Anda di halaman 1dari 14

Tugas : Keterampilan Dasar Praktek Kebidanan

Dosen Pembimbing : Ibu Hesti Resyana SST,M.keb

MANAJEMEN ELIMINASI

Disusun oleh : Kelompok 6

Erna Yulia

Heny Febrianty

Afiani Wijaya Rubba

Sri Oktaviani

Tira Yuniar

Nur Annisa Ramadhani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-III KEBIDANAN

2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas praktek dari mata kuliah
KDPK dengan judul “Manajemen Eliminasi”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen mata kuliah KDPK kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Terima


kasih.
DAFTAR ISI

Halaman Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………………..…

Rumusan Masalah………………………..…………………..………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
Eliminasi………………………………………………………………

B. Kebutuhan
Eliminasi………………………………………………………………

C. Organ organ yang berfungsi dalam eliminasi urine.............

D. Proses Berkemih

E. Faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine…………………

F. Faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi ………………………..

G. Gangguan Eliminasi Urine dan


Fekal……………………………………………

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan…..……………………………………………………

Saran …………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses). Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting
untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus
tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan
masing-masing orang berbeda.

Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan


eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan
program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk
menggunakan fasilitas toilet yang normal lingkungan rumah bisa menghadirkan
hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan
peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawatan
harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu eliminasi?

2. Apa saja yang termasuk dalam Eliminasi?

3. Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine ?

4. Bagaimana proses berkemih?

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi alvi?

6. Apa saja gangguan eliminasi urine dan fekal?

7. Apa saja tanda dan gejala gangguan pada sistem eliminasi


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Eliminasi merupakan proses pembuangan.Pemenuhan kebutuhan terdiri dari


kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi (defekasi).(KDPK
kebidanan,2009,hal 39)

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara
progresif terisi sampai ketegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.

Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian
diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal
pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter
interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan,
apakah mau miksi atau ditahan.

Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung


kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang
diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada
individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi
sehari 5 kali.
B. Kebutuhan Eliminasi

kebutuhan eliminasi terdiri atas dua yakni :

Eliminasi urine ( buang air kecil) atau miksi.

Eliminasi Alvi ( buang air besar ) atau defekasi.

Eliminasi Urine/ Miksi

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih


terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :

- kandung kemih secara progresif terisi

- timbul reflek saraf yang disebut refleks miksi

Eliminasi Alvi/ Defekasi

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yang
terletak dimedula dan sum sum tulang belakang.

C. Organ-Organ yang Berperan dalam Eliminasi Urine

Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal,


ureter, kandung kemih dan uretra.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ retro peritoneal yang terdiri atas ginjal sebelah
kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk
dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur ginjal yang
berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan kedalam
bagian pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

b. Kandung kemih (bladder, buli-buli)

Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi
sebagai penampung urine. Dalam kandung kemih, terdapat lapisan jaringan otot
yang memanjang ditengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi
untuk mengeluarkan urine. Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan
rangsangan motoris ke otot lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis

c. Uretra

Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian


luar.Pada pria dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat
pengaliran urine dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita hanya
menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.(KDPK kebidanan,2009,39)

D. Proses Berkemih

Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria. Vesika urinaria


dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih 250-450 cc
(pada orang dewasa) dan 200-250 cc pada anak-anak.

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian
rangsangan tersebut diteruskan melalui mesula spinalis kepusat pengontrol
berkemih yang terdapat di korteks serebra. Selanjutnya, otak memberikan impuls
melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakra, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dan relakssasi otot sphincter internal.

Urine dilepasskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan spinter


eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi
spinter eksternal san urine kemungkinan dikeluarkan (berkemih).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine:

a). Pertumbuhan dan perkembangan

b). Sosial kultural

c). Psikologis

d). Kebiasaan seseorang

e). Tonus otot dan tingkat aktifitas

f). Intake cairan dan makanan

g). Kondisi penyakit


h). Pembedahan

i). Pengobatan

j). Pemeriksaan diagnostis

F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi

a. Usia

Pada usia bayi defiksasi belum berkembang sedangkan pada usia manula kontrol
defiksasi menurun.

b. Diet

Makananberserat akan mempercepat produksi feses,banyaknya makanan yang


masuk kedalam tubuh juga mempercepat proses defeksasi.

c. Intake cairan

Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi keras, disebabkan
karena absorpsi cairan meningkat.

d. Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang
kolon.

e. Fisiologis

Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic sehingga


menyebabkan diare.

f. Posisi selama defeksasi

Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defeksasi. Toilet
modern di rancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan
individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen
dan mengeluarkan kontraksi otot – otot pahanya (Wartonah , 2004)

G. Gangguan Eliminasi Urine dan Fekal


A. Gangguan Eliminasi Urin

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang
yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu
tindakan memasukan selangka teter ke dalam kandung kemih melalui uretra
dengan tujuan mengeluarkan urine.

Masalah-masalah dalam eliminasi urin :

a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot


sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.

c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.

d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.

e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.

f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine.

B. Gangguan Eliminasi Fekal

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi
fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah.
Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai kekolondesenden dengan
menggunakan kanulrekti.

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:

a. Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi


BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB
yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.

d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar
akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat.

e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus


meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.

f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa


internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka
pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien,
karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

Tanda Gangguan dan Gejala pada Sistem Eliminasi

1. Tanda Gangguan Eliminasi urin

a. Tanda Gangguan Eliminasi urin

1). Ketidaknyamanan daerah pubis.

2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.

3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.

4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah


5). Ketidaksanggupan untuk berkemih

b. Inkontinensia urin

1). Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelumsampai di WC

2). Pasien sering gompol

c. Diare

1). BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk

2). Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat

3). Iritasi di dalam kolon merupakan factor tambahan yangmenyebabkan


meningkatkan sekresi mukosa.

4). Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapatmengontrol dan menahan
BAB.

d. Inkontinensia Fekal

1). Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,

2). BAB encer dan jumlahnya banyak

3). Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord
dan tumor spingter anal eksternal

e. Flatulens

1). Menumpuknya gas pada lumen intestinal,

2). Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.

3). Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

f. Hemoroid

1). pembengkakan

2). Nyerivena pada dinding rectum

3). Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Eliminasi merupakan proses pembuangan dan terdiri dari eliminasi uri dan
eliminasi alvi. Organ yang berperan dalam proses eliminasi urin adalah ginjal,
kandung kemih, uretra. Gangguan eliminasi urin misalnya retensi urin,
inkontinensia urine dan enuresis .

Sedangkan gangguan eliminasi fecal misalnya konstipasi,impaction, diare,


inkontinesia fecal, flatulens, dan hemoroid.

Gangguan eliminasi urine dan fecal dapat di bantu dgn menggunakan pispot
dan urinal, memasang kateter sementara dan memasang kateter menetap.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan- kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih,Tri. 2009,KDPK KEBIDANAN Teori dan


Aplikasi, Jogjakarta, Nuha Medika.
Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat
pada :http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
masalah.html

Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.


Terdapat pada :http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-
pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/

Kusmiyati,Yuni, 2007, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik, Penerbit fitramaya:


Yogyakarta.

, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:www.kiva.org

Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC:


Jakarta.

Supratman, 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan,

c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Uliyah,musrifatul dan Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008, KDPK untuk kebidanan.


Penerbit Salemba Medika:Jakart

Anda mungkin juga menyukai