Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

E DENGAN TINDAKAN
APPENDIKTOMI PADA APPENDISITIS AKUT DI KAMAR
OPERASI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT DR.MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar


Profesi Ners (Ns)

Diajukan Oleh:

NISHA AFIDAH
J. 230 113 025

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis IImiaIs

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.E DENGAN TINDAKAN


APPENDEKTOMI PADA APPENDISITIS AKUT DI KAMAR
OPERASI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh:

I 230.113.025

elab a di dopaa Per


pada la JO e tI§g 2012, diny zs

ji

NIK : 75

Surakarta, 10 November 2012


Fakultas llmu Kesehatan
Universitus Mubammadiyah Surakarta
.•w : Dekau.
1
Asuhan Keperawatan pada Tn.E dengan Tindakan Appendiktomi pada
Appendicitis Akut di Kamar Operasi Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta

KARYA TULIS ILMIAH, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.E DENGAN TINDAKAN


APPENDIKTOMI PADA APPENDISITIS AKUT DI KAMAR
OPERASI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
DR.MOEWARDI SURAKARTA

Nisha Afidah S.Kep*


Priyo Prabowo S.Kep., Ns**
Amir Nuryanto S.Kep., Ns **

Abstrak
Penyakit appendisitis adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan.
Insidennya 120/100.000 pertahun, dengan pasien yang terbanyak adalah rentang usia
17-64 tahun yaitu sebesar 82,18%. Jumlah pasien appendisitis di Indonesia berjumlah
27% dari jumlah penduduk di Indonesia. Penanganan masalah appendisitis dilakukan
dengan appendiktomi. Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan appendicitis
akut yang dilakukan tindakan appendiktomi. Penyusunan karya tulis ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan data digunakan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Kesimpulan ini adalah
pada pasien Tn.E beberapa diagnosa yang muncul diantaranya adalah saat pre operasi
yaitu nyeri akut teratasi dengan pain control dan ansietas teratasi dengan anxiety control,
serta kurang pengetahuan teratasi dengan pemberian informasi yang jelas. Diagnosa
intra operasi yaitu resiko cidera teratasi dengan pengawasan, pengaturan posisi, dan
manajemen lingkungan. Sedangkan diagnoa post operatif yaitu hipotermi teratasi dengan
kontrol suhu ruangan dan diagnosa resiko infeksi selama intra dan post operasi teratasi
dengan infection control and protection.

Kata kunci: Appendisitis Akut, Apendiktomi

Abstract
Appendicitis is a surgical emergency the most common and can occur at any
age. 120/100.000 incidences per year, with the majority of patients were 17-64 years old
equal to 82,18%. The number of patients suffering appendicitis in Indonesia amounted to
approximately 27% of the total population of Indonesia. The intervention of appendicitis
can doing by appendectomy. The general aim of this scientific research paper is for
knowing the description about the nursing treatment that appropriate for the appendicitis
client who had been appendectomy. The scientific research paper arrangement is using
the descriptive method by case study approach. Data collection techniques used were
interviews, observation physical examination and study documentation. The conclusion
Mr. E were some diagnoses that appears likes in pre-operation is acute pain was solved
by pain control and anxietas was solved by anxiety control, and deficit knowledges was
solved by giving information to patients. Intra-operatif diagnosis was injury risk that
solved by monitoring, positioning, and environment management. And the post operatif
diagnose was hypothermia that solved by thermal conditioning and infection diagnose
when intra and post operatif was solved by infection control and protection.

Keywords: acute appendicitis, appendictomy


PENDAHULUAN Appendisitis Akut di Kamar Operasi
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Penyakit appendisitis adalah Dr. Moewardi Surakarta”.
kedaruratan bedah yang paling
sering ditemukan dan dapat terjadi TINJAUAN PUSTAKA
pada usia berapapun. Insidennya Appendiks adalah ujung seperti
120/100.000 pertahun, dengan jari yang kecil panjangnya kira-kira 10
pasien yang terbanyak adalah cm (4 inci), melekat pada sekum
rentang usia 17-64 tahun yaitu tepat di bawah katup ileosekal.
sebesar 82,18% dengan kejadian Appendisitis merupakan inflamasi
yang paling banyak terjadi adalah appendiks yaitu suatu bagian seperti
appendisitis akut tanpa penyulit kantung yang non fungsional dan
(simple appendicitis) 54,46%. Rasio terletak di bagian inferior sekum
insiden appendisitis antara laki-laki (Smeltzer, 2002).
dan perempuan 1:1. Kasus Terjadinya appendisitis akut
appendisitis akut sama banyaknya disebabkan oleh infeksi bakteri.
antara wanita dan laki-laki pada Obstruksi pada lumen appendiks
masa prapuber, jarang terjadi pada disebabkan karena adanya timbunan
balita, meningkat pada pubertas, dan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia
mencapai puncaknya pada saat jaringan limfoid, cacing, parasit,
remaja awal usia 20 tahun, benda asing dalam tubuh, kanker
sedangkan pada masa remaja dan primer dan striktur (Sjamsuhidrajat,
dewasa rasionya menjadi 3:2 2005).
(Siswono, 2006).
Menurut Depkes RI (2002), Manifestasi klinis menurut
jumlah pasien yang menderita Mansjoer (2001), keluhan
appendisitis di Indonesia berjumlah appendisitis bermula dari nyeri di
27% dari jumlah penduduk di daerah umbilikus atau
Indonesia. Insiden appendisitis yang periumbilikus. Dalam 2-12 jam
lebih tinggi terjadi pada negara maju nyeri akan beralih ke kuadran
daripada negara berkembang, namun
kanan bawah (Mc. Burney), yang
di Indonesia dalam tiga sampai
empat dasawarsa terakhir ini
akan menetap dan diperberat bila
menurun secara bermakna yaitu dari berjalan atau batuk. Selain itu
100 kasus tiap 100.000 populasi terjadi anoreksia, malaise, dan
menjadi 52 tiap 100.000 populasi demam ringan, konstipasi, diare,
(Surya, 2008). mual, muntah. Perkusi ringan
Jumlah kasus pasien dengan pada kuadran kanan bawah dapat
appendisitis akut yang masuk di membantu menentukan lokasi
Kamar Operasi Instalasi Gawat nyeri. Pada penekanan perut kiri
Darurat Rumah Sakit Dr. Moewardi bawah akan dirasakan nyeri pada
Surakarta dalam tahun 2012 bulan perut kanan bawah (Rovsing
Januari sampai September mencapai
Sign). Apabila tekanan di perut kiri
60 pasien, dan khusus bulan Juli
2012 terdapat 13 pasien.
bawah dilepaskan juga akan
Berdasarkan fenomena di atas, terasa nyeri pada perut kanan
penulis tertarik untuk mengangkat bawah (Blumburg Sign). Tanda
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Psoas yaitu dengan perlahan
“Asuhan Keperawatan pada Tn. E paha kanan pasien diekstensikan
dengan Tindakan Appendiktomi pada pada saat berbaring pada sisi kiri
sedangkan tanda Obturator Stadium ini disebut dengan
ditandai dengan rotasi interna appendisitis gangrenosa. Bila dinding
pasif dari paha kanan yang appendisitis itu pecah, akan terjadi
difleksikan dengan pasien pada appendisitis perforasi. Bila semua
posisi terlentang. proses di atas berjalan lambat,
Komplikasi utama appendisitis omentum dan usus yang berdekatan
adalah perforasi apendiks, yang akan bergerak ke arah appendiks
dapat berkembang menjadi peritonitis hingga timbul suatu massa lokal yang
atau abses. Perforasi secara umum disebut infiltrate appendikularis.
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan Pemeriksaan penunjang yang
suhu 37,70C atau lebih tinggi, dilakukan untuk menegakkan
penampilan toksik, dan nyeri tekan diagnosa medis appendisitis
abdomen yang kontinyu (Smeltzer diantaranya: pemeriksaan
dan Bare, 2002). laboratorium (pemeriksaan darah
Patofisiologi menurut Mansjoer lengkap dan C-reaktif protein),
(2001), appendisitis disebabkan oleh radiologi (ultrasonografi dan CT
penyumbatan lumen appendiks oleh scan), analisa urin, pengukuran
hiperplasia folikel limfoid, fekalit,
enzim, barium enema,
benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau pemeriksaan foto polos abdomen
neoplasma. Obstruksi tersebut (Syamsuhidayat, 2004).
menyebabkan mukus yang Penatalaksanaan medis dan
diproduksi oleh mukosa mengalami keperawatan untuk masalah
bendungan. Makin lama mukus appendisitis adalah dengan cara
tersebut makin banyak, namun pembedahan. Antibiotik dan
elastisitas dinding appendiks cairan IV diberikan sampai
mempunyai keterbatasan sehingga pembedahan dilakukan. Analgetik
menyebabkan peningkatan dapat diberikan setelah diagnosa
intraluminal. Tekanan yang ditegakkan. Dalam penanganan
meningkat tersebut akan
kasus appendisitis, dilakukan
menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedis tindakan appendiktomi yaitu
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada tindakan pembedahan yang
saat inilah terjadi appendisitis akut dilakukan untuk memotong
fokal yang ditandai oleh nyeri jaringan appendiks yang
epigastrium. Bila sekresi mukus terus mengalami peradangan. (Smeltzer
berlanjut, tekanan akan terus dan Bare, 2002).
meningkat. Hal tersebut akan Appendiktomi dilakukan
menyebabkan obstruksi vena, edema dengan menginsisi transversal
bertambah, dan bakteri akan terus atau oblik di atas titik maksimal
menembus dinding. Peradangan nyeri tekan atau massa yang
yang timbul akan meluas dan
dipalpasi pada fosa iliaka kanan.
mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di Otot dipisahkan ke lateral rektus
bagian kanan bawah. Keadaan ini abdominalis. Mesenterium
disebut appendisitis supuratif akut. apendikular dan dasar appendiks
Bila kemudian aliran arteri terganggu diikat dan appendiks diangkat.
akan terjadi infark dinding appendiks Tonjolan ditanamkan ke dinding
yang diikuti dengan gangren. sekum dengan menggunakan
jahitan purse string untuk kesehatan aktual atau potensial
meminimalkan kebocoran intra dimana berdasarkan pendidikan
abdomen dan sepsis. Kavum dan pengalamannya, perawat
peritoneum dibilas dengan larutan secara akuntabilitas dapat
tetrasiklin dan luka ditutup. mengindentifikasikan dan
Diberikan antibiotik profilaksis memberikan intervensi secara
untuk mengurangi luka pasca pasti untuk menjaga, merubah,
operasi yaitu metronidazol membatasi, meningkatkan dan
supositoria (Syamsuhidayat, menambah status kesehatan
2004). klien. (Patricia, 2009). Dari hasil
Pengkajian merupakan tahap pemeriksaan yang telah dilakukan
awal dan dasar utama dari proses kemudian diperoleh beberapa
keperawatan. Tahap pengkajian diagnosa diantaranya (Nanda,
terdiri atas pengumpulan data dan 2005):
perumusan kebutuhan atau Pre Operasi:
masalah klien. Data yang 1. Nyeri akut berhubungan dengan
dikumpulkan meliputi data agen injuri biologis dan dilakukan
biologis, psikologis, sosial, dan intervensi manajemen nyeri.
spiritual (Patricia, 2009). 2. Ansietas berhubungan dengan
Pengkajian yang dilakukan untuk krisis situasional dan dilakukan
menunjang diagnosa appendisitis intevensi kontrol kecemasan.
di antaranya, yaitu: respiratori, 3. Kurang pengetahuan
sirkulasi, status persyarafan, berhubungan dengan kurangnya
balutan, posisi tubuh eliminasi, informasi mengenai prosedur
dan diberikan intervensi
makanan/cairan,
pendidikan kesehatan.
nyeri/kenyamanan, aktivitas dan Intra Operasi:
latihan, keamananan, luka insisi, 1. Resiko infeksi berhubungan
seksualitas, dengan prosedur invasif dan
penyuluhan/pembelajaran tindakan pembedahan dan
(Doenges, 2002). dilakukan intervensi pertahankan
Pada kasus dengan teknik steril selama jalannya
appendiktomi dilakukan tindakan pembedahan.
perhitungan skor Alvarado untuk 2. Resiko cedera akibat kondisi
menegakkan diagnosis sebagai perioperatif berhubungan dengan
appendisitis akut atau bukan gangguan persepsi/sensorik
akibat anestesi dan dilakukan
meliputi 3 simptomp (perpindahan
intervensi kontrol resiko jatuh.
nyeri, anoreksia, mual/muntah), 3 3. Defisit volume cairan
sign (nyeri tekan kuadran kanan berhubungan dengan kehilangan
bawah, nyeri lepas, peningkatan volume cairan secara aktif dan
suhu tubuh hingga 38,50C), dan 2 dilakukan intervensi monitor TTV
laboratorium (leukositosis dan dan hidrasi.
polimorfonuklear leukosit). Post Operasi:
Diagnosa keperawatan 1. Resiko infeksi berhubungan
merupakan keputusan klinik dengan tindakan invasif:
tentang respon individu, keluarga penatalaksanaan appendiktomi
dan masyarakat tentang masalah dan intervensi yang dilakukan
yaitu pertahankan teknik steril, dan teknik pengumpulan data. Bab
monitor TTV. keempat berisi tentang hasil yang
2. Ketidakefektifan thermoregulasi mencakup tinjauan kasus dan
berhubungan dengan paparan pelaksanaan asuhan keperawatan.
lingkungan dingin, pemberian Bab kelima pembahasan tentang
obat-obatan yang menyebabkan penalaran hasil pengkajian,
vasodilatasi dan dilakukan perpaduan teori dengan kasus,
intervensi dengan management pembahasan dengan jurnal
suhu lingkungan. pendukung, dan keterbatasan
3. Mual berhubungan dengan penulisan. Bab enam merupakan
peningkatan asam lambung kesimpulan dan saran yang berisi
akibat efek pemberian anestesi tentang sintesis dari pembahasan,
dan dilakukan intervensi monitor implikasi dan saran untuk
status hidrasi serta pantau TTV. pengembangan ilmu pengetahuan.

METODE PENELITIAN
Pendekatan Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan Penulis menggunakan beberapa
dengan menggunakan metode cara dalam memperoleh sumber
alloanamnesa dan autoanamnesa. data, diantaranya sebagai berikut:
Penyusunan karya tulis ilmiah ini wawancara, observasi, pemeriksaan
menggunakan metode deskriptif fisik, studi dokumentasi, dan studi
dengan pendekatan studi kasus yaitu kepustakaan.
metode ilmiah yang bersifat
mengumpulkan data, menganalisis
data dan menarik kesimpulan data. Analisa data
Dalam pembahasan, penulis
melakukan analisa dengan
Tempat dan Waktu menggunakan mekanisme “compare
Penulisan karya ilmiah ini and contrast” untuk diagnosa yang
mengambil kasus di Kamar Operasi muncul pada saat pemberian asuhan
Instalasi Gawat Darurat (OK IGD) keperawatan dengan diagnosa yang
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta muncul pada teori didukung dengan
pada tanggal 25 Juli 2012. hasil jurnal yang mempunyai tema
yang berkaitan dengan pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan.
Langkah-Langkah
Penulisan karya tulis ini disusun
secara sistematis, dimana HASIL
penyusunannya dibagi dalam enam Data Profil Objek
bab, dengan rincian sebagai berikut: Pengkajian dilakukan tanggal 25
Bab pertama tentang pendahuluan Juli 2012 pukul 08.50 WIB diperoleh
yang berisi latar belakang, rumusan data nama pasien adalah Tn. E
masalah, tujuan dan manfaat berumur 21 tahun, beragama Islam
penulisan. Bab kedua tentang dengan alamat Surakarta, pendidikan
tinjauan teori yang berisi konsep SMA, nomor rekam medik 01141311,
dasar penyakit dan asuhan serta penanggung jawab adalan Ny.
keperawatan. Bab ketiga berisi T, usia 35 tahun yaitu ibu pasien.
tentang metodologi yaitu tempat dan
waktu, langkah-langkah penyusunan,
Gambaran Kasus skala nyeri 7, T (time): nyeri terasa
Riwayat kesehatan pasien terus menerus.
datang ke Rumah Sakit Dr. Moewardi Hasil pemeriksaan laboratorium
Surakarta pada tanggal 24 Juli 2012 pada tanggal 25 Juli 2012:
pukul 23.29 WIB dengan keluhan hemoglobin 13,9 g/dl, hematokrit
utama nyeri pada perut sebelah 42%, leukosit 15,7 ribu/ul, trombosit
kanan bawah, yang dirasakan sejak 4 238 ribu/ul, eritrosit 4,73 juta/ul,
hari sebelum masuk rumah sakit. eosinofil 0,30%, basofil 0,20%,
Pasien juga mengeluhkan nafsu neutrofil 85,70%, limfosit 8,70%,
makan berkurang, kadang mual dan monosit 5,10%. Hasil pemeriksaan
muntah, serta demam. Pasien baru USG diperoleh kesan appendisitis.
pertama kali dirawat di rumah sakit Asuhan keperawatan pre, intra,
dan dilakukan tindakan operasi. dan post operasi yaitu sebagai
Pasien tidak memiliki riwayat berikut:
penyakit asma, hipertensi, atau 1. Pre operasi
alergi. Keluarga tidak ada yang Persiapan pre operasi dilakukan
memiliki riwayat penyakit keturunan. dengan mengecek identitas
Selama keluhan, pasien dibawa oleh pasien, pemeriksaan fisik, hasil tes
keluarga ke dokter umum dan diberi diagnostik, inform consent
obat oral, namun nyeri masih terasa, pembedahan dan anestesi. Inform
kemudian pasien dibawa ke Rumah consent sudah ditandatangani
Sakit Dr. Moewardi dan didiagnosis oleh penanggungjawab yaitu Ny.
apendisitis akut sehingga dianjurkan T. Pasien mengatakan tidak
untuk operasi. memiliki alergi dan puasa sejak
Pemeriksaan fisik diperoleh hasil jam 03.00 WIB, pasien terpasang
keadaan umum baik, compos mentis, infus RL 20 tpm di tangan kiri. Alat
BB: 71 kg, TB: 170 cm, tekanan dan obat anestesi yang akan
darah 130/90 mmHg, nadi 104 x/mnt, diberikan telah lengkap,
suhu 37,80C, dan pernapasan instrument pembedahan dalam
20x/mnt, normal pada semua organ keadaan steril, hasil USG telah
kecuali pada bagian abdomen dipasang di ruang operasi.
dimana diperoleh hasil inspeksi Diagnosa yang muncul pada pre
simetris, bising usus 15 x/mnt, operasi adalah:
tympani saat diperkusi, nyeri tekan a. Nyeri akut berhubungan
pada titik Mc.Burney dan nyeri terasa dengan agen injuri biologi,
sampai epigastrium, ditemukan tanda didukung oleh data pasien
Psoas dan Obturator positif. mengatakan nyeri pada perut
Pengkajian Alvarado terdapat tanda- kanan bawah dan menjalar
tanda nyeri saat bergerak, sampai ulu hati, pengkajian
mual/muntah, anoreksia, nyeri saat nyeri diperoleh hasil nyeri
ditekan atau diraba, demam, serta bertambah saat batuk, miring
terjadi leukositosis. Pengkajian nyeri ke kanan dan saat diraba (P),
abdomen diperoleh hasil P nyeri terasa seperti tertusuk-
(provoking): bertambah nyeri saat tusuk (Q), nyeri terasa pada
batuk, miring ke kanan, ataupun saat perut kanan bawah yang
diraba, Q (quality): nyeri terasa menjalar pada epigastrium (R),
seperti tertusuk-tusuk, R (region): skala nyeri 7 (S), nyeri terasa
nyeri pada perut kanan bawah terus menerus (T). Tanda
sampai epigastrium, S (severity): Psoas dan Obturator positif,
tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 104 x/mnt, suhu 37,30C,
vital sign dalam batas normal,
dan pernapasan 20x/mnt,
postur tubuh, ekspresi wajah,
ekspresi wajah pasien tegang.
bahasa tubuh, dan tingkat
Tujuannya adalah setelah
aktivitas menunjukkan
dilakukan asuhan keperawatan
berkurangnya kecemasan.
selama 1 x 10 menit,
Rencana tindakan keperawatan
diharapkan nyeri berkurang
yang akan dilakukan adalah
dengan kriteria hasil skala nyeri
gunakan pendekatan yang
menjadi 1-3, TTV dalam batas
menenangkan, jelaskan
normal, ekspresi wajah rileks
prosedur operasi, temani
dan pasien merasa nyaman.
pasien, berikan dukungan
Intervensi yang diberikan
spiritual, monitor TTV dan
adalah kontrol lingkungan serta
ajarkan teknik relaksasi napas
ajarkan teknik relaksasi
dalam. Implementasi yang
progresif. Implementasi yang
dilakukan pukul 09.00 WIB
dilakukan pada pukul 09.00
yaitu menjelaskan pada pasien
WIB yaitu mengontrol
tentang prosedur operasi,
lingkungan dengan
menyarankan pasien untuk
memberikan rasa nyaman pada
selalu berdoa, memonitor TTV,
pasien, dan mengajarkan teknik
dan mengajarkan teknik napas
relaksasi progresif. Evaluasi
dalam. Evaluasi pada pukul
pada pukul 09.10 WIB
09.10 WIB diperoleh masalah
diperoleh masalah nyeri teratasi
cemas teratasi dimana pasien
sebagian dimana pasien
tampak nyaman, ekspresi
mengatakan lebih nyaman,
wajah rileks, pasien melakukan
pasien melakukan teknik
teknik napas dalam, tekanan
relaksasi progresif, skala nyeri
darah 130/80 mmHg, respirasi
5, tekanan darah 130/80
20 x/mnt, suhu 37,20C, dan
mmHg, respirasi 20 x/mnt, suhu
nadi 102 x/mnt
37,20C, dan nadi 102 x/mnt.
c. Kurang pengetahuan
Penulis tetap memantau nyeri
berhubungan dengan
pasien dengan menganjurkan
kurangnya informasi didukung
pertahankan teknik relaksasi.
oleh data pasien bertanya
b. Ansietas berhubungan dengan
mengenai jalannya operasi,
krisis situasional didukung oleh
berapa lama operasinya akan
data pasien mengatakan takut
berlangsung, dan ekspresi
operasi, pasien bertanya kira-
wajah bingung. Setelah
kira operasinya akan lama atau
dilakukan asuhan keperawatan
tidak, akral tangan dingin,
selama 1 x 10 menit diharapkan
tekanan darah 130/90 mmHg,
pasien mengetahui jalannya
nadi 104 x/mnt, suhu 37,30C,
operasi dengan kriteria hasil
dan pernapasan 20x/mnt.
pasien mampu mengidentifikasi
Setelah dilakukan asuhan
mengenai operasi yang akan
keperawatan selama 1 x 10
dilakukan. Rencana tindakan
menit diharapkan cemas
keperawatan yang akan
berkurang atau hilang dengan
dilakukan adalah menjelaskan
kriteria hasil pasien
prosedur operasi pada pasien.
mengidentifikasi,
Implementasi yang dilakukan
mengungkapkan dan menunjuk
pukul 09.00 WIB yaitu
teknik untuk mengontrol cemas,
menjelaskan pada pasien
tentang prosedur operasi.
melewati titik Mc.Burney
Evaluasi pada pukul 09.10 WIB
diperoleh masalah kurang
kemudian dilanjutkan insisi
pengetahuan teratasi dimana lapis per lapis sampai dengan
pasien menyebutkan kembali fasia muskulus oblikus
mengenai jalannya operasi eksternus. Fasia diinsisi
yang akan dilakukan, ekspresi dengan mess dan diperlebar
wajah tidak bingung, tekanan dengan gunting, dilakukan split
darah 130/80 mmHg, respirasi terhadap muskulus oblikus
20 x/mnt, suhu 37,20C, dan eksternus, muskulus oblikus
nadi 102 x/mnt. internus, dan muskulus
2. Intra operasi transversalis abdominis sesuai
Pasien dilakukan anestesi pada arah masing-masing serat otot.
pukul 09.15 WIB, dan dilakukan
Setelah nampak peritoneum,
pembedahan pada pukul 09.30
WIB. Jenis anestesi yang kemudian peritoneum diangkat
diberikan adalah spinal anestesi dan dilihat hingga tidak
pada jam pertama dan kemudian terdapat organ intra abdomen
dilanjutkan dengan general yang terikut, kemudian
anestesi. Sebelumnya pasien peritoneum dibuka dengan
mendapatkan injeksi ketamin 60 gunting dan diperlebar sesuai
mg dan propofol 50 mg untuk dengan arah insisi kulit dan
premedikasi. 15 menit pertama mengeluarkan cairan jernih.
pasien mendapatkan bupivacain Sekum diidentifikasi lalu
7,5 mg dan fentanyl 25 mcg. 10 dikeluarkan dan sekum
menit kemudian diberikan
dibungkus dengan kassa
midazolam 5 mg dan diberikan lagi
fentanyl 70 mcg pada menit ke 35. basah, kemudian ditemukan
Selama dilakukan pembedahan, appendiks dengan letak
pasien masih merasakan nyeri retrocaecal, oedema, dan
sehingga pada awitan waktu satu hiperemis, namun tidak
jam kemudian pasien diberikan ditemukan adanya perforasi.
general anestesi dengan LMA Kemudian dilakukan
(Laryngeal Mask Airway). Hal ini appendiktomi retrograde,
harusnya tidak terjadi apabila punctum dijahit. Setelah itu
penatalaksanaan pemberian dilakukan cek perdarahan
anestesi dilakukan sesuai dengan
dengan menggunakan kassa
prosedur tetap. Berdasarkan
prosedur tetap yang ada, perlu
(sluber) untuk mengetahui
dikaji mengenai kebiasaan sehari- masih adakah perdarahan dari
hari yang dapat mempengaruhi arteri appendikularis dan
jalannya anestesi seperti merokok, pembuluh darah sekitarnya.
minuman beralkohol atau pemakai Kemudian peritoneum dijahit
narkoba, sehingga ambang batas menggunakan chromic 2.0,
nyeri dan tingkat resistensi pasien aproksimasi muskulus dengan
terhadap suatu obat tertentu dapat plain 2.0, fasia dengan polysorb
dikaji. 2.0, subkutan dengan plain 3.0
dan selanjutnya jahit kulit
Insisi sepanjang ± 8cm
dengan menggunakan silk 3.0.
dilakukan pada gridiron
Operasi selesai pada pukul
11.45 WIB. Penulis tindakan kepada pasien selalu
mengangkat diagnosa saat menjaga teknik aseptik.
proses operasi berlangsung, Implementasi yang dilakukan
yaitu: adalah mempersiapkan meja
a. Resiko cedera berhubungan operasi (steril), menyiapkan
dengan gangguan persepsi peralatan operasi (steril),
sensorik akibat efek anestesi mencuci tangan steril, masing-
didukung data pasien masing operator memakai gaun
mendapatkan general anestesi, operasi steril (drapping),
pasien mengalami penurunan melakukan tindakan aseptik
kesadaran. Setelah dilakukan untuk area yang akan dioperasi
asuhan keperawatan selama 1 (abdomen kanan bawah).
x 3 jam, diharapkan tidak terjadi Dengan menggunakan cairan
cedera dengan intervensi yang savlon kemudian betadin dan
akan dilakukan adalah awasi dibersihkan dengan alkohol
pasien, lakukan tindakan untuk untuk meminimalkan terjadinya
menjaga keseimbangan pasien infeksi saat operasi dan untuk
dan atur pencahayaan. memfokuskan area pandang,
Implementasi yang dilakukan dipasang duk besar dan duk
pada pukul 09.05 WIB adalah kecil. Evaluasi pada pukul
menghidupkan lampu operasi, 11.45 WIB diperoleh masalah
mengawasi postur keadaan teratasi dengan tanda-tanda
pasien serta menempatkan vital; tekanan darah 120/70
kedua tangan pada sayap meja mmHg, nadi 96 x/mnt, respirasi
operasi. Evaluasi yang 18 x/mnt, suhu 36,40C, dan
diperoleh pada pukul 11.45 seluruh peralatan yang
adalah masalah teratasi digunakan adalah peralatan
ditandai dengan pasien aman steril.
di atas meja operasi, tidak 3. Post operasi
tejadi cedera, dan Pasien tiba di recovery room
pencahayaan baik. pada tanggal 25 Juli 2012 pukul
b. Resiko infeksi berhubungan 11.50 WIB dengan posisi tidur
dengan tindakan invasif terlentang (supine), oksigen 3
appendiktomi didukung data ltr/mnt, infus RL 20 tpm. Data
pasien terpasang infus,
pengkajian fokus yang
dilakukan regional anestesi
(RA) dan dilanjutkan dengan diperoleh adalah keadaan
general anestesi (GA) serta umum lemah, tekanan darah
dilakukan sayatan ± 8cm. 120/70 mmHg, nadi 96x/mnt,
Tujuan intervensi adalah respirasi 18 x/mnt, suhu 36,4 0C.
diharapkan setelah dilakukan Diagnosa yang muncul saat
tindakan keperawatan selama 1 post operasi adalah:
x 3 jam, pasien menunjukkan a. Resiko infeksi berhubungan
pengendalian resiko infeksi dengan tindakan pembedahan
dibuktikan oleh vital sign dalam dengan didukung terdapat
batas normal (tekanan darah: balutan jahitan sepanjang ±
120/80 mmHg, nadi: 80-100 8cm, tekanan darah 120/70
x/mnt, respiratori: 16-20 x/mnt, mmHg, nadi 96 x/mnt, respirasi
S: 36,7 - 37,50C), dengan 18 x/mnt, suhu 36,40C, saturasi
intervensi setiap melakukan oksigen 99%. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 1 masih dalam pengaruh
x 3 jam, diharapkan tidak terjadi anestesi, akral teraba dingin,
infeksi dengan kriteria hasil tekanan darah 120/70 mmHg,
pasien bebas dari tanda dan nadi 96 x/mnt, respirasi 18
gejala infeksi. Intervensi dari x/mnt, suhu 36,40C, saturasi
diagnosa adalah bersihkan 99%. Setelah dilakukan asuhan
tempat tidur, pertahankan keperawatan selama 1 x 60
teknik aseptik, batasi menit, diharapkan
pengunjung, instruksikan pada ketidakefektifan thermoregulasi
pengunjung untuk mencuci dapat teratasi dengan kriteria
tangan saat sebelum dan hasil pasien tidak merasa
setelah berkunjung, cuci tangan kedinginan dan suhu tubuh
setiap sebelum dan sesudah dalam batas normal (36,7-
tindakan keperawatan, monitor 37,50C). Intervensi yang
tanda infeksi, inspeksi kulit dan diberikan adalah atur kondisi
membran mukosa terhadap dan suhu ruangan, berikan
kemerahan, demam, pantau selimut hangat, dan pantau
drainase: inspeksi kondisi luka, suhu pasien. Implementasi
serta monitor TTV. yang dilakukan adalah
Implementasi yang dilakukan memantau suhu pasien,
adalah membersihkan tempat menjaga suhu ruangan,
tidur pasien, mempertahankan memberikan selimut hangat,
teknik aseptik, membatasi dan memantau rehidrasi
pengunjung, menginstruksikan pasien. Evaluasi yang diperoleh
pada pengunjung untuk pada pukul 12.00 WIB yaitu
mencuci tangan saat sebelum pasien mengatakan lebih
dan setelah berkunjung, nyaman dan badan terasa
mencuci tangan setiap sebelum hangat, tekanan darah 110/80
dan sesudah tindakan mmHg, nadi 94 x/mnt, respirasi
keperawatan dan memonitor 18 x/mnt, suhu 37,30C.
TTV. Evaluasi pada pukul 12.00 Masalah teratasi.
WIB diperoleh pasien Pada pukul 12.10 kondisi pasien
mengatakan paham dengan dikaji dengan menggunakan
anjuran perawat dan hanya Aldrette Score:
satu orang yang menemani
pasien dan selalu mencuci Tabel 4.1 Aldrette Score
tangan, tekanan darah 110/80 ASPEK KRITERIA NILAI
mmHg, nadi 94 x/mnt, respirasi
18 x/mnt, suhu 37,30C, saturasi Aktivitas 4 anggota 2
100%. Masalah teratasi motorik gerak (2)
sebagian. Selanjutnya pasien 2 anggota
akan mendapatkan perawatan gerak (1)
luka selama di ruangan untuk 0 anggota
mencegah terjadinya infeksi. gerak (0)
b. Ketidakefektifan thermoregulasi Pernapas Mampu 1
an bernapas
berhubungan dengan paparan
dan batuk
lingkungan dingin, efek bebas (2)
pemberian obat atau anestesi
Dyspnea,
didukung dengan data pasien
napas
mengatakan kedinginan, pasien dangkal/terb
atas (1)
Apnea (0) endoncentron 4 mg, apabila
Tekanan Tensi 20 2 mengeluh nyeri berikan ketorolac
darah mmHg pre 30 mg, infus RL/NaCl 20 tpm, lanjutkan
Op (2) terapi injeksi/oral sebagai berikut:
Tensi 20-50 ceftriaxon 2 gr/24 jam, ketorolac 30 mg/8
mmHg pre jam, ranitidine 25 mg/12 jam, dan IV line
Op (1) RL 20 tpm.
Tensi 50
mmHg pre
Op (0)
PEMBAHASAN
Kesadara Sadar penuh 2
n (2)
Pengkajian pemeriksaan fisik
Bangun pada abdomen pasien diperoleh hasil
waktu nyeri daerah epigastrium sampai
dipanggil perut kanan bawah dan bertambah
(1) nyeri jika digunakan untuk batuk,
Tidak ada miring ke kanan atau diraba, skala
respon nyeri 7, rasanya terasa terus
(0) menerus seperti ditusuk-tusuk. Tanda
Warna Normal (2) 2 Psoas, Obturator positif, Alvarado
kulit Pucat kelabu skor: 8, hasil USG nampak kesan
(1) appendisitis.
Sianosis (0)
Diagnosa keperawatan yang
Jumlah 9 muncul pada Tn.E adalah sebagai
Skor
berikut: Nyeri akut berhubungan
Dalam melakukan pemindahan dengan agen injuri biologi, Ansietas
pasien dari ruang pulih sadar berhubungan dengan krisis
harus diperhatikan kriteria situasional, Kurang pengetahuan
penilaiannya yaitu pasien dapat berhubungan dengan kurangnya
dipindahkan ke ruang rawat informasi, Resiko cedera
apabila Aldrette skornya ≥ 8, berhubungan dengan gangguan
namun jika Aldrette skornya < 8, persepsi sensorik akibat efek
pasien harus dimasukkan ke anestesi, Resiko infeksi berhubungan
dalam ruang ICU. Dari hasil dengan tindakan invasif
perhitungan dengan instrument (appendiktomi), Ketidakefektifan
Aldrette Skor pada Tn.E thermoregulasi berhubungan dengan
diperoleh nilai 9, yaitu pasien paparan lingkungan dingin, efek
mengatakan tidak merasa pemberian obat atau anestesi.
pusing, tidak mengantuk, tidak Diagnosa nyeri akut diangkat
mual, dan muntah yang pada pre operasi karena apendiks
merupakan indikasi pasien dapat terinflamasi meluas dan mengenai
dipindahkan ke ruang perawatan. peritoneum oleh fekalit (massa keras
Kemudian penulis melakukan dari feces), tumor, atau benda asing.
operan ke perawat ruangan Proses inflamasi meningkatkan
dengan rincian sebagai berikut: tekanan intraluminal sehingga
posisi supinasi, Oksigen 2 menimbulkan nyeri abdomen atas
ltr/mnt, monitor tanda-tanda vital dan menyebar hebat secara progresif
setiap 15 menit, apabila tekanan dalam beberapa jam, terlokalisasi di
darah turun di bawah 90/60 kuadran kanan bawah dari abdomen.
mmHg, berikan epedrin 5 mg, Untuk mengatasi masalah nyeri akut
apabila muntah berikan
pada Tn.E, penulis melakukan terhadap stress. Rangsangan stress
implementasi sesuai dengan rencana ini akan mengaktifkan benzodiazepin
tindakan yang telah dibuat, di yang merupakan pengatur
antaranya penulis menggunakan kecemasan dimana rangsangan ini
teknik relaksasi progresif untuk menghambat aminobutririk gamma
mengatasi nyeri pasien. Setelah neuroregulator (GABA) yang juga
dilakukan tindakan keperawatan mengatur kecemasan sehingga
selama 1 x 10 menit, nyeri teratasi berdampak pada individu dalam
sebagian dengan hasil evaluasi menurunkan kapasitas mengatasi
pasien mengatakan lebih nyaman stressor. Efek sistemik dari respon
dan skala nyeri turun menjadi 5, neuroendokrin nampak dengan
wajah terlihat lebih rileks, dan tanda- adanya perubahan denyut jantung
tanda vital dalam batas normal. Hal meningkat, tekanan darah meningkat,
tersebut diperkuat dengan hasil suplai darah ke otak dan organ vital
penelitian oleh Kweekkeboom dan meningkat, suplai darah ke
Gretasrdottir (2006) dengan judul gastrointestinal dan motilitas
“Systematic Review of Relaxation gastrointestinal menurun, kecepatan
Interventions for Pain” yang pernapasan meningkat, glukosa
menjelaskan bahwa teknik-teknik darah meningkat dan dilatasi pupil
relaksasi dapat menurunkan (Baradero.M, 2005). Penulis
tingkatan nyeri pada pasien. Namun, melakukan semua rencana tindakan
teknik ini memiliki kelemahan dimana yang telah disusun, diantaranya
hasilnya dipergunakan untuk adalah menganjurkan pasien untuk
persepsi nyeri tertentu, seperti nyeri melakukan teknik relaksasi untuk
arthritis. Untuk mengurangi rasa nyari menurunkan kecemasan. Hal ini
pada pasien pre operasi dapat diperkuat dengan hasil penelitian
digunakan teknik distraksi seperti oleh Uzma Ali (2010) yang berjudul
terapi musik dan guided imagery “The Effectiveness of Relaxation
yang dapat menurunkan rasa nyeri Therapy in the Reduction of Anxiety
pada nyeri akut, yang merupakan Related Symptomps (A Case Study)”,
hasil penelitian oleh Brim (2011) yang yang menjelaskan bahwa terapi
berjudul “Nursing Students Use of relaksasi dapat menurunkan tingkat
Nonpharmacologic Pain Relief kecemasan dan depresi serta terjadi
Techniques”. penurunan ketegangan otot, rasa
Diagnosa ansietas diangkat nyeri, dan gangguan tidur.
karena pasien mengatakan takut Kurang pengetahuan diangkat
akan operasi dan wajah kelihatan sebagai masalah keperawatan
tegang. Pembedahan merupakan karena pasien belum pernah
stressor yang dapat menimbulkan mengalami operasi sebelumnya
stress fisiologis (respon sehingga pengetahuan mengenai
neuroendokrin). Respon fisiologis ini jalannya operasi belum begitu
dikoordinasi oleh sistem saraf pusat. dipahami. Pasien juga terlihat
Sistem saraf pusat menggerakkan bingung, sehingga penulis melakukan
hipotalamus, sistem saraf simpatis, implementasi dengan memberikan
kelenjar hipofisis posterior dan informasi mengenai jalannya operasi,
anterior, medula dan korteks adrenal. sebab akibat dilakukan operasi dan
Penggerak ini mengakibatkan alat-alat yang akan digunakan saat
keluarnya katekolamin dan hormon- operasi. Pemberian informasi
hormon yang menyebabkan diperlukan bagi pasien dengan
perubahan fisiologis sebagai respon preoperatif karena dapat mengurangi
dampak psikologis pasien yang pembedahan didukung oleh
berdampak pada stress (Barbara, penelitian Guy dan Paul (2011) yang
2005). Hal ini diperkuat oleh hasil berjudul “Prevention of Surgical Site
penelitian dari Broke, Hasan, dkk Infection: Being a Winner” yang
(2012) yang berjudul “Efficacy of menjelaskan bahwa pemahaman
Information Intervention in Reducing mengenai definisi, klasifikasi,
Transfer Anxiety from A Critical Care profilaksis antibiotik, disinfektan,
Setting to A General Ward: A serta prinsip-prinsip steril dalam
Systematic Review and Meta- pembedahan dapat meminimalkan
Analysis” yang memberikan resiko terjadinya infeksi.
kesimpulan bahwa memberikan Diagnosa ketidakefektifan
informasi pada pasien dan keluarga thermoregulasi berhubungan dengan
dapat mengurangi tingkat paparan lingkungan dingin dan efek
kecemasan” anestesi diangkat karena pasien
Resiko cidera diangkat sebagai mengatakan kedinginan dengan suhu
masalah keperawatan dalam intra tubuh pasien 36,40C sehingga
operasi karena pasien diberikan dilakukan tindakan keperawatan yaitu
tindakan anestesi (General Anestesi) memberikan informasi mengenai
yang akan mengakibatkan efek terjadinya hipotermi karena efek
penurunan kesadaran karena anestesi pada pasien, mengatur suhu
melemahkan fungsi saraf sensorik. ruangan, monitor suhu pasien dan
Melemahnya fungsi saraf sensorik memberikan selimut penghangat bagi
menyebabkan koordinasi gerakan pasien yang sesuai dengan hasil
pasien tidak bisa dikontrol (Ruswan, penelitian oleh Weirich (2008) yang
2009) sehingga perlu tindakan berjudul “Hypothermia/Warming
preventif untuk melakukan Protocols: Why Are They Not Widely
pengamanan pada pasien, seperti Used in the OR?” yang menjelaskan
mengatur posisi, keamanan, dan bahwa 50%-90% pasien yang
pengkajian status anestesi pasien. dilakukan pembedahan mengalami
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh hipotermi sehingga perlu dilakukan
Sharon (2011) yang berjudul intervensi dengan mengatur suhu
“Reducing Fall Risk for Surgical ruangan dan memberikan selimut
Patients” yang menyimpulkan bahwa penghangat untuk pasien.
budaya keselamatan dapat Diagnosa yang terdapat pada
memastikan keamanan dan teori namun tidak diangkat pada
pelayanan pada pasien sehingga kasus adalah mual dan defisit volume
perlu dilakukan strategi untuk cairan. Berdasarkan teori, pasien
menurunkan resiko injuri. post operatif akan mengalami mual
Masalah resiko infeksi diangkat karena efek anestesi, namun pasien
sebagai salah satu diagnosa yang tidak mengalami mual karena telah
harus diatasi karena tindakan diberikan endoncentron 4 mg terlebih
pembedahan membutuhkan dahulu, sehingga diagnosa tersebut
kesterilan untuk mencegah kejadian tidak dapat ditegakkan. Defisit
resiko infeksi. Untuk pencegahan volume cairan tidak diangkat karena
resiko infeksi, penulis melakukan pada kasus ini, perdarahan tidak
tindakan keperawatan dari terjadi pada pasien karena darah
menyiapkan baju dan topi steril, yang dikeluarkan ±200 cc dan pasien
handscoon steril, dan instrument terpasang infus untuk rehidrasi
bedah steril, disinfektan, dan lain-lain. pasien sehingga masalah defisit
Kesterilan dalam prosedur
volume cairan tidak dapat teratasi sebagian sehingga tetap
ditegakkan. dianjurkan untuk melakukan teknik
relaksasi, masalah cemas teratasi,
dan kurang pengetahuan teratasi.
SIMPULAN DAN SARAN Pada masalah intra operatif
Simpulan diperoleh hasil evaluasi bahwa
1. Dalam pengkajian perlu dilakukan resiko cidera dan resiko infeksi
pemeriksaan fisik secara fokus teratasi. Pada post operasi,
pada abdomen dimana terdapat masalah ketidakefektifan
tanda Psoas, Obturator, dan thermoregulasi teratasi sedangkan
Alvarado positif yang mendukung masalah resiko infeksi teratasi
adanya appendisitis. sebagian karena masih adanya
2. Masalah diagnosa yang muncul luka bekas sayatan sehingga perlu
pada perioperatif baik pre, intra, dilakukan perawatan luka di
dan post operatif adalah nyeri ruangan.
akut, ansietas, kurang
pengetahuan, resiko infeksi, resiko
SARAN
cidera, dan ketidakefektifan
1. Perawat
thermoregulasi. Sedangkan
Perawat hendaknya melakukan
masalah yang tidak muncul adalah
pengkajian secara komprehensif
mual dan defisit volume cairan.
pada pasien sehingga
3. Intervensi diagnosa nyeri adalah
meminimalkan masalah
dengan mengontrol lingkungan
keperawatan yang muncul.
dan mengajarkan teknik relaksasi
2. Instalasi Rumah Sakit
untuk diagnosa nyeri dan ansietas,
Diharapkan dapat menciptakan
serta memberikan informasi untuk
lingkungan yang aman dan
diagnosa kurang pengetahuan.
nyaman bagi pasien sehingga
Untuk intraoperatif, penulis
mutu pelayanan menjadi
memberikan intervensi untuk
berkualitas.
masalah resiko infeksi dengan
3. Peneliti Lain
menyediakan instrument bedah
Memotivasi pada peneliti lain
steril dan dilakukan dengan prinsip
untuk menggali penemuan baru
steril. Sedangkan masalah resiko
mengenai asuhan keperawatan
cidera, penulis memberikan
pada pasien yang dilakukan
intervensi dengan memberikan
apendiktomi.
posisi yang sesuai dengan
prosedur pembedahan. Masalah
ketidakefektifan thermoregulasi DAFTAR PUSTAKA
diberikan intervensi dengan Ali, Uzma. 2010. The Effectiveness of
mengontrol suhu ruangan dan Relaxation Therapy in the Reduction
memberikan selimut penghangat of Anxiety Related Symptoms (A
pada pasien. Case Study). Pakistan: International
4. Implementasi tindakan dikerjakan Journal of Psychological Studies.
secara kolaboratif dalam tim Baradero, M. 2005. Keperawatan
operasi. Seluruh intervensi yang Perioperatif. Jakarta: Penerbit Buku
diberikan dilakukan secara mandiri Kedokteran EGC.
Barbara, J. 2005. Buku Ajar
maupun kolaboratif sehingga
Keperawatan Peroperatif, Vol. 1
tujuan rencana tindakan tercapai. Prinsip. Jakarta: EGC.
5. Evaluasi dari masalah saat pre Broke, J, Hasan, N, dkk. 2012. Efficacy
operasi yaitu nyeri masalah of Information Interventions in
Reducing Transfer Anxiety from A
Critical Care Setting to A General
Ward: A Systematic Review and *Nisha Afidah, S.Kep: Mahasiswa Ners
Meta-Analysis. London: Elsevier. Keperawatan FIK UMS. Jln A. Yani
Departemen Kesehatan RI. 2002. Profil Tromol Post 1 Kartasura
Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik **Priyo Prabowo, S.kep.,Ns,:Dosen
Indonesia. Keperawatan FIK UMS. Jln A. Yani
Doengoes, M.E, dkk. 2002. Rencana Tromol Post 1 Kartasura.
Asuhan Keperawatan: Pedoman
**Amir Nuryanto, S. Kep., Ns.,:
untuk Perencanaan
Pembimbing lahan RSUD Dr
dan Pendokumentasian
Moewardi
Perawatan Pasien:
Jakarta: EGC
Kwekkeboom, K.L dan Gretarsdottir, E.
2006. Systematic Review of
Relaxation Interventions for Pain.
Amerika Serikat: Journal of Nursing
Scholarship.
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius

Moleong, L.J. 2004. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
NANDA (Nursing Diagnosis and
Clasification). 2005-2006. USA:
NANDA
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodolologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Patricia, P. 2009. Fundamental of
Nursing, Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, A.Wilson. 2005. Patofisiologi
Konsep Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Reyes, Guy E dan Chang, Paul S. 2011.
Prevention of Surgical Site Infections:
Being a Winner. Amerika Serikat:
Elsevier
Sharon, A. 2011. Reducing Fall Risk for
Surgical Patients. Amerika Serikat:
AORN Journal.
Syamsuhidayat, R.Jong. 2004. Buku Ajar
Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol 2. Jakarta: EGC
Weirich, Tara Lynn. 2008.
Hypothermia/Warming Protocols:
Why Are They Not Widely Used in the
OR. Amerika Serikat: AORN Journal.

Anda mungkin juga menyukai