Anda di halaman 1dari 35

NYANYIAN LITURGI MENURUT

MUSICAM SACRAM
Petrus R. Somba
LITURGI
Devosi
Doa pribadi
• Bebas
• Tidak ada aturan
yang mengikat
• Yang penting
tentunya isi doa
dan cara berdoa
sesuai dengan
iman gereja
Katolik
Menikmati keindahan yang alami
Penilaian secara subyektif
Indah karena Indah
• Kita mengatakan indah karena kita merasa
indah
• Perasaan diutamakan, bukan nalar.
• Bukan penilaian, tetapi pemilihan:
 Lagu ini lebih indah dari lagu itu
 Tatasuara yang ini lebih enak dari itu.
 Paduan suara ini bernyanyi lebih bagus dari
yang itu.
Indah karena Baik
• Kita mengatakan indah: kita bisa menilai
bahwa sesuatu itu baik sehingga indah
• Nalar diutamakan, bukan sekedar perasaan.
• Bukan pemilihan , tapi penilaian atas dasar
kriteria .
 Lagu ini lebih indah, tatasuara ini lebih enak,
paduan suara ini bernyanyi lebih bagus,
karena …
Ternyata, sesuatu baru bisa dikatakan indah,
kalau memenuhi kriteria yang dirumuskan
secara rasional obyektif
Indah karena Benar dan Baik
• Seni apapun ada tujuan tertentu.
• Seni dalam liturgi, musik liturgi adalah untuk
mencapai tujuan tertentu.
• Maka juga ada kriteria.

Bonum – Verum - Pulchrum


Tujuan musik liturgi
SC 112 = MS 4
Memuliakan Allah dan menguduskan
kaum beriman
Dokumen pra Musicam Sacram
• Tra Le Sollecitudini TLS (1903)
Instruksi Musik Sakral, Ensiklik Paus Pius X 22 November,
1903
• Musicae Sacrae Disciplina
Ensilik Paus Pius XII tentang Musik Sakral, 25 Desember 1955
• De musica sacra et sacra liturgia
Instruksi Musik LIturgi dan Liturgi Suci, 3 September 1958
• Sacrosanctum Concilium
Konstitusi Liturgi Suci, 4 Desember 1963
• Musicam Sacram
Instruksi Musik LIturgi dan Liturgi Suci, 5 Maret 1967
13
Dokumen dan publikasi post Musicam Sacram

• Pedoman Umum Misale Romawi (2000)


• Sacramentum Caritatis, Paus Benediktus XVI

• Liturgical Music Today


BCL, 1982
• Music in Catholic Worship
Bishop Committee on the Liturgy (BCL) of The National
Conference of Catholic Bishops (USA), 1983
• The Milwaukee Symposia for Church Composers
29 orang liturgis, penuis syair, musisi, komposer dan praktisi
pastoral di Amerika 1990-1992
• The Snowbird Statement on Catholic Liturgical Music
17 orang liturgis dan musisi dari Amerika, Kanada, Irlandia dan
Inggris 1990-1992
14
Musik

Musik profan Musik Religius

Musik Gereja

Musik Rohani Musik Sakral

Musik Ibadat

M. Katekese M. Devosi Musik Liturgi Musik Ritual


Yang kita kenal sebagai Imam memanjatkan doa secara meriah,
yaitu dgn melagukan doa tersebut,
adalah alasan utama muncul istilah musik ritual Kristen
Sacrosanctum Concillium 116
Gereja memandang Gregorian sebagai nyanian khas
bagi liturgi romawi. Oleh karena itu nyanyian
gregorian hendaknya mendapat tempat pertama
dalam upacara ibadat tanpa mengingkari bahwa
nyanyian-nyanyian lain mempunyai kedudukan yang
sama.
Jenis-jenis musik ibadat lainnya, terutama musik
polifon, sama sekali tidak ditolah untuk perayaan
ibadat, asal sesuai dengan jiwa ibadat, seturut kaidah
pasal 30 (berbicara soal meningkatkan partisipasi aktif
umat).
Musicam Sacram 4
Yang masuk dalam kategori musik
ibadat adalah lagu gregorian, polifoni
suci dengan aneka bentuknya baik
kuno maupun modern, musik ibadat
untuk organ dan alat musik lain yang
telah disahkan dan musik ibadat
rakyat.
Perbedaan Antara SC dan MS
1. SC begitu menekankan posisi penting nyanyian Gregorian
walaupun tidak mengesampingkan nyanyian-nyanyian lain.
2. MS menambahkan unsur alat musik ke dalam khazanah musik
liturgi.
3. Pemakaian istilah nyanyian-nyanyian lain dalam SC yang
tentunya masih sangat luas, diperjelas oleh MS dengan
pemakaian istilah musik ibadat rakyat.

Dengan menyatakan nyanyian lain (SC) dan musik ibadat rakyat


(MS) adalah juga bagian dari khazanah musik liturgi,
sebenarnya gereja membuka pintu lebar-lebar untuk berbagai
jenis musik termasuk juga musik liturgi inkulturatif ke dalam
khazanah musik liturgi.
Kaidah musik liturgi
MS 4
Musik yang digubah untuk
perayaan ibadat suci, dari segi
bentuknya memiliki bobot
kudus
MS 9
Untuk perayaan liturgis, tidak ada
jenis musik ibadat yang ditolak oleh
Gereja, asal sesuai dengan jiwa
perayaan liturgis itu sendiri dan
selaras dengan hakekat masing-
masing bagian, dan tidak
menghalangi partisipasi aktif dari
umat
Bobot Kudus Tertentu (MS 4)

Tra Le Solecitudini no. 2:


•Kualitas yang cocok untuk liturgi,
•Bentuk yang baik dan suci,
•Secara spontan menghasilkan
kualitas universal
Nyanyian yang bentuknya baik
Indah didengar, indah (bisa) dinyanyikan, dan bukan
untuk/oleh sekelompok orang saja, melainkan sebagian besar
umat:
• Notasi dapat ditulis dengan baik, tidak hanya tinggi
rendahnya not, tapi juga panjang pendeknya not.
• Melodi disusun dengan interval (jarak nada) yang masuk
akal untuk dinyanyikan. Semakin jauh interval, semakin sulit
dinyanyikan.
• Kalimat melodi harus (kurang lebih) simetris. Kalau kalimat
pertama terdiri dari 4 birama (yang paling umum), maka
kalimat 2, 3, 4 juga seharusnya 4 birama. Hal ini cukup sulit
dilakukan, karena syair liturgi seringkali sangat bervariasi
panjang pendek kalimatnya
Nyanyian yang memiliki bobot kudus,
harus menyingkirkan segala profanitas

Dalam Nyanyian itu sendiri


(TLS no. 2)

Syair lagu harus sesuai Nyanyian liturgi harus


Kaidah syair nyanyian liturgi Mengikuti kaidah: melodi
(ditemukan dalam SC 121) selaras dengan syair
(juga dalam SC 121)
KAIDAH SYAIR
NYANYIAN LITURGI
Isi Syair
SC 121
Syair lagu ibadat harus
selaras dengan ajaran
Katolik, malahan
hendaknya ditimba
terutama dari Kitab
Suci dan dari sumber-
sumber liturgi
Instruksi III Konstitusi Liturgi /
Liturgicae instaurationes No. 3

Juga naskah-naskah
liturgi yang disusun
oleh Gereja hendaknya
diberi penghargaan
setinggi-tingginya.
Maka tak seorangpun
boleh mengubah,
mengganti, menghapus
atau menambahkan
sesuatu atas prakarsa
sendiri
KONSEKWENSI
 Menggunakan teks baku/resmi liturgi
 Menggunakan teks Kitab Suci yang dikutip dengan
ceramat, teliti, tidak merubah demi kesesuaian syair
denga melodi.
Atau syair KS tidak dikutip tetapi dituangkan dalam
syair yang baru tanpa, dalam hal ini seluruh isi teks
harus dipaparkan, jangan ada yang dibuang.
 Isi syair harus tepat dengan gagasan teologi/liturgi
 Syair menyampaikan gagasan secara jelas dan logis
 Syair dengan jelas merumuskan sesuatu: doa
permohonan, persembahan, syukur, dll.
Keindahan syair penting, tetapi tidak boleh diutamakan.
Keserasian Melodi dengan Syair

• Dalam hal jiwa:


Syair ada yang sedih/memohon atau riang/gembira atau
agung dan megah. Melodi yang dibuat harus sesuai dengan
jiwa syair; kesesuaian ini harus terungkap dalam tangga
nada yang dipilih, tempo dan jalannya melodi
• Dalam hal pemenggalankalimat (dan kata):
Kalimat melodi harus sesuai dengan kalimat syair.
• Dalam hal aksentuasi:
Melodi disusun agar aksen syair jatuh pada aksen ritmik
atau aksen melodi dari lagu.
Keserasian Syair Dengan Melodi
Dalam hal jiwa, pemenggalan kalimat (bahkan kata) dan
aksentuasi (tekanan kata jatuh pada tekanan melodi).
Keserasian
Melodi dengan
Syair
Melodi yang
indah

Syair yang benar


Nyanyian yang memiliki bobot kudus,
harus menyingkirkan segala profanitas

Dalam Nyanyian itu sendiri


(TLS no. 2)

Syair lagu harus sesuai Nyanyian liturgi harus


Kaidah syair nyanyian liturgi Mengikuti kaidah: melodi
(ditemukan dalam SC 121) selaras dengan syair
(juga dalam SC 121)
Nyanyian yang memiliki bobot kudus,
harus menyingkirkan segala profanitas

Dalam cara membawakan


(TLS no. 2)

Tempo yang dipilih & Tidak menghalangi


Ekspresi yang ditampilkan partisipasi aktif umat

Penjiwaan berdasarkan syair; pembawaan wajar/tidak


berlebihan/teatrikal dalam hal tempo dan ekspresi
Beberapa catatan
1. Musicam Sacram no. 32 menegaskan bahwa Ordinaris Wilayah mempunya
wewenang mengesahkan naskah lagu Proprium. Kewenangan yang sama
juga dimiliki Konperensi Uskup (PUMR 48, 74, 87).

2. Nyanyian liturgi harus memperoleh nihil obstat yaitu penilaian bahwa tidak
ditemukan kesalahan apapun, dalam hal menyangkut ajaran iman Gereja
Katolik. Khusus untuk buku atau kumpulan nyanyian liturgi, nihil obstat juga
penilaian bahwa dari segi mutu, nyanyian atau kumpulan nyanyian tersebut
memenuhi kaidah-kaidah musik liturgi. Penilaian dilakukan oleh suatu tim
kerja, bukan oleh satu dua pribadi saja.

3. Imprimatur adalah penilaian bahwa isi suatu nyanyian atau buku nyanyian
tertentu layak dan pantas dibaca/dinyanyikan. Kalau nihil obstat diberikan
oleh seorang yang ahli disiplin ilmu tertentu, maka yang memberikan
imprimatur biasanya adalah Uskup atau Ordinaris Wilayah yang berwenang,
dan diberikan sesudah memperoleh nihil obstat.
Beberapa catatan untuk
nyanyian liturgi inkulturatif
1. Musik liturgi inkulturatif sebagai bagian dari inkulturasi harus didukung.
2. Tidak mudah menciptakan nyanyian liturgi inkulturatif yang sungguh dapat
menampilkan ciri khas budaya daerah, sekaligus sungguh
mempertahankan kaidah-kaidah nyanyian liturgi.
3. Kesulitan ditemui dalam banyak hal, terutama antara lain:
• Bahasa; syair harus menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia
Pada nyanyian inkulturatif dengan syair bahasa Indonesia ditemukan
banyak ketidak-serasian antara melodi dengan syair
• Iringan; bagaimana menjaga agar iringan tidak menjadi dominan baik
dalam hal volume maupun jumlah birama yang dimainkan instrumen tanpa
ada syair. Hal ini penting diingat, karna dalam nyanyian liturgi syair
menempati posisi sentral dibanding alat musik pengiring.
4. Harus diteliti dan dibuat sungguh sesuai kebutuhan umat setempat. Jangan
sampai nyanyian liturgi inkulturatif berkembang hanya semata menjadi
selingan dalam bernyanyi di dalam liturgi.
Semoga dapat membantu
memperluas cakrawala kita bersama

Terima kasih

Petrus R. Somba
Seksi Musik Komisi Liturgi KWI
HP/WA 082210151509
petrussomba15@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai