MUSICAM SACRAM
Petrus R. Somba
LITURGI
Devosi
Doa pribadi
• Bebas
• Tidak ada aturan
yang mengikat
• Yang penting
tentunya isi doa
dan cara berdoa
sesuai dengan
iman gereja
Katolik
Menikmati keindahan yang alami
Penilaian secara subyektif
Indah karena Indah
• Kita mengatakan indah karena kita merasa
indah
• Perasaan diutamakan, bukan nalar.
• Bukan penilaian, tetapi pemilihan:
Lagu ini lebih indah dari lagu itu
Tatasuara yang ini lebih enak dari itu.
Paduan suara ini bernyanyi lebih bagus dari
yang itu.
Indah karena Baik
• Kita mengatakan indah: kita bisa menilai
bahwa sesuatu itu baik sehingga indah
• Nalar diutamakan, bukan sekedar perasaan.
• Bukan pemilihan , tapi penilaian atas dasar
kriteria .
Lagu ini lebih indah, tatasuara ini lebih enak,
paduan suara ini bernyanyi lebih bagus,
karena …
Ternyata, sesuatu baru bisa dikatakan indah,
kalau memenuhi kriteria yang dirumuskan
secara rasional obyektif
Indah karena Benar dan Baik
• Seni apapun ada tujuan tertentu.
• Seni dalam liturgi, musik liturgi adalah untuk
mencapai tujuan tertentu.
• Maka juga ada kriteria.
Musik Gereja
Musik Ibadat
Juga naskah-naskah
liturgi yang disusun
oleh Gereja hendaknya
diberi penghargaan
setinggi-tingginya.
Maka tak seorangpun
boleh mengubah,
mengganti, menghapus
atau menambahkan
sesuatu atas prakarsa
sendiri
KONSEKWENSI
Menggunakan teks baku/resmi liturgi
Menggunakan teks Kitab Suci yang dikutip dengan
ceramat, teliti, tidak merubah demi kesesuaian syair
denga melodi.
Atau syair KS tidak dikutip tetapi dituangkan dalam
syair yang baru tanpa, dalam hal ini seluruh isi teks
harus dipaparkan, jangan ada yang dibuang.
Isi syair harus tepat dengan gagasan teologi/liturgi
Syair menyampaikan gagasan secara jelas dan logis
Syair dengan jelas merumuskan sesuatu: doa
permohonan, persembahan, syukur, dll.
Keindahan syair penting, tetapi tidak boleh diutamakan.
Keserasian Melodi dengan Syair
2. Nyanyian liturgi harus memperoleh nihil obstat yaitu penilaian bahwa tidak
ditemukan kesalahan apapun, dalam hal menyangkut ajaran iman Gereja
Katolik. Khusus untuk buku atau kumpulan nyanyian liturgi, nihil obstat juga
penilaian bahwa dari segi mutu, nyanyian atau kumpulan nyanyian tersebut
memenuhi kaidah-kaidah musik liturgi. Penilaian dilakukan oleh suatu tim
kerja, bukan oleh satu dua pribadi saja.
3. Imprimatur adalah penilaian bahwa isi suatu nyanyian atau buku nyanyian
tertentu layak dan pantas dibaca/dinyanyikan. Kalau nihil obstat diberikan
oleh seorang yang ahli disiplin ilmu tertentu, maka yang memberikan
imprimatur biasanya adalah Uskup atau Ordinaris Wilayah yang berwenang,
dan diberikan sesudah memperoleh nihil obstat.
Beberapa catatan untuk
nyanyian liturgi inkulturatif
1. Musik liturgi inkulturatif sebagai bagian dari inkulturasi harus didukung.
2. Tidak mudah menciptakan nyanyian liturgi inkulturatif yang sungguh dapat
menampilkan ciri khas budaya daerah, sekaligus sungguh
mempertahankan kaidah-kaidah nyanyian liturgi.
3. Kesulitan ditemui dalam banyak hal, terutama antara lain:
• Bahasa; syair harus menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia
Pada nyanyian inkulturatif dengan syair bahasa Indonesia ditemukan
banyak ketidak-serasian antara melodi dengan syair
• Iringan; bagaimana menjaga agar iringan tidak menjadi dominan baik
dalam hal volume maupun jumlah birama yang dimainkan instrumen tanpa
ada syair. Hal ini penting diingat, karna dalam nyanyian liturgi syair
menempati posisi sentral dibanding alat musik pengiring.
4. Harus diteliti dan dibuat sungguh sesuai kebutuhan umat setempat. Jangan
sampai nyanyian liturgi inkulturatif berkembang hanya semata menjadi
selingan dalam bernyanyi di dalam liturgi.
Semoga dapat membantu
memperluas cakrawala kita bersama
Terima kasih
Petrus R. Somba
Seksi Musik Komisi Liturgi KWI
HP/WA 082210151509
petrussomba15@gmail.com