Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif, serta
dampaknya terhadap kesehatan
Gambar. Makanan
Apakah kamu menyukai makanan dengan warna yang mencolok ? Lalu apakah zat warna
pada makanan tersebut diperlukan oleh tubuh? Sebenarnya, bahan tambahan dalam
makanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas, keawetan, kelezatan, dan
kemenarikan makanan. Selain itu, ada pula bahan yang ditambahkan pada makanan
sebagai pewarna, pemutih, pengatur keasaman, penambah zat gizi dan anti penggumpal.
Bahan tambahan pada makanan tersebut dinamakan, zat aditif. Zat aditif yang umum
digunakan masyarakat, antara lain garam dapur, rempah-rempah, asam cuka, dan lain-lain
Zat aditif pada makanan adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke produk
makanan. Manfaatnya untuk menjaga makanan agar tetap segar serta meningkatkan
warna, aroma, dan teksturnya. Zat aditif makanan disebut juga dengan istilah Bahan
Tambahan Pangan (BTP). Semua produk makanan yangg d menggunakan zat aditif harus
melalui persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Semua bahan yang dicampurkan pada produk makanan selama proses pengolahannya,
proses penyimpanannya, dan proses pengemasannya bisa disebut sebagai zat aditif pada
makanan. Zat aditif makanan dibagi menjadi beberapa, diantaranya yaitu:
1. Zat pewarna
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna
yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada
umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses
pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan
pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap
panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen
pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna
telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh dari
hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan
pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan
kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pemberian zat warna pada makanan agar makanan terlihat segar dan menarik
sehingga menimbulkan orang untuk memakannya. Jenis zat pewarna ada dua, yaitu
pewarna alami dan pewarna sintetis.
Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari alam, misalnya dari
tumbuhan dan hewan. Banyak sekali bahan-bahan di sekitarmu yang dapat
dipakai sebagai pewarna alami. Daun suji dan daun pandan dipakai sebagai
pewarna hijau pada makanan. Selain memberi warna hijau, daun pandan juga
memberi aroma harum pada makanan. Kakao sering digunakan untuk
memberikan warna cokelat pada makanan. Pewarna alami mempunyai
keunggulan, yaitu umumnya lebih sehat untuk dikonsumsi daripada pewarna
buatan. Namun, pewarna makanan alami memiliki beberapa kelemahan, yaitu
cenderung memberikan rasa dan aroma khas yang tidak diinginkan, warnanya
mudah rusak karena pemanasan, warnanya kurang kuat (pucat), dan macam
warnanya terbatas.
Pewarna Sintetis (Buatan)
Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibanding
pewarna alami, yaitu harganya murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih
kuat, macam warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena
pemanasan. Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui
pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen. Pewarna yang telah melalui
pengujian keamanan dan yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan
dinamakan permitted colour atau certified colour. Penggunaan pewarna buatan
secara aman sudah begitu luas digunakan masyarakat sebagai bahan pewarna
dalam produk makanan. Namun, di masyarakat masih sering ditemukan
penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Pewarna buatan (sintetis) adalah zat warna yang mengandung bahan kimia yang
biasanya digunakan di dalam makanan untuk mewarnai makanan.
2. Zat pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman.
Jenis-jenis zat pemanis ada 2, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis
alami dapat berasal dari kelapa, tebu, dan aren. Selain itu juga terdapat dari buah-
buahan dan madu. Zat pemanis juga berfungsi sebagai penghasil energi. Namun,
konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan kegemukan dan penyakit kencing
manis (diabetes) karena pemanis alami mengandung kalori lebih tinggi. Untuk itu,
batasi penggunaan zat pemanis alami. Pemanis sintetik tidak dapat dicerna tubuh
karena tidak menghasilkan energi. Contonya yaitu: sakarin, natrium siklamat,
magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam, dan dulsin. Walaupun pemanis
sintetik memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, namun kita tidak boleh
menggunakan secara berlebihan karena dapat menimbulkan efek samping. Misalnya,
penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit dan menyebabkan
tumor pada syaraf kandung kemih.
3. Zat pengawet
Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada makanan dan minuman
agar tetap segar, tidak rusak, tidak busuk dan terkena jamur, dan bakteri. Karena
penambahan zat aditif, maka makanan dan minuman akan tahan selama seminggu,
sebulan, hingga beberapa tahun. Jenis-jenis zat pengawet ada 2, yaitu pengawet alami
dan pengawet sintetis. Pengawet alami, misalnya gula (sukrosa) untuk mengawetkan
buah-buahan dan garam dapur untuk mengawetkan ikan. Pengawet sintetis misalnya
asam cuka sebagai pengawet acar, natrium propionat sebagai pengawet roti atau kue
kering. Natrium benzoat, asam sitrat dan asam tartrat untuk mengawetkan makanan.
Natrium nitrit untuk menjaga tampilan daging agar tetap merah. Dan asam fosfat
sebagai pengawet minuman penyegar. Selain itu, ada beberapa pengawet yang tidak
diperbolehkan untuk mengawetkan makanan dan minuman seperti formalin dan
boraks. Bahan tersebut selain menghambat pertumbuhan mikroorganisme juga
membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal. Namun, efek samping yang
diperoleh dari kedua pengawet berbahaya tersebut adalah:
Gangguan pada sistem syaraf, ginjal, hati, dan kulit
Gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulan syaraf pusat
Terjadinya komplikasi pada otak dan hati
Menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3-6 gram
Walaupun tersedia pengawet sitetis, namun di negara maju tetap menggunakan
pengawet alami seperti sinar Ultra Violet (UV), ozon atau pemanasan dengan
suhu tinggi dalam waktu singkat agar makanan steril tanpa merusak kualitas
makanan.
A. Pengawet Alami
Bahan pengawet alami yang sering digunakan adalah garam, cuka, dan gula.
Bahan pengawet alami ini digunakan untuk mengawetkan makanan agar selalu
berada dalam kondisi baik. Metode pengawetan menggunakan garam dapur
(NaCl) telah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun. Larutan garam
yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan
aktivitas bakteri penyebab busuk, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama
dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau
jam saja. Contoh ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan dapat awet
selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat
perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan dapat memicu penyakit darah
tinggi. Selain itu, garam digunakan untuk membuat telur asin dan ikan asin. Cuka
digunakan agar sayuran dapat bertahan lama. Gula digunakan dalam pembuatan
kecap yang berfungsi sebagai bahan pengawet.
Gambar. Pengawet alami
B. Pengawet Buatan
Pemberi aroma adalah zat yang memberikan aroma tertentu pada makanan.
Penambahan zat pemberi aroma dapat menyebabkan makanan memiliki daya tarik
tersendiri untuk dinikmati. Zat pemberi aroma ada yang bersifat alami dan sintesis.
Zat pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami,
misalnya dari ekstrak buah strawberry, ekstrak buah anggur, minyak atsiri atau vanili
disebut pemberi aroma alami.
Pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetis / buatan, misalnya amil kaproat
(aroma apel) amil asetat (aroma pisang ambon), etil butirat (aroma nanas), vanilin
(aroma vanili), dan metil antranilat (aroma buah anggur) disebut pemberi aroma
sintetis. Selai merupakan salah satu contoh bahan makanan yang menggunakan zat
pemberi aroma.
6. Pengental
Gambar. Pengental
Gambar. Pengemulsi
Zat adiktif dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) zat adiktif bukan narkotika dan
psikotropika, (2) zat adiktif narkotika, dan (3) zat adiktif psikotropika. Contoh zat adiktif
kelompok kesatu yang ada pada bahan, antara lain teh, kopi, rokok, minuman beralkohol,
inhalan (lem, aerosol, pengharum ruangan, dan gas), obat bius, dan lain-lain. Contoh zat
adiktif kelompok dua antara lain candu, heroin, kokain, morfin, lisesic acid diethylamid,
dan ganja. Contoh zat adiktif kelompok ketiga antara lain ekstasi, sabu-sabu, diazepam,
dan LSD (Lysergic Acid Diethylaimide). Mari pelajari lebih lanjut !
Gambar. Kopi
Gambar. Kafein
Kopi adalah minuman yang terbuat dari biji kopi yang telah disangrai dan
dihancurkan menjadi bubuk kopi. Kopi memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi
dari teh. Umumnya kopi dikonsumsi orang dengan tujuan agar mereka tidak
mengantuk.
Kopi dapat membuat orang tidak mengantuk karena kafein dalam kopi dapat
meningkatkan respons kewaspadaan pada otak. Meskipun bahan adiktif dalam kopi
tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebihan, tetapi kopi memiliki manfaat
pada beberapa terapi kesehatan.
Kopi dapat mencegah penyakit Parkinson, kanker usus, kanker lambung, dan kanker
paru-paru. Dalam beberapa kejadian, kopi dapat menjadi obat untuk sakit kepala,
tekanan darah rendah, dan obesitas.
c. Nikotin dalam Rokok
Gambar. Rokok
Rokok dibuat dari daun tembakau melalui proses tertentu dan telah dicampur dengan
bunga cengkeh serta berbagai macam bahan aroma. Rokok mengandung nikotin dan
tar. Nikotin dapat menyebabkan orang menjadi berkeinginan untuk mengulang dan
terus menerus merokok.Merokok dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi
organ-organ tubuh, baik organ luar maupun organ dalam. Pengaruh pada organ luar
dapat berupa perubahan warna gigi dan kulit, sedangkan pengaruh pada organ dalam
dapat memicu kanker paru-paru.
Gambar. Tembakau
Nikotin yang diisap pada rokok tidak semuanya murni, hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, berisiko terkena kanker paru-paru,
kaki rapuh, katarak, gelembung paru-paru melebar (emphysema), jantung koroner,
kemandulan, dan gangguan kehamilan.
Gambar. Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah
tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon yang ersifat
lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi
syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker
paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin
dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Seseorang yang
mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit
dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok
daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
Gambar. Nikotin
d. Alkohol
Gambar. Alkohol
Alkohol diperoleh melalui proses fermentasi sejumlah bahan seperti beras ketan,
singkong, dan anggur. Minuman yang mengandung alkohol biasanya berasal dari
fermentasi perasan anggur dan disebut minuman keras, alkohol dikelompokkan
menjadi golongan:
Berkadar alkohol 1-5% (bir)
Berkadar alkohol 5-20% (anggur)
Berkadar alkohol 20-50% (wishky)
Akibat pemakaiannya yaitu, gembira, pengendalian diri turun, dan muka kemerahan.
Jika overdosis akibatnya yaitu gelisah, berfikir kacau, kendali turun dan berbicara
sendiri. Tanda-tanda putus minum yaitu gemetar, muntah, sukar tidur, kejang-kejang,
dan gangguan jiwa.
Minuman keras atau minuman beralkohol juga termasuk zat adiktif. Minuman
beralkohol ini dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
Golongan A, yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 1% - 5%. Contoh : bir.
Golongan B, yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 5% - 20%. Contoh :
anggur / wine.
Golongan C, yaitu minuman keras yang berkadar alkohol 20% - 45%. Contoh :
arak, wiski, vodka.
Terdapat zat organik didalam alkohol yaitu etanol atau etil alkohol (C 2H5OH).
Alkohol berupa cairan bening, tidak berwarna, berbau khas, dan mudah menguap.
Alkohol dapat diperoleh dari hasil fermentasi atau peragian madu, gula, sari buah,
atau umbi – umbian oleh mikroorganisme. Minuman dari hasil peragian dapat
menghasilkan kadar alkohol sampai 15%, tetapi dengan proses penyulingan atau
destilasi dapat dihasilkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi, bahkan dapat
mencapai 100%. Senyawa alkohol yang dihasilkan dari peragian merupakan
komponen aktif dalam minuman bir, anggur, dan wiski.
Zat adiktif terlarang ini adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat
menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang
panjang (drug dependence) yang penggunaannya merupakan tindakan melanggar
hukum. Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari
tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai
menghilangkan rasa sakit, dan menimbulkan ketergantungan.
A. Narkotika
Narkotika merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya dan penggunaannya
dilarang di seluruh dunia. Menurut Undang-Undang yang berlaku, pengertian
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan ke dalam
golongan-golongan tertentu.
Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya
terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
Gambar. Psikotropika
Kelompok zat adiktif ketiga adalah psikotropika. Psikotropika merupakan zat atau
obat baik alamiah maupun sintetis yang bukan merupakan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif, berpengaruh selektif pada saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku seseorang. Zat psikotropika
dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan
menimbulkan kelainan perilaku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir,
dan perubahan alam perasaan.
Henry. Kuswanto. Hartiningsih, Tuti. 2009. IPA untuk SMP / MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat
Perbukuan
Fauziah, Nenden. Nurcahya, Berlian. Nurlaeli, Naeli. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk
Siswa SMP / MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan
Karim, Saeful. Kaniawati, Ida. Fauziah, Yuli Nurul. Sopandi, Wahyu. 2008. Belajar IPA
Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII SMP / MTs. Jakarta : Pusat
Perbukuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam SMP / MTs Kelas
VIII Semester 1. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Puspita, Diana. Rohima, Iip. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP / MTs Kelas VIII.
Jakarta : Pusat Perbukuan
Susanti, Ervina. 2016. Zat Aditif dan Zat Adiktif Kelas VIII Semester 1. Semarang :
Universitas Negeri Semarang
Tim Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu untuk SMP / MTs Kelas VIII. Jakarta : Erlangga
Website :
https://beautynesia.id/2788
https://www.fimela.com/beauty-health/read/3773236/kebanyakan-konsumsi-kafein-ini-yang-
akan-terjadi-pada-tubuhmu
https://hellosehat.com/hidup-sehat/apa-itu-aspartam/
https://id.wikipedia.org/wiki/Asesulfam
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna
https://kumparan.com/dnt-lawyers/beda-pemakai-dan-pengedar-narkoba-di-mata-hukum-
1535629173769064766
http://mahotsyan.blogspot.com/2018/11/pengental-alami-dan-buatan.html
http://prassmuchu2123.blogspot.com/2014/03/emulsifier.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34608/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y