FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Kekurangan
Uji ketahanan silang : untuk mengrtahui ada tidaknya ketahanan silang antara kedua induk
Uji interferensi : untuk mengetahui apakah diantara fungisida A dan B tidak terdapat reaksi
yang dapat menyebabkan hilangnya daya bunuh kedua pestisida tersebut, uji antar induk
juga dilakukan untuk mengetahui apakah tidak terdapat hubungan antar kedua induk yang
menyebabkan timbulnya ketahanan baru terhadap fungisida apabila ditumbuhkan bersama-
sama
3. Jelaskan secara singkat tahapan proses pembuatan asam asetat. Jelaskan pula
pengendalian proses yang harus dilakukan sehingga dapat diperoleh produk yang
berkualitas
Jawab
Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis. Proses kimiawi
produksi asam asetat yang
banyak dilakukan adalah oksidasi butana. Untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat
harus dilakukan melalui
proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol1,2)
. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalamkondisi aerobik. Salah satu spesies yang
banyak digunakan untuk
fermentasi asamasetat adalahAcetobacter aceti. Reaksi dasar fermentasi asamasetat adalah
seperti padaPersamaan
4. a. Apakah yang dimaksud dengan pengembangan galur dalam industri mikrobia ?
b. Sebutkan dan jelaskan secara singkat, tujuan dari pengembangan galur.
Jawab
a. pengembangan Galur adalah tanaman yang berasal dari hasil pemulihan yang telah
di seleksi dan di uji sifat unggulnya agar beni seragam dan stabil tetapi belum dilepas
sebagai varietas
Tujuan pegembagan galur yaitu untuk menghasilkan galur-galur yang homozigot
serta penampilan dan daya hasil Galur tersebut tetap baik seiring dengan
bertambahnya tingkat homozigositas yang biasa menurun.
b. Pengembangan galur untuk memperoleh mutan yang lebih unggul, yaitu :
Murni, terbebas dari segala jenis organisme kontaminan, dan fage
Dapat memproduksi sel vegetatif dan spora atau unit pro-pagasi lainnya
Dapat tumbuh dengan subur dan sesegera mungkin setelah inokulasi dilakukan, dengan
fase lag yang pendek
Menghasilkan produk tunggal dalam jumlah yang banyak, mudah dipanen, dan bebas dari
senyawa yang bersifat toksik
Jawab
a. Mutasi adalah perubahan fenotipe (phenotype) tiba-tiba yang terjadi tidak dengan cara
rekombinasi. Mutasi merupakan perubahan dalam kromosom yang diwariskan
kegenerasi-generasi penerusnya. Mutan merupakan hasil dari proses mutasi. Mutagen
adalah agen fisik atau kimia yang mengubah bahan genetik, biasanya DNA, dari suatu
organisme dan dengan demikian meningkatkan frekuensi mutasi di atas tingkat latar
belakang alami.
Jadi, mutasi didefinisikan sebagai mutasi materi genetik (DNA) yang dapat diwariskan
secara genetis pada keturunannya. Mutagen adalah agen yang menyebabkan mutasi.
Sedangkan Mutan adalah manusia yang mengalamai mutasi.
b. Jenis-jenis mutasi, antara lain :
➢ Berdasarkan tingkatannya :
1) Mutasi gen.
Mutasi gen (mutasi titik), terjadi karena perubahan struktur basa pada DNA. Akibatnya
terjadi perubahan kodon sehingga mengubah urutan asam amino pada polipeptida yang
terbentuk. Dengan demikian akan mengganggu proses metabolisme sel dan sifat sel. Ada
3 kemungkinan yg dapat terjadi yaitu mutase tanpa arti, mutasi salah arti dan mutasi
diam.
2) Mutasi kromosom
Mutasi kromosom (aberasi kromosom) adalah mutasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada jumlah dan struktur kromosom. Perubahan jumlah kromosom terbagi
menjadi dua, yaitu aneuploid dan euploid. Perubahan struktur kromosom, terdiri atas
delesi, duplikasi, inversi, dan translokasi.
➢ Berdasarkan tempat terjadinya :
1) Mutasi somatic
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik. Bila perubahan sel
somatik demikian besar maka sel-sela dapat mati. Kalaupun dapat bertahan hidup sel
akan memiliki kelainan atau tak berfungsi secara normal. Apabila mutasi sel somatik
tidak meliputi daerah yang luas atau vital, mutasi ini cenderung tidak berbahaya. Namun
sebaliknya, bila terjadi pada area yang cukup luas dan vital, mutasi ini dapat mematikan.
2) Mutasi gametis
Mutasi gametis adalah mutasi yang terjadi sel germinal (gonad), dan terjadi pada
mahkluk hidup bersel banyak. Karena mutasi ini terjadi di sel gamet, maka akan
diwariskan ke keturunannya. Bila mutasi bersifat dominan, akan terekspresi pada
keturunannya. Namun sebaliknya, bila bersifat resesif mutasi tidak akan terlihat.
➢ Berdasarkan sumbernya
1) Mutasi alami
Mutasi alami adalah mutasi yang terjadi secara alami, biasanya disebabkan oleh sinar
kosmos, bantuan radio aktif, dan sinar ultraviolet. Mutasi ini basanya disebabkan oleh
sebab yang tidak jelas dalam metabolism sehingga terjadi kekeliruan dalam sintesis
bahan genetik.
2) Mutasi buatan
Mutasi buatan sengaja dibuat oeh manusia umumnya untuk tujuan tertentu, misalnya
dibidang budidaya, bibit dan lain-lain. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara mutasi
alami dan buatan.
c. Mutan auksotrop adalah mutan biokimia yang tidak berkemampuan memproduksi enzim
yang terdapat dalam galur tetuanya sehingga memerlukan bahan pengganti untuk
pertumbuhannya.
Mutan auksotrop dapat diidentifikasi ketika suatu mutan kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan senyawa organik tertentu seperti asam amino, nukleotida, vitamin, dan
lain-lain yang sangat penting untuk pertumbuhan mereka. Mutasi bertanggung jawab atas
hilangnya kemampuan ini. Oleh karena itu, organisme ini tidak dapat menghasilkan
senyawa organik tertentu, tidak seperti prototrof atau strain tipe liar mereka. Oleh karena
itu, ketika menumbuhkan auksotrof dalam media kultur, perlu untuk memberikan zat
pertumbuhan spesifik di luar minimum yang diperlukan untuk metabolisme dan
reproduksi normal dibandingkan dengan galur tipe liar dari mereka.
Gambar 1. Bekasam
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekasam adalah wadah, pisau, talenan, panci
pengukus, dan baskom untuk merendam bahan baku.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bekaam adalah nasi, garam dan ikan
nila.
Proses pembuatan bekasam adalah sebagai berikut :
1) Ikan dikelompokan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegarannya agar dapat
diperoleh produk ikan bekasem yang seragam dan bermutu baik.
2) Penyiangan ikan, dilakukan dengan cara membersihkan sisik dan membuang insang
serta isi perut ikan. Selanjutnya ikan di cuci hingga bersih, dan sebaiknya pencucian ikan
dilakukan dalam air mengalir agar kotoran, darah, maupun lendir yang berasal dari satu
ikan tidak mengenai ikan lainnya. Sisik ikan dibersihkan dengan menggunakan pisau
atau sikat kawat, tetapi harus diperhatikan jangan sampai bagian kulit ikan rusak. Isi
perut ikan dikeluarkan dengan cara menyayat bagian bawah tubuhnya (ventral) mulai
dari anus kea rah depan. Sebaiknya sayatan yang dibuat jangan terlalu besar, agar daging
ikan tidak hancur. Cara lain untuk memberihkan isi perut ikan adalah dengan menarik isi
perut melalui insang, dengan cara insang ditarik secara perlahan-lahan hingga isi perut
ikan turut terbawa ke luar. Untuk ikan berukuran besar dan gemuk sebaiknya dilakukan
pembelahan tubuh disepanjang garis punggungnya. Pembelahan ini dimaksudkan agar
bumbu dapat meresap secara merata keseluruh tubuh ikan. Ikan berukuran sedang cukup
disiangi tanpa perlu dibelah. Sedangkan iakan-iakan berukuran kecil cukup dicuci
sampai bersih dari kemungkinan adanya lendir maupun kotoran yang melekat.
3) Penambahan garam, dengan cara menaburkan garam secara merata ke seluruh
permukaan tubuh ikan. Sebaiknya digunakan garam yang bermutu baik (garam dengan
kandungan NaCL lebih dari 90%). Penggunaan garam demikian sangat menguntungkan,
sebab penetrasinya ke dalam tubuh ikan dapat berlangsung dengan cepat dan merata.
Jumlah garam yang digunakan 20% dari berat total ikan.
4) Masukan ikan yang telah digarami ke dalam belanga atau toples (atau sejenisnya) yang
kedap air. Sebaiknya penyimpanan ikan dalam belanga atau sejenisnya diatur
sedemikian rupa agar tidak ada ikan yang hancur, terutama ikan yang terletak di bagian
dasar wadah. Untuk menghindari kerusakan ini, sebaiknya tinggi tumpukan ikan tidak
melebihi 50 cm. selanjutnya ke dalam wadah tersebut di tambahkan air masak hingga
semua ikan terendam. Tutuplah belanga atau sejenisnya dan biarkan selama dua hari dua
malam, agar terjadi proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan dan pengeluaran cairan
dari tubuh ikan.
5) Setelah 48 jam, seluruh tumpukan ikan segera dikeluarkan dari dalam belanga untuk
kemudian ditaburi dengan nasi atau sumber karbohidrat lain secara merata keseluruh
permukaan tubuh ikan. Selanjutnya ikan-ikan tersebut dimasukan kembali ke dalam
belanga sampai terjadi proses fermentasi. Waktu yang diperlukan untuk proses
fermentasi adalah 7-10 hari, yaitu sampai timbul aroma dan rasa asam ikan bekasam
yang khas.
6) Ikan bekasem yang telah selesai difermentasi dapat segera dimakan dengan atau tanpa
diberi bumbu tambahan dan siap untuk dikemas atau disimpan. Bila rasanya terlalu asin
karena pemberian garam yang berlebihan atau terlalu asam karena pemberian nasi
(karbohidrat) yang berlebihan, sebelum dikonsumsi ikan bekasem sebaiknya dicuci
dahulu dengan air bersih.
Penyiangan
Pembongkaran
Penambahan
Pengemasan
Penyimpanan Bekasam
Pencucian
Pemotongan
Penggilingan
Ikan dengan
Pencampuran
ekstrak nanas 1:5
Penyaringan I
Penambahan
Penyaringan II
Pengemasan
Penyiangan
Penirisan I
Pengaturan
Pengemasan Peda