Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Efektif
1. Pengertian Komunikasi Efektif
Canary dan Stafford (dalam Kidenda, 2002) mendefinisikan komunikasi efektif
sebagai tindakan dan kegiatan yang digunakan untuk mempertahankan hubungan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Implikasi dari tindakan ini dikonseptualisasikan
dengan perilaku strategis dan rutin yang mencakup komunikasi verbal dan nonverbal.
Selanjutnya (Osakinle dan Okafor, 2013) mengemukakan bahwa komunikasi
efektif dapat terjadi ketika si penerima dapat memahami dengan baik informasi yang
diberikan oleh pengirim.
2. Aspek Komunikasi Efektif
Terdapat tujuh aspek komunikasi efektif. Lima diantaranya diutarakan oleh
Canary dan Stafford (2002). Dua aspek lainnya diutarakan oleh Canary dan Zelley
(dalam Punyanunt-Carter, 2004). Lima aspek komunikasi efektif tersebut, diantaranya:

1. Positivity

Positivity ialah perilaku sopan santun, menyenangkan, baik, tidak mengkritik yang
dijalankan oleh suami istri selama proses perbincangan berlangsung.

2. Openness

Openness berarti diskusi langsung yang dilakukan oleh pasangan suami istri secara
terbuka mengenai pikiran dan perasaan mereka.

3. Assurance

Assurance adalah komitmen yang dijalankan oleh pasangan suami istri dalam
menjalin suatu hubungan.

4. Social Networking

Social networking berarti menjalin hubungan baik dengan pasangan (keluarga) dan
rekan-rekan.

5. Sharing task

Sharing tasks berarti menjaga hubungan dengan cara bertanggung jawab atas
tugas/peran yang dijalankan sebagai suami istri.

Canary dan Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004) menambahkan dua aspek


komunikasi efektif, yakni Conflict management dan advice:

6. Conflict management
Conflict management berfokus pada bagaimana bentuk penanganan yang akan
dilakukan pasangan ketika mengalami perselisihan pendapat dan perbedaan
pandangan.

7. Advice
Advice merupakan nasihat yang dijalankan oleh pasangan suami istri dalam berumah
tangga.

3. Pengukuran Komunikasi Efektif


Alat ukur untuk komunikasi efektif merupakan adaptasi dari skala Canary &
Stafford (2002) dan Canary dan Zelley (dalam Punyanunt-Carter, 2004). Aspek-aspek
tersebut meliputi positivity openness, assurance, social networking, sharing tasks,
conflict management.
B. Pengembangan Karir
1. Pengertian Pengembangan Karir
Karir diartikan oleh Singodimedjo (2000 dalam Cahyani, 2019)
sebagai urutan dari kegiatan, perilaku yang berkaitan dengan kerja, sikap,
dan aspirasi-aspirasi yang berhubungan selama hidup seseorang.
Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, & Donnely (dalam Emron dkk.,
2016), karir tercermin dalam gagasan bahwa setiap orang akan selalu
bergerak maju dan meningkat dalam pekerjaan yang dipilihnya. Bergerak
maju dapat diartikan bahwa setiap orang berkeinginan untuk mendapatkan
tantangan yang lebih besar, status dan wibawa, serta kekuasaan yang lebih
besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karir merupakan sebuah
pengalaman yang terkait dengan pekerjaan seperti jabatan, tugas-tugas,
dan kegiatan-kegiatan selama masa kerja.
Pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan
organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai
kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan
(Regina, 2013 dalam Cahyani, 2019). Sedangkan menurut Handoko
(Handoko, 2011), pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi
seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. Pendapat ini
sejalan dengan Fubrin (dalam Cahyani, 2019) yang mengungkapkan
bahwa pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu
pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan,
agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan
diri secara maksimum.
Menurut Sugiharti (2011 dalam Cahyani, 2019), pengembangan
karir sangat diharapkan oleh setiap pegawai, karena dengan perkembangan
karir karyawan akan mendapatkan hak-hak lebih baik daripada yang
diperoleh sebelumnya, baik material maupun non material seperti kenaikan
gaji, promosi, perbaikan fasilitas, status sosial, bahkan perasaan bangga
terhadap pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan
karir adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral pribadi seorang karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau jabatan untuk mencapai suatu rencana karir dan
mendapatkan hak yang lebih baik daripada sebelumnya.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir


Menurut Siagian (2009), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
pengembangan karir seseorang, antara lain:
1) Prestasi kerja yang memuaskan, dasar pengembangan karir adalah
prestasi kerja dan kemampuan dalam melakukan tugas yang
dipercayakan. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, seseorang akan
sulit untuk dipromosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di
masa depan.
2) Pengenalan oleh pihak lain, yang dimaksud di sini adalah berbagai
pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya seseorang
dipromosikan, seperti atasan atau pimpinan bagian kepegawaian yang
mengetahui kemampuan dan prestasi kerja pegawai.
3) Kesetiaan pada organisasi, merupakan dedikasi seorang pegawai yang
ingin terus berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka
waktu yang lama.
4) Pembimbing dan sponsor, pembimbing adalah orang yang memberikan
nasihat-nasihat atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya
mengembangkan karirnya. Sedangkan sponsor adalah seseorang di
dalam perusahaan yang dapat menciptakan kesempatan bagi karyawan
untuk mengembangkan karirnya.
5) Dukungan para bawahan, merupakan dukungan yang diberikan para
bawahan dalam bentuk mensukseskan tugas manajer yang
bersangkutan.
6) Kesempatan untuk bertumbuh, merupakan kesempatan yang diberikan
kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuannya, baik melalui
pelatihan-pelatihan, kursus, maupun melanjutkan jenjang pendidikan.
7) Berhenti atas permintaan dan kemauan sendiri, merupakan keputusan
seorang karyawan untuk berhenti bekerja dan beralih ke perusahaan
lain yang memberikan kesempatan lebih besar untuk mengembangkan
karir.

3. Indikator-indikator Perkembangan Karir


Indikator-indikator pengembangan karir menurut Handoko (2011)
adalah sebagai berikut:
1) Prestasi kerja.
Prestasi kerja adalah suatu kegiatan yang mendasari semua kegiatan
pengembangan karir lainnya, dimana dengan prestasi kerja yang baik
menjadi hal yang paling penting untuk menunjukkan karir.
2) Pengenalan oleh pihak lain (Exposure).
Dalam hal ini, pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya
seseorang dipromosikan, seperti halnya atasan atau pimpinan bagian
kepegawaian mengetahui potensi dan prestasi kerja pegawai yang
ingin merealisasikan rencana karirnya.
3) Mentor dan Sponsor.
Mentor merupakan orang yang menawarkan bimbingan karir informal,
sedangkan sponsor merupakan orang dalam organisasi yang dapat
menciptakan kesempatan-kesempatan karir bagi orang lain. Apabila
mentor dapat menominasikan karyawan untuk kegiatan-kegiatan
pengembangan karir maka ia menjadi sponsor.
4) Kesempatan-kesempatan untuk tumbuh.
Seorang karyawan yang berupaya meningkatkan kemampuannya maka
berarti mereka telah memanfaatkan untuk tumbuh.
4. Pengukuran Pengembangan Karir
Alat ukur untuk pengembangan karir yaitu Skala Persepsi
Pengembangan Karir (Cahyani, 2019) berdasarkan teori Handoko (2011).
Alat ukur ini terdiri dari 54 item yang setiap pernyataannya diberi skor
menggunakan skala Likert. Kriteria penilaian item skala Likert adalah
sebagai berikut:

Skor Butir
Pilihan Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

C. Motivasi Berprestasi (Achievement Motivation)


1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi manusia menurut McClelland adalah munculnya sebuah
dorongan tertentu demi mencapai suatu tujuan sehingga mengarahkan
perilaku seseorang untuk mencapainya. Terdapat tiga motif yang telah
ditetapkan oleg Mc Clelland berdasarkan teori Maslow yang berguna
dalam memahami perilaku yang terkait pekerjaan, yaitu need for
achievement, need for affiliation, dan need for power.
Kebutuhan prestasi (need for achievement) akan mendorong
seseorang berprestasi dalam keadaan bila target yang akan dicapai nyata
dan memiliki peluang untuk diperoleh serta cenderung menimbulkan
kreatifitas pada seseorang. Kebutuhan prestasi dirumuskan dan
menetapkan bahwa pencapaian perilaku yang terkait adalah hasil dari
konflik antara harapan sukses dan takut gagal. Kecenderungan pendekatan
dan penghindaran terdiri dari fungsi kebutuhan pencapaian, harapan dari
keberhasilan dan kegagalan, dan nilai insentif dari keberhasilan dan
kegagalan.
2. Faktor Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland, seseorang memiliki kebutuhan sendiri-
sendiri sesuai dengan karakter serta pola pikir yang membentuknya.
McClelland menjelaskan bahwa setiap seseorang memiliki dorongan yang
kuat untuk berhasil. Dorongan ini mengarahkan seseorang untuk berjuang
lebih keras untuk memperoleh pencapaian pribadi ketimbang memperoleh
penghargaan. Berdasarkan ketiga bentuk kebutuhan diatas, bentuk
dorongan ini dapat dikategorikan sebagai nAch yaitu kebutuhan akan
pencapaian atau prestasi.
McClelland mengatakan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi
oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri, seperti rasa ingin tahu, tantangan dan
usaha. Sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari
luar diri seseorang tersebut, seperti penghargaan dan hukuman. Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik tersebut berperan penting dalam mendorong
seseorang untuk berprestasi.
3. Indikator Motivasi Berprestasi
McClelland dalam Siagian menyatakan bahwa kebutuhan akan
prestasi mempunyai dua indikator, yaitu:
1. Kemampuan adalah kecakapan dalam menguasai beberapa
keahlian yang sudah menjadi bawaan sejak lahir atau dari
latihan yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang
berwujud tindakan.
2. Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan
sesuatu yang baru, baik melalui pikiran maupun karya yang
berbentuk sesuatu yang baru.
4. Karakteristik Motivasi Berprestasi
McClelland menjelaskan karakteristik seseorang dengan kebutuhan
prestasi yang kuat sebagai berikut:
a. Keinginan yang kuat untuk tanggung jawab pribadi
b. Keinginan timbal balik yang cepat dan kongkret dengan
mempertimbangkan hasil dari pekerjaan mereka
c. Melakukan pekerjaan dengan baik; penghargaan moneter dan materi
lainnya berhubungan dengan prestasi
d. Kecenderungan untuk mengatur tujuan pres tasi yang layak
e. Manusia dengan kebutuhan prestasi yang kuat akan menghasilkan
tingkat pencapaian tujuan yang tinggi
f. Suka mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah
g. Menentukan target-target pencapaian masuk akal
h. Mengambil resiko-resiko dengan penuh perhitungan
i. Berkemauan keras untuk memperoleh umpan balik atas kinerjanya.
5. Pengukuran Motivasi berprestasi
Alat ukur motivasi berprestasi menggunakan kuesioner buatan
peneliti yang mengacu pada teori Motivasi Berprestasi yang dikemukakan
oleh McClelland (1987). Instrumen penelitian ini berbentuk skala Likert
yang terdiri dari empat pilihan jawaban dengan menghilangkan pilihan
jawaban di tengah karena dapat menimbulkan kebingungan dan tidak
memiliki nilai yang jelas. Skala ini terdiri dari 30 butir pernyataan. Pada
skala ini terdapat butir pernyataan favourable dan unfavourable. Butir-
butir pernyataan pada skala ini didasarkan pada indikator-indikator sebagai
berikut:
1) Memiliki tanggung jawab dan keuletan untuk melakukan semua
tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2) Menyukai tantangan dan berusaha untuk mengatasi tantangan
tersebut.
3) Mengharapkan adanya umpan balik yang konkrit untuk
menentukan tindakan yang lebih efektif untuk mencapai prestasi.
4) Memiliki tujuan yang realistis dan sesuai dengan kemampuannya
5) Mempertimbangkan resiko yang harus dihadapinya.
D. Aktualisasi Diri (Self-Actualization)
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Menurut Maslow (1943 dalam Irmawati, 2013), aktualisasi diri
merupakan puncak dari perwujudan segenap potensi yang dimiliki, serta
menjadi yang terbaik dalam akademik dan profesi. Dimana individu yang
mencapai aktualisasi diri hidupnya penuh gairah dinamis dan tanpa
pamrih, konsentrasi penuh dan terserap secara total dalam mewujudkan
manusia menjadi manusia yang utuh dan tidak tertekan oleh perasaan
cemas, risau, takut, tidak aman, tidak terlindungi, dan sendirian.
Sedangkan menurut Chaplin (Chaplin, 2008), aktualisasi diri adalah
kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan kapasitas diri sendiri.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri
adalah mengembangkan bakat yang dimiliki oleh individu, dimana dengan
mengaktualisasikan diri seseorang akan lebih mengenal dirinya dan
mengetahui bagaimana seharusnya memanfaatkan potensi-potensi positif
yang ia miliki, serta melihat kekurangan atau kelemahannya, kemudian
akan berusaha untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri


Menurut Rogers (1995 dalam Ginting, 2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
1) Pemeliharaan (maintenance).
Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar
seperti makan, udara, keamanan, serta kecenderungan untuk menolak
perubahan dan mempertahankan keadaan sekarang. Pemeliharaan
bersifat konservatif, dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan
konsep diri yang dirasa nyaman.
2) Peningkatan diri (enhancement).
Walaupun ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan keadaan
tetap seperti adanya, orang ingin tetap belajar dan berubah.
3) Penerimaan positif dari diri sendiri (self-regard).
Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasan,
dimana seseorang akan mampu menerima kelemahan dirinya namun
tetap berusaha melakukan yang terbaik. Penerimaan positif dari diri
sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri.

3. Faktor Penghambat dalam Beraktualisasi Diri


Adapun faktor penghambat dalam beraktualisasi diri menurut
Maslow (1943 dalam Sari, 2011) adalah sebagai berikut:
1) Berasal dari diri sendiri, berupa ketidaktahuan, keraguan, dan juga rasa
takut dari individu untuk mengungkapkan potensi-potensi yang
dimilikinya, sehingga potensi itu tetap laten.
2) Berasal dari luar, berupa kecenderungan kepribadian individu terhadap
sifat-sifat, bakat, atau potensi-potensi, dimana aktualisasi diri hanya
mungkin terjadi apabila kondisi lingkungan menunjangnya.
3) Berasal dari pengaruh negatif, berupa pengaruh negatif yang
dihasilkan oleh kebutuhan untuk melakukan aktualisasi diri, seperti
dalam hal mengeluarkan pendapat. Mengambil resiko, membuat
keputusan, melepaskan kebiasaan lama yang tidak konstruktif. Hal ini
akan memberikan ketakutan pada individu yang tidak mampu
melakukannya, hingga nantinya ketakutan itu akan mendorong
individu-individu tersebut untuk bergerak mundur dalam pemuasan
kebutuhan. Jadi, di sini individu dituntut untuk bersedia dan terbuka
terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.

4. Karakteristik Seseorang Mencapai Aktualisasi Diri


Menurut Maslow (1943 dalam Asmadi, 2008) ada beberapa
karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri, yaitu
sebagai berikut:
1) Mampu melihat realita seccara lebih efisien.
Karakteristik ini memungkinkan seseorang untuk mampu menganalisis
berbagai persoalan kehidupan manusia secara kritis dan mendalam.
Kemampuan melihat realitas kehidupan apa adanya akan
menumbuhkan sikap tidak emosional dan lebih objektif. Individu akan
mendengar apa yang seharusnya ia dengar, bukan mendengar apa yang
diinginkan atau ditakuti oleh orang lain. Pengamatan yang tajam
terhadap realitas hidup akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang,
menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan sesaat.
2) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu menerima
diri sendiri dan orang lain apa adanya. Ia akan melihat orang lain
seperti melihat dirinya sendiri, yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat ini akan menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang
lain dan juga kesabaran yang tinggi didalam menerima diri sendiri dan
lapang dada menerima kritikan, saran serta nasehat orang lain.
3) Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran.
Individu yang mengaktualisasikan dirinya dengan benar akan
memanifestasikannya di segala tindakan, perilaku, dan gagasan yang ia
tunjukkan spontan, tidak dibuat-buat dan wajar. Sifat ini akan
melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan
masyarakat selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip
utamanya. Akan tetapi, jika kebiasaan lingkungan/masyarakat sudah
bertentangan dengan prinsip yang diyakininya, ia tidak segan-segan
menentangnya, misalnya adat istiadat yang amoral, kebohongan,
kehidupan sosial yang tidak manusiawi.
4) Terpusat pada persoalan.
Bagi individu yang telah mencapai aktualisasi diri, seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasan individu berpusat pada persoalan yang tengah
dihadapi umat manusia, bukan pada persoalan yang sifatnya egoistis.
5) Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian.
Pada umumnya, individu yang telah mencapai aktualisasi diri
cenderung memisahkan diri dari lingkungan, sikap ini didasarkan atas
persepsinya mengenai sesuatu yang dianggap benar tanpa perlu
menunjukkan sikap egois, dimana individu merasa tidak bergantung
atas pikiran orang lain, sikap yang demikian membuatnya tenang dan
tentram dalam menghadapi hujatan dari orang lain. Individu ini
senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya meski berada di
lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud
dalam otonomi pengambilan keputusan, keputusan yang ia ambil tidak
dipengaruhi orang lain, dan ia akan bertanggung jawab atas segala
keputusan/kebijakan yang diambilnya.
6) Otonomi: kemandirian terhadap budaya dan lingkungan.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri tidak akan
menggantungkan dirinya pada lingkungan. Ia dapat melakukan apa
saja, kapan saja, dimana saja, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan
(situasi dan kondisi) di sekitarnya. Kemandirian ini menunjukkan
pertahanan diri individu terhadap segala persoalan yang mengguncang,
tanpa harus merasa putus asa.
7) Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan.
Pada individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya, ini merupakan
manifestasi rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki. Individu
akan diliputi perasaan senang, kagum, tidak bosan terhadap apa yang
ia miliki meskipun hal tersebut biasa saja. Implikasinya, individu akan
mampu mengapresiasikan segala yang ia miliki. Kegagalan seseorang
dalam mengapresiasikan dirinya dapat membuatnya menjadi manusia
yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.
8) Kesadaran sosial.
Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya cenderung memiliki
perasaan simpati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain
walaupun orang tersebut berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan
ini akan memunculkan kesadaran sosial yang membuat individu
memiliki rasa bermasyarakat.
9) Hubungan interpersonal.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri cenderung memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain, meskipun ia tidak cocok
dengan perilaku orang-orang di sekitarnya.
10) Demokratis.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.
Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan
orang lain berdasarkan golongan, etnis, agama, suku, ras, status, sosial-
ekonomi, dan lain-lain. Sikap ini lahir karena individu yang mampu
mengaktualisasikan diri tidak memiliki perasaan risih bergaul dengan
orang lain, rendah hati, dan senantiasa menghormati orang lain.
11) Rasa humor yang bermakna dan etis.
Rasa humor orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya berbeda
dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap
humor yang menghina, merendahkan, atau menjelekkan orang lain.
Humor yang ia tunjukkan tidak hanya memancing tawa, tetapi
memiliki makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar
mencerminkan hakikat manusiawi, menghormati dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
12) Kreativitas.
Kreativitas ini tanpa pengaruh dari pihak manapun dan diwujudkan
dalam kemampuan individu melakukan inovasi spontan, asli, dan tidak
dibatasi oleh lingkungan ataupun orang lain. Misalnya, seseorang
mampu memberikan pendapat dan mengembangkan potensi yang ia
miliki tanpa bantuan orang lain dan percaya diri dengan kemampuan
yang ia miliki.
13) Kemandirian.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu
mempertahankan pendirian dan keputusan yang ia ambil, serta tidak
akan goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan atau
kepentingan.
14) Pengalaman puncak.
Individu yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan
yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara
dirinya dengan alam semesta. Individu yang berada pada pengalaman
puncak akan memiliki sifat jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati, alami,
sederhana, dan terbuka.

5. Pengukuran Aktualisasi Diri


Alat ukur untuk aktualisasi diri yaitu Peak Experince Self-
Actualization Inventory (PESAI) berdasarkan teori Maslow (1943). Alat
ukur ini terdiri dari 28 item, yang pernyataannya diberi skor menggunakan
skala likert yang sudah ditetapkan oleh Wilsow dan Kneisl (1983 dalam
Fitra, 2015). Dimana item penilaian sangat sering (5), sering (3), kadang-
kadang (1), dan tidak pernah (0) terdapat pada item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6,
10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 26, dan 27. Kemudian, item
penilaian sangat sering (10), sering (7), kadang-kadang (3), dan tidak
pernah (0) terdapat pada item nomor 8, 9, 21, 23, 24, dan 28. Terakhir,
item penilaian sangat sering (15), sering (10), kadang-kadang (4), dan
tidak pernah (0) terdapat pada nomor 7, 11, dan 25. Scoring berbeda-beda
dikarenakan menurut Wilsow dan Kneisl (1983 dalam Fitra, 2015) scoring
yang tinggi lebih berpengaruh terhadap aktualisasi diri pada individu.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC.


Cahyani, S. (2019). Hubungan Antara Persepsi Pengembangan Karir Dengan
Kepuasan Kerja Pada Karyawan Bank Indonesia Medan. Universitas
Medan Area.
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi (K. Kartono, Penerj.). PT Raja
Grafindo Persada.
Emron, Yohny, & Imas. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Alfabeta.
Fitra, R. (2015). Hubungan Harga Diri Mahasiswa dengan Kemampuan
Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar Metode Seven Jump di Program
Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [Skripsi].
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ginting, M. R. (2011). Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi
Diri Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai [Skripsi].
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Handoko. (2011). Pengaruh Pengembangan Karir dan Kompensasi Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan di PT Parit Padang Global. Jurnal Fakultas
Manajemen Universitas Kristen Petra, 3 (2).
Irmawati, N. (2013). Motivasi Aktualisasi Diri Penyandang Tuna Netra [Skripsi].
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Sari, Y. A. (2011). Aktualisasi Diri Tokoh Utama Suguro dalam Novel Skandal
Karya Shusaku Endo [Skripsi]. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Siagian, S. P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Prenadamedia Group.
Arif, K. (2013). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1
McClelland, D. C. (1985). Human Motivation. Glenview, IL: Scott Foresman.
McClelland, D. C. (1987). The Achievement Motive. New York: Appleton
Century Crof.
Prihatsanti, U. (2010). Hubungan Kepuasan Kerja Dan Need For Achievement
Dengan Kecenderungan Resistance To Change Pada Dosen Undip
Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010: 78-86.
Purwanto, Edy. (2014). Model Motivasi Trisula: Sintesis Baru Teori Motivasi
Berprestasi. Jurnal Psikologi Volume 41, No. 2, Desember 2014: 218 –
228.
Sujarwo. Motivasi Berprestasi Sebagai Salah Satu Perhatian Dalam Memilih
Strategi Pembelajaran. Diakses pada 15 Februari 2016 dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,
%20M.Pd./MOTIVASI%20BERPRESTASI%20%20SEBAGAI
%20DASAR%20%20DALAM%20PEMILIHAN%20STRATEGI
%20PEMBELAJARAN.pdf Vanhorn, S.C. (2010).
The communication, speech & theatre association of north dakota. Journal of the
Communication, Speech & Theatre Association of North Dakota, 23, 1-87.
KUESIONER PENGEMBANGAN KARIR

A. IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Jenis kelamin : L/P
Usia : tahun
Lama bekerja :
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Beri tanda centang (√) pada salah satu kolom jawaban yang paling
mendekati atau sesuai dengan kondisi Anda.
3. Dalam pengisian pernyataan ini tidak ada jawaban benar atau salah, semua
jawaban adalah baik.

Adapun pilihan jawaban tersebut, antara lain:

SS : Sangat Setuju, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan.


S : Setuju, jika Anda Setuju dengan pernyataan.
TS : Tidak Setuju, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan.
STS : Sangat Tidak Setuju, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan
pernyataan.

NO. PERNYATAAN SS S TS STS


1. Saya mengetahui dan memahami
tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawab saya dengan baik.
2. Saya bekerja sesuai dengan aturan
yang ditetapkan perusahaan.
3. Saya mampu mengerjakan tugas
sesuai dengan jumlah yang
ditargetkan.
4. Saya kurang paham dengan tugas-
tugas yang diberikan perusahaan
kepada saya.
5. Saya sering melanggar aturan
pekerjaan yang telah ditetapkan.
6. Saya merasa kewalahan mengerjakan
tugas dengan jumlah yang
ditargetkan.
7. Saya mampu mengatasi masalah
dalam mengerjakan tugas yang
diberikan.
8. Saya mampu menggunakan waktu
dengan efisien dalam melaksanakan
tugas pekerjaan yang dibebankan
kepada saya.
9. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan teliti sesuai yang diharapkan.
10. Saat ada masalah dalam tugas yang
diberikan, saya tidak mampu
mengatasinya.
11. Saya kurang mampu mengatur waktu
dalam melaksanakan tugas pekerjaan
yang dibebankan kepada saya.
12. Saya sering melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan pekerjaan.
13. Saya memiliki hubungan yang baik
dengan rekan kerja maupun atasan.
14. Kerjasama antar karyawan di
perusahaan ini berjalan dengan baik.
15. Saya memiliki komunikasi yang baik
dengan rekan kerja.
16. Saya merasa hubungan antar rekan
kerja dengan atasan masih
berdasarkan senioritas.
17. Kerjasama antar karyawan di
perusahaan ini perlu ditingkatkan lagi.
18. Saya jarang berkomunikasi antar
sesama rekan kerja.
19. Saya rela kerja lembur demi
menyelesaikan kewajiban kerja di
kantor agar dikenal guna
pengembangan karir saya.
20. Saya selalu rajin hadir rapat dan
berpartisipasi agar dikenal guna
pengembangan karir saya.
21. Saya selalu mengutamakan
penampilan untuk selalu bersih dan
rapi agar dikenal guna pengembangan
karir saya.
22. Saya malas melakukan kerja lembur
dan memilih untuk cepat pulang.
23. Saya merasa malas ikut berpartisipasi
dalam rapat ataupun kegiatan lainnya.
24. Saya tidak begitu peduli dengan
penampilan saya saat bekerja.
25. Saya memiliki inisiatif untuk
mengusulkan ide-ide cemerlang.
26. Saya bersedia maju atau
melaksanakan pekerjaan atas
kemauan atau inisiatif saya sendiri.
27. Saya selalu hadir dan pulang kerja
tepat waktu.
28. Saya malas memikirkan ide-ide
cemerlang.
29. Saya lebih suka ditunjuk untuk maju
atau dalam melaksanakan pekerjaan.
30. Saya sering bermasalah dengan
kehadiran tepat waktu.
31. Saya memiliki kesempatan yang sama
dalam pertumbuhan karir, maka saya
akan memberikan yang terbaik untuk
perusahaan.
32. Kesempatan-kesempatan untuk
berkarir terbuka bagi seluruh
karyawan.
33. Saya memiliki peluang dan
kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan saya.
34. Saya tidak pernah memberikan yang
terbaik untuk perusahaan maka dari
itu saya merasa tidak memiliki
kesempatan untuk maju.
35. Kesempatan-kesempatan berkarir
hanya terbuka untuk karyawan yang
berprestasi.
36. Saya tidak memiliki peluang dan
kesempatan dalam mengembangkan
kemampuan saya.
37. Perusahaan selalu memberikan
arahan-arahan mengenai jenjang
jabatan yang ada di perusahaan.
38. Saya menerima nasihat berupa
informasi tentang kesempatan yang
tersedia untuk dimanfaatkan dari
rekan-rekan kerja.
39. Perusahaan memberikan pelatihan-
pelatihan kepada karyawan untuk
meningkatkan kemampuan serta
keterampilan.
40. Perusahaan tidak pernah memberikan
arahan-arahan mengenai jenjang
jabatan.
41. Saya tidak pernah mendapatkan
informasi tentang kesempatan yang
tersedia dari rekan kerja.
42. Atasan tidak pernah memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk
meningkatkan kemampuan serta
keterampilan.
43. Saya merasakan kesempatan pelatihan
yang diberikan perusahaan mampu
mengembangkan karir saya.
44. Saya berusaha untuk selalu
meningkatkan prestasi kerja saya agar
saya mendapatkan kesempatan untuk
promosi.
45. Setelah mengikuti pelatihan yang
diberikan, saya semakin mengerti
akan tugas dan tanggung jawab.
46. Saya merasa kesempatan pelatihan
yang diberikan perusahaan tidak
mampu mengembangkan karir saya.
47. Saya tidak pernah berusaha untuk
meningkatkan prestasi kerja saya.
48. Saya merasa bingung setelah
mengikuti pelatihan yang diberikan
perusahaan.
49. Saya merasa pelatihan yang saya
peroleh memampukan saya
melakukan pekerjaan pada jenjang
karir yang lebih tinggi.
50. Saya merasa mutasi kerja yang saya
peroleh dapat dijadikan sebagai batu
loncatan untuk mendapatkan promosi
di waktu yang akan datang.
51. Saya merasa pelatihan dan
pengembangan yang diberikan
semakin mendorong hasil kerja lebih
berkualitas dalam meningkatkan karir
yang lebih tinggi.
52. Saya merasa pelatihan yang diperoleh
tidak mampu menaikkan jenjang karir
saya.
53. Mutasi kerja yang saya peroleh belum
menjamin untuk saya mendapatkan
promosi di waktu yang akan datang.
54. Saya pikir pelatihan dan
pengembangan karir yang diberikan
tidak memberikan pengaruh besar
dalam meningkatkan jenjang karir.

KUESIONER AKTUALISASI DIRI

A. IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Jenis kelamin : L/P
Usia : tahun

B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Beri tanda centang (√) pada salah satu kolom jawaban yang paling
mendekati atau sesuai dengan kondisi Anda.
3. Dalam pengisian pernyataan ini tidak ada jawaban benar atau salah, semua
jawaban adalah baik.

Adapun pilihan jawaban tersebut, antara lain:

SS : Sangat Setuju, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan.


S : Setuju, jika Anda Setuju dengan pernyataan.
KK : Kadang-kadang, jika Anda Kadang-kadang dengan pernyataan.
TP : Tidak Pernah, jika Anda Tidak Pernah dengan pernyataan.

NO. PERNYATAAN SS S KK TP
1. Mampu menilai orang lain dengan
akurat.
2. Sering mencari kesalahan orang lain.
3. Menerima ketidakpastian.
4. Mudah menerima kelebihan dan
kekurangan diri sendiri.
5. Menerima pendapat orang lain,
meskipun tidak setuju dengan
pendapatnya.
6. Memiliki ide-ide kreatif.
7. Suka melakukan kegiatan yang tidak
terencana dan tidak dipersiapkan.
8. Melibatkan diri dalam masalah orang
lain.
9. Mampu mengemukakan pendapat
pribadi dan tidak bergantung pada
orang lain.
10. Mampu berkata jujur dalam
mengemukakan pendapat.
11. Mempertahankan kebiasaan-kebiasan
dan tradisi lokal.
12. Mendapatkan dukungan dari teman
sebelum membuat keputusan.
13. Mampu membuat keputusan sendiri.
14. Mendapatkan kesenangan ketika
berdiskusi memecahkan masalah dan
bersosialisasi dengan orang lain.
15. Menyukai setiap proses bersosialisasi.
16. Merasa terinspirasi setelah melihat
atau mendengar orang lain
mengemukakan pendapatnya.
17. Memiliki empati / sikap tenggang rasa
terhadap apa yang dirasakan orang
lain.
18. Membantu orang lain untuk
berkembang dan menjadi lebih baik.
19. Memiliki hubungan yang dalam dan
bermakna dengan beberapa teman.
20. Merasa bahwa diberi tugas
berdasarkan kemampuan dan
kompetensinya.
21. Melakukan hal-hal yang disukai.
22. Merasa bahwa menyampaikan
pendapat adalah penting.
23. Mudah tertawa terhadap humor yang
manusiawi, menghomati dan
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Tidak tertawa terhadap humor yang
menghina, merendahkan atau bahkan
menjelekkan orang lain.
24. Menantikan saat-saat mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru.
25. Menyukai pengalaman puncak
(pengalaman tanpa dibatasi ketakutan,
keraguan, dll) dan pengalaman yang
tidak biasa.
26. Meyakini bahwa kejujuran adalah
sikap yang baik.
27. Percaya bahwa harus selalu berkata
benar dalam proses belajar.
28. Memiliki dedikasi / rasa pengorbanan
yang tinggi untuk kehidupan atau
tujuan sosial.

Anda mungkin juga menyukai