzi, T. R.2015.Efektifitas berbagai sumber karbon dalam fermentasi probiotik

pada budidaya udang vaname L.Vannamei.

Hartono. 2007. Jelajah Bumi dan Alam Semesta .Bandung : Citra Praya.

Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta :

Universitas Indonesia.

HOOD, D.W. 1974. Chemical Cycles in the Sea. In: Oceanography : the Last

Frontier (R.C. Vetter. ed.). Voice of Amerika. Washington :47 -60.

Kangkan ,Alexander Leonidas Kangkan.2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk

Pengembangan Budidaya Laut

Kurniawan.Roni, M. Najib Habibie, Suratno.2011. Variasi Bulanan Gelombang

Laut Di Indonesia. Jurnal Meteorologi Dan Geofisikavolume 12 Nomor 3 -

Desember 2011: 221 – 232.

Mahyuddin, kholis.2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta:Penebar

Swadaya.

31
MUNK, W. 1974 Tides. In : Oceanography : the Lost Frontier(R.C. Vetter, ed.).

Voice of America, Washington : 199 - 207.

RAYMONT. J.E.G. 1963. Plankton and Pro-ductivity in the Oceans. Pergamon

Press. Oxford : 660 p.

Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut . Jakarta

: Djambatan.

Tanto, T. A, dkk 2017. Karakteristik Arus Laut Perairan Teluk Benoa - Bali.

Jurnal Ilmiah Geomatika. Vol. 23, No.1 : 37-48.

Siswanto, A. D dan Nugraha W. D. 2014. Studi Parametar Oseonografi Di

Perairan Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan. Vol 7, No. 1.

Surinati, D. 2007. Pasang Surut Dan Energinya. Jurnal Oseana. Vol. XXXII, No.

1. : 15-22

Surbakti, H. 2015. Penuntun Praktikum Oseonografi Fisika.

Syahrijanna, A dan Sahabuddin. 2014. Kajian kualitas air pada budidaya udang

vaname (L.vannamei) dengan sistem pergiliran pakan ditambak

intensif.Jurnal teknologi akuakultur:313-320.

32
LAMPIRAN

Pengukuran Suhu Pengukuran Sanilitas

Pengukuran Ph Pengukuran Arus

Pengukuran Pasut Pengukuran Kecerahan

33

Anda mungkin juga menyukai