Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ELIMINASI URINE
Di susun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas kelompok pada Mata Kuliah
Keperawatan Dasar 1
Dosen Pembimbing : Dedeh Husnaniyah,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh Kelompok 1:

Allien Ayu A (R.19.01.004) Rina Hardianti (R.19.01.065)

Amelia Septiyani (R.19.01.005) Roepah (R.19.01.066)

Egi Aulia S (R.19.01.018) Sabila Vica (R.19.01.067)

Intan Cahaya (R.19.01.033) Sinta Ancani (R.19.01.070)

Rico Firmansyah (R.19.01.064)

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
Jl. Wirapati Telp.(0234)272020 Fax. (0234)2720558
Kecamatan Sindang Kabupaten indramayu
2019 

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Eliminasi Urine” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan dari jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dasar 1 dengan harapan menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca
sehingga InsyaAllah dengan bermanfaat bagi kita semua.

Indramayu,05 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................4
A.Definisi Eliminasi Urine...........................................................................................................4
B.Fisiologi Urine...........................................................................................................................4
C. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urine.........................................................12
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urine....................................16
E. Teknik-Teknik Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine...................................................18
BAB III............................................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................................21
KESIMPULAN...........................................................................................................................21
SARAN........................................................................................................................................21
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Eliminasi Urine


Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan.
Sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia
akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine,
enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi,
diare dan kembung.
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan
homeostasis tubuh.

B.Fisiologi Urine
1. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan
pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan
fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen
vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta
tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas
lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler
golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki)
atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu
sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok
– belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis
disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah
yang tersusun bergumpal – gumpal disebut. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman,
dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan
darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat
yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah
ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.
Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran
paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut
dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan
hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut
kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus
kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter,
hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal :
1) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya
amonia.
2) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Tes Fungsi Ginjal :

1) Tes untuk protein albumin

Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine
2) Mengukur konsentrasi urenum darah

Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal
(20 – 40) mg%.

3) Tes konsentrasi

Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat
jenisnya naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

1) Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler
membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut
dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang
meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
2) Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal
yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu
hormone adrenalin dan hormon kortison.

2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding
ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa


Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan
peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertical ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedrodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESICA URINARIA (KANDUNG KEMIH)


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian
vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Proses Miksi
(Rangsangan Berkemih). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup
untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan
yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui
serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus
– menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah
vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis
kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat
digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh.
Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah –
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa

3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit ke arah
atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lap ukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina)
dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
5. URINE (AIR KEMIH)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor
lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Berat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan
reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin

- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

- Pigmen (bilirubin, urobilin)

- Toksin

- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125
ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180 L
filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih,
dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi
terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam
tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif
dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis
lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih)
yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh,
urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
5. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih.,
keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih
dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang
dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari
manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.
6. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

C. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Urin


1.Retensi urine

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat


ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria
dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine. Tanda klinis retensi:

• ketidaknyamanan daerah pubis


• distensi vesika urinaria
• ketidak sanggupan untuk berkemih
• sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
• ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
• meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
• adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
• operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
• trauma sum sum tulang belakng
• tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
• sphincter yang kuat
• sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara
atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia
urine adalah proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, serta penuaaan kesadaran, serta
penggunaan obat narkotik.

Inkotinensia terdiri atas:


a. Inkotinensia Dorongan : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan:
• Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
• Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab
• Penurunan kapasitas kandung kemih
• Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan sepasme
• Minum alkohol atau caffeine
• Peningkatan cairan
• Peningkatan konsentrasi urine
• Distensi kandung kemih yang berlebihan
b. Inkontinensia total : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab:
• Dispungsi neurologis
• Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
• Trauma atau penyakit yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
• Fistula
• Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total:
• Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
• Tidak ada distensi kandung kemih
• Nocturia
• Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia stress : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebab:
• Perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan
penuaan.
• Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
• Distensi kandung kemih
• Otot pelfis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontensia setres:
• Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
• Adanya dorongan berkemih
• Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
d. Inkotinensia Refleks : Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Kemungkinan penyebab:
• Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda Inkontinensia refleks:
• Tidak ada dorongan berkemih.
• Merasa bahwa kandung kemih penuh.
• Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada interval teratur.
e. Inkontinensial fugsional : Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran
urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab:
• Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)
Tanda-tanda inkontinensial fungsional:
• Adanya dorongan untuk berkemih
• Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada anak atau otang
jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
Faktor penyebab:
• Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
• Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
• Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
• Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
• Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
• Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

4. Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan
infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas:
a. Frekuensi : merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatan frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi
tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkan oleh sistisis. Frekuensi tinggi dapat
ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
b. Urgensi : perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sphincter
eksternal. Biasanya, perasaan segera ingin berkemih terjadi pada anak karena kurangnya
pengontrolan pada sphincter.
c. Disuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada
penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria : merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini dapat ditemukan pada penyakit
diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronis.
e. Urinaria Supresi : berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine
diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam secara terus – menerus.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Eliminasi Urine

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin meliputi :


1. Pertumbuhan dan perkembangan.
Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan
seseorang. Normalnya,bayi dan anak-anak mengekresikan 400-500 ml urin tiap
harinya. Sedangkan orang dewasa mengekskresikan  1500-1600 ml urin per hari.
Dengan kata lain,bayi yang beratnya 10% orang dewasa mamppu mengekresikan
urin 33% lebih banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan,lansia juga mengalami
perubahan pada fungsi ginjal dan kandung kemihnya sehingga mengakibatkan
perubahan pada pola eliminasi urin (misalnya,nokturria,sering berkemih,residu
urin). Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi akibat
adanya penekenan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan.
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman
tertentu(misalnya,teh,kopi,coklat,alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi
urin karena dapat menghambat hormone anti diuretic (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup.
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih. Sebagai
contoh,seseorang yang terbiasa buang air kecil disungai atau dialam bebas akan
mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada
saat sakit.
4. Faktor psikologis.
Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan stimulus
berkemih,disamping stimulus buang air besar(diare) sebagai upaya kompensasi.
5. Aktivitas dn tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih,abdomen,dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus
otot,dorongan untuk berkemih juga akan brkurang. Aktivitas dapat meningkatkan
kemampuan metabolism dan produksi urin secara optimal.
6. Kondisi patologis.
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urin akibat
banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan
iritasi organ kemiih dapat menyebabkan retensi urin.
7. Medikasi.
Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic) dapat meningkatkan
pengeluaran urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat menyebabkan
retensi urin.
8. Prosedur pembedahan.
Tindakan pembedahan yang menyebabkan stres yang akan memicu sindrom
adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan pengeluran urin. Selain itu,
respons stress juga meningkatkan kadar aldosterone yang mengakibatkan penurunan
pengeluaran urin.
9. Pemeriksaan fisik diagnostic.
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti pielogram intravena dan
urogram,tidak membolehkan pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan
mempengaruhi pengeluaran urin, Selain itu,pemeriksaan diagnostic yang bertujuan
melihat struktur perkemihan (misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada
ooutlet uretra dan spasme pada spingter kandung kemih. Ini menyebabkan klien
mengalami retensi urin dan mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan.

E. Teknik-Teknik Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine

1.MENGGUNAKAN PISPOT UNTUK DEFEKA


Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan eliminasi alvi secara mandiri di kamar kecil, dilakukan dengan
menggunakan pispot (penampung).
Tujuan
Memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat dan bahan
1.        Alas/perlak
2.        Pispot
3.        Air bersih
4.        Tisu
5.        Skrin (sampiran) bila pasien dirawat di bangsal umum
6.        Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, lalu pasang sampiran bila pasien dirawat di
bangsal umum.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4.   Pasang pengalas di bawah glutea.
5. Tempatkan pispot di atas pengalas tepat dibawah glutea dengan posisi bagian lubang
pispot tepat di bawah anus. Pada saat meletakkan pispot anjurkan pasien untuk mengangkat
daerah glutea (bila pasien mampu) untuk memudahkan meletakkan pispot.
  6. Setelah posisi pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien tentang kenyamanan
posisi tersebut. Jaga privasi pasien selama prosedur.
7.   Anjurkan pasien untuk defekasi pada tempatnya/pispot yang telah terpasang.
8. Setelah selesai siram daerah anus dan sekitarnya dengan air sampai bersih dengan
bantuan tangan yang bersarung tangan, kemudian keringkan dengan tisu.
9.  Cuci tangan.
10.    Catat tanggal defekasi; karakteristik feses seperti jumlah, konsistensi, warna, bau dan
respon pasien selama prosedur.
2. HUKNAH RENDAH
          Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat
ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah
rendah dilaksanakan sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien yang mengalami
obstipasi.
Tujuan
1.   Mengosongkan usus pada pra-pembedahan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB
2. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltik usus untuk mengeluarkan feses
karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit).
Alat dan bahan
1.   Pengalas
2.  Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.   Cairan hangat (700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C)
4. Bengkok
5. Jeli
6. Pispot
7.  Sampiran
8.  Sarung tangan
9.   Tisu
Prosedur kerja
1.  Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan pada pasien.
2.   Cuci tangan.
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kiri.
5. Pasang pengalas di bawah area gluteal.
6. Siapkan bengkok di dekat pasien.
7.  Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa alirannya
dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada kanula.
8.  Gunakan sarung tangan.
9.  Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens sambil
pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur
dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk
defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot atau
anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah sekitar anus
hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respons pasien.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ; ginjal,ureter,
kandung kemih dan uretra.

SARAN
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun
petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan
keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://nurseviliansyah.blogspot.com/2015/01/kebutuhan-eliminasi-
urine.html#.XcJ7otWIbIU

http://infopengetahuan99.blogspot.com/2016/01/prosedur-pemenuhan-kebutuhan-
eliminasi.html

https://drive.google.com/file/d/0Bw14SDs-z2sgLU9WN08zemxOZnc/view?pli=1

Anda mungkin juga menyukai