Anda di halaman 1dari 8

Paper ini telah direview dan dipublikasikan di Jurnal Rekayasa Sistem Industri

Volume 6 No.1 April 2017


http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi/index
ISSN: 0216-1036 (print) & ISSN 2339-1499 (online)

Implementasi Line Balancing untuk


Peningkatan Efisiensi di Line Welding
Studi Kasus: PT X

Hery Hamdi Azwir1, Harry Wahyu Pratomo2


1,2)
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri, Universitas President
Jl. Ki Hajar Dewantara, Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat 17550
1 2
Email: hery.azwir@president.ac.id, harryndhe.aryani@gmail.com

Abstract

Line balancing is a jobs assignment into a number of work stations that are interrelated in a
track or a production line with an objective to minimizing the idle time on the line that is determined by
the slowest operation. In line welding 1DY models includes eight work stations where one work station
is done by one operator. Problems have been found that these operators have very long idle time and
also there is too much wip that creates bottleneck in the production line so these leads to a waste of
manpower and time. This waste of manpower and time need to be reduced by determining the optimal
amount of labor in order to avoid excessive idle time but work can be done effectively and efficiently.
One way to adress imbalance line is to apply line balancing methods.The results of this research
shows that the line balancing methods can reduced the waste of time and give solutions for the optimal
amount of labor requirements for line welding 1DY models.

Keywords: Line Balancing, Workstation, Production Line, Idle Time, Bottleneck.

Abstrak

Keseimbangan lini adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan kedalam stasiun-stasiun kerja
yang saling berkaitan dalam suatu lintasan atau lini produksi dengan tujuan meminimumkan waktu
menganggur pada lintasan yang telah ditentukan oleh operasi yang paling lambat.Pada line welding model
1DY terdapat 8 stasiun kerja dimana 1 stasiun kerja dikerjakan oleh 1 operator. Disaat pekerjaan
berlangsung sering terjadi waktu menganggur yang sangat lama untuk setiap operator dalam melakukan
pekerjaannya, serta adanya penumpukan barang pada aliran produksi (bottleneck), menyebabkan
terjadinya pemborosan tenaga kerja. Dengan adanya pemborosan waktu tersebut, perlu dilakukan
perhitungan ulang penentuan jumlah tenaga kerja yang optimal agar tidak terjadi waktu menganggur yang
berlebihan dan pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Salah satu cara untuk mengatasi
ketidakseimbangan lini adalah dengan melakukan keseimbangan pada lini perakitan menggunakan
metode-metode keseimbangan lini.Hasil penelitian ini menghasilkan metode keseimbangan lini yang
optimal dan jumlah kebutuhan tenaga kerja optimal yang dapat digunakan untuk line welding model 1DY.

Kata kunci: Keseimbangan Lini, Stasiun Kerja, Lini Produksi, Waktu Menganggur, Bottleneck.

Pendahuluan keuntungan yang dihasilkan perusahaan, yang


dapat diketahui dari jumlah biaya yang
Latar belakang Masalah
dikeluarkan perusahaan untuk gaji karyawan,
PT. X adalah perusahaan yang
biaya makan karyawan, tunjangan transportasi
memproduksi knalpot (muffler) sepeda motor
dan lain-lain.
merk Yamaha. Model knalpot 1DY adalah
Pembengkakkan biaya tersebut karena
model knalpot untuk sepeda motor type New
adanya penggunaan tenaga kerja yang tidak
Jupiter Z. Dengan adanya penumpukan
tepat, dapat diminimalkan dengan penerapan
barang pada aliran produksi (bottleneck),
strategi dan perencanaan produksi yang tepat,
operator kerja yang tidak ada di stasiun
mengingat model 1DY diproduksi secara
kerjanya pada saat jam kerja, secara otomatis
massal. Dalam produksi massal dimana
terjadi lost time jam kerja pada schedule
metode dan elemen-elemen kerja yang sama
produksi. Hal ini berdampak negatif pada
dilakukan berulang-ulang, efficiency line yang
57
rendah dan balance delay yang tinggi memberi pembahasan dalam penelitian ini, antara lain :
dampak negatif secara langsung terhadap a. Penelitian hanya dilakukan satu jenis
performa produksi suatu perusahaan secara produk knalpot yaitu model 1DY.
keseluruhan. Data jumlah tenaga kerja yang b. Pengambilan data penelitian diambil
digunakan sebanyak 8 operator per bulan selama 3 bulan produksi yaitu bulan
memperlihatkan bahwa sumber daya yang ada Agustus, bulan September dan bulan
belum dikelola secara maksimal. Salah satu Oktober 2015.
cara untuk mengatasi ketidakseimbangan line c. Aspek yang diambil dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan keseimbangan adalah waktu siklus elemen kerja pada line
pada lini perakitan (line balancing). welding 1DY.
Line balancing merupakan metode untuk d. Waktu baku yang digunakan pada
menyeimbangkan penugasan beberapa penelitian ini adalah waktu baku yang
elemen kerja dari suatu lintasan perakitan ke dimiliki manajemen PT. X dimana waktu
stasiun kerja untuk meminimumkan banyaknya baku tersebut sudah mempertimbangkan
stasiun kerja dan meminimumkan total waktu performance rating (faktor penyesuaian)
menunggu (idle time) pada keseluruhan dan allowance (faktor kelonggaran) serta
stasiun kerja pada tingkat output tertentu sesuai dengan waktu efektif kerja PT. X.
(Boysen et al, 2007), yang dalam e. Operator kerja yang diamati adalah
penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu operator kerja dengan tingkat kemampuan
per unit produk yang dispesifikasikan untuk dan keterampilan rata-rata dalam
setiap tugas dan hubungan sekuensial harus menyelesaikan pekerjaannya.
dipertimbangkan, sehingga memperoleh suatu
arus produksi yang lancar dalam rangka Asumsi
mendapatkan utilisasi yang tinggi atas fasilitas, Untuk mempermudah penelitian, ada
tenaga kerja maupun peralatan. beberapa asumsi yang ditetapkan dalam
pembuatan model line balancing. Asumsi
Rumusan Masalah tersebut antara lain:
Dari latar belakang permasalahan, data a. Cara kerja yang digunakan sudah benar.
serta pengolahan data yang didapatkan dari b. Tidak terjadi kendala dalam proses
line welding 1DY, dapat diuraikan rumusan produksi seperti keterlambatan supply part,
masalah penelitian sebagai berikut: kerusakan mesin, alat kerja ataupun
a. Bagaimana meningkatkan performansi line material handling.
welding 1DY yang ada saat ini? c. Tidak adanya part NG didalam produksi.
b. Bagaimana mendapatkan model d. 1 stasiun kerja dikerjakan oleh 1 operator
keseimbangan lintasan yang lebih efisien sehingga total jumlah operator sama
untuk line welding 1DY? dengan jumlah stasiun kerja.
c. Berapakah jumlah kebutuhan e. Pergantian operator disaat kerja jika ada
operator/tenaga kerja (manpower) yang sesuatu hal maka harus ijin terlebih dahulu
ideal untuk line welding 1DY? ke sub-leader dan sub-leader yang akan
menggantikan operator sementara waktu.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai atas dilakukannya Metode Penelitian
penelitian ini adalah sebagai berikut : Tahapan Penelitian
a. Mendapatkan rancangan model Perancangan line balancing ini,
keseimbangan lintasan (jumlah stasiun dan dilakukan dengan beberapa tahapan, antara
alokasi elemen kerja) yang efisien untuk lain observasi awal, identifikasi masalah, studi
line welding 1DY. pustaka, pengumpulan dan pengolahan data,
b. Menentukan jumlah operator (tenaga kerja) analisis dan perbaikan, yang kemudian
yang optimal untuk line welding 1DY. menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi.

Adapun manfaat yang diharapkan dari Teknik Pengumpulan Data


penelitian ini adalah: Teknik pengumpulan data sendiri
1. Memberikan rekomendasi untuk dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya pengumpulan data secara langsung dari
manusia (tenaga kerja) di PT. X. perusahaan dan wawancara terhadap pihak-
2. Sebagai pengembangan ilmu bidang pihak yang berhubungan dengan proses kerja.
industri dalam kajian penggunaan tenaga
kerja yang optimal. Metode yang Digunakan
Dalam penelitian ini, ada 3 metode yang
Batasan Masalah digunakan dalam perancangan line balancing
Sumber daya dan waktu penelitian yang ini yaitu:
terbatas, membuat adanya beberapa batasan
58
1. Metode Helgeson-Birnie larangan precedences) dengan urutan
Elsayed dan Boucher (1994) menjelaskan menurun. Dengan kata lain jika dua
penyeimbangan lintasan metode ini dapat elemen memungkinkan untuk
dilakukan melalui beberapa langkah berikut: penugasan pada satu stasiun, elemen
a. Menyusun precedence diagram yang memiliki waktu lebih besar
b. Menentukan posisi peringkat (positional ditugaskan terlebih dahulu. Setelah tiap
weight) untuk setiap elemen kerja elemen ditugaskan, elemen-elemen
(posisi peringkat sebuah operasi yang yang memungkinkan dipertimbangkan
saling berhubungan dari waktu alur dalam urutan waktu yang menurun
terpanjang dari permulaan operasi dalam penugasan selanjutnya.
hingga akhir jaringan). Menggunakan matriks P (untuk
c. Membuat urutan elemen kerja dari mengindikasikan elemen kerja
posisi peringkat teratas berdasarkan pendahulu) dan matriks F
posisi peringkat pada langkah nomor (mengindikasikan elemen kerja yang
dua. mengikuti) sebagai prosedur
d. Proses penempatan elemen-elemen penugasan.
kerja pada stasiun kerja berdasarkan 2) Fase kedua dilakukan dengan cara
posisi peringkat dan urutan paling tinggi mendistribusikan waktu menganggur
ditempatkan pada urutan pertama. secara merata pada semua stasiun
e. Jika pada stasiun kerja terdapat waktu melalui mekanisme jual dan transfer
sisa setelah penempatan sebuah dari elemen-elemen antar stasiun
operasi, tempatkan operasi dengan (mematuhi batasan-batasan
urutan selanjutnya pada stasiun kerja, precedence). Tahapan yang harus
sepanjang operasi tidak melanggar dilakukan pada fase kedua ini adalah:
hubungan precedence, waktu stasiun a. Menentukan waktu stasiun kerja
kerja tidak diizinkan melebihi waktu terbesar dan terkecil dari balance pada
siklus. fase satu.
Metode Helgeson-Birnie lebih dikenal b. Menentukan GOAL dengan rumus:
dengan nama bobot posisi peringkat (Rank STmax -STmin
Positional Weight). GOAL= Pers. 1
2
2. Metode Kilbridge-Wester Heuristics c. Mengelompokkan semua elemen
Elsayed dan Boucher (1994) menjelaskan tunggal pada STmax, yang mempunyai
penyeimbangan lintasan perakitan metode waktu lebih kecil dari GOAL dan tidak
Kilbridge-Wester Heuristics dapat dilakukan melanggar precedence diagram jika
dengan melalui langkah-langkah sebagai ditransfer ke STmin.
berikut: d. Menentukan semua trade yang
a. Membagi region atau daerah dari kiri ke memungkinkan dari STmax untuk
kanan. Jika memungkinkan letakkan elemen tunggal dari STmin sehingga
elemen kerja pada region paling kanan. reduksi di STmax dan subsequent gain
b. Tentukan peringkat untuk setiap dalam STmin bernilai kurang dari 2 kali
elemen kerja pada setiap region GOAL.
berdasarkan waktu maksimum ke e. Memindahkan trade atau transfer
waktu minimum. terindikasi oleh kandidat dengan
c. Berdasarkan ketentuan yang perbedaan absolut terkecil antar
menyebutkan bahwa region atau dirinya dengan GOAL.
daerah kiri terlebih dahulu dan f. Jika tidak ada trade atau transfer yang
peringkat operasi dalam region pada memungkinkan antara stasiun terbesar
langkah b lakukan pembebanan elemen dan stasiun terkecil, coba trade dan
kerja ke dalam stasiun kerja dengan transfer antara stasiun terperingkat
ketentuan tidak melanggar precedence dengan urutan berikut: dengan N (N
diagram dan waktu siklus tidak melebihi ke- stasiun terperingkat yang memiliki
waktu siklus aktual. waktu menganggur terbesar), N-
3. Metode Moddie Young 1,...,3,2,1.
Elsayed dan Boucher (1994) menjelaskan g. Jika trade atau transfer masih tidak
tentang dua fase yang terdapat dalam memungkinkan, letakkan larangan
iterasi Moodie Young antara lain: yang dibebankan oleh nilai GOAL dan
1) Fase pertama pada elemen kerja coba, melalui langkah satu sampai
ditugaskan ke stasiun kerja secara enam, untuk mendapatkan trade atau
berurutan pada assembly line dengan transfer yang tidak akan meningkatkan
aturan kandidat terbesar (largest- nilai stasiun manapun melebihi cycle
candidate). Aturan largest-candidate time aslinya.
terdiri atas penugasan elemen-elemen
yang memungkinkan (tidak ada
59
Parameter Performansi Line atau lebih dilakukan. Menentukan jumlah
Untuk pengukuran performansi line pada stasiun kerja dapat ditetapkan dengan rumus:
penelitian ini, Elsayed dan Boucher (1994) N
i=1 ti
menjelaskan beberapa parameter yang dapat Jumlah Stasiun Kerja = 𝑃𝑒𝑟𝑠. 6
WSi
digunakan untuk mengukur performansi Dimana:
assembly line antara lain: N = Jumlah Elemen Kerja
a. Line Efficiency (LE) merupakan rasio dari
ti = Waktu Elemen Kerja Ke-i
total waktu stasiun kerja terhadap waktu
siklus (cycle time) dikalikan dengan jumlah Wsi = Waktu Siklus
stasiun kerja (workstation).
!
!!! 𝑆𝑇! Hasil Pembahasan
𝐿𝐸 = ×100 𝑃𝑒𝑟𝑠. 2
𝐾 𝐶𝑇
Purnomo (2004) menjelaskan jika
Dimana:
perencanaan dan pengaturan yang tidak tepat
STi = Waktu stasiun i
dapat mengakibatkan setiap stasiun kerja pada
K = Jumlah stasiun kerja
lintas perakitan memiliki kecepatan produksi
CT = Waktu siklus atau cycle time
yang berbeda sehingga terjadi penumpukan
b. Balance Delay (BD)
material di antara stasiun kerja yang tidak
Balance Delay adalah rasio antara waktu
berimbang kecepatan produksinya
menunggu dalam lintasan perakitan
(bottleneck). Oleh karena itu perlu dilakukan
dengan waktu yang tersedia pada lini
usaha-usaha untuk menyeimbangkan lintasan
perakitan.
𝐾 × 𝐶𝑇 − !!!! 𝑡𝑖 (line balancing).
𝐵𝐷 = ×100% 𝑃𝑒𝑟𝑠. 3
(𝐾 × 𝐶𝑇)
Analisis Data
Dimana:
Data Tabel 1 dibawah ini merupakan
K = Jumlah stasiun kerja
data waktu siklus baku yang telah ditetapkan
CT = Waktu siklus
manajemen PT. X yang diambil
∑ti = Jumlah dari seluruh waktu operasi
perhitungannya oleh pihak departemen
BD = Balance delay (%)
engineering PT. X (dalam satuan detik).
c. Smoothness Index (SI)
Smoothness index atau indeks Tabel 1. Waktu siklus elemen kerja line welding
penghalusan yaitu cara untuk mengukur 1DY
waktu tunggu relatif dari suatu lini
perakitan. Nilai minimum dari smoothness Elemen
Proses Ws
index adalah 0 yang mengindikasikan kerja
keseimbangan sempurna. Semakin 1 Roll Body 1-1 7.67
mendekati 0 nilai smoothness index suatu 2 Weld Body 1-1 20
lini perakitan, maka semakin seimbang lini 3 Forming Body 1-1 9.72
perakitan tersebut, artinya pembagian 4 Weld Spot Body 1-1 x body 2-1 10
5 Robot 1 23.78
elemen kerja cukup merata pada lini
6 Robot 2 23.54
perakitan tersebut.
7 Marking 25.4
! 8 SPM 1 24.86
𝑆𝐼 = 𝑆𝑇!"# − 𝑆𝑇! ! 𝑃𝑒𝑟𝑠. 4 9 SPM 2 35.23
10 Spm Final 36.82
!!!
11 Robot 3 34.69
Dimana: 12 Weld SPM Body 1-1 x Body 1-2 35.41
STmax= Waktu maks stasiun kerja ke-i 13 Robot 4 33.76
STi = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i 14 Robot 5 39.77
K = Jumlah stasiun kerja 15 Leaktest 21.31
16 Insp Jig 15
Menghitung Takt Time 17 Clean Spatter 35.41
Takt time dapat dijelaskan sebagai
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi Selain data waktu baku, diperlukan juga
data permintaan untuk perancangan line
satu unit produk berdasarkan pada kecepatan
balancing. Data dibawah ini merupakan data
permintaan pelanggan. (Wignjosoebroto, permintaan produksi line welding 1DY.
2003).
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/ℎ𝑎𝑟𝑖 Tabel 2. Jumlah permintaan
𝑇𝑎𝑘𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒 = 𝑃𝑒𝑟𝑠. 5
𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
Waktu kerja
Hari
Bulan Permintaan tersedia
Menghitung Jumlah Stasiun Kerja kerja
(menit)
Stasiun kerja adalah tempat pada lini Agustus 6900 20 9100
perakitan dimana sebuah proses perakitan September 7400 20 9100
Oktober 8500 22 10010
60
37.39+33.78+…+50.41
Analisis Kondisi Awal = ×100%
8×72.05
Untuk mempermudah analisis pada = 75.01%
kondisi awal, maka dibuat ilustrasi kondisi Balance Delay
layout awal line welding 1DY yang terdiri dari 8
K × CT - ni=1 ti
stasiun kerja dengan 8 operator kerja. BD = ×100%
(K × CT)
8×72.05 -432.37
= ×100%
8×72.05
= 24.98%

Smoothness Index
K
Gambar 1. Layout kondisi awal line welding 1DY SI = STmax -STi 2

i=1
Dimana:
2 2
= 34.66 +…+ 21.64
1 : ilustrasi dari mesin atau elemen kerja
: ilustrasi dari operator kerja = 62.67
: ilustrasi dari pergerakan operator kerja Hasil analisis menunjukan performansi
: ilustrasi dari urutan proses kerja lini perakitan yang kurang baik pada kondisi
line welding 1DY saat ini.
Terlampau lama waktu operator Berdasarkan perhitungan analisis kondisi
menganggur antar stasiun dengan waktu awal, terdapat permasalahan dari indikator
terlama stasiun membuat line tersebut kurang performansi line welding 1DY yaitu belum
dalam hal efisiensi. Untuk mengetahui optimalnya performansi line welding 1DY.
efficiency line tersebut, kita perlu mengetahui
Hasil Analisis Kondisi Awal
cycle time produk saat ini. Waktu siklus (cycle
Berdasarkan identifikasi penyebab
time) harus lebih besar atau sama dengan masalah yang telah dijelaskan dapat
waktu stasiun dimana Ti ≤ STi ≤ CT (Elsayed disimpulkan bahwa untuk memperbaiki
dan Boucher, 1994). Waktu siklus terbesar performansi line welding 1DY maka diperlukan
pada penelitian ini dimiliki oleh stasiun kerja 5 metode line balancing yang dapat
(dalam satuan detik) hal ini dapat dilihat dari mengoptimalkan performansi line welding 1DY.
tabel 3.
Perancangan Metode Line Balancing
Salah satu cara yang dapat dilakukan
Tabel 3. Idle time berdasarkan waktu stasiun kerja
terlama untuk menyeimbangkan lintasan perakitan
adalah dengan mengatur ulang susunan
Stasiun
Ws stasiun kerja Idle time pengelompokan elemen kerja. Elsayed dan
kerja
Boucher (1994) menjelaskan beberapa hal
1 37.39 34.66 yang menjadi batasan dalam pengelompokan
2 33.78 38.27 elemen kerja antara lain:
3 58.23 13.82 a. Hubungan precedence
b. Jumlah stasiun kerja tidak boleh lebih
4 50.26 21.79
besar dari jumlah elemen kerja atau
5 72.05 0 operasi (1 ≤ K ≤ N).
6 69.17 2.88 c. Waktu siklus lebih besar atau sama
7 61.08 10.97
dengan waktu maksimum dari waktu
stasiun dan waktu elemen kerja Ti. Waktu
8 50.41 21.64 stasiun tidak boleh melebihi cycle time (Ti
Σ 432.37 ≤ STi ≤ CT).

Maka, perhitungan line efficiency, balance Perhitungan Takt Time


Bulan Agustus dan bulan September
delay dan smoothness index pada kondisi awal
terdapat waktu kerja efektif sebesar 9100
adalah sebagai berikut: menit dengan target produksi sebesar 6900
pieces pada bulan Agustus serta 7400 pieces
Line Efficiency pada bulan September sedangkan pada bulan
K
i=1 STi
Oktober terdapat waktu kerja efektif sebesar
LE = ×100% 10010 menit dengan jumlah produksi 8500
K (CT)
pieces hal ini dapat dilihat dari tabel 2.
61
Berdasarkan data tersebut takt time dihitung Metode Helgeson-Birnie
dengan persamaan berikut. Hasil perhitungan parameter performansi line
dari metode Helgeson-Birnie adalah sebagai
Total waktu kerja tersedia berikut:
T1 Agustus =
Permintaan
Line Efficency
9100×60 72.79+72.18…+71.72
= LE = ×100% = 96.66%
6900 6 ×74.55

= 79.13 detik/produk Balance Delay


6 × 74.55 - 432.37
Total waktu kerja tersedia BD = × 100 = 3.45%
T2 September = 6 × 74.55
Permintaan Smoothness Index
2 2
9100×60 SI = 1.76 +…+2.83 = 6.62
=
7400
Metode Kilbridge-Wester Heuristic
= 73.78 detik/produk Hasil perhitungan parameter performansi line
dari metode Kilbridge-Wester Heuristic adalah
Total waktu kerja tersedia sebagai berikut:
T3 Oktober =
Permintaan
Line Efficiency
10010×60 71.17+73.8…+71.72
= LE = ×100% = 96.66%
8500 6 ×74.55
Balance Delay
= 70.65 detik/produk 6×74.55 -432.37
BD = ×100 = 3.45%
6×74.55
Maka, acuan takt time yang di ambil Smoothness Index
adalah rata-rata dari tak time pada 3 bulan
2 2
tersebut yaitu sebesar 74.55 detik/produk. SI = 3.38 +…+2.83 = 6.86

T1+T2+T3 Metode Moodie Young


T(total) =
3 Hasil perhitungan parameter performansi line
dari metode Moodie Young adalah sebagai
79.13+73.78+70.65 berikut:
=
3
Line Efficiency
= 74.55 detik/produk 71.17+73.8…+71.72
LE = ×100% = 96.66%
6 ×74.55
Perhitungan Jumlah Stasiun Kerja Balance Delay
Jumlah stasiun kerja sangat dibutuhkan 6×74.55 -432.37
perhitungannya untuk menentukan BD = ×100 = 3.45%
6×74.55
perancangan keseimbangan lintasan agar Smoothness Index
hasilnya lebih maksimal. Adapun penentuan
2 2
jumlah stasiun kerja dapat di dilihat dari tabel 1 SI = 3.38 +…+2.83 = 6.86
waktu siklus elemen kerja line welding 1DY.
Berdasarkan tabel tersebut, penentuan Perbandingan Parameter Performansi Line
jumlah stasiun kerja dapat dihitung dengan Peningkatan performasi line welding
persamaan berikut. 1DY merupakan hasil dari penelitian ini yang
menggunakan beberapa indikator performansi
Jumlah stasiun kerja = untuk melihat seberapa baik tingkat
N
i=1 ti performansi dari ketiga metode usulan. Tabel 4
=
Takt Time merupakan hasil perbandingan indikator
performansi awal dan performansi usulan
7.67 + 20 + 9.72 + ⋯ + 15 + 35.41 pembentukan rancangan keseimbangan
= masing-masing metode.
74.55

= 5.79 ≈ dibulatkan menjadi 6 stasiun kerja.

62
Tabel 4 Perbandingan indikator performansi a. Pembentukan rancangan dengan metode
Helgeson-Birnie mampu memberikan
Indikator
performan
K- H- Kilbridge
Moodie y solusi terbaik pada line welding 1DY.
awal birnie -ws b. Berkurangnya jumlah operator dengan
si
Jumlah memperkecil jumlah stasiun kerja yang
Stasiun semula 8 menjadi 6 (satu stasiun kerja
8 6 6 6
Kerja ditangani oleh satu operator).
(Operator)
Efficiency 75.01 96.66 Daftar pustaka
96.66% 96.66%
Line % %
Boysen, N., Malte Fliedner, dan Armin School.
Balance 24.98 3.45
3.45% 3.45% “A Classification of Assembly Line
Delay % %
Balancing Problems”. Europan Journal of
Smoothne
62.67 6.62 6.86 6.86 Operation Research, 2007: 183.
ss Index
Elsayed, E. A., dan Boucher, T.O. (1994).
Dilihat dari hasil tabel diatas, Analysis and Control of Production
perbandingan seluruh indikator performansi Systems. 2nd Edition. Englewood Cliffs,
pada kondisi awal lebih kecil dari pada ketiga New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
metode usulan dimana ketiga metode usulan Purnomo, H. (2004). Pengantar Teknik
tersebut mengalami peningkatan yang cukup Industri. Edisi Kedua. Yogyakarta: Graha
signifikan. Ilmu.
Ketiga metode usulan mempunyai hasil Wignjosoebroto, S. (2003). Teknik Tata Cara
yang sama besar pada indikator performansi dan Pengukuran Kerja, Edisi ketiga Guna
efficiency line dan balance delay, akan tetapi Widya, Surabaya.
mempunyai hasil yang berbeda jika dilihat dari
hasil smoothness index. Hasil smoothness
index pada metode Helgeson-Birnie
mempunyai hasil yang paling baik sehinggga
metode tersebut merupakan metode yang
terbaik untuk penelitian ini.

Hasil Layout Kondisi Usulan

Gambar 2. Layout kondisi usulan line welding 1DY

Dimana:

1 : ilustrasi dari mesin atau elemen kerja


: ilustrasi dari operator kerja
: ilustrasi dari pergerakan operator kerja
: ilustrasi dari urutan proses kerja

Hasil layout line welding 1DY pada


kondisi usulan dengan 6 stasiun kerja dan
menggunakan 6 operator. Secara visual, posisi
letak mesin pada line welding 1DY tersebut
tetap, hanya pergerak operator saja yang
berubah mengikuti jumlah elemen kerja pada
setiap stasiun kerja yang dikerjakan.

Kesimpulan
Dari proses observasi dan analisis yang
telah dilalui dari penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
63
(halaman ini dibiarkan kosong)

64

Anda mungkin juga menyukai