275 795 1 PB
275 795 1 PB
Syofyan Hadi
Dosen Pengajar Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Email: sofianlaw@yahoo.com
78
Fungsi Legislasi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil
kamar (bicameral). Dengan konsep seperti itu, Kewenangan untuk menetapkan peraturan
maka pembentukan suatu undang-undang di- itu pertama-tama harus diberikan kepada
bahas dan disetujui oleh kedua kamar tersebut. lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
Ada negara yang menganut strong bicameral atau lembaga legislatif. Ada tiga hal
seperti Amerika Serikat, dan ada juga negara penting yang harus diatur oleh para wakil
yang menganut soft bicameral seperti Indone- rakyat melalui parlemen, yaitu: (i) pera-
sia. Strong bicameral ditandai dengan kekua- turan yang dapat mengurangi hak dan
saan yang dimiliki oleh masing-masing kamar kebebasan warga negara, (ii) pengaturan
sama-sama kuat. Sedangkan soft bicameral yang dapat membebani harta kekayaan
ditandai dengan kekuasaan salah satu kamar warga negara, (iii) pengaturan-pengaturan
lebih dominan atas kamar lainnya.8 mengenai pengeluaran oleh penyelenggara
Dalam tulisan ini, hanya dibatasi pada negara. Pengaturan mengenai ketiga hal
masalah fungsi legislasi dalam sistem peme- tersebut hanya dapat dilakukan atas perse-
rintahan presidensil yang dibahas dengan tujuan dari warga negara sendiri, yaitu
metode perbandingan antara Indonesia dan melalui perantaraan wakil-wakil mereka di
Amerika Serikat. Amerika Serikat dipilih parlemen sebagai lembaga perwakilan
karena dianggap sebagai negara tertua dalam rakyat.
menerapkan sisem pemerintahan Presidensil, Menurut JimlyAsshiddidie, fungsi legislasi
bahkan menjadi contoh ideal bagi beberapa memiliki empat bentuk kegiatan yaitu per-
negara dalam menyusun sistem pemerintahan- tama, prakarsa pembuatan undang-undang;
nya. Fungsi legislasi dalam tulisan ini akan kedua, pembahasan rancangan undang-
difokuskan ke dalam dua permasalahan yaitu undang; ketiga, persetujuan atas pengesahan
lembaga pemegang fungsi legislasi dan rancangan undang-undang; dan keempat, pem-
peranan dua kamar dalam legislatif dalam berian persetujuan pengikatan atau ratifikasi
menjalankan fungsi legislasi. atas perjanjian atau persetujuan internasional
dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat
PEMBAHASAN lainnya.12
Fungsi Legislasi adalah fungsi untuk mem- Fungsi legislasi dalam sistem presidensil
bentuk undang-undang. Fungsi ini merupakan didasarkan pada adanya pemisahan kekuasaan
fungsi utama lembaga perwakilan rakyat yang tegas antara kekuasaan eksekutif dan
berupa fugsi pengaturan (regelende function). kekuasaan legislatif. Pemisahan tersebut meru-
Fungsi pengaturan merupakan kewenanangan pakan karakter khas dari sistem presidensil.
untuk menentukan peraturan yang mengikat Dengan demikian, dalam sistem presidensil
warga negara dengan norma-norma hukum badan legislatif menentukan agendanya
yang mengikat dan membatasi.9 Fungsi penga- sendiri, mambahas dan menyetujui rancangan
turan tersebut lebih konkritnya diwujudkan undang-undang pun sendiri pula. Artinya
dalam pembentukan undang-undang (wetge- bahwa, fungsi legislasi dalam sistem presi-
vende functie/law making function).10 Terkait densil merupakan wewenang eksklusif dari
dengan fungsi legislasi tersebut, Jimly badan legislatif.Namun pemisahan kekuasaan
Asshiddiqie mengatakan:11 tersebut pada hakikatnya tidak serta merta
dijalankan secara mutlak.Namun dalam sistem
8
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi; Menguatnya negara modern, ada hubungan fungsional
Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial antara eksekutif dan legislatif. Bahkan dalam
Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 235 fungsi legislasi di Indonesia dilakukan secara
9
bersama-sama antara eksekutif dan legislatif.
Jimly Asshidiqie, Pokok …Op. Cit. hlm. 161
10
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009),
hlm. 299
11 12
Ibid. Ibid. hlm. 300
79
Syofyan Hadi
Dalam sistem presidensil, secara umum Konsep pemisahan kekuasaan yang tegas
fungsi legislasi memiliki karakter umum yakni antara eksekutif dan legislatif dalam fungsi
sebagai berikut:13 legislasi, menurut Jhon H. Garvey dan T.
1. The legislature tends to have broad power Alexander Aleinikoff mempunyai empat
to amend any legislation. Lack of sources, konsekuensi. Keempat konsekuensi tersebut
and other factor may act to blunt this sebagai berikut:14
power. 1. The supremacy of statute artinya bahwa
2. The potential for legislative assertiveness pemisahan kekuasaan pelaksana fungsi
is greater in presidential sistem, but the legislasi menyebabkan undang-undang
actual realization (and staffing up for menjadi sesuatu yang supreme atau utama.
assertiveness) depends on the presence of 2. The Necessity for legislation artinya bahwa
other condition dengan meletakkan kekuasaan membentuk
3. Legislature in presidential system are undang-undang di lembaga legislatif tidak
more likely to have specialized and perma- dimungkin cabang kekuasaan lainnya
nent standing committees and subcom- untuk membentuk undang-undang.
mittees with a number of professional staff 3. The non delegation function artinya bahwa
to half draft, review and amend legisla- undang-undang tidak dapat dapat didelega-
tion. sikan lebih lanjut kepada ketentuan yang
4. Via the committee system, the legislature lebih rendah.
has exstensif power to call expert wit- 4. The legislative veto yaitu kewenangan
nesses, members of cabinet, presidential yang diberikan kepada legislatif untuk
advisors, etc. for public or private hearing membatalakan veto yang diajukan oleh
before the legislature. Presiden.
5. President can veto legislation, which can Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
only be overridden by a 2/3 vote in the dengan sistem Presidensil, fungsi legislasi
legislature. tetap mengacu pada adanya pemisahan kekua-
Dalam karakter umum di atas, dijelaskan saan antara eksekutif dan legislatif, namun
bahwa kekuasaan legislatif memiliki peranan tidak diterapkan secara mutlak.Hal ini ditandai
yang dominan dalam menjalankan fungsi dengan adanya wewenang Presiden untuk ikut
legislasi ketimbang eksekutif. Wewenang serta dalam mengajukan suatu rancangan
yang dominan tersebut dimiliki mulai dari undang-undang, membahas bersama dengan
proses perencanaan sampai penetapan suatu DPR untuk mencapai persetujuan bersama,
undang-undang. Kekuasaan legislatif dapat serta mengesahkannya menjadi undang-
menentukan sendiri suatu undang-undang undang.Bahkan yang paling aneh, dianutnya
yang akan mengikat rakyat. Namun dalam hak veto Presiden dalam fungsi legislasi,
praktek, karakter seperti itu, tidak mutlak walaupun bersifat veto relatif.Sedangkan
dapat dijalankan sepenuhnya karena disebab- fungsi legislasi dalam sistem ketatanegaraan
kan oleh beberapa faktor seperti kurangnya Amerika Serikat didasarkan pada adanya
sumber daya, pengaruh sistem kepartaian dan pemisahan yang tegas antara legislatif dan
faktor-faktor lainnya. Sehingga sebagai karak- eksekutif. Bahkan menurut I Made Pasek
ter khas dalam sistem presidensil, Presiden Dianta tidak ada satu pasal pun dalam
memiliki hak veto yaitu berupa hak untuk konstitusi Amerika Serikat yang menentukan
menolak suatu undang-undang yang telah Presiden Amerika Serikat berwenang untuk
ditetapkan oleh kekuasaan eksekutif. mengajukan suatu RUU.15
14
Jhon H. Garvey dan T. Alexander Aleinikoff dalam
Saldi Isra, Ibid. hlm. 83-84
13
Anonim, Governing System and Executive-Legislative 15
I Made Pasek Diantha, Tiga Tipe Pokok Sistem
Relation; Presidential, Parliamentary, and Hybrid
Pemerintahan dalam Demokrasi Modern, (Bandung:
System, dalam Saldi Isra, Pergeseran…Op. Cit. hlm.
Abardin, 1990), hlm. 37
82-83
80
Fungsi Legislasi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 Dengan semangat checks and balances,
sebelum perubahan Presiden memegang setelah perubahan UUD 1945 dalam struktur
kekuasaan membentuk undang-undang dengan parlemen dibentuklah kamar penyeimbang
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. sebagai representatif daerah yang disebut
Namun setelah perubahan, berdasarkan Pasal dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
20 ayat (1) UUD 1945 DPR memegang DPD diatur dalam ketentuan Pasal 22D UUD
kekuasaan membentuk undang-undang. 1945.Kelahiran DPD merupakan sebagai
Dengan ketentuan tersebut, terjadi pergeseran kamar kedua (bicameral) dalam sistem
fungsi legislasi walaupun masih bersifat ketatanegaraan Indonesia. Sehingga menyeru-
setengah hati, tetapi telah terjadi perubahan pai keberadaan Senat di Amerika Serikat.
mendasar dengan diberikannya fungsi legislasi Dalam fungsi legislasi, peranan DPD tidak
ke badan perwakilan. Pergeseran fungsi terlalu kuat bahkan sangat lemah.Sehingga
setengah hati ini ditandai dengan pasal-pasal hanya sebagai lembaga supporting bagi
selanjutnya terutama dalam proses pemba- DPR.17 Hal ini dapat kita lihat dari kewe-
hasan, karena peranan eksekutif masih sangat nangan yang dimiliki oleh DPD hanya sebatas
besar. pada mengajukan RUU dan memberikan
Meskipun terjadi pergeseran, tetapi berda- pertimbangan kepada DPR serta ikut memba-
sarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 setelah has suatu RUU.18 DPD tidak ikut serta untuk
perubahan memberikan wewenang kepada menyetujui suatu RUU.Peranan DPR lebih
Presiden untuk mengajukan suatu Rancangan dominan ketimbang DPD, sehingga Indonesia
Undang-Undang. Bahkan menurut Pasal 23 menganut soft bicameral.
ayat (2) UUD 1945 dalam Rancangan Sedangkan Amerika Serikat dengan doktrin
Undang-Undang tentang Anggaran Penda- pemisahan kekuasaan, yakni adanya pemi-
patan dan Belanja Negara hanya Presiden sahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif
yang berwenang untuk mengajukan. Keten- dan legislatif terutama dalam pembentukan
tuan-ketentuan seperti ini, membuktikan bah- undang-undang. Sehingga pemegang fungsi
wa sebenarnya fungsi legislasi yang menjadi legislasi dalam konstitusi Amerika Serikat
wewenang DPR tidak mutlak, tetapi lebih adalah Senate dan House of Representatives,
pada fungsi yang dilakukan bersama-sama tanpa melibatkan Presiden sebagai pihak
antara DPR dan Presiden (joint function), eksekutif. Presiden dan jajaran eksekutif tidak
sehingga bukan merupakan wewenang penuh terlibat sama sekali dalam fungsi legislasi,
karena kedudukan keduanya setara dan baik mengajukan RUU atau ikut membahas
seimbang. Dengan kedudukan yang sama- suatu UU. Menurut C. F. Strong bahwa satu-
sama berimbang tersebut, maka fungsi legis- satunya hubungan antara eksekutif dan
lasi di Indonesia dipegang oleh DPR dan legislatif dalam praktek sistem presidensil
Presiden mulai dari perancangan sampai per- Amerika Serikat adalah melalui laporan Presi-
setujuan bersama. den (Presidential Message) dan tak seorang
Setiap RUU harus mendapatkan persetuju- pun pejabat kabinet Presiden diizinkan turut
an bersama antara DPR dan Presiden. Apabila serta dalam suatu majelis lembaga legislatif.19
tidak mendapatkan persetujuan bersama, maka
RUU tersebut tidak boleh diajukan dalam Delapan Negara Maju, (Jakarta: Kencana Pranada
persidangan berikutnya. Apabila disetujui Media Group, 2009), hlm. 101
bersama, maka RUU tersebut akan disahkan 17
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi
oleh Presiden. Kata persetujuan antara DPR Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Sekertariat
dan Presiden adalah pengesahan yang bersifat Jendral Mahkamah Konstitusi, 2006), hlm. 141
18
materiil, sedangkan pengesahan oleh Presiden Mengenai wewenang DPD tersebut dapat dilihat
hanya bersifat formil.16 dalam ketentuan Pasal 22D UUD 1945.
19
CF Strong, Modern Political Constitution;An
Introduction to The Comparative Study of Their History
16
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden and Existing Form, (London: Sidwick&Jackson
Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945 dengan Limited, 1975), hlm. 238
81
Syofyan Hadi
Fungsi legislasi di Amerika Serikat hanya Penolakan Presiden terhadap bill yang
dipegang oleh dua kamar dalam kongres yakni sudah disetujui oleh kedua kamar dalam
Senate dan House of Representatives. Struktur kongres Amerika Serikat biasa disebut dengan
parlemen Amerika Serikat bersifat bicameral, veto. Veto merupakan wewenang keonstitusio-
dimana kedua kekuasaan memiliki kekuasaan nal yang dimiliki oleh Presiden Amerika
yang berimbang satu sama dengan lainnya Serikat untuk mengesahkan suatu bill. Dalam
(strong bicameral). Sehingga setiap undang- teori, praktek seperti ini disebut dengan
undanga harus mendapat pesetujuan di kedua “presidential veto”. 20Tetapi, disamping itu,
kamar tersebut.Article 1 Section 7 angka 2 hak veto yang dimiliki oleh Presiden Amerika
Konstitusi Amerika Serikat menentukan: Serikat tersebut dapat dibatalkan oleh Senate
Every bill which shall passed the House of dan DPR melalui paranata yang disebut
Representatives and the Senate, before it dengan “legislative veto”. Dalam konstitusi
become the law, be presented to the Amerika Serikat istilah penolakan ini disebut
Presidentof the United States; If he approve dengan “override”. Override yang dilakukan
he shall sign it, but if not he shall return it, oleh kedua kamar baik Senate maupun DPR
with his objection to the house in which it Amerika Serikat dengan syarat memenuhi 2/3
shall have originated, who shall enter the suara dari masing-masing kamar. Apabila
objection at large on their journal, and syarat 2/3 tersebut terpebuhi maka, bill ter-
proceed to consider it. If after such sebut menjadi undang-undang (if approved by
consideration two third of that House shall two third of that House, it shall become a
agree to pass the bill, it sent together with law).
the objection, to other house, by which it Sedangkan dalam sistem ketatanegaraan
shall likewise be considered, and if Indonesia, pranata hak veto oleh Presiden juga
approved by two thirds of that House, it diakui dengan diaturnya dalam Pasal 20 ayat
shal become a law. But in all such cases the (5) UUD 1945.Pasal ini terlalu dipaksakan dan
votes of both Houses shal be determined by sangat aneh jika melihat ketentuan pasal-pasal
yeas and nays, and the name of the persons sebelumnya.Keanehan pasal ini disebabkan
voting for and against tha Bill shall be karena Presiden juga ikut serta dalam pemben-
entered on the journal of each House tukan undang-undang, mulai dari pembahasan
respectively. If any Bill shall not be sampai persetujuan antara antara DPR dan
returned by the President within ten day Presiden.Kalau sudah sampai pada persetujuan
(Sunday excepted) after it shall have been bersama antara Presiden dan DPR, seharusnya
presented to him, the same shall be a law, Presiden hanya tinggal mengesahkan dan
in like manner as if he had signed it, unless mengundangkannya dalam lembaran negara.
the Congressby their adjournment prevent Tetapi dalam prakteknya, Presiden tidak men-
its return in which case it shall not be a law sahkan undang-undang yang sudah disetujui
bersama, misalkan saja Undang-Undang
Berdasarkan Article 1 Section 7 angka 2
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Konstitusi Amerika Serikat di atas, maka
Negara. Sehingga undang-undang tersebut
setiap undang-undang (Bill) harus mendapat
berlaku hanya berdasarkan Pasal 20 ayat (5)
persetujuan dari kedua kamar dalam kongres
yaitu undang-undang yang tidak disahkan oleh
yakni Senate dan House of Representative.
Presiden dalam jangkan waktu 30 hari, maka
Sebelum menjadi undang-undang harus dima-
demi hukum menjadi undang-undang.
jukan ke Presiden untuk mendapatkan penge-
Praktek ketatanegaraan seperti ini seharus-
sahan (Approving). Jika sepakat maka undang-
nya dihindari karena akan menyebabkan kega-
undang tersebut akan ditandatangani, dan
duhan poltik dan hilangnya saling kepercayaan
apabila tidak maka Presiden Amerika Serikat
antar lembaga negara. Dan akan menjadi
akan mengembalikannya kepada Senate dan
beban psikologis juga bagi seorang Mensesneg
DPR dengan memberikan alasan-alasan peno-
lakan (objection).
20
Saldi Isra, Pergeseran…Op. Cit. hlm. 88
82
Fungsi Legislasi Dalam Sistem Pemerintahan Presidensil
yang akan mengundangkan suatu undang- negara, pemisahan seperti itu tidak mutlak
undang, dimana Presiden sebagai atasannya diterapkan.Dalam sistem presidensil, seperti di
tidak mau mensahkan, tetapi dia harus Indonesia dan Amerika terdapat perbedaan
mengundangkannya dalam jangka waktu 30 yang sangat mencolok terutama dalam keter-
hari. libatan Presiden dalam pembentukan undang-
Mengenai hak veto ini, antara Amerika undang.
Serikat dan Indonesia memiliki perbedaan, Dalam struktur ketatanegaraan Indonesia,
walaupun sama-sama merupakan hak Presiden bahwa pemegang fungsi legislasi adalah
untuk menolakmensahkan suatu undang- Dewan Perwakilan Rakyat yang dilakukan
undang. Di Indonesia hak veto dapat dilaku- secara bersama-sama dengan Presiden untuk
kan dengan cara Presiden diam saja, tanpa mendapatkan persetujuan bersama.Apabila
mengajukan alasan-alasan mengapa undang- tidak mendapatkan persetujuan bersama maka
undang tidak disahkan. Hal ini merupakan RUU tersebut tidak dapat menjadi undang-
konsekuensi dari adanya persetujuan bersama undang.Sehingga fungsi legislasi di Indonesia
antara Presiden dan DPR sebelum undang- bersifat Joint function. Sedangkan DPD seba-
undang tersebut disahkan oleh Presiden. gai kamar kedua, peranannya hanya bersifat
Sedangkan dalam sistem Amerika Serikat, hak supporting terhadap wewenang DPR dan
veto tersebut harus disertai dengan alasan- Presiden. Fungsi legislasi didominasi oleh
alasan keberatan Presiden untuk mensahkan DPR dan Presiden.
undang-undang tersebut. Sehingga dibutuhkan Fungsi legislasi di Amerika Serikat di-
2/3 suara dari masing-masing kamar untuk pegang oleh dua kamar yang memiliki pera-
menolak veto Presiden tersebut. nan dan fungsi legislasi yang seimbang dan
Dalam praktek di Amerika Serikat, hak setara. Kedua kamar tersebut disebut Senat
veto tersebut dapat dilakukan dengan dua cara dan DPR.Semua undang-undang (bill) terlebih
yaitu regular veto dan pocket veto. Regular dahulu harus disetujui oleh kedua kamar
veto merupakan jenis veto yang paling sering tersebut. Sedangkan Presiden hanya berwe-
digunakan oleh Presiden Amerika Serikat. nang untuk memveto Rancangan Undang-
Veto jenis ini diajukan ketika DPR dan Senat Undang yang telah disetujui oleh Senat dan
dalam masa persidangan. Jika Presiden tidak DPR (presidential veto), akan tetapi veto
mengajukan keberatan dalam jangka waktu 10 Presiden tersebut akan menjadi gugur apabila
hari sedangkan DPR dan Senat dalam persi- dalam kedua kamar baik Senat maupun DPR
dangan, maka rancangan undang-undang dengan 2/3 suara menolak veto Presiden
tersebut sah menjadi undang-undang. Sedang- tersebut (override), maka RUU tersebut men-
kan Pocket Veto tejadi karena tenggat 10 hari jadi undang-undang.
untuk mengajukan keberatan bagi Presiden
bertepatan dengan DPR dan Senat tidak BAHAN BACAAN
dalam masa sidang. Kalaupun Presiden Asshiddiqie, Jimly. 2006. Perkembangan dan
mengajukan keberatan, DPR dan Senat tidak Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Refor-
dapat melakukan override.Sehingga dengan masi. Jakarta: Sekertariat Jendral Mahka-
pocket veto, rancangan undang-undang tidak mah Konstitusi.
dapat menjadi undang-undang.21
----, 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara
KESIMPULAN Indonesia Pasca Reformasi. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
Fungsi legislasi merupakan fungsi pemben-
tukan undang-undang. Dengan doktrin pemi- ----, 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata
sahan kekuasaan, kekuasaan legislatif dan Negara. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
eksekutif dipisahkan secara tegas antara fungsi ----, 2010. Perihal Undang-Undang. Jakarta:
dan lembaganya.Namun praktek di beberapa PT. RajaGrafindo Persada.
21
Ibid. hlm. 89
83
Syofyan Hadi
Budiarjo, Miriam. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Sukardi, Pembagian Kekuasaan Secara Hori-
Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. zontal, Hand Out Kuliah Sistem Otonomi
Daerah, Magister Hukum Universitas Air-
Diantha, I Made Pasek. 1990. Tiga Tipe Pokok
langga, Suarabaya
Sistem Pemerintahan dalam Demokrasi
Modern.Bandung: Abardin. Strong, CF. 1975.Modern Political Constitu-
tion;An Introduction to The Comparative
Ghoffar, Abdul. 2009. Perbandingan Kekua-
Study of Their History and Existing Form.
saan Presiden Indonesia Setelah Peruba-
London: Sidwick&Jackson Limited.
han UUD 1945 dengan Delapan Negara
Maju. Jakarta: Kencana Pranada Media
Konstitusi
Group.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Isra, Saldi. 2010. Pergeseran Fungsi Legis- Indonesia Tahun 1945
lasi; Menguatnya Model Legislasi Parle-
menter dalam Sistem Presidensial Indone- Constitution of the United State of America
sia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Librayanto, Romi. 2008. Trias Politica dalam
Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Maka-
sar: PUKAP.
84