Abstrak - Senjata biologis antraks akan menjadi tren ancaman oleh kelompok radikal di masa
mendatang. Pemerintah perlu membuat formulasi kebijakan strategis tentang sistem cegah
tangkal serangan senjata biologis tersebut secara terintegrasi, matang, dan implementatif
(strategic context). Penelitian bertujuan menganalisis kesiapan pemerintah Indonesia dan
menyusun strategic context dalam sistem cegah tangkal serangan senjata biologis antraks.
Metode penelitian dilakukan dengan analisis indikator kesiapan institusi, fishbone diagram,
risk matrix grid, dan PESTEL+M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh instansi
terkait dengan penanganan antraks baru dua instansi yang memiliki prosedur tetap
penanggulangan bencana dan pasca bencana antraks di lapangan, yaitu Kemenkes dan
Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Bogor. Secara umum, prioritas penanganan
ancaman senjata biologis antraks oleh pemerintah masih relatif rendah-medium.
Berdasarkan analisis fishbone diagram akar masalah ancaman senjata biologis antraks adalah
(1) kondisi geografis dan lingkungan sosial, (2) penyalahgunaan agen biologis antraks di
lingkungan laboratorium, (3) berkembangnya kelompok teroris dan kelompok tindak
kriminal, dan (4) belum adanya aturan jelas tentang SOP pencegahan serangan senjata
biologis. Hasil pemetaan risiko serangan bioterorisme antraks menunjukkan bahwa peluang
terbesar serangan adalah melalui skenario penyisipan spora antraks dari luar negeri, yang
peluang terjadinya sedang hingga tinggi dan dampaknya juga sedang hingga tinggi. Analisis
diagram prediksi ancaman senjata biologis antraks termasuk dalam klasifikasi foresight atau
ancaman nyata dapat terjadi dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Progam
implemnetasi strategi lintas institusi dan terintegrasi telah disusun dalam penelitian ini.
Abstract - Anthrax biological weapon will be a new global trend of threats by radical groups in
the future. Indonesian government should formulate strategic policy to encounter the
1
Merista Wikandari adalah mahasiswa pasca sarjana Universitas Pertahanan Prodi Manajemen Pertahanan
Cohort 7 yang fokus mendalami pengetahuan mengenai perkembangan CBRN-E di Indonesia khususnya
ancaman senjata biologis
2
Brigjen Dr Nugraha Gumilar MSc adalah kepala pusat informasi dan pengolahan data TNI AD Mabes TNI AD
3
Brigjen Tamsil adalah Kepala Biro Akademik Unhan
biological weapon with strategic context. The objective of research was to analyses the
government preparedness and to formulate strategic context policy in combating anthrax as
biological weapon. Research method was conducted by analysis of the indicators of institution
preparedness, fishbone diagram, risk matrix grid, and PESTEL+M. Research results showed that
of seven institutions concerning with anthrax handling, only two institutions that having SOP
for coping anthrax outbreak i.e. Ministry of Health and the Agency of Animal Husbandry and
Fishery of Bogor. In general, these institutions relatively have low-medium priority attention in
coping anthrax as biological weapon. According to analysis of fishbone diagram the root
problems was caused by (1) the geographical condition and social environment, (2) the
misusing of anthrax bacteria isolate in microbiological laboratory, (3) the spread emerging of
terrorist and criminal group and (4) the lack of tight regulation and SOP for prevention threat
of biological weapon. Bioterrorism mapping showed that the greatest opportunity of
attacking was through anthrax spores insertion from foreign countries which occurring chance
is moderate to high and its impact will be moderate to high. The attacking prediction was
classified as “foresight” or the threat will be realized for the next 5-10 year. Implementation of
strategic context in the form of integrated activities inter institution had been proposed in this
research.
K
ejadian serangan senjata biologis menyebabkan penyakit.
di Indonesia sejauh ini memang Agen biologis kategori A menjadi
belum terjadi. Namun di prioritas utama dikarenakan tingginya
Indonesia telah banyak kejadian wabah kemampuan mikroorganisme untuk
penyakit yang bersifat zoonosis. Zoonosis transmisi, menyebabkan angka kematian
adalah penyakit yang berasal dari yang tinggi, menyebabkan kehancuran
mikroorganisme ganas dari hewan dan ekonomi dan kepanikan di masyarakat
dapat menular ke manusia ataupun serta membutuhkan perawatan khusus
sebaliknya. Penyakit yang termasuk dalam pada korban. Contoh penyakit yang
zoonosis adalah sumber bahan biologi termasuk dalam kategori A dan B adalah
untuk dijadikan senjata biologis. CDC smallpox, antraks, plague, tularemia,
membagi agen biologis yang digunakan hemorrhagic fever, Q fever, brucellosis,
sebagai senjata biologis menjadi tiga
kategori berdasarkan kemampuan
glanders, meliodosis, alphavirus, dan cekaman lingkungan lainnya6. Bakteri ini
demam tipus4. dapat bertahan hidup di dalam air selama
Dari sekian banyak contoh agen dua tahun bertahan hidup di dalam susu
biologis dari kategori A dan B, penulis selama 10 tahun dan lebih dari 70 tahun
memilih agen biologis antraks yang pada benang wool7.
digunakan sebagai senjata biologis untuk Secara alamiah antraks memiliki sifat
diteliti lebih dalam. Hal ini dikarenakan yang tidak menular antar manusia. Kondisi
penyakit antraks mudah ditemukan di tersebut berbeda halnya apabila ada
beberapa wilayah Indonesia, sulit kejadian antraks yang disebarkan dengan
dimusnahkan khususnya di daerah endemik sengaja oleh seseorang/deliberate dengan
serta memiliki daya tahan hidup di menebarkan spora antraks ke sebuah
lingkungan yang ekstrem. wilayah tertentu. Spora antraks dapat
Penyakit antraks yang disebabkan disebarkan di berbagai tempat tanpa
oleh bakteri Bacillus anthracis merupakan menggunakan media pembawa khusus.
penyakit zoonosis yang memiliki daya rusak Sifatnya yang mudah berterbangan dan
tinggi dan mematikan berbagai ternak dapat menyebar mudah di air merupakan
(sapi, kerbau, domba kambing, dan burung suatu kelebihan spora antraks untuk
unta) maupun manusia5. Senjata biologis disebarkan tanpa diketahui oleh siapapun.
bakteri antraks memiliki daya pengahancur Obyek vital negara seperti istana negara,
yang bersifat masal dan berefek dalam instalasi penampungan air, pusat
jangka waktu lama karena bakteri antraks keramaian seperi bandara, terminal
menghasilkan spora yang tahan panas ±> stasiun, gedung perkantoran merupakan
70oC, sinar ultra violet, desinfektan, dan tempat-tempat yang sangat mudah
dijadikan target serangan. Angka kematian
manusia karena menghirup spora antraks
sangat tinggi yaitu sekitar ± 90%. Masa
4
Parker L (2013). Bioterrorism and intelligence.
6
Global Security Studies 4, 53-64. Alibek K, Lobanova C & Popov S (2005).
5
Rahayu, A. (2012). Anthrax di Indonesia. Fakultas Bioterrorism and Infectious Agents. USA: Springer
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Science Business Media.
7
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20 CFSPH. (2007). Anthrax. Iowa State University: The
Edisi%20Khusus%20Desember Center of Food Security & Public Health.
inkubasi penyakit akibat menghirup spora dapat mengetahui arah dan tujuan untuk
antraks sangat singkat yaitu hanya dalam membuat kebijakan strategis yang mudah
waktu tiga hari, setelah itu korban akan terimplementasikan.
meninggal karena infeksi akibat spora
Metode Penelitian
tersebut. Kementerian Pertahanan
Metode penelitian menggunakan metode
Indonesia telah menyatakan di dalam Buku
kualitatif dengan teknik pengambilan
Strategi Pertahanan bahwa serangan dari
sampling dengan menggunakan snowball
senjata biologis akan menjadi tren di masa
sampling. Pelaksanaan teknik ini melalui
mendatang. Namun hingga saat ini belum
multi-tahapan didasarkan pada analogi
ada strategi yang diuraikan secara detail
bola salju yaitu data diperoleh dari
mengenai langkah-langkah yang dilakukan
beberapa orang responden kemudian
pemerintah dalam sistem cegah tangkal
berkembang ke responden yang lebih luas.
serangan senjata biologis di Indonesia.
Subjek penelitian ini adalah
Dalam pembuatan sistem cegah
Kementerian Pertahanan, Barantan, Polri,
tangkal serangan dengan senjata biologis
Dinas Peternakan dan Perikanan
tersebut mereka telah membuat strategic
Kabupaten Bogor, FKH IPB dan
context yang sangat baik. Strategic
Kementerian Kesehatan. Obyek penelitian
context dapat didefinisikan sebagai kondisi
ini adalah pemetaan kelompok orang yang
lingkungan strategis sebuah negara yang
berisiko untuk menyalahgunakan agen
membutuhkan kebijakan dan kebutuhan
biologis, strategic context Indonesia dalam
pertahanan dengan formulasi yang matang
pencegahan serangan senjata biologis dan
dan dapat diimplementasikan dengan
sistem cegah tangkal serangan senjata
baik8. Oleh karenanya untuk melihat peta
biologis. Serta strategi apa saja yang sudah
strategis segala bentuk ancaman di suatu
diimplementasikan oleh instansi terkait
negara diperlukan adanya strategic context
terhadap ancaman senjata biologis.
yang jelas. Dengan adanya pendekatan
Data yang telah terkumpul nantinya
strategic context maka pembuat kebijakan
akan dianalisis untuk mengetahui kesiapan
9
Docktor R. (2010). Accelerating e-government & e-
readiness at work. Regional workshop on building
e-governance capacity in Africa McConnell
International
Faktor-faktor pemicu terjadinya Muspida. Adapun cara lainnya untuk
penggunaan antraks sebagai senjata melepaskan agen biologis dengan sengaja
biologis adalah : (1) kondisi lingkungan yaitu dengan merusak wadah sampel
geografis Indonesia yang merupakan antraks yang akan dikirim ke laboratorium.
endemik antraks, (2) belum adanya aturan Hal tersebut dikenal dengan specimen
jelas dari pemerintah terkait sistem delivery accident. Laboratorium accident
pencegahan serangan senjata biologis; (3) dan specimen delivery accident merupakan
berkembangnya teroris dan kegiatan yang termasuk dalam katagori
seseorang/kelompok tindak kriminal; (4) man-made disaster.
penyalahgunaan agen biologis antraks di Penggunaan senjata biologis
lingkungan laboratorium. Keberadaan dianggap sebagai alternatif lain sebagai
bakteri antraks di wilayah-wilayah yang pengganti senjata konvensional. Alternatif
dekat dengan ibukota provinsi perlu ini digunakan karena dianggap sebagai
diwaspadai. Kemudahan akses dan silent killer. Pelepasan agen biologis akan
informasi untuk memproduksi atau lebih sulit terdeteksi oleh masyarakat
memperoleh spora antraks menjadi salah sekitar ataupun pihak berwajib. Hal ini
satu peluang yang dapat dimanfaatkan dikarenakan spora antraks dapat berupa
bagi siapapun yang berencana untuk serbuk dan dapat disimpan di berbagai
mengembangkan senjata biologis. jenis tempat. Kelompok yang paling
Tersebarnya daerah endemik antraks dapat berisiko dan rentan untuk
menjadi celah bagi siapapun untuk menyalahgunakan bakteri antraks sebagai
menggunakan dan memanfaatkan bakteri senjata biologis adalah kelompok teroris,
antraks sebagai senjata biologis dengan staf atau teknisi di laboratorium yang
mengisolasi bakteri antraks dari lapangan. memiliki isolat antraks, warga negara lain
Pengawasan dan pengamanan bangkai yang mengirimkan serbuk premiks melalui
antraks harus dilakukan tidak hanya dari jalur perdagangan resmi, dan perorangan.
pihak dinas, namun seharusnya juga Untuk saat ini di Indonesia masih
didampingi dengan pihak berwajib ataupun belum terdapat konteks strategis yang
jelas terhadap ancaman nir militer nir militer yang akan menjadi tren di
khususnya untuk ancaman serangan Indonesia untuk lima hingga sepuluh tahun
senjata biologis. Suatu negara akan dapat yang akan datang adalah penyalahgunaan
melihat pola ancaman strategis di jangka senjata biologis antraks. Penyalahgunaan
pendek, sedang dan panjang sehingga agen biologis ini dapat terjadi karena
pemerintah dapat mengetahui prioritas adanya perkembangan teroris dan tindak
ancaman yang harus diperhatikan. kriminal yang semakin masif, luasnya
Dengan demikian segala strategi persebaran wilayah endemis antraks,
penanganan suatu ancaman seperti alokasi belum adanya peraturan yang jelas dari
anggaran, sistem pencegahan dini, sumber pemerintah terkait pencegahan senjata
daya manusia, dan sarana prasarana dapat biologis, penyalahgunaan agen biologis di
direncanakan dengan baik. Berdasarkan laboratorium.
hasil penelitian di tujuh intansi didapatkan Sejauh ini masih belum dapat
bahwa masih ada terdapat instansi yang diketahui apakah Indonesia sudah pernah
belum memberikan prioritas senjata mengalami serangan senjata biologis, oleh
biologis sebagai ancaman yang berdampak karena itu pemerintah harus segera
masif. Meskipun demikian ada beberapa menyusun mitigasi senjata biologis untuk
instansi yang berpendapat bahwa ancaman meminimalisir ancaman serangan senjata
ini akan menjadi tren di masa mendatang biologis. Pembuatan mitigasi dalam
dan pasti akan terjadi di Indonesia. manajemen risiko diawali dengan membuat
Terbentuknya strategic context dapat identifikasi risiko, asesmen risiko,
memudahkan pemerintah dalam membuat penyusunan mitigasi risiko, dan
mitigasi ancaman yang tepat sasaran. implementasi.
Sebuah pemerintahan harus memiliki Dengan penentuan peta risiko ini
konteks strategis untuk melihat ancaman dapat membantu pemerintah untuk
yang dapat terjadi di masa depan sehingga menentukan prioritas kelompok-kelompok
dapat memberikan proteksi penuh pada mana saja yang menjadi ancaman
negara. Dari rangkaian tahapan pembuatan penyebab munculnya senjata biologis di
strategic context diketahui bahwa ancaman masa mendatang. Berikut ini adalah
gambar peta risiko/ risk matrix grid yang langsung. Penulis memasukkan kelompok
digunakan untuk menyusun dan ini pada ancaman yang menjadi prioritas
memetakan kelompok yang rentan pertama bagi pemerintah karena hingga
menyalahgunakan agen biologis antraks. saat ini praktek importasi premiks yang
Kelompok yang menyisipkan antraks masuk ke entry port masih melalui
dari luar negeri memiliki skor tertinggi rangkaian pengawasan yang longgar.
diantara kelompok lainnya. Peluang Terlebih lagi saat ini Indonesia masih belum
produksi agen biologis yang siap digunakan mempunyai alat deteksi cepat senjata
berpeluang sangat mudah mencapai target biologis sehingga peluang terjadinya
sasaran. Selain itu, informasi untuk serangan senjata biologis besar.
memeroleh teknologi dapat diakses
Gambar 2. Risk matrix grid kelompok yang rentan menyalahgunakan senjata biologis antraks
Sumber: Diolah oleh peneliti dari hasil penelitian
Kelompok yang melakukan isolate teknologi pengembangbiakan atau
smuggling, specimen delivery accident, informasi keberadaan penyimpanan isolat
laboratory accident berada di prioritas agen biologis berbahaya di lingkungan
kedua. Berdasarkan hasil skor di tabel laboratorium sangat mudah.
risiko didapatkan bahwa kelompok ini Kelompok teroris merupakan
dimasukkan dalam kategori dengan kelompok yang memiliki skor terendah
peluang kejadian yang cukup tinggi. Saat dibanding kelopok lainnya. Akses
ini belum terbentuk nota kesepahaman informasi teknologi masih sulit dan
mengenai information data sharing dibutuhkan aktor intelektual yang masuk
penggunaan isolat berbahaya yang ke dalam jaringan terorisme untuk
terkoneksi langsung antara laboratorium mengembangkan spora antraks. Polri
yang memiliki koleksi isolat antraks melihat adanya indikasi yang mengarah
dengan pihak kepolisian ataupun BIN. pada penggunaan senjata KBR oleh
Kondisi seperti inilah titik kritis teroris. Hal ini mengingat bahwa setiap
penyalahgunaan agen biologis karena ancaman dan pola penyerangan dari
akses informasi untuk memperoleh tindakan terorisme selalu bersifat dinamis.
review ulang hasil ratifikasi BWC membentuk komite khusus untuk melengkapi sarana dan prasarana
thn 1992 penanggulangan senjata biologis alat deteksi cepat senjata biologis
pembuatan regulasi khusus untuk yang terintegrasi (Kemhan, untuk karantina pertanian, bea
bahaya senjata biologis Kemkes, Barantan, Polri) cukai,Polri