NIM : 010001800587
Teori ini berpendapat bahwa pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak
yang kedudukannya seimbang, sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi
konsumen. Namun dalam praktiknya konsumen seringkali tidak mendapatkan
informas-infromasi yang sama terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya.
Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan konsumen atau
ketidakterbukaan pelaku usaha terhadap produk yang ditawarkannya
Contoh: Sebuah kasus dimana terdakwa dalam kasus tersebut menjual produk
kecantikan berupa kosmetik yang tidak mencantumkan label dan
keterangan mengenai komposisi yang terkandung dalam kosmetik
tersebut.
Contoh: contoh dari teori ini adalah apabila terjadi sebuah pembelian satu unit
kamera digital bergaransi, apabila barang yang dibeli tersebut tidak
berfungsi/rusak maka pembeli dapat mengajukan garansi selama
masih memiliki kwitansi pembelian dan kartu garansi atas barang
tersebut. Selain itu barang yang ingin digaransikan harus dipastikan
juga bahwa kerusakan yang terjadi bukanlah akibat dari perbuatan si
pembeli.
The privity of Contract :
2. Resume Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dengan berdasar pada
ketentuan yang terdapat di dalam UU. No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Pasal 8 :
ayat (1) :
ayat (2) :
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atu bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas
barang dimaksud
ayat (3) :
Pasal 9 :
ayat (1) :
ayat (2) :
Pasal 10 :
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan,mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :
o Harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa
o Kegunaan suatu barang dan/atau jasa
o Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang
dan/atau jasa
o Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan
o Bahaya penggunaan barang dan/atau jasa
Pasal 11 :
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilkakukan melalui cara obral atau
lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan :
o Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tertentu
o Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak
mengandung cacar tersembunyi
o Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan
dengan maksud untuk menjual barang lain
o Tidak menyediakan barang dalam julah tertetntu dan/atau jumlah yang
cukup dengan maksdu menjual barang yang lain
o Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah
cukup dengan maksud menjual jasa yang lain
o Menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan
obral
Pasal 12 :
Pasal 13 :
ayat (1) :
ayat (2) :
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat,
obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan
kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau
jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang
untuk :
o Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan
o Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa
o Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan
o Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dikerjakan
Pasal 15
Pasal 17
ayat (1) :
Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
o Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan
dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan
barang dan/atau jasa
o Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa
o Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang
dan/atau jasa
o Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan/atau
jasa
o Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan
o Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai periklanan.
ayat (2) :
Tugas dari Badan ini adalah : (sebagaimana tertuang di dalam Pasal 52 UUPK)
e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tetang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
h. Memanggil dan meghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap Undang-Undang Perlindnungan Konsumen ini
i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen
j. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan.
k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen
Tugas dari Badan ini adalah (sebagaimana diatur di dalam Pasal 34 UUPK) :
Tugas dari lembaga ini adalah (sebagaimana tercantum di dalam Pasal 44 ayat (3)
UUPK) :