َصغََر َبىَن اللَّهُ لَهُ َبْيتًا ىِف اجْلَن َِّة ٍ ِ من ب مس ِج ًدا لِلَّ ِه َكم ْفح
ْ ص قَطَاة أ َْو أ َ َ ْ َ َ ْ َىَن
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung
bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.”
(HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan
menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
Masih melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah
cuma bahasa hiperbolis. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur dan menderum
yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Ada riwayat Jabir semakin memperkuat hal ini.
Sebagian ulama lainnya menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Maksudnya, siapa
membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan
tersebut seukuran tempat burung bertelur; atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja
sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat
burung bertelur; ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Karena bentuk
akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Berarti penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu
sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, sudah mendapatkan pahala
untuk membangun masjid … masya Allah.
ِِ ِِ ِ
َُم ْن َبىَن َم ْسج ًدا للَّه َبىَن اللَّهُ لَهُ ىِف اجْلَنَّة م ْثلَه
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya
semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan Muslim no. 533).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada
dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah).
Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri.
Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga,
dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
2- Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya
adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh
Shahih Muslim, 5: 14)
اج ِد
ِ الساعةُ حىَّت يتباهى النَّاس ىِف الْمس
ََ ُ َ َََ َ َ َّ وم ُ الَ َت ُق
“Kiamat tidaklah terjadi hingga manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid”
(HR. Abu Daud no. 449, Ibnu Majah no. 739, An-Nasa’i no. Ahmad 19: 372. Syaikh
‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim,
perawinya tsiqah. Al-Hafizh Abu Thahir juga menyimpulkan bahwa sanad hadits ini shahih).
Itulah kenyataan yang terjadi saat ini di tengah-tengah kaum muslimin. Syaikh Abdullah bin
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Yang dimaksud hadits adalah saling
menyombongkan diri dengan masjidnya masing-masing. Ada yang nanti berujar, wah
masjidku yang paling tinggi, masjidku yang paling luas atau masjidku yang paling bagus.
Itu semua dilakukan karena riya’ dan sum’ah, yaitu mencari pujian. Itulah kenyataan yang
terjadi pada kaum muslimin saat ini.” (Minhah Al-‘Allam, 2: 495). Itulah tanda kiamat
semakin dekat.
Semoga bermanfaat. Semoga artikel ini semakin memotivasi kita untuk membangun masjid
di dunia, sehingga Allah menjadikan kita rumah yang indah dan penuh kenikmatan di
surga. Wallahu waliyyut taufiq.