Anda di halaman 1dari 20

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penemuan Roy Adaptation Model (17-20)” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih, kepada Ibu Eleni Kenanga P., M.Kep.,Sp.Kep.An
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan dalam hal struktur
maupun penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan baik. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan, untuk ini saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ..i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Calista Roy ...........................................................................................3


B. Sumber Teori Sister Callista Roy ......................................................................4
C. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Sister Callista Roy...............................5
D. Definisi dan Konsep Mayor ...............................................................................6
E. Model Konseptual Adaptasi Roy .......................................................................7
F. Teori Penegasan Sister Callista Roy ..................................................................8
G. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy ...................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................12

B. Saran ..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang
kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh
karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar
dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi profesi lain. Tugas ini
akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi
keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.

Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan


mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy
memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap
stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat
dari berbagai tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di
Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan
memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan
asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien
adalah penerapan konsep teori Roy.

Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih
jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy diilapangan
atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik
dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan .

B. Rumusan Masalah

‘’Bagaimana teori dan model konsep keperawatan menurut Sister Callista Roy dalam
profesi keperawatan ? ’’
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen


Asuhan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Memahami konsep model teori Roy.

b. Mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan.

c. Mampu mengevaluasi/menilai proses keperawatan di RS dengan konsep Roy pada


mode fisiologi sub kebutuhan cairan.

d. Mendapatkan gambaran kondisi pelaksanaan konsep Roy di RS pada mode


fisiologis sub kebutuhan cairan.
D. Manfaat Penulisan

Dengan pembuatan laporan ini penyusun berharap dapat memberikan manfaat


bagi semua pihak serta teman-teman yang berkepentingan antara lain :

Manfaat Teoritis

1. Mengetahui teori keperawatan menurut Sister Callista Roy di bidang


keperawatan.
2. Mengetahui model konsep keperawatan menurut Sister Callista Roy di bidang
keperawatan.
3. Mengetahui pengaplikasiannya di bidang keperawatan

Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai Mahasiswa dalam mata pelajaran
Falsafah dan Teori Keperawatan serta menumbuh kembangkan wawasan terkait
dengan Falsafah dan Teori Keperawatan.

2. Bagi Pembaca

Untuk mengetahui serta menambah wawasan tentang Falsafah dan Teori


Keperawatan dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan
Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los
Angeles.

Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar
dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model
konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya
yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis - psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi
yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan


terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy
juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari
konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy
humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping
manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli


lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966),
Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang
menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan
dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak
saat

itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,,
dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Sumber Teori Sister Callista Roy

Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap


2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek Dari
focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana


menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif.
Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap
perubahan lingkungan.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan


terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy
mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari
Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi
kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan
Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi
mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van
Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan
mode.

Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu


kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.

Perkembangan model keperawatan dipengaruhis oleh latar belakang Roy dan


profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai
kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari
tubuh manusia dan spiritnya.

C. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Sister Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik
jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji
penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.

Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) : Roy
memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa
ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling
berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau
untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar
senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.

Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal
yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :

a) tujuan eksistensi manusia.

b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia.

c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.

d) nilai dan arti kehidupan

D. Definisi dan Konsep Mayor

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:

1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan ia.
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung
mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi
perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau
dirangsang oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses
yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana
proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan
istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan
proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam
satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah
laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi
diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri,
moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan
tugasnya di lingkungan social.
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan
sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara
integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
E. Model Konseptual Adaptasi roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya.
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan
adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur
keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas
keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.

MANUSIA

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai


sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih
spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem
yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam
istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.
Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi.

Manusia
1. Manusia didefinisikan sebagai penerima asuhan keperawatan. Manusia
sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang konstan dengan
lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan internal maupun
eksternal.
2. Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia
mempertahankan integritasnya, yaitu adaptasi terus menerus.
3. Roy mengidentifikasikan unit sebagai stimulus. Stimulus adalah unit
dari
4. Informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai
respon.
5. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus
manusia yang dapat mengadaptasi responnya dengan usaha yang
wajar.
6. Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan
individu dan pemakaian dari mekanisme koping.
7. Roy mengkategorikan hasil sistem sebagai respon adaptif dan inefektif.
8. Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia
yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti
tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan.
9. Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut.
10. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan
proses pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi Diagram respon
adaptasi.
KEPERAWATAN

Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan


dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik
fokal, konstektual maupun residual.

Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon


adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang
merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual dan
residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat diubah dan
perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi
rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi
kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang yang sama
pada keadaan tertentu.

Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan


memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

KESEHATAN

Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang


digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
memimpin.

LINGKUNGAN

Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu


semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan
serta tingkah laku individu dan kelompok.
F. Teori Penegasan Sister Callista Roy
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
1. Fungsi atau proses control yang terdiri dari :
a. Kognator
b. Regulator
2. Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu :
a. Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki
dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy,
1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas
dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
b. Konsep diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti
setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
d. Interpendensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan
(input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping
dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin
serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
G. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
1. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis,
konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga
bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual
dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap
dan akurat.
Dengan penerapan dari teori adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal
yang menyebabkan stres pada individu, proses mekanisme koping dan efektor
sebagai upaya individu untuk mengatasi stres.

2. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya.
Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan
bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan
dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat (caring) pada
pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku (caring) ini
akan menjadi steresor bagi para pasiennya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi


keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku
adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan
dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan
kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang
diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual
dan residual.

B. Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama


mahasiswa keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P, A,. Perry, A,G,.2010 .Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta:EGC

Nur Salam. 2010.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Professional. Jakarta:EGC

Roy S.C-Andrews H.A. 1991.The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,
California: Appleton & Large.

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul.2004.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :Salemba


Medika.
MAKALAH

“TEORI KEPERAWATAN MENURUT CALLISTA ROY”

Untuk memenuhi tugas Falsafah dan Teori Keperawatan

Disusun oleh :

1. Allien Ayu Arianto

2. Siti Rahufi

3. Yolla Maefani

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

SEMUA PROGRAM STUDI TERAKREDITASI BAN-PT KEMENDIKNAS

PROGRAM PROFESI NERS, PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN(S-1), KESEHATAN


MASYARAKAT(S-1) DAN KEBIDANAN (D-3)

Jl. Wirapati Telp.(0234)272020 Fax.(0234)272024 Sindang-Indramayu

Anda mungkin juga menyukai