Anda di halaman 1dari 10

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

SISTEM UTILITAS PADA KONSTRUKSI GEDUNG


Fahirah F. *

Abstract
Installing a fire alarm (detection system) is one of the utility systems in the construction of buildings
that need to be understood by all parties so as to create a fire control system is good, fast,
accurate, reliable and effective for all levels and integrated conditions. Installation component
detection system consists of heat detectors, smoke detectors, flame detectors, gas detectors,
TPM, fire alarms, fire panels, cables,power supply and equipment installation aids.
Writing goals is to determine criteria for planning and working system of fire alarms that are used in
multilevel buildings Darmo Trade Center-Surabaya.
Key words : utility systems, fire alarm, building construction

Abstrak
Instalasi tanda bahaya kebakaran (system deteksi) merupakan salah satu sistem utilitas pada
konstruksi gedung yang perlu dipahami oleh semua pihak sehingga dapat tercipta suatu sistem
pengendalian bahaya kebakaran yang baik, cepat, tepat, handal dan efektif untuk segala
macam tingkat dan kondisi secara terpadu .Pemasangan komponen sistem deteksi terdiri dari
detektor panas, detektor asap, detektor nyala api, detektor gas, TPM, alarm kebakaran, panel
kebakaran, kabel, catu daya dan peralatan bantu instalasi.
Tujuan Penulisan adalah untuk mengetahui kriteria perencanaan dan sistem kerja dari tanda
bahaya kebakaran yang digunakan pada bangunan gedung bertingkat Darmo Trade Center-
Surabaya.
Kata Kunci : sistem utilitas, tanda bahaya kebakaran, konstruksi gedung

1. Pendahuluan Uitlitas bangunan merupakan


Ilmu pengetahuan dan suatu kelengkapan fasilitas bangunan
teknologi dalam bidang konstruksi telah yang digunakan untuk menunjang
mengalami kemajuan yang sangat tercapainya unsur kenyamanan,
pesat. Bermacam-macam bangunan kesehatan, keselamatan, kemudahan
dengan struktur yang rumit dan desain komunikasi dan mobilitas dalam
arsitektur yang indah telah berhasil bangunan. Dalam desain bangunan
dibangun dengan bantuan ilmu harus selalu memperhatikan dan
pengetahuan dan teknologi. Salah satu menyertakan fasilitas utilitas yang
contoh adalah gedung-gedung dikoordinasikan desain yang lain seperti
bertingkat tinggi yang banyak dibangun desain arsitektur, struktur, interior dan
dengan menggunakan sistem utilitas desain lain. Sistem utilitas pada
yang baik. bangunan gedung terdiri atas sistem
plambing dan sanitasi, pencegahan
kebakaran,pengudaraan/penghawaan

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 - 106

, penerangan/pencahayaan, telepon, atas dan bawah serta atap) dengan


CCTV dan sekuriti, penangkal petir, tata luas total bangunan 89.398,5 m2 yang
suara, transportasi dalam bangunan, berfungsi sebagai pusat perbelanjaan
landasan helikopter, pembuangan maka perlu diketahui kriteria
sampah dan sistem alat pembersih perencanaan dan sistem kerjanya agar
bangunan. dapat digunakan dengan baik dan
Ancaman bahaya kebakaran sesuai kebutuhan. Yang menjadi
merupakan salah satu bentuk potensi permasalahan dalam hal ini adalah
bahaya yang dapat membawa bagaimana kriteria perencanaan dan
musibah yang besar dengan akibat sistem kerja dari tanda bahaya
yang sangat luas, baik terhadap kebakaran yang digunakan pada
keselamatan jiwa manusia maupun Darmo Trade Center-Surabaya.
harta benda. Penanggulangan bahaya
kebakaran baik secara preventif
maupun represif seyogyanya 2. Pembahasan
merupakan suatu usaha aktif dan efektif Sistem pencegahan kebakaran
oleh semua pihak untuk mencegah dapat berfungsi dengan baik jika
kebakaran demi kepentingan sendiri sebelumnya dilakukan suatu
maupun untuk kepentingan umum. persyaratan pada bangunannya sendiri.
Sistem pengendalian bahaya Adapun klasifikasi bangunan-bangunan
kebakaran mencakup berbagai upaya menurut ketentuan struktur utamanya
dan aspek pencegahan, terhadap api, dibagi dalam kelas A, B,
perlindungan/proteksi pasif dan aktif, C, dan D.
deteksi dini, penanggulangan,
pemadaman dan penyelamatan.
• Kelas A
Pemahaman atas konsep - konsep dan
Struktur utama harus tahan api
praktek - praktek pengendalian bahaya
sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan
kebakaran merupakan pengetahuan
yang masuk dalam kelas ini adalah:
yang mutlak harus dipahami oleh semua
bangunan untuk kegiatan umum,
pihak, sehingga dapat tercipta suatu
seperti hotel, pertokoan dan pasar
sistem pengendalian bahaya
raya, perkantoran, rumah sakit,
kebakaran yang baik, cepat, tepat,
bangunan industri, tempat hiburan,
handal dan efektif untuk segala macam
museum, dan bangunan dengan
tingkat dan kondisi secara terpadu.
penggunaan ganda/campuran.
Satu hal yang menonjol dari
aspek desain adalah penerapan sistem
• Kelas B
proteksi pasif yang diwujudkan dalam
Struktur utama harus tahan api
penerapan sistem kompartemenisasi
sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-
dalam bangunan. Konsekuensi dari
bangunan tersebut meliputi
penerapan sistem ini adalah
perumahan bertingkat, asrama,
terpasangnya komponen
sekolah dan tempat ibadah.
kompartemenisasi, seperti fire stopping,
shutter, fire dan smoke damper, smoke
• Kelas C
sreen termasuk fire stair normal fire
Bangunan-bangunan dengan
window.
ketahanan api dari struktur utama
Dalam penggunaan tanda
selama 1 jam, biasanya untuk
bahaya kebakaran pada gedung
bangunan-bangunan yang tidak
Darmo Trade Center-Surabaya yang
bertingkat dan sederhana.
terdiri dari 9 lantai (termasuk lantai dasar

98
Sistem Utilitas pada Konstruksi Gedung
(Fahirah F.)

• Kelas D Nasional Indonesia (SNI): 03 – 3985 –


Bangunan-bangunan yang tidak 1995 bahwa Sistem Deteksi adalah
tercakup ke dalam kelas A, B, C, dan sistem yang berfungsi mendeteksi awal
diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir adanya suatu kebakaran.
dan gudang-gudang senjata/mesin. Pemasangan suatu komponen
Pengaturan lingkungan dengan sistem deteksi terdiri dari :
ketentuan yang meliputi pengaturan a. Detektor Panas
blok dengan kemudahan pencapaian, Lokasi peningkatan temperatur
ketinggian bangunan, jarak bangunan, merupakan petunjuk adanya
dan kelengkapan lingkungan, serta hubungan singkat dalam gulungan
pengaturan ruang-ruang efektif, ruang kawat katup terbuka di atas pipa
sirkulasi, penempatan tangga yang bahan bakar untuk alat
tepat dengan pintu kebakaran. pembakaran dengan panas meluas
Beberapa persyaratan yang dari zat cair atau tabung dengan
diperlukan untuk mencegah bahaya peringatan bermetalik dari sirkuit
kebakaran pada bangunan antara alarm.
lain :
a. Mempunyai bahan struktur utama
dan finishing yang tahan api.
b. Mempunyai jarak bebas dengan
bangunan-bangunan disebelahnya
atau terhadap lingkungannya.
c. Melakukan penempatan tangga
kebakaran sesuai dengan
persyaratan.
d. Mempunyai pencegahan terhadap
sistem elektrikal.
e. Mempunyai pencegahan terhadap
sistem penangkal petir. Gambar 1. Jarak antara Detektor Panas
f. Mempunyai alat kontrol untuk
ducting pada sistem pengkodisian
udara.
g. Mempunyai sistem pendeteksian
dengan sistem alarm, sistem
automatic smoke, dan heat
ventilating
h. Mempunyai alat kontrol terhadap lift.
i. Melakukan komunikasi dengan
stasiun komando untuk sistem
pemadam kebakaran.

Gambar 2. Jarak antara Detektor Panas


2.1. Fire Detector
pada Langit-langit yang
Dalam setiap gedung tinggi berbelok-belok
(high rise building) faktor keselamatan
manusia merupakan faktor yang sangat b. Detektor Asap
diprioritaskan, yang mana sistem
Ionisasi detektor asap mengandung
deteksi kebakaran merupakan salah
sumber radio aktif. Perputaran
satu unsur faktor. Berdasarkan Standar

99
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 - 106

microcurie tipe Amen Amenciur-241, Pengawasan gedung baik


dimana menyaring udara yang manual ataupun otomatis dari api
mengandung partikel Alpa (ionisasi). sebaiknya dihubungkan oleh
Kehadiran asap mengurangi aliran pengamatan switchboard sebelum
ion Alpa aliran listrik, mengurangi dan membahayakan orang. Keuntungan
menekan hasil andalan dalam dari detektor dapat dikombinasikan
aktifitas. dengan pengawasan keamanan.
c. Detektor Nyala Api Pemilihan jenis detektor harus
Gas, minyak, bensin atau bahan disesuaikan dengan peraturan yang
kimia lain, kehadiran deteksi nyala berlaku dan fungsi ruangan yang akan
api untuk katalisator reaksi kimia. digunakan.
Contoh pemilihan jenis detektor
d. Detektor Gas berdasarakan fungsi ruangan disajikan
Gas Hydrokarbon yang tak pada Tabel 1.
berwarna, difusi asap sebuah
membran adalah detektor. Tabel 1. Jenis detektor berdasarkan
e. TPM fungsi ruangan
Batang lazer membiaskan panas Jenis Detektor Fungsi Ruangan
segera atau asap yang jauh dari Detektor Asap Ruang Arsip, Kantor
target fotosell dan memulai alarm Detektor Panas Ruang Dapur,
sebuah kelanjutan dari urat nadi Detektor Panas Ruang Genset
adalah batang merah dapat (*) Ruang Mesin
menaikkan transmisi untuk 100 m dan
dapat menggunakan kontrol (*) ROR : Rate of Rise Temperature (Kombinasi
komputer untuk meneliti dan antara detektor panas tetap dan
melindungi wilayah. detektor panas kenaikan suhu
abnormal/10ºC per menit).
f. Alarm Kebakaran
Deteksi bahaya memberikan Luas cakupan (coverage area)
peringatan awal dari resiko detektor pada ketinggian langit-langit 3
kebakaran atau ledakan. meter disajikan pada Tabel 2.
g. Panel Kebakaran Kabel
Suatu sumber dari lampu yang Tabel 2. Luas cakupan detektor
menerima bagian foto. Asap tak Jenis Detektor Luas Cakupan
dikenal atau menyebarkan dan Detektor Asap 92 m2
detektor adalah inggered. Detektor Panas 46 m2
h. Catu Daya Detektor Panas 46 m2
Timbulnya ledakan atmosfir lokal ROR
bebas hasil lengkap atau laju cepat Catatan : Semakin tinggi langit-langit ruang
adalah detektor. maka daerah cakupan semakin
i. Peralatan Bantu Instalasi kecil, dengan demikian harus ada
penambahan jumlah detektor
Kebiasaan keamanan selalu
berdasarkan tabel peraturan
dimonitor dari api dan deteksi atap. yang berlaku.
Inti merah membayangi kamera
mengungkapkan operasi dari
mengubur pipa dan kabel dan Pada sistem deteksi kebakaran
dapat medeteksi sumber panas tidak biasanya dihubungkan dengan
terlihat secara visual. peralatan Mekanikal dan Elektrikal lain
misalnya : lift, pressurization fan.

100
Sistem Utilitas pada Konstruksi Gedung
(Fahirah F.)

Prinsip Automatic Fire Detection, d. Heat Stage


Kebanyakan kebakaran melalui empat Pada tahap ini terjadi panas terbesar
(4) tahap yaitu : yang tidak dapat terkontrol dan
penyebaran udara panas serta asap
a. Incipient Stage yang cepat. Heat detector dibuat
Pada tahap ini hasil pembakaran dalam 2 desain yaitu : spot unit, yang
berisi kuantiti dari partikel-partikel diletakkan di pusat area untuk
mikroskopis yang tidak terlihat, perlindungan; dan linear unit, yang
terbaik dideteksi dengan “ionozation merasakan panas sepanjang
type detector”. Waktu respon terdiri jangkauannya. Jenis spot heat
dari tipe ini tergantung pada detector yaitu fixed temperatur and
bagaimana cepatnya partikel- rate of rise, dengan temperatur yang
partikel terbakar mencapai detektor. dicapai biasanya 135 F atau 185 F.
Ionization detector sebaiknya Jenis linear heat detector ada dua.
diletakkan i-door, dalam ruangan Tipe pertama yang menggunakan
dengan stagnant air atau kecepatan sepasang kawat baja masing-masing
udara rendah (di bawah 50 fpm) dan terbungkus dengan thermoplastic
dalam ruangan dengan sedikit asap insulation. Jika exposed pada tingkat
yang diharapkan. Ionization detector temperatur alarm, insulation akan
tidak harus dipasang pada langit- mencair dan kawat saling kontak.
langit yang hangat atau panas. Tipe ini bekerja pada temperatur
Sensitivitas detector lebih tinggi pada 68ºC/155F, 88ºC/190F, 138ºC/280F
temperatur ambient yang rendah. dan digunakan dalam konfigurasi
Perlindungan detector bervariasi dari circuit terbuka atau tertutup dengan
150 – 750 ft2 per unit, tergantung panjang lebih dari 2599 ft. Tipe yang
pada tipe yang digunakan, material kedua adalah linear thermistor
yang terbakar dalam ruangan dan dengan daya listrik yang resistan
kondisi ambient. dengan temperatur yang bervariasi.
Resistan ini dimonitor pada control
b. Smoldering Stage
panel. Deteksi dapat diatur dari 70F
Karakteristik api dengan partikel yang
(21ºC) sampai 1200F (650ºC). Tipe ini
lebih besar dari 10 microns, dideteksi
lebih sensitive, cepat dan mahal.
oleh photoelectric smoke detector,
jenis-jenisnya yaitu “photoelectronic”,
“scatterdlight”, atau “tyndalleffect”, 2.2. Fire Alarm
detector. Pada tahap ini partikel- Alarm kebakaran adalah
partikel besar terlihat sebagai asap, komponen dari sistem yang memberikan
sedangkan nyala api atau panas isyarat adanya kebakaran. Fire alarm
yang dapat terasa masih belum ada. menurut undang-undang merupakan
c. Flame Stage pemeriksaan lonceng, sirine klakson,
Kebakaran yang nyata ada teriakan, dan alat yang mengandung
sekarang. Panas yang dapat terasa suara. Jadi merupakan suatu produk
masih belum ada, tetapi mengikuti peringatan nyata. Alarm seharusnya
hampir seketika itu juga. Dua tipe menyediakan kaca mudah pecah
flame detector yaitu deteksi radiasi disetiap gedung.
ultraviolet dan radiasi infra merah. Sistem listrik untuk deteksi
Jarak UV radiation detector berkisar kebakaran mencakup alarm, pusat
40-390 nm dan IR radiation detector kontrol panel, supply yang baru masuk
berkisar 650-850 nm. dan distribusi baterai darurat, sebuah
baterai pengisi dan kabel resistan

101
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 - 106

kebakaran. Kabel permanen atau line Berbagai alat pendeteksian


telepon disambungkan dibuat untuk dapat digunakan untuk memberi suatu
pasukan kebakaran dan komputer isyarat kondisi api. Titik panggilan
pengontrol pengamanan menunjukkan manual merupakan suatu tombol
semua sistem yang salah. sederhana yang memberi isyarat
Sistem fire alarm mempunyai 3 manakala dioperasikan. Tanda
bagian dasar : signal initiating, signal kebakaran dan pendeteksian sistem
processing dan alarm indication. Signal yang bekerja ada 2 cara yaitu : '
initiating dapat secara manual (pull konvensional' sistem dan ‘addressable’
station atau telepon) ataupun otomatis sistem.
(fire and smoke detector) dan/atau
waterflow switches). a. “Konvensional” Sistem
Controls, relays, switches dan 'Konvensional' sistem adalah
sircuits yang tergabung dalam control pemasangan kawat di daerah
unit (fire alarm panel) adalah penting tertentu yang akan berhubungan
untuk : dengan compartment api atau
a. Melengkapi power untuk system fire subcompartment. Detektor akan
alarm, memberi dan mengindikasi suatu
b. Indicating device serta peralatan isyarat api di daerah tertentu berupa
lainnya sinyal tanda bahaya kebakaran.
c. Pengawasan circuit system secara Konvensional sistem dapat dilihat
listrik pada gambar 3.

Gambar 3. Conventional Fire Alarm Wiring

102
Sistem Utilitas pada Konstruksi Gedung
(Fahirah F.)

Gambar 4 :‘Addressable’ Fire Alarm Wiring

b. ‘Addressable’ Sistem. Perencanaan ini didasarkan


‘Addressable’ sistem menggunakan atas beberapa hal yang akan diuraikan
jumlah yang sama alat dibawah, sehingga dapat memenuhi
pendeteksian, dan panggilan alarm ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu
seperti sistem konvensional, tetapi antara lain sebagai berikut :\
berbeda, ada satu atau lebih mikro
prosesor yang digunakan untuk a. Sistem Penginderaan Tanda Bahaya
mengendalikan sistem. Sistem ini Kebakaran
dapat memberi informasi yang lebih Sesuai dengan fungsi bangunan
jauh dibandingkan menerima yaitu bangunan pertokoan maka
informasi. Detektor membagi sistem yang dipilih adalah sistem
sistem konvensional menjadi sensor Semi Addressable dan peralatan
individu pada ' sistem ‘addressable’ yang digunakan adalah sebagai
yang ditempatkan pada lokasi berikut:
tertentu (Gambar 4). 1). Panel Kontrol Kebakaran (PKK),
2). Announciator Panel. Yang
dimaksud dengan Announciator
2.3. Kriteria Perencanaan Instalasi Tanda
Panel adalah bagian sistem yang
Bahaya Kebakaran Darmo Trade
menghubungkan antara
Center Surabaya
peralatan input (peralatan
Pendeteksian adanya deteksi) dan output unit (alarm
kebakaran dilakukan dengan dua cara, sistem, actuator unit) dan lainnya
yaitu : dengan pusat kontrol.
a. Secara automatic oleh detector Announciator Panel betujuan
b. Secara manual oleh titik panggil untuk memonitor apabila ada
manual kejadian fire atau fault alarm

103
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 - 106

pada zoning mana saja terjadinya 5). Alarm bel yang akan digunakan
gangguan.Lingkup pekerjaan mempunyai tingkat kekerasan 90
berupa: baterai cadangan dB.
beserta chargernya, kapasitas 6). Jumlah detektor setiap zone
disesuaikan dengan kebutuhan address, untuk detektor panas
peralatan dan harus mampu atau panas kombinasi maxumum
bekerja dalam waktu 12 jam 40 buah, sedangkan untuk
tanpa supply listrik, detektor asap maximum 15
3). Monitor Modul, buah.
4). Kontrol Modul, 7). Monitor modul berfungsi sebagai
interface antara panel kontrol
5). Detektor Panas Konvensional,
addressable dengan detektor
6). Detektor Panas Addressable, konvensional, flow switch
7). Detektor Asap Konvensional, sekaligus merupakan address.
8). Detektor Asap Addressable, 8). Kontrol modul sebagai interface
9). Titik Panggil Manual, antara panel kontrol addressable
dengan bel konvensional.
10). Bel Tanda Bahaya,
9). Detektor asap akan dipasang
11). Kabel Kontrol. pada ruangan panel, corridor,
ruang mesin lift dan lain-lain
b. Dasar Penentuan Jumlah Detektor 10). Detektor kombinasi akan
dan Titik Panggil Manual dipasang pada Food Court, Play
Dalam perhitungan pengamanan Ground, Toko Buku, Function
detektor didasarkan atas beberapa ROOM, Shops, Parkir, Ruang
hal sebagai berikut : Trafo, Ruang Genset, dan lain-
1). Untuk ketinggian langit-langit lain.
(plafond 3-9 meter) jarak antara
detektor harus dikalikan dengan
faktor pengali sesuai tabel 3. Tabel 3. Faktor pengali untuk ketinggian
2). Bila ketinggian langit-langit 3 plafond 3-9 m
meter dari lantai maka : Ketinggian Langit- Faktor Pengali
a). Untuk detektor panas, jarak Langit (m) (%)
antara detektor maximum 7 0.0 – 3.0 100
meter untuk ruang 3.0 – 3.6 91
efektif dan 10 meter untuk 3.6 – 4.2 84
ruang sirkulasi. 4.2 – 4.8 77
b). Untuk detektor asap, jarak 4.8 – 5.4 71
antara detektor maximum 12 5.4 – 6.0 64
meter untuk ruang efektif dan 6.0 – 6.6 58
18 meter untuk ruang sirkulasi. 6.6 – 7.2 52
3). Jarak detektor ke dinding 7.2 – 7.8 46
maximum 3 meter untuk detektor 7.8 – 8.4 40
panas dan 6 meter untuk detektor 8.4 – 9.0 34
asap.
4).Jarak dari titik sambungan ke titik
panggil manual adalah maximum c. Penempatan Panel Kontrol
30 meter. Kebakaran Titik Panggil Manual
dan Alarm Bel.

104
Sistem Utilitas pada Konstruksi Gedung
(Fahirah F.)

1). Panel kontrol kebakaran akan megatasi kebakaran tersebut maka


ditempatkan di ruang kantor petugas dapat mengaktifkan
lantai dasar atas perintah evakuasi melalui general
2). Announciator panel akan alarm.
ditempatkan di ruang security di d. Apabila petugas sanggup mengatasi
lantai1. kebakaran maka petugas dapat
3). Titik panggil manual, alarm bell, melakukan reset di PKK.
jack interkom, dan lampu e. Bila general alarm diaktifkan maka
indikator ditempatkan pada akan timbul :
hydrant box dan tempat yang 1) Bel di seluruh bangunan berbunyi
dianggap perlu. 2) Peralatan pengkondisian udara
mati
3) Seluruh lift diperintahkan turun ke
2.4. Cara Kerja Sistem Tanda Bahaya lantai 1, hanya lift kebakaran yang
Kebakaran Darmo Trade Center dapat diaktifkan kembali oleh
Surabaya petugas kebakaran.
a. Apabila terjadi keadaan-keadaan f. Setelah seluruh keadaan dapat diatasi
sebagai berikut: maka petugas dapat mereset
1). Kenaikan suhu melebihi tingkat kembali indikasi di PKK.
normal sampai pada suatu batas
temperatur tertentu pada
2.5. Standar Nasional Keselamatan
daerah yang dilindungi detektor
Bangunan
panas.
2). Kenaikan suhu dengan cepat Untuk pembangunan gedung-
pada daerah yang dilindungi gedung tingkat tinggi khususnya
oleh detector panas kombinasi. pembangunan pusat pertokoan maka
3). Kepekatan asap melebihi senantiasa harus selalu mematuhi
kepekatan asap tertentu pada prosedur perizinan, terutama yang
daerah yang dilindungi oleh berkaitan dengan keselamatan
detektor asap Ionisasi. terhadap bahaya kebakaran. Dalam
Maka detektor tesebut akan SNI/SK SNI telah diatur tentang Standar
memberikan indikasi ke Panel Kontrol Nasional Keselamatan Bangunan baik
Kebakaran (PKK). Dengan adanya mengenai metode, pedoman spesifikasi
indikasi ini maka PKK akan dan lain-lain di Indonesia. Adapun Tata
memberikan sinyal keluaran berupa : Cara pelaksanaan pemasangan sistem
1) Lampu indikator di PKK dan deteksi alarm kebakaran untuk
Announciator menyala pencegahan bahaya kebakaran pada
2) Buzzer di PKK berbunyi bangunan gedung dan rumah diatur
3) Bel di lantai yang bersangkutan dalam SNI : 03-3985-1995.
berbunyi
4) Lampu indikator untuk detektor
yang aktif menyala 3. Kesimpulan
b. Dengan adanya indikasi ini, petugas a. Sistem deteksi adalah sistem yang
harus menekan tombol alarm silence, berfungsi mendeteksi awal adanya
kemudian mengadakan suatu kebakaran. Pemasangan suatu
pemeriksaan ke lokasi kebakaran. komponen sistem deteksi terdiri dari
c. Apabila petugas menemukan detektor panas, detektor asap,
penyebab indikasi karena kebakaran detektor nyala api, detektor gas,
dan petugas merasa tidak sanggup TPM, alarm kebakaran, panel

105
Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 2, Mei 2010: 97 - 106

kebakaran, kabel, catu daya dan Gradian Mitrakarsa; Jakarta;


peralatan bantu instalasi. 2003.
b. Alarm kebakaran adalah komponen Merrit; Frederick S.; Consulting Engineer,
dari sistem yang memberikan isyarat West Palm Beach, Florid ;
adanya kebakaran dan sistem listrik “Building Engineering and
untuk deteksi kebakaran mencakup Systems Design”; Van Nostrand
alarm, pusat kontrol panel, supply Reintiold Company, Ney York ;
yang baru masuk dan distribusi 1979.
baterai darurat, sebuah baterai
pengisi dan kabel resistan Stollard; Paul, John Abrahams; “Fire From
kebakaran. First Principles” A Design Guide
c. Darmo Trade Centre Surabaya to Building Fire Safety; Chapman
merupakan bangunan pertokoan & Hall London, New York, Tokyo,
sehingga sistem yang dipilih adalah Melbourne, Madras; 1991.
sistem Semi Addressable dan Tangoro; Dwi; “Utilitas Bangunan”;
peralatan yang digunakan adalah: Universitas Indonesia; Jakarta;
Panel Kontrol Kebakaran (PKK), 2000.
Announciator Panel, Monitor Modul,
Kontrol Modul, Detektor Panas
Konvensional, Detektor Panas
Addressable, Detektor Asap
Konvensional, Detektor Asap
Addressable, Titik Panggil Manual,
Bel Tanda Bahaya, dan Kabel
Kontrol.
d. Penempatan detektor pada setiap
ruangan disesuaikan dengan fungsi
dari ruangan dan harus berdasarkan
Standar Nasional Keselamatan
Bangunan (SNI/ SK SNI).

4. Daftar Pustaka
Bejamin S, John S.R, William J. Mc
Guinnes; “Mechanical and
Electrical Equipment for
Building” ;Ed. & volume 1. John
Wiley & Sons. Canada; 1986.
Chadderton;David V.; “Building Services
Engineering”; E & FN Spon, an
iprint of Chapman & Hall;
London; 1996.
Direktori SNI; Home Keselamatan
Bangunan; Tahun 1989-2002
Dasar Perencanaan Instalasi Mekanikal
dan Elektrikal; Proyek Darmo
Trade Center Surabaya; PT.

106

Anda mungkin juga menyukai