Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

INDIVIDU DAN ASPEK PERKEMBANGANNYA

Untuk Memenuhi Nilai dalam Mata Kuliah


Perkembangan Peserta Didik

Yang diampu oleh Drs. H. Syaiful Imam, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nadya Miftaqul Janah NIM 200121601281
Pradnya Lingga Kumara NIM 200121601252
Yolanda Asri Ventiana NIM 200121601218

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FEBRUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Individu dan Aspek
Perkembangannya” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
matakuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang individu dan aspek perkembangannya bagi para pembaca dan
juga bagi kelompok kami.

Tidak sedikit kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bantuan kelompok, makalah
iniakhirnya dapat diselesaikan. Sehubungan dengan hal ini, penulis menyampaikan
ucapanterima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Syaiful Imam, S.Pd, M.Pd, sebagai pembimbing dalam matakuliah
Perkembangan Peserta Didik.
2. Kelompok, serta pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami juga menyadari akan segala kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini,
sehinggadengan tangan terbuka kami menerima masukan baik berupa saran ataupun kritikan
gunamendapatkan makalah yang lebih sempurna nantinya.

Malang, 14 Februari 2021,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PAMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Individu ......................................................................................................... 3

B. Karakteristik Individu...................................................................................................... 3

C. Pengertian Perbedaan Individu ........................................................................................ 7

D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu............................................... 7

E. Macam – Macam Perbedaan Individu ............................................................................. 9

F. Implikasi Perbedaan Individu Terhadap Proses Pembelajaran ..................................... 11

G. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................................ 13

H. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan ...................................................................... 14

I. Aspek - Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan ......................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 20

B. Saran .............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut. Manusia
telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat
manusia maupun objek materiil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya
manusia dan dengan berbagai kondisinya. Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu
pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi
yang merupakan pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau
sifat kodrati manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan
sosial, (ii) jasmani dan rohani, serta (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan
tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia
dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan manusia
dengan Tuhan.

Seseorang adalah makhluk yang memilikikapasitas atau atribut tertentu seperti


alasan, moralitas, kesadaran atau kesadaran diri, dan menjadi bagian dari bentuk
hubungan sosial yang dibentuk secara budaya seperti kekerabatan, kepemilikan properti,
atau tanggung jawab hukum. Ciri-ciri yang menentukan kepribadian dan akibatnya apa
yang membuat seseorang dianggap sebagai pribadi sangat berbeda di antara budaya dan
konteks.Selain pertanyaan tentang kepribadian, tentang apa yang membuat makhluk
dianggap sebagai pribadi, ada pertanyaan lebih lanjut tentang identitas dan diri pribadi:
baik tentang apa yang membuat orang tertentu menjadi orang tertentu dan bukan orang
lain, dan tentang apa yang membuat orang pada satu waktu menjadi orang yang sama
seperti mereka dulu atau akan menjadi orang lain meskipun ada perubahan intervensi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan individu?


2. Bagaimana karakteristik individu?
3. Apa saja macam - macam perbedaan individu?
4. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi perbedaan individu?
5. Bagaimana implikasi perbedaan individu terhadap proses pembelajaran?

1
6. Apa yang dimaksud pertumbuhan dan perkembangan?
7. Bagaimana aspek pertumbuhan dan perkembangan pada peserta didik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian individu.


2. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik individu.
3. Untuk mengetahui dan memahami macam - macam perbedaan individu.
4. Untuk mengetahui dan memahami faktor – faktor yang mempengaruhi perbedaan
individu.
5. Untuk mengetahui dan memahami implikasi perbedaan individu terhadap proses
pembelajaran.
6. Untuk mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pada peserta
didik.
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja aspek pertumbuhan dan perkembangan
pada peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Individu
Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai peserta didik haruslah
menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan
pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk
individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk
Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di
akhirat. Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak disandang oleh
manusia sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh.
lndividu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak dapat dipisahkan keberadaannya
sebagai makhluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda dengan orang lain
karena ciri-cirinya yang khusus tersebut (Webster‟s:743). Menurut kamus Echols &
Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan,
oknum (Echols, 1975: 519).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang
dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa
perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaaan dan sikap-sikapnya.
Oleh karena itu, anak dibantu oleh guru, orangtua, dan orang dewasa lainnya untuk
memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang diinginkan.
Bukti-bukti telah jelas bahwa seorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan
yang sudah sempurna. Dengan sendirinya, poIa-pola berjalan, berbicara, merasakan,
berpikir, atau pembentukan pengalaman harus di pelajari. Barangkali, tidak ada minat
yang bersifat alami, tetapi dorongan-dorongan potensi tertentu atau impuls-impuls
tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak di
lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.

B. Karakteristik Individu

Karakteristik individu peserta didik yaitu totalitas kemampuan dan prilaku yang ada
pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan

3
sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitas dalam mewujudkan harapan dan meraih
cita cita.

Menurut Capra (2004: 106) Ada 4 hal dominan dari karakteristik individu dari peserta
didik, yaitu sebagai berikut
a) Kemampuan dasar misalnya, kemampuan kognitif atau intelektual afektif dan
psikomotor.
b) Latar belakang cultural local, status sosial, status ekonomi, dan agama.
c) Perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, dan minat.
d) Cita-cita, pandangan kedepan, keyakinan diri, dan daya tahan.

Menurut Sardiman A.M (2007: 121) karakteristik individu yang dapat mempengaruhi
kegiatan belajar peserta didik antara lain:
1. Latar belakang pengetahuan dan tarah pengetahuan
Pemahaman guru terhadap latar belakang dan tarah pengetahuan peserta didik
seperti latar belakang keluarga, ekonomi, tingkat hobi dan lain sebagainya juga
berpengaruh terhadap proses perumusan perencaan sistem pembelajaran. Untuk
memperoleh data tentang latar belakang dan tarah pengetahuan peserta didik dapat
diperoleh melalui pengisian biodata oleh peserta didik.

2. Gaya belajar
Aspek lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran
adalah memahami gaya belajar peserta didik atau disebut juga dengan learning style.
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai oleh peserta didik. Dalam
proses pembelajaran, banyak para peserta didik yang mengikuti belajar pada mata
pelajaran tertentu, diajar dengan menggunakan strategi yang sama, akantetapi
mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-beda.

3. Usia kronologi
Faktor usia dapat dijadikan patokan dalam memahami karakteristik peserta
didik. Memahami usia peserta didik akan berpengaruh terhadap pemilihan pendekatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Pendekatan belajar yang digunakan terhadap usia
kanak-kanak tertentu saja berbeda dengan pendekatan belajar yang digunakan
terhadap anak remaja atau dewasa.

4
4. Tingkat kematangan
Kematangan juga dapat diartikan sebagai patokan dalam memahami
karakteristik peserta didik, dimana kematangan secara psikologis juga menjadi
pertimbangan guru dalam menentukan berbagai macam pendekatan belajar yang
sesuai dengan tingkat usia atau kesiapan peserta didik.

5. Spektrum dan ruang – ruang minat


Minat belajar juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam memahami
karakteristik peserta didik. Hal ini dilakukan agar guru dapat memprediksi atau
melihat tingkat antusias peserta didik terhadap pembelajaran yang disampaikan. Oleh
sebab itu guru perlu melakukan wawancara atau pengisian angket, agar dapat
merangkum seluruh penilaian yang mencerminkan tentang minat peserta didik
terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan.

6. Lingkungan sosial ekonomi


Pemahaman guru terhadap keadaan sosial ekonomi para peserta didik juga
dapat membantu guru dalam menentukan pendekatan dan sumber belajar. Secara
kasat mata, dapat diperhatikan bahwa sebagian besar peserta didik mengalami kendala
dalam memenuhi kebutuhan sumber belajar, sebagai akibat dari rendahnya ekonomi
dalam keluarga. Berkenaan dengan hal itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam
membuat atau menentukan sumber belajar dan media yang terjangkau dan tersedia di
lingkungan belajar para peserta didik.

7. Hambatan – hambatan lingkungan dan kebudayaan.


Hambatan adalah suatu hal atau usaha berasal dari diri sendiri yang bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional. Hambatan belajar ini
biasanya dipengaruhi oleh lingkungan dan kebudayaan sekitarnya.

8. Intelegensi
Inteligensi adalah ukuran bagaimana individu berperilaku. Inteligensi diukur
dengan perilaku individu, interaksi interpersonal dan prestasi.

5
9. Keselarasan dan attitude
Keselarasan dan attitude adalah sikap dari peserta didik sebagai individu
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

10. Prestasi belajar


Prestasi belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis,
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan ilmu pelajaran yang dimiliki oleh siswa dan
dioperasionalkan dalam bentuk indicator berupa nilai raport.

11. Motivasi
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75)

Menurut Danim (2010 : 7) Adapun karakteristik peserta didik yang sukses yaitu
sebagai berikut:
1. Menghadiri semua sesi kelas dan acara dilaboratorium atau diluar kelas secara teratur
dan tepat waktu.
2. Menjadi pendengar dan melatih diri untuk memusatkan perhatian
3. Memastikan ingin mendapatkan jawaban atas tugas, dengan cara menghubungi
instruktur atau siswa lain.
4. Mampu memanfaatkan peluang pembelajaran ekstra ketika ditawarkan.
5. Melakukan hal yang bersifat opsional dan sering meantang tugas baru ketika banyak
siswa lain menghindarinya.
6. Memiliki perhatian tinggi dikelasnya.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan kelas, meski upaya mereka sedikit mengalami rasa sulit
8. Memperhatikan guru mereka sebelum dan setelah jam pelajaran.
9. Mampu melakukan diskusi dengan guru yang lain untuk mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman yang bermakna
10. Mengerjakan semua tugas secara rapi dan menelaah hasilnya secara kritis.

6
C. Pengertian Perbedaan Individu

Individu mempunyai pengertian yaitu suatu kesatuan yang masing-masing


memiliki ciri khasnya, dan karena itu tidak ada dua individu sama, satu dengan yang
lainnya berbeda (Hamalik, 2004: 180). Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan
orang, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang
satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu. Menurut
Landgren S. & Olsson KA. (1982: 578) “perbedaan” dalam “perbedaan individual”
menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa perbedaan individu adalah suatu perbedaan yang dimiliki oleh
setiap individu baik fisik maupun non fisik yang menjadikan seseorang memiliki karakter
atau ciri-ciri yang berbeda antara satu dengan yang lain.

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individu, yaitu:

1. Faktor bawaaan atau genetik


Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang dilakukan melalui
pewarisan genetik oleh orang tua. Pewarisan genetik ini dimulai saat terjadinya
pembuahan. Yaitu ketika sel reproduksi perempuan yang disebut ovum dibuahi oleh
sel reproduksi laki-laki yang disebut spermatozoon. Hal ini terjadi kira-kira 280 hari
sebelum lahir. Dalam masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum
atau sel telur terdapat 23 kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang
masing-masing didalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil, yang disebut
gen. Gen inilah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya
(Hurlock, 1995). Perkiraan jumlah gen dalam genome (kumpulan gen) manusia
bergerak antara 60.000 sampai 150.000, masing-masing membawa potensi ciri
bawaan fisik dan mental. Gen ini mengandung petunjuk untuk produksi protein, yang
selanjutnya protein ini yang akan mengatur proses fisiologis tubuh dan penampakan
sifat-sifat fenotip: bentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan, dan berbagai pola
perilaku lainnya (Zimbardo & Gerig, 1999).
Perbedaan gen merupakan salah satu alasan mengapa setiap individu berbeda
dengan individu lainnya, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku meskipun
merupakan saudara sendiri. Selain faktor genetik selebihnya dipengaruhi oleh

7
lingkungan, karena setiap individu tidak pernah berada di lingkungan yang sama
persis (Zimbardo & Gerig, 1999).

2. Faktor lingkungan
Lingkungan menunjuk pada segala sesuatu yang terjadi di luar diri individu. faktor
ini meliputi:
a. Status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua, meliputi tingkat pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orangtua. Meskipun tidak
mutlak, tingkat pendidikan orangtua mempengaruhi sikap orangtua terhadap
pendidikan anak serta aspirasinya terhadap pendidikan anak. Begitu pula
dengan pekerjaan dan penghasilan orang tua yang berbeda-beda. Perbedaan ini
akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orang tua terhadap
pendidikan anak, dan aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang
diberikan, dan juga waktu yang diberikan pada anak untuk pendidikan.
Demikian juga dengan perbedaan status ekonomi akan mempengaruhi
perbeedaan individu, salah satu implikasinya adalah perbedaan pola gizi yang
diterapkan dalam keluarga. Tidak dipungkiri bahwa gizi merupakan aspek
penting yang mempangaruhi perkembangan kecerdasan anak. Keluarga
dengan status ekonomi rendah tidak memungkinkan untuk memenuhi pola gizi
anak dengan baik. Sedangkan, keluarga dengan status ekonomi tinggi, akan
memberikan gizi yang terbaik untuk anaknya. Padahal gizi yang baik
merupukan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak untuk tumbuh kembang
fisik dan kecerdasannya. Selain itu, pola asuh dalam keluarga juga merupakan
salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perbedaan setiap individu.

b. Budaya. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau
dapat juga didefinisikan sebagai adat-istiadat. Budaya dan kebudayaan
sebagai rangkaian tindakan dan aktifitas manusia yang berpola dapat dilihat
dalam tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Hal ini
berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud kedua adalah budaya dari suatu aktifitas dan tindakan berpola dari
manusia dan masyarakat. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda
hasil karya manusia. Kebudayaan ini berupa benda-benda yang dapat dilihat,

8
diraba, atau difoto. Ketiga bentuk budaya dan kebudayaan tersebut
mempengaruhi perilaku manusia.

c. Urutan kelahiran. Teori Alfred Adler adalah yang pertama kali mempelajari
hubungan antara urutan kelahiran dengan kepribadian. Adler sangat percaya
bahwa urutan kelahiran di antara saudara dapat memiliki efek yang langgeng
dan kuat pada kepribadiannya. Menurut Adler, urutan kelahiran
mempengaruhi cara seseorang menangani suatu persoalan dan faktor-faktor
seperti pengambilan keputusan, komunikasi dan berhubungan dengan orang
lain. Alfred Adler mempunyai alasan bahwa anak yang lebih tua menunjukkan
ciri-ciri seperti kesadaran dan keramahan. Anak yang lahir pertama atau anak
sulung cenderung lebih teliti, ambisius, dan agresif jika dibandingkan dengan
adik-adiknya. Anak tengah atau anak kedua biasanya berperan sebagai
mediator dan pecinta damai. Sementara itu, anak yang terlahir terakhir atau
anak bungsu cenderung lebih kreatif dan menarik. Sedangkan anak tunggal
atau anak semata wayang biasanya lebih percaya diri, supel, dan memiliki
imajinasi tinggi.. Karakteristik yang berbeda-beda tersebut disebabkan karena
perlakuan yang berbeda-beda dari orang tua maupun anggota keluarga lainnya
berdasarkan urutan kelahiran masing-masing.

E. Macam-Macam Perbedaan Individu

Macam-macam perbedaan individu adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil
pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti ia menguasai segala
segala sesuatu yang diketahui, dalam arti dirinya terbentuk suatu persepsi, dan
pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya

2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa


Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangatpenting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan pemikirannya dalam
bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik.

9
Kemampuan berbahasa sangat di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan serta faktor fisik(organ bicara).

3. Perbedaan Kecakapan Motorik


Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat
untuk melakukan kegiatan.

4. Perbedaan Latar Belakang


Perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas dari potensi untuk menguasai
bahan.

5. Perbedaan Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, maka lingkungan
tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam arti ada rangsangan dan
pemupukan yang menyentuhnya.

6. Perbedaan Kesiapan Belajar


Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sosio-ekonomi, sosio-cultural,
amat penting artinyabagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang
sama tidak selalu berada pada tingkat persiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.

7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender


Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis
kelamin merujuk kepada perbedaan biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara
gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan berupa perbedaan
antara laki-laki dan perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan
gender termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain
yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan
yang ada.

10
8. Perbedaan Kepribadian
Kepribadian mengacu pada pemikiran, emosi dan perilaku khas yang menjadi ciri
bagaimana individu beradaptasi dengan kehidupan. Beberapa peneliti telah
menemukan bahwa kepribadian pada masa remaja cenderung tidak stabil seperti masa
dewasa (Roberts, Kayu, & Caspi, 2008). Lima besar faktor kepribadian yaitu
keterbukaan, kesadaran, ekstraversi, keramahan, dan neurotitisme (kestabilan emosi).

9. Perbedaan Gaya Belajar


Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan
mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau
ketrampilan baru (Sarasin, 1999). Menurut Horne (2005) terdapat beberapa model
atau pendekatan gaya belajar:
a. Modalitas belajar
b. Belajar dengan otak kiri otak kanan
c. Belajar sosial
d. Lingkungan belajar
e. Emosi belajar
f. Belajar kongkrit dan abstrak
g. Belajar global dan analitik
h. Multiple intelligence

F. Implikasi Perbedaan Individu Terhadap Proses Pembelajaran

Untuk mempermudah proses pembelajaran dengan berbagai perbedaan-perbedaan


individual tersebut, berikut implikasi perbedaan individual terhadap proses pembelajaran:

1. Program Percepatan
Yaitu pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan
bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa, dengan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam angka waktu yang lebih
singkat dibandingkan teman-temannya.

2. Remidial
Pemberian layanan pendidikan kepada siswa yang mengalami kesulitan/hambatan
dengan memberikan pelajaran dan atau tugas tambahan sehingga mereka dapat
menyelesaikan program sesuai dengan waktu yang ditentukan.

11
3. Program Pengayaan
Yaitu pemberian layanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang
dimiliki siswa, dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang
bersifat perluasan/ pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas
yang diprogramkan untuk siswa lainnya.

Selain dari tiga program di atas, implikasi pembelajaran dari perbedaan individual
setiap siswa dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:
a) Menggunakan pendekatan pembelajaran ekletik dan fleksibel; disertai penggunaan
multimedia dan multimetode
b) Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian menyediakan lingkungan belajar
yang mendukung gaya belajar mereka.
c) Memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang menggabungkan pilihan cara
belajar siswa, menggunakan metode mangajar, insentif, alat, dan situasi yang
direncanakan sesuai dengan pilihan siswa
d) Gunakan kombinasi cooperative learning, pembelajaran individual, dan
pembelajaran kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar yang berpusat pada
guru dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
e) Berikan waktu yang cukup untuk memproses dan memahami informasi.
f) Gunakan alat-alat multi sensory untuk memproses, mempraktekkan dan memperoleh
informasi.

Menurut Oemar Hamalik (2012: 186-192) cara-cara melayani perbedaan


individual adalah sebagai berikut: akselerasi dan program tambahan, pengajaran
individual, pengajaran unit, kelas khusus bagi siswa yang cerdas, kelas remidi bagi
para siswa yang lamban, pengelompokan berdasarkan abilitas, pengelompokan
informal (kelompok kecil dalam kelas), supervisi periode individualisasi,
memperkaya dan memperluas kurikulum, pelajaran pilihan (elective subjects),
diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel, sistem tutorial
(tutoring system), pelajaran padat, bimbingan individual, modifikasi metode-metode
mengajar
Sedangkan menurut Nini Subini (2012: 44-53) menyatakan bahwa cara
penanganan terhadap perbedaan individual dapat dilakukan dengan cara sebagai

12
berikut: sistem modul, pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted
instruction), pembelajaran terprogram, sistem tugas, dan sistem keller (ARCS).
Pada dasarnya proses penanganan pada setiap individu dilakukan dengan cara-
cara yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain. Setiap individu
memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga dalam melakukan suatu penanganan
juga menggunakan cara yang berbeda-beda. Setelah guru menemukan perbedaan-
perbedaan dari setiap individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan
perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang disesuaikan dengan
perbedaan tersebut supaya setiap individu mampu berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa.

G. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan istilah dalam ilmu psikologi.


Umumnya kedua istilah ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan keduanya
terdapat pada perubahan individu. Perbedaannya pada jenis perubahan yang terjadi.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan bersifat kualitatif.
Pertumbuhan merujukke perubahan fisik, sedangkan perkembangan merujuk ke
perubahan psikis.

Pertumbuhan adalah perubahan kuantitas / jumlah termasuk peningkatan struktur


dan ukuran. Dengan kata lain, pertumbuhan adalah perubahan ukuran organ dan sel
individu, yang dapat diukur dari berat badan, panjang, umur tulang, dan keseimbangan
metabolisme, dan tinggi yang tidak dapat diubah (tidak dapat kembali ke keadaan awal /
irreversible).

Perkembangan adalah meningkatkan kemampuan atau keterampilan struktur dan


fungsi tubuh lebih kompleks menurut pola konvensional dan itu bisa di prediksi melalui
proses pematangan.

Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan
kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut merupakan sifat kodrat manusia
yang harus mendapat perhatian secara saksama. Untuk memberi gambaran bahwa makna
pertumbuhan dibedakan dari makna perkembangan, secara singkat disajikan yaitu bahwa
istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan

13
kuantitatifmengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk
perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek atau rohani dan aspek sosial.

H. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Hurlock (1980: 5 – 9) merumuskan 9 prinsip perkembangan, yaitu:


1. Sikap kritis merupakan dasar permulaan
Menurut ahli psikologi tahun – tahun pra sekolah menanamkan struktur perilaku
kompleks yang mempengaruhi perkembangan sikap anak pada tahap selanjutnya.
Contohnya: latihan yang rutin membuat anak lebih baik menggunakan tangan
kanannya.
Semua perubahan terjadi ketika semua orang dilingkungan anak memperlakukan
anak dengan baik dan membebaskan mengekspesikan diri anak tersebut. Anak juga
harus diberikan motivasi dalam menempuh perubahan.
2. Peran kematangan dan belajar
Kematangan adalah proses terbukanya karakteristik dan potensi yang terdapat
dalam setiap diri masing – masing individu dan berasal dari keturunan (warisan
genetik). Contoh: duduk, merangkak, dan berjalan
3. Mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan
Perkembangan motorik mengikuti hukum arah perkembangan (cephalocaudal)
yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh bagian tubuh. Contohnya:
keterampilan lengan anak lebih dahulu tampak daripada kemampuan jari jemari anak
4. Semua individu berbeda
Persamaan pola perkembangan semua anak, tetapi setiap anak akan selalu
mengikuti pola yang ditentukan sesuai cara dan kecepatannya sendiri. Ada anak yang
berkembang tahap demi tahap, kecepatan yang meningkat tajam, dan ada yang terjadi
penyimpangan. Perbedaan tersebut ditimbulkan dari perbedaan unsur biologis dan
genetik, dan lingkungan.
5. Perilaku karakteristik dimiliki setiap perkembangan
Semua anak mengikuti pola perkembangan dari tahap kesatu menuju tahap
berikutnya. Contoh: anak yang berjalan dulu sebelum berlari. Perkembangan
berlangsung secara berkesinambungan dari pembuahan sampai kematian dengan
berbagai kecepatan.
6. Setiap tahap perkembangan memiliki risiko

14
Lingkungan anak dapat menjadi berbahaya bagi anak bila tidak dikondisikan
dengan baik. Hal ini menyebabkan peningkatan perkembangan terhenti, anak
mengalami gangguan kematangan.
7. Perkembangan dibantu oleh rangsangan
Bantuan berupa stimulus / rangsangan turut andil membantu perkembangan.
Contohnya: anak menggambar rumah dan sawah, guru dan orang tua yang sering
mengajak anak berbicara sehingga kemampuan linguistik anak akan meningkat, dan
lain sebagainya.
8. Perkembangan dipengaruhi oleh perubahan kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik
anak. Anak perempuan identik dengan cengeng, padahal itu merupakan respon tubuh
anak perempuan, anak laki – laki cenderung lebih kuat.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan
Semua manusia mempunyai harapan bagi munculnya anggota baru di lingkungan
mereka. Ketika tahap tersebut tercapai orang tua dan masyarakat akan merasa senang.
Sebenarnya harapan ini bukan merupakan acuan tetap bagi setiap individu.
Contohnya: anak yang berusia 1 tahun sudah pandai berjalan akan dianggap pandai,
sedangkan bagi anak yang berusia 1 tahun belum bisa berjalan orang tua dan
masyarakat akan merasa gelisah.

I. Aspek - Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-


kebutuhan. Pada awal kehidupannya, seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya,
ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila
kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Akan
tetapi, dalam perkembangannya lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat
ia membutuhkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) yang semakin penting. Ia
membutuhkan teman, keamanan, dan seterusnya. Semakin besar anak, kebutuhan
nonfisiknya juga semakin banyak. Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dengan demikian, telah terjadi perkembangan
dalam hal kebutuhan-kebutuhan, baik fisik maupun nonfisik. Apabila dicemati,
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua atau sekunder. Dengan perkataan lain,
pertumbuhan flsik senantiasa diikuti perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya.

15
a. Aspek Perkembangan Fisik
Menurut Kuhlen dan Thompson (dalam Hurlock, 1956) terdapat 4 aspek fisik
dalam perkembangan sebagai berikut :
1. Sistem saraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)
2. Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)
3. Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)
4. Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)
Menurut Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) perubahan otak juga merupakan
aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Otak adalah sentral
perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga semakin sempurna struktur otak
maka akan meningkatkan kemampuan kognitif.

Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik


halus.
1. Perkembangan motorik kasar
Proses kematangan anak mempengaruhi perkembangan motorik ini. Perbedaan
proses kematangan berdampak pada laju perkembangan satu anak dengan anak
lainnya. Contoh perkembangan motorik kasar: kemampuan melompat, berenang,
duduk, berlari
2. Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan anak dengan
menggerakkan otot-otot kecil / sebagian anggota tubuh tertentu.Pemberian
kesempatan kepada anak untuk berlatih dan belajar mempengaruhi perkembangan
motorik ini. Contoh perkembangan motorik halus: kemampuan menulis,
berbicara, memotong, dan lain sebagainya.

b. Aspek Perkembangan Intelegensi/Kognitif


Menurut Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget
menamakan tahap operasi formal yaitu tahap dimana seseorang mampu berpikir
abstrak. Hal itu dikarenakan remaja mampu berspekulasi tentang sesuatu, impian, cita
– cita, berpikir logis dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk
mencapaisuatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Menurut Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds,
2001) salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah

16
personal fable. Personal fable berisi keyakinan bahwa diri seseorang unik dan
memiliki karakteristik khusus yang hebat, dan benar adanya tanpa memperhatikan
sudut pandang orang lain dan kenyataan.
Pada perkembangan struktur kognisi berlangsung menurut urutan yang sama
bagi setiap individu akan mengalami setiap tahapan sekalipun kecepatannya berbeda-
beda. Perbedaan kecepatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor - faktor
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Asimilasi: Proses dimana stimulus baru dari lingkungan diintegrasikan pada
skema yang telah ada.
b. Akomodasi: Penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama.
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu
berlangsung secara terus menerus.

c. Aspek Perkembangan Emosi


Emosi mencakup kemampuan anak dalam mengelola emosi, merasa nyaman,
aman, takut, kecewa, marah, dan emosi yang lainnya. Pada aspek ini, anak sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi
yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika
anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untukmenyayangi.
Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu :
a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan.
b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu kegagalan.
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam keadaan
gugup.
d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

d. Aspek Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial adalah proses kematangan yang dicapai oleh individu dalam
hubungan sosial. Untuk melalui hidupnya manusia pasti memerlukan bantuan
manusia lainnya. Perkembangan sosial juga dihubungkan dengan moral, norma =
norma kelompok, tradisi yang lebur menjadi satu kesatuan, kerja sama, dan lain
sebagainya. Perkembangan sosial diperoleh dari pengalaman bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain. Contoh: anak ingin memakai pakaiannya sendiri di umur 2 tahun,
makan sendiri meskipun berantakan, dan lain sebagainya.

17
e. Aspek Perkembangan Bahasa
Penelitian Bloom, Piaget dan Slobin memberi cara pandang baru bagi kajian
bahasa anak, dimana mereka memfokuskan pada perkembangan kognitif dengan
pemerolehan bahasa pertama. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan bahasa
adalah hasil hubungan yang erat anara anak dan lingkungannya ditambah dengan
interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif dan pengalaman
bahasa anak. Kemampuan belajar anak sangat ditentkan oleh sejauh mana mereka
mengetahui dunia sekitar dan kemampuan penafsiran terhadap konseptual dalam
membuat kategori dunia sekitar.
Pada umumnya kemampuan berbahasa Indonesia, meliputi empat kemampuan,
yaitu kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Empat komponen
kemampuan tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya kerena saling
berhubungan. Kemampuan menyimak dan berbicara merupakan kemampuan lisan.

f. Aspek Perkembangan Bakat


Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seorang individu yang dapat
berkembang dengan sedikit latihan. Seseorang yang memiliki bakat cepat terlihat dan
menonjol. Bakat khusus adalah kemampuan individu di bidang tertentu seperti: seni,
olahraga, dan keterampilan.

g. Aspek Perkembangan Moral


Moral adalah kemampuan setiap individu dalam menentukan perbuatan baik dan
buruk. Moral berasal dari bahasa latinmores. Mores berasal dari kata mos artinya
tabiat / kelakuan, dan kesusilaan. Sjarkawi (2006:34) menyatakan moral adalah
kebaikan manusia sebagai manusia. Pandangan moral adalah cara manusia hidup
sebagai manusia yang baik. Nilai – nilai moral yang universal tentang kemanusiaan
berasal dari kebaikan moral. Sjarkawi (2006:35) juga menyatakan bahwa moral
berhubungan dengan moralitas. Moralitas adalah segala hal yang berhubungan dengan
(1991:43) tanggung jawab, kejujuran, keadilan, toleransi, rasa hormat, kebijaksanaan,
disiplin, tolong menolong, kerja sama, demokrasi, dan belas kasih.
Masa bayi belum mengenal moral, karena bayi belum mengenal nilai dan suara
hati.Awalnya pengenalan moral dengan paksaan, tetapi lambat laun sejalan dengan
berkembangnya intelektual individu maka secara bertahap individu akan mengikuti
aturan yang berlaku dalam masyarakat.

18
h. Aspek Perkembangan Agama
Agama telah ada anak sejak lahir. Fitrah diartikan sebagai agama tauhid yang
diperkuat. Fitrah beragama dalam diri seseorang menjadi naluri yang menggerakkan
hati orang tersebut dalam melakukan perbuatan suci yang diilhami oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Naluri manusia memiliki kesiapan untuk meyakini Tuhan.
Dimensi religiusitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi ideologis/ keyakinan (akidah), sejauh mana seseorang mempercayai
ajaran-ajaran yang sifatnya fundamental dan dogmatis dalam agama, seperti;
rukun iman.
2. Dimensi intelektual/ pengetahuan (ilmu), sejauh mana pengetahuan yang
dipahami oleh setiap manusia beragama berkaitan dengan dasar-dasar keyakinan,
ritual, kitabsuci, dan tradisi-tradisi yang dilakukan.
3. Dimensi ritual/ praktik agama (syariah), berkaitan dalam menjalankan ibadah,
misal; sholat lima waktu, membaca Al-Quran, puasa, dan lainnya.
4. Dimensi penghayatan/ eksperiensial, berkaitan dengan pengalaman-pengalaman
keagamaan, seperti; persepsi, perasaan, dan sensasi ketika melakukan komunikasi
dalam suatu esensi ketuhanan.
5. Dimensi konsekuensial/pengalaman (akhlak), bagaimana seorang manusia
beragama berperilaku di dunia dengan motivasi oleh nilai religius internal.
Diibaratkan bahwa dimensi ini merupakan hasil dari proses identifikasi terhadap
keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang yang
diekspresikan dalam tindakan perilakunya sehari-hari.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Individu merupakan nama lain dari perseorangan. Individu erat kaitannya dengan
lingkungan dalam mengembangkan potensi dan membawa perubahan baik yang
diinginkan melalui suatu tingkah laku yang dimiliki setiap individu. Individu
memiliki berbagai karakteristik antara lain sebagai berikut: kemampuan kognitif dan
psikomotor, status ekonomi, agama, sikap gaya belajar, latar belakang, intelegensi,
prestasi, motivasi, tingkat kematangan, dan lain sebagainya. Setiap individu memiliki
ciri khas satu sama lain yang membedakan antara satu sama lain.

B. Saran

Untuk ke depannya kami berharap agar tenaga pendidik memerhatikan


karakteristik indvidu dari setiap peserta didik. Peserta didik pastinya memiliki
perbedaan dari setiap aspeknya termasuk gaya belajarnya. Sehingga agar peserta didik
dapat mengembangkan dirinya dengan baik maka harus disesuaikan dengan
karakteristik dari masing-masing peserta didik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan khalayak yang
membacanya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih
baik lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Sitti. 2011. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama. Hal. 12-
14.

Agustina, Nora. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish.

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Imam Anas. 2017. Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak dalam
Efektivitas Pendidikan. Jurnal Inspirasi. 1(1): 74-75.

Wahidah. 2019. Memahami Perbedaan Individu Pebelajar dalam Proses Belajar Mengajar,
Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Kebudayaan. 11(2): 90-94.

Marbun, Stefanus M. 2018. Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Sunarto & Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.

Sobur, Alex. (2001). “Aspek-Aspek Perkembangan”. Psikologi umum. pp. 1–5.

Kompas.com. 2020. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. Diakses pada 10 Februari


2021 pada laman: https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/10/143000269/pertumbuhan-
dan-perkembangan-manusia?page=all

Blog. uac.ac.id. (2016). Pengertian Individu dan Karakteristiknya. Diakses pada 11 Februari
2021 pada laman: https://blog.uad.ac.id/ari1300001182/2016/05/18/pengertian-individu-dan-
karakteristiknya/

Samio, S. (2018). Aspek – Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik. Best
Journal (Biology Education, Sains and Technology), 1(2), pp. 36–43. doi:
10.30743/best.v1i2.791.

Putri, A. F. (2018) „Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas


Perkembangannya‟, SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), p. 35. doi:
10.23916/08430011.

21

Anda mungkin juga menyukai