Anda di halaman 1dari 4

ETIKOLEGAL

“teori pengambilan keputusan yang etis”

DOSEN : ISYE FADMIYANOR, SST, M.KES

DISUSUN OLEH
RANTI MAY SUNDARI

P031915401027

PRODI D3 KEBIDANAN TINGKAT 1A

POLTEKKES KEMENKES RIAU

TAHUN 2019/2020
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS

1. Teori Deontologi

Etika Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘deon’ yang
berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori.

Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak
boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan
karena perbuatan tersebut wajib dilakukan.

Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruknya
berdasarkan apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika
deontologi yang menjadi dasar baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban.

Contoh kasus :

A(laki-laki) dengan B(perempuan) telah menikah selama lima tahun. Keduanya belum memiliki
anak, dan entah karena masalah keturunan ataupun yang lain. Dalam perjalanan pernikahan
keduanya, diduga si B selingkuh dengan C(laki-laki). Si A mengetahui perselingkuhan tersebut.
Dan ia merasa marah dan gusar, sehingga si A konsultasi dengn pekerja sosial. Karena sengan
membenci si C, A sempat berkata kepada pekerja sosial, “apabila suatu saat saya bertemu
dengan C, saya akan membunuh dia.” Dalam pekerjaan sosial, mejaga
kerahasiaan(confidentiality) dan menghargai keputusan klien(self determination) adalah suatu
prinsip etik yang harus ditegakkan. Oleh karenanya, menurut etika deontologi pekerja sosial
wajib menjaga rahasia keluarga tersebut dan memberika keleluasaan kepada klien untuk berbuat
sesuai keputusan klien sendiri(membunuh si C). Baik buruk tindakan berdasarkan etika
doentologi bukan didasarkan kepada akibat perbuatan tersebut yang dapat membahayakan
nyawa manusia lainnya. Tetapi perbuatan itu sendiri, yakni pekerja sosial menerapkan prinsip
kerahasiaan dan self determination. Dalam pekerjaan sosial, menjaga kerahasiaan dan
menghargai keputusan klien  adalah suatu prinsip etik yang harus ditegakkan. Menurut etika
deontologi pekerja sosial menjaga rahasia keluarga tersebut dan memberikan keleluasaan
kepada kilen untuk mengambil keputusannya sendiri. Baik atau buruknya tindakan berdasarkan
etika deontologi bukan didasarkan kepada akibat dari perbuatan tersebut yang dapat
menbahayakan nyawa orang lain. Tetapi perbuatan itu sendiri, yakni pekerja sosial menerapkan
prinsip kerahasiaan dan self determination(mengharagai keputusan klien). Jadi, apabila
seseorang melakukan kebaikan tidak didasarkan kepada kewajiban, maka perbuatan tersebut
tidak bisa dinilai baik.

2. Teori Konsekuensialisme

Teori ini menjawab “apa yang harus kita lakukan”, dengan memandang konsekuensi
dari bebagai jawaban. Ini berarti bahwa yang harus dianggap etis adalah konsekuensi yang
membawa paling banyak hal yang menguntungkan, melebihi segala hal merugikan, atau yang
mengakibatkan kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Manfaat paling besar dari teori ini
adalah bahwa teori ini sangat memperhatikan dampak aktual sebuah keputusan tertentu dan
memperhatikan bagaimana orang terpengaruh. Kelemahan dari teori ini bahwa lingkungan tidak
menyediakan standar untuk mengukur hasilnya.

Contoh kasus:

Kasus aborsi teurapeutik yang diberlakukan kepada pasien dengan kondisi tertentu, karena di
suatu agama dan hukum tidak dibenarkan tapi ketika kondisi ibu tersebut benar benar akan
mengancam jiwa ibu maka abortus teurapeutikus akan sangat dibutuhkan.

3. Teori Intuisionisme

adalah sistem etika yang tidak mengukur baik atau buruk sesuatu perbuatan berdasarkan


hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Dalam bahasa Inggris Intuisionisme berasal kata Intuiton yang berarti manusia memliki gerak
hati ataudisebut hati nurani . Gerak hati mampu membuat manusia melihat suatu perkara benar
atausalah, jahat atau baik. Intuisionisme juga merupakan suatu  proses melihat dan
memahamisecara spontan dan intelek. Organ fiskal yang berkaitan dengan gerak hati atau intuisi
tidak diketahui secara jelas. Namun, setengah ahli filsafat menyebutkan  jantung dan otak
kanan sebagai organ fiskal yang menggerakan intuisi. Gerak hati yang tidak mampu dijangkau
oleh akal yaitu pengalamanemosional dan spiritual. Menurut Immanuel Kant, akal tidak pernah
mampu mencapai pengetahuan langsung tentangsesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir
perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hatimampu menafsir suatu perkara dengan tidak
terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarakantara subjek dan objek.

Contoh kasus:

Seorang penderita kanker meminta bidan untuk mengakhiri hidupnya (euthanasia) karena ia
merasa beban yang ditanggungnya terlalu berat dan menambah beban bagi keluarganya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis


1. Tahap Perkembangan Moral

Fase ini adalah fase mengevaluasi kemampuan seseorang untuk menilai apakah ia benar
secara moral. Semakin besar perkembangan moral seseorang, semakin sedikit ia akan
tergantung pada pengaruh luar, sehingga ia lebih cenderung berperilaku etis.

Misalnya, sebagian besar orang dewasa berada di tahap tengah perkembangan moral,
sangat dipengaruhi oleh rekan kerja dan mengikuti aturan dan prosedur organisasi.

Tingkat yang lebih tinggi ini menambah nilai pada hak orang lain, tidak peduli dengan pendapat
mayoritas dan dapat mempertanyakan praktik organisasi yang menurut mereka salah.

2. Lingkungan Organisasi

Dalam lingkungan organisasi, referensi dibuat untuk persepsi harapan organisasi (harapan) oleh
karyawan. Organisasi mempromosikan dan mendukung perilaku etis dengan memberi
penghargaan atau menghambat perilaku etis tertulis, perilaku moral orang tua yang tinggi,
harapan kinerja yang realistis, evaluasi kinerja sebagai dasar untuk mempromosikan individu
dan menghukum individu yang bertindak tidak etis adalah contoh nyata dari perilaku ini
lingkungan organisasi, sehingga sangat mungkin untuk mempromosikan proses pengambilan
keputusan yang sangat etis

3. Tempat Kedudukan Kendali

Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi. Secara umum, orang dengan
moral yang kuat lebih kecil kemungkinannya untuk membuat keputusan yang tidak etis jika
mereka dikendalikan oleh lingkungan organisasi sebagai tempat tinggal yang kurang lebih sama
Sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan bahwa orang yang
sudah memiliki moral yang kuat terkontaminasi oleh lingkungan organisasi sebagai tempat
tinggal yang mengizinkan atau mempromosikan praktik para pengambil keputusan yang tidak
etis.

Anda mungkin juga menyukai