Anda di halaman 1dari 142

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN


TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN

Oleh :

ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI


NIM : 201502042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN


TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI


NIM : 201502042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Dan Telah Dinyatakan Layak
Mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN


TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes Eulis Liawati, S.Kp. M.Kes


NIS. 20150115 NIS. 20050010

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep


NIS. 20130092
LEMBAR PENGESAHAN

pertahankan Di Depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Pada tanggal ……………………………

Dewan Penguji

1. Kartika, S.Kep.,Ns.,M.K.M :
(Ketua Dewan Penguji)
………………………………...

2. Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes :


(Dewan Penguji 1)
………………………………...

3. Eulis Liawati, S.Kp. M.Kes :


(Dewan Penguji 2)
………………………………...

Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,

Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)


NIS.20160103
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Berjuang dengan usaha ekstra keras di atas rata-rata yang dilakukan orang lain

karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

( Thomas Alva Edison)


PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan

dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan

dengan tepat waktu. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya

banyak bersyukur dan terima kasih saya kepada :

 Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka

skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada tepat waktu. Puji syukur

yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan

mengabulkan segala doa.

 Kedua orang tuaku Bapak Karno dan Ibu Sri Utami, yang telah

memberikan dukungan moril maupun materi serta doa, yang tiada

kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusyuk selain

doa yang terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan

pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, oleh karena itu

terimalah persembahan bakti dan cintaku ntuk kalian bapak, ibu dan

adikku

 Terima kasih teman-temanku Denis Fina, Ira Widya, Lusi Winda dan

teman-teman lainnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima

kasih sudah mmeberikan semangat dan motivasinya selama ini dan

terima kasih bantuan saat saya kesusahan, sudah memberikan petuah

pada saya. Terima kasih sudah mau jadi tempat berkeluh kesah.
Semoga keakraban kita akan selalu terjaga dan kita tidak akan

pernah melupakan semuanya.

 Keperawatan 8B

Teman-temanku satu angkatan Prodi S1 Keperawatan tahun 2015

yang berjumlah 36 mahasiswa yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu terima kasih atas kekompakan, kegilaan, dan kejahilan

selama dikelas.

 Serta almamaterku SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN.

 Dosen Pembimbing Skripsi

Bapak Priyoto S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Ibu Elis Liawati S.Kp.,M.Kes

selaku pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak sudah

membantu saya selama ini, sudah menasehati, saya tidak lupa saya

atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu. Seta tidak lupa saya

ucapkan kepada ibu Kartika S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku penguji

skripsi saya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen

Prodi S1 Keperawatan dan seluruh dosen STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN atas semua ilmu, didikan dan

bimbingan yang selama ini diberikan kepada saya.


PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama NIM
: Annisa Maharany Buana Saputri
Judul : 201502042
: Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah

k terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan l

Madiun, 27 Juli 2019

Annisa Maharany Buana S NIM. 201502042


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Maharany Buana Saputri


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Dan Tanggal Lahir : Manado, 22 Desember 1996
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sirapan RT 18/02 Kec/Kab. Madiun
No. Hp 085785027900
Email : annisamaharan222@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus dari TK Cempaka Lamongan Tahun 2003
2. Lulus dari SDN Sirapan 1 Tahun 2009
3. Lulus dari SMPN 2 Nglames Tahun 2012
4. Lulus dari SMAN 1 Nglames Tahun 2015
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2015-sekarang
Riwayat Pekerjaan :-
ABSTRAK

PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN


TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN

ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI

118 halaman + 12 tabel + 11 gambar + lampiran


Perkembangan motorik merupakan perubahan progresif dalam perilaku
motorik sebagai akibat interaksi antara faktor biologis dan pengalaman dalam siklus
kehidupan manusia. Finger painting dan meronce manik-manik adalah jenis terapi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi finger painting dan terapi meronce
manik-manik di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan two
group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK
Sirapan yang berjumlah 20 anak dengan kriteria inklusi yang terdiri dari 10 anak
kelompok terapi finger painting dan 10 anak terapi meronce manik-manik. Data
analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Man Whitney
dengan derajat kemaknaan α= 0,05.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan terapi finger painting
terhadap perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi
finger painting (p> 0,083), ada perbedaan perkembangan motorik halus anak
sebelum dan sesudah diberikan terapi meronce manik-manik (p< 0,046). Serta tidak
ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik
(p=0,146).
Terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik, keduanya dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah. Penelitian lebih
lanjut disarankan melibatkan responden yang lebih besar untuk memberikan hasil
yang lebih akurat.
Kata Kunci : usia prasekolah, finger painting, meronce, perkembangan motorik
halus.
ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF FINGER PAINTING THERAPY AND


BEADS STRINGING THERAPY EFFECTIVENESS TO FINE
MOTORIC DEVELOPMENT TO PRESCHOOL CHILDREN IN
SIRAPAN KINDERGARTEN SCHOOL, MADIUN SUB-
DISTRICT, MADIUN DISTRICT.

ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI

118 pages, 12 tables, 11 pictures and enclosures


Motoric development is a progressive changing in motoric attitude as an
interactional effect between biological factor and experience in human life cycles.
Finger Painting and beads stringing are therapies which can be used to develop
child fine motoric ability of preschool age children. This research is aimed to
know the different of fine motoric ability of preschool children through finger
painting therapy and beads stringing therapy in Sirapan Kindergarten, Madiun
Sub-district, Madiun District.
Research design that used is quasi eksperimental with two group pre-post
test design. Population in this research is all Sirapan Kindergarten students; it is
20 students, by inclusion criteria of 10 students in finger painting therapy and 10
students in beads stringing therapy. Using Wilcoxon Signed Rank Test and Man
Whitney for data analysis, with significance level α= 0.05.
The result shows that there is no difference of finger painting therapy to
child fine motoric development before and after finger painting therapy applied
(p> 0,083). There is a difference of child fine motoric development before and
after beads stringing therapy applied. No difference in children‟s fine motor after
the finger painting and beads stringing therapy are given (p=0,146).
Both finger painting therapy and beads stringing can develop fine motoric
ability in preschool children. Next research is advised using bigger respondents to
get more accurate result.
Key Words: preschool age, finger painting, stringing, fine motoric
development.
DAFTAR ISI

Sampul Depan...........................................................................................................i
Sampul Dalam..........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan................................................................................................iv
Lembar Persembahan...............................................................................................v
Lembar Keaslian Penelitian..................................................................................viii
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................................ix
Abstrak.....................................................................................................................x
Daftar Isi................................................................................................................xii
Daftar Tabel............................................................................................................xv
Daftar Gambar.......................................................................................................xvi
Daftar Lampiran...................................................................................................xvii
Daftar Istilah.......................................................................................................xviii
Daftar Singkatan.....................................................................................................xx
Kata Pengantar......................................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................7
1.5 Keaslian Penelitian...........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah.......................................................10
2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah.........................................10
2.1.2 Ciri Umum Anak Usia Prasekolah...................................11
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah........12
2.2 Hakekat Perkembangan Motorik....................................................16
2.2.1 Konsep Perkembangan Motorik.......................................16
2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik........................................17
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik......19
2.3 Konsep Perkembangan Motorik halus............................................25
2.3.1 Definisi Motorik Halus.....................................................25
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus.....................25
2.3.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus...........................26
2.3.4 Prinsip Perkembangan Motorik Halus.............................27
2.3.5 Tujuan Peningkatan Motorik Halus.................................27
2.3.6 Penilaian Perkembangan Menggunakan DDST...............28
2.4 Konsep Bermain.............................................................................38
2.4.1 Definisi Bermain..............................................................38
2.4.2 Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain......38
2.4.3 Manfaat Bermain.............................................................39
2.4.4 Alat Permainan Edukatif dan Kreatif...............................40
2.5
Konsep Terapi Finger Painting.......................................................41
2.5.1 Definisi Terapi Finger Painting........................................41
2.5.2 Manfaat Terapi Finger Painting.......................................42
2.5.3 Alat dan Bahan.................................................................42
2.5.4 Langkah-Langkah Bermain Finger Painting....................43
2.6 Konsep Terapi Meronce Manik-Manik..........................................43
2.6.1 Definisi Terapi Meronce Manik-Manik...........................43
2.6.2 Manfaat Terapi Meronce Manik-Manik...........................44
2.6.3 Alat dan Bahan.................................................................44
2.6.4 Langkah-Langkah Bermain Meronce Manik-Manik.......44
2.7 Kerangka Teori Penelitian..............................................................45
2.8 Penerapan Kerangka Teori.............................................................47
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual.....................................................................49
3.2 Hipotesis.........................................................................................50
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 51
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 52
4.2.1 Populasi Penelitian ....................................................... 52
4.2.2 Sampel Penelitian ......................................................... 52
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................. 53
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 53
4.4 Kerangka Kerja Penelitian........................................................... 54
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 56
4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian ..................................... 56
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................... 56
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 58
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................... 58
4.7.1 Uji Validitas ................................................................. 58
4.7.2 Uji Reliabilitas .............................................................. 59
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 60
4.8.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 60
4.8.2 Waktu Penelitian .......................................................... 60
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 60
4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 61
4.10.1 Pengolahan Data............................................................ 61
4.10.2 Analisa Data .................................................................. 65
4.11 Etika Penelitian............................................................................ 66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian.................................... 70
5.2 Data Umum ................................................................................. 71
5.2.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia ..................................... 71
5.2.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan........................... 71
5.2.3 Karakter Ibu Berdasarkan Pekerjaan ............................. 72
5.2.4 Karakter Ibu Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 72
5.2.5 Karakter Anak Berdasarkan Usia.....................................73
5.2.6 Pengukuran Motorik Halus Dengan DDST......................73
5.3 Data Khusus....................................................................................74
5.3.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting......................74
5.3.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik..........75
5.3.3 Perbedaan Efektifitas Terapi Finger Painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik.........................................75
5.4 Pembahasan....................................................................................76
5.4.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting......................76
5.4.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik..........78
5.4.3 Analisis Perbedaan Perkembangan Motorik
Halus Anak Sesudah Diberikan Terapi Finger
Painting
Dan Terapi Meronce Manik-Manik.................................80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.....................................................................................83
6.2 Saran...............................................................................................84
Daftar Pustaka........................................................................................................86
Lampiran-lampiran.................................................................................................89
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................... 8
Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimental............................ 51
Tabel 4.2 Definisi Operasional......................................................... 57
Tabel 5.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia......................................... 71
Tabel 5.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan.............................. 71
Tabel 5.3 Karakter Ibu Berdasarkan Pekerjaan................................ 72
Tabel 5.4 Karakter Ibu Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 72
Tabel 5.5 Karakter Anak Berdasarkan Usia..................................... 73
Tabel 5.6 Pengukuran Perkembangan Motorik Halus Dengan
DDST................................................................................ 73
Tabel 5.7 Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Finger Painting..................................... 74
Tabel 5.8 Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik......................... 75
Tabel 5.9 Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar 2.1 Gambaran Advanced (lebih) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II................................. 33
Gambar 2.2 Gambaran normal pada interprestasi penilaian
indivisual Tes Denver II bila anak gagal atau menolak
ujin coba disebelah kanan garis umur............................ 33
Gambar 2.3 Gambaran normal pada interprestasi penilaian
indivisual Tes Denver II bila anak lulus, gagal, atau
menolak uji coba pada garis umur antara persentil 25
dan 75............................................................................. 34
Gambar 2.4 Gambaran countion (perinagatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II................................. 34
Gambar 2.5 Gambaran Delay (keterlambatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II................................. 35
Gambar 2.6 Gambaran No opportunity (tidak ada kesempatan)
pada interprestas penilaian indivisual Tes Denver II.... 35
Gambar 2.7 Lembar DDST................................................................ 37
Gambar 2.8 kerangka konsep Imogene M. King............................... 46
Gambar 2.9 Kerangka teori perkembangan motorik halus anak
prasekolah menurut Imogene King................................ 47
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Efektivitas
Terapi Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-
Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Prasekolah di TK Sirapan..................................... 49
Gambar 4.1 Kerangka kerja efektivitas terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan
motorik halus pada anak prasekolah.............................. 55
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Izin Pengambilan Data Awal..................................... 89


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden.............................. 90
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden................................ 91
Lampiran 4 Kuesioner Data Umum Responden......................................... 92
Lampiran 5 SOP Finger Painting................................................................ 93
Lampiran 6 SOP Meronce Manik-Manik................................................... 94
Lampiran 7 SOP DDST.............................................................................. 95
Lampiran 8 Formulir DDST....................................................................... 96
Lampiran 9 Petunjuk Pelaksanaan.............................................................. 97
Lampiran 10 Lembar Izin Penelitian............................................................ 98
Lampiran 11 Data Demografi Responden Di TK Sirapan Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun..................................................... 100
Lampiran 12 Data Perkembangan Motorik Halus Anak Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.................................. 102
Lampiran 13 Data Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-Manik........................................................................... 103
Lampiran 14 Hasil Analisis.......................................................................... 104
Lampiran 15 Hasil Normalitas Data Dari Terapi Finger painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik................................................ 110
Lampiran 16 Hasil Tabulasi Data Terapi Finger Painting............................ 113
Lampiran 17 Hasil Tabulasi Data Terapi Meronce Manik-Manik............... 114
Lampiran 18 Hasil Tabulasi Man Whitney.................................................... 115
Lampiran 19 Kartu Bimbingan Tugas Akhir................................................. 116
Lampiran 20 Jadwal Pengajuan Skripsi......................................................... 117
Lampiran 21 Dokumentasi............................................................................. 118
DAFTAR ISTILAH

Gross Moto Skills : Motorik kasar


Fine Moto Skills : Motorik halus
Fringer : Terpinggirkan
Golden Age : Umur keemasan/ waktu emas
Preshool Age : Usia prasekolah
Initiative Versus Guilt : Inisiatif vs rasa bersalah
Movement : Gerakan
Cephalocaudal : Perkembangan dari kepala sampai kaki
Proximodistal : Dari pusat tubuh ke bagian periferi
Self Regulatory : Peraturan diri
Readiness : Kesiapan
Rudimentary : Belum sempurna
follow up : Mengikuti
Personal social : Perilaku sosial
Language : Bahasa
Pass : Lulus
Fail : Gagal
No Opportunity : tidak memiliki kesempatan untuk dites
Refusal : Menolak
Advanced : Lebih awal
Countion : Peringatan
Delay : Keterlambatan
No Opportunity : Tidak ada kesempatan
Exloratory Play : Bermain mengamati
Contruction Play : Bermain kontruksi
Dramatic Play : Bermain drama
Theory of Goal Attainment : Teori pencapaian tujuan
Conceptual Framework : Kerangka kerja konseptual
Personal Systems : Individual
Interpersonal Systems : Kelompok
Social Systems : Sistem sosial
Respect Human Dignity : Prinsip menghargai hak asasi manusia
Right To Justice : Prinsi Keadilan
Anomality : Tanpa nama
Confidentially : Kerahasiaan
DAFTAR SINGKATAN

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia


DDST : Denver Develoment Screening Test
KSPS : Kuesioner Pra Screening Perkembangan
APEK : Alat permainan Edukatif dan kreatif
SPSS : Statistical Paadage for Social Sclense
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce

Manik-Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Di

TK SIRAPAN Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan separh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kepala Sekolah TK SIRAPAN Kec/Kab. Madiun yang telah memberikan izin

penelitian.

2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

4. Priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan

5. Eulis Liawati, S.Kp.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.


6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat dan semangat yang

tiada hentinya kepada saya.

7. Terima kasih banyak untuk Ira Widya, Denis Fina, dan Lusi Winda yang

banyak membantu dan selalu memberi semangat.

8. Terima kasih untuk seseorang yang selalui menyemangati saya dari nol

sampai selesai skripsi ini.

9. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2015 atas kerja sama

dan motivasinya.

10. Semua orang tua dan murid TK SIRAPAN Kecamatan Madiun Kabupaten

Madiun yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis

berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat.

Madiun, 27 Juli 2019


Peneliti

Annisa Maharany B
NIM. 201502042
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh kembang anak merupakan dua peristiwa berbeda, tetapi

saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu

merupakan hasil dari proses pematangan. Tetapi dalam pencapainnya,

setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda. Tahapan tumbuh kembang

anak dibagi menjadi beberapa diantaranya adalah masa pranatal dari

konsepsi sampai lahir, masa bayi dari usia 0-1 tahun, masa anak dini usia

1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun dan masa sekolah usia 6-18 atau

20 tahun (Maghfuroh, 2017).

Pertumbuhan pada anak meliputi perubahan dalam besar jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur

dengan berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur

tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan pada anak meliputi

aspek kognitif, aspek fisik (motorik), aspek bahasa dan komunikasi, aspek

personal, sosial dan emosional, serta aspek moral dan spiritual.

Keterampilan motorik anak yang harus dikembangkan terdiri dari atas

gross moto skills (motorik kasar) yaitu keterampilan yang dicapai dengan

menggunakan otot-otot besar pada tubuh dan fine motor skills (motorik

halus) yaitu keterampilan yang dicapai dengan menggunakan otot-otot

1
kecil pada tubuh. Perkembangan motorik kasar seperti berjalan, berlari,

melompat, naik, dan turun tangga, motorik halus seperti menulis,

menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta

memainkan alat-alat mainan atau benda-benda (Nurjannaah, 2017).

Perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah harus mulai

memiliki kemampuan untuk menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar

dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, menggambar

orang, melepas objek dengan garis lurus, menjepit benda, melambaikan

tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke

dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkar dengan bantuan,

menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat

coretan diatas kertas. Anak sudah dapat dilatih untuk menggambar,

melukis, dan persiapan menulis. Tugas perkembangan motorik halus pada

anak usia pra sekolah contohnya adalah mengikat tali sepatu,

menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan baik, meniru

gambar permata dan segitiga, mencetak beberapa huruf, angka atau kata,

seperti nama panggilan (Nurjanah, 2017). Permasalahan yang terjadi

terkait aspek motorik saat ini merupakan motorik halus anak usia 3-6

tahun belum menunjukan perkembangan motorik halus yang optimal.

Kemampuan gerak otot halus anak masih kaku dan anak cenderung belum

mandiri dalam menyelesaikan tugas pembelajaran. Salah satu faktor yang

memperngaruhi yaitu kurangnya kesempatan anak untuk bereksplorasi

2
pada berbagai media serta kurang variatifnya kegiatan yang membuat

ruang gerak motorik halus anak menjadi sangat minim (Suhartini, 2015).

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014,

terdapat lebih dari 200 juta anak usia prasekolah yang tidak berkembang

untuk potensi, tidak mendapatkan intervensi sederhana yang penting untuk

mendukung perkembangan anak. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014,

mengemukakan jumlah balita 0-2 tahun di Indonesia sebanyak 14.228.917

jiwa, sementara balita dengan interval umur 1-4 tahun berjumlah

19.388.791 jiwa. Sekitar 16% dari anak usia dibawah lima tahun (balita) di

Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan

sampai berat. Sekitar 5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan

perkembangan namun penyebab keterlambatan perkembangan umum

belum diketahui dengan pasti, dan diperkirakan sekitar 1-3% khusus pada

anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami keterlambatan

perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa,

sosio–emosional, dan kognitif (Kemenkes, 2016). Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.634

anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan perkembangan

ditemukan sebanyak 53% tidak normal, yaitu meragukan sebanyak 23%,

penyimpangan perkembangan sebanyak 30%. Di Kabupaten Madiun

melakukan pemeriksaan terhadap 34. 375 anak usia 12-59 bulan, dari hasil

pemeriksaan didapatkan 25 anak (0,07%) yang mengalami gangguan

motorik kasar, 10 anak (0,02%) yang mengalami gangguan motorik halus,


22 anak (0,06%) yang mengalami gangguan bicara dan bahasa, 13 anak

(0,03%) yang mengalami gangguan sosialisasi dan kemandirian (Dinkes

Kabupaten Madiun, 2017).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Taman

Kanak-kanak Sirapan Kabupaten Madiun, dengan melakukan uji coba

menggunakan DDST mengambil 10 anak secara acak dari 42 anak,

didapatkan 5 anak bisa menirukan dan 5 tidak bisa menirukan, yang

memiliki keterlambatan yang menandakan masih adanya perkembangan

motorik halus yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan. Berdasarkan

pengalaman peneliti dalam kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan

fisik motorik halus kemampuan anak dari 10 anak didapatkan 5 anak tidak

bisa meniru lingkaran dengan benar dan membuat gambar orang yang

tidak sesuai.

Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu lembaga yang

diperuntukkan untuk anak usia 4-6 tahun. Pada masa prasekolah ini

merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan

kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, disiplin,

kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Kurniawati, 2017). Salah

satu aspek yang menjadi fokus pengembangan di taman kanak-kanak

adalah pengembangan motorik halus, motorik halus merupakan dasar dari

segala aktifitas yang akan dilakukan oleh anak dikemudian hari.

Meningkatkan keterampilan motori halus dapat dilatih dengan berbagai


kegiatan yang positif seperti mewarnai dan meronce merupakan salah satu

cara meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Melalui perkembangan motorik yang normal akan memungkinkan

anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan

anak dengan perkembangan motorik yang tidak normal akan menghambat

anak dalam bergaul dengan teman sebayanya bahkan akan muncul

perasaan yaitu anak merasa terkucilkan atau menjadi anak yang fringer

(terpinggirkan). Sejak usia dini anak-anak perlu dilatih motorik halusnya

karena keterampilan tangan anak merupakan jendela pengetahuan bagi

anak untuk mengembangakan segala potensi yang dimilikinya. Ada

banyak cara untuk melatih keterampilan motorik halus anak diantaranya

yaitu, permainan tebak benda, merangkai puzzle, menarik dan mendorong,

bermain playdough, menempelkan stiker, membalikkan halaman buku satu

persatu, mencoret-coret, menggunting kertas, melipat kertas, menyusun

balok, finger painting dan meronce (Nurjanah, 2017).

Melatih perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat

penting, maka dibutuhkan kegiatan yang dapat membantu dalam proses

perkembangan motorik halus, salah satunya adalah melalui kegiatan finger

painting dan meronce. Aktifitas anak prasekolah untuk mengingkatkan

motorik halusnya adalah melalui finger painting dan meronce manik-

manik. Kegiatan ini dapat melatih perkembangan motorik halus anak.

Dalam kegiatan finger painting dan meronce manik-manik dapat melatih

keterampilan, merangsang aktifitas, mengasah mental menjadi tekun,


telaten dan sabar. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka

pengalaman anak semakin optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang di atas

adalah “Apakah ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi

meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak

prasekolah TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi finger painting dan

meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak

prasekolah di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak prasekolah

di TK Sirapan sebelum dan sesudah diberikan terapi finger painting.

2. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak prasekolah

di TK Sirapan sebelum dan sesudah diberikan terapi meronce manik-

manik.

3. Menganalisis perbedaan efektivitas terapi finger painting dengan

terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus

pada anak prasekolah.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan perkembangan

motorik halus pada anak prasekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang

berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan

keperawatan.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatif terapi

dalam pengetahuan masalah tumbuh kembang anak.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapakan masyarakat mengetahui informasi

tentang perkembangan tumbuh kembang anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan untuk

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel

yang berbeda.
1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Metode (Desain, Sampel,


No Penulis; Judul artikel; Tahun Hasil Penelitiann
Instrumen, Analisis)
1. P : Lilis Maghfuroh D : pra-eksperimental Ada pengaruh finger painting
J : Pengaruh finger painting dengan one group pra- terhadap perkembangan
terhadap post test design. motorik halus anak usia
S : 42 anak prasekolah di TK SARTIKA I
perkembangan motorik halus I : Penelitian lembar Sumurgenuk Kecamatan
anak usia prasekolah di TK observasi Babat Lamongan.
SARTIKA I Sumbergenuk A : Uji Wilcoxon Sign Rank
Kecamatan Babat Lamongan
T : 2017
2. P : Nunung Nurjannah D : quasi eksperimen Ada perbedaan yang
J : Pengaruh finger S : 25 anak signifikan perkembangan
painting I : KSPS dan Denver II motorik anak usia prasekolah
terhadap A : Uji Wilcoxon Sign Rank sebelum dan sesudah
perkembangan diberikan kegiatan finger
motorik halus painting.
anak
prasekolah di TK At-Taqwa.
T : 2017
3. P : Immas Nandari D : pre-eksperimental Kegiatan seni finger painting
J : Pengaruh kegiatan seni finger design dengan berpengaruh terhadap
painting one group kemampuan motorik halus
pre test dan post test anak kelompok B TK RA As
terhadap kemampuan motorik S : 22 anak Sa‟adah Driyorejo Gresik.
anak kelompok B TK RA As I : Observasi dan
Sa’adah Driyorejo Gresik. dokumentasi
T : 2017 A : Wilcoxon Matched
Pairs Test
4. P : Anis Kurniawati D : pre-eksperimental Finger painting berpengaruh
J : Pengaruh finger painting design dengan terhadp kemampuan mengenal
terhadap one group konsep warna pada anak
pre test dan post test kelompok A di Tk Dharma
kemampuan S : 13 anak Wanita Krikilan III Driyorejo
mengenal I : Penelitian observasi dan Gresik.
dokumentasi
konsep warnaobservasi pada A : Wilcoxon Sign Rank
anak kelompok A.
T : 2017
5. P : Dwi Rahmawati D : pre Ada pengaruh meronce
J : Pengaruh meronce bermedia bermedia manik-manik dan
manik-manik dan makroni eksperimental dengan makroni terhadap kemampuan
terhadap kemampuan motorik one group pre test dan motorik halus anak kelompok
halus anak kelompok A1 TK post test design A1 Tk Yapita Sukolilo
Yapita Sukolilo Surabaya. S : 20 anak Surabaya.
T : 2017 I : lembar observsi
A : Wilcoxon Match Pairs
6. P : Suhartini D : Observasi dan analisis Kegiatan meronce dapat
J : Meningkatkan kemampuan data meningkatkan kemampuan
motorik halus melalui S : 15 anak motorik halus anak usia 4-5
kegiatan meronce pada anak I : Lembar ceklist penilaian tahun di PAUD As-Sakinah
usia 4-5 tahun di PAUD As- perkembangan motorik Desa Sungai Jalau Kecamatan
Sakinah Desa Sungai Jalau A : - Kampar Utara Kabupaten
Kecamatan Kampar Utara Kampar.
Kabupaten Kampar.
T : 2016
Metode (Desain, Sampel,
No Penulis; Judul artikel; Tahun Hasil Penelitiann
Instrumen, Analisis)
7. P : Sri Yuniarti D : quasi eksperimen dengan Ada pengaruh memantau
J : Pengaruh terapi bermain one group pre tes dan tumbuh kemabang anak,
(melompat tali dan meronce post test design memberikan informasi,
manik-manik) S : 37 anak penyuluhan secara rutin
I : alat ukur lembar ceklist kepada guru, orang tua agar
terhadap perkembangan A : Uji T-Test selalu merangsang
motorik pada siswa diPAUD perkembangan motorik anak
Fajar Purnama Mandiri melalui bermain.
Kecamatan Cimahi Selatan
Kota Cimahi
T : 2015
8. P : Maria Qori‟ah D : Quasi esperimental Ada pengaruh kegiatan
J : Pengaruh kegiatan meronce design dengan non- meronce dengan media
dengan media sedotan equivalent control sedotan terhadap kemampuan
terhadap kemampuan motorik S : 20 anak motorik halus anak kelompok
halus anak kelompok A di I : Observasi dan A di KB/TK Islam Darul
KB/TK Islam Darul Fatah dokumentasi. Fatah Surabaya.
Surabaya A : Uji Mann Whitney
T : 2018
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah

2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses

perkembangan unik, karena proses tumbuh kembang terjadi bersama

dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu yang paling

tepat tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak, artinya golden

age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi

kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Yuniarti, 2015).

Anak usia prasekolah merupakan anak berusia 3-6 tahun yang

merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang

mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi

kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik

tertentu (Potter&Perry, 2005). Anak usia dini merupakan sosok individu

sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses

perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan

memiliki sejumlah karakteristik tertentu (Sari, 2018).

Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia anak nol sampai

enam tahun. Mereka biasanya mengikuti program preshool. Di Indonesia

untuk usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak-Kanak

(Dewi, 2015). Masa prasekolah merupakan fase falik, dimanan fase ini

10
anak mulai mengenal adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan

jenis kelamin laki-laki pada fase ini anak akan sering meniru apa yang

bapak ibu mereka lakukan dengan apa yang mereka lihat (Permata, 2018).

2.1.2 Ciri Umum Anak Usia Prasekolah

Menurut Sowman dalam Dewi (2015) mengemukakan ciri-ciri anak

usia pra sekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

a. Ciri fisik anak usia prasekolah

Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah

memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai

kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada pada anak usia

prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan.

Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan

pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, sebabnya

koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Rata-rata

kenaikan berat badan per tahun sekitar 16,7-18,7 kg dan tinggi sekitar

103-110 cm. Mulai terjadi erupsi gigi permanen.

b. Ciri sosial anak usia prasekolah

Anak usia prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan

orang disekitarnya, mereka mempunyai sahabat yang berjenis kelamin

sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu

terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat

berganti-ganti. Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara fisik dan

verbal, bermain secara asosiatif, dan mulai mengeksporasi seksualitas.

11
c. Ciri emosional anak usia prasekolah

Anak cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap sering marah dan iri hati sering diperlihatkan.

d. Ciri kognitif anak usia prasekolah

Anak usia prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.

Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam

kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara.

Sebagian dari mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang

baik.

2.1.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah menurut Potter & perry

(2005) yaitu :

1. Perkembangan fisik

Pada masa prasekolah, pertumbuhan fisik terus menjadi stabil

dalam tahun prasekolah. waktu rata-rata denyut jantung dan

pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90 kali per menit dan 22

sampai 24 kali pernapasan per menit. Tekanan darah meningkat

sedikit ke nilai rata-rata 95/58 mmHg. Berat badan anak meningkat

kira-kira 2,5 kg per tahun; berat badan rata-rata pada usia 5 tahun

adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah

bertumbuh 2 sampai 3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua

kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun, dan berada pada tinggi rata-

rata 43 inci pada ulang tahun ke lima mereka. Perpanjangan tungkai


kaki menghasilkan penampilan anak yang lebih kurus. Kepala sudah

mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun keenam.

Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki

sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan

lemak.

Terjadi peningkatan koordinasi otot besar dan halus. Prasekolah

berlari dengan baik, berjalan naik dan turun dengan mudah, dan

belajar untuk melompat dan melempar serta menangkap bola.

Peningkatan keterampilan motorik halus membiarkan manipulasi yang

kompleks. Mereka belajar untuk mencontoh lingkaran, silang, kotak,

dan segitiga. Keterampilan ini membuat kemungkinan menulis huruf

dan angka.

2. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif anak usia prasekolah menurut Piaget

masih masuk pada tahap pra-operasional. Tahap ini ditandai oleh

adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-

simbol yang menggambarkan objek atau benda dan ketertarikan atau

hubungan diantara mereka. Tahap pra-opereasional ini juga ditandai

oleh beberapa hal, antara lain: egosentrisme, ketidakmatangan

pikiran/ide/gagasan tentan sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan

antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus

pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas

orang dan objek.


3. Perkembangan psikososial

Menurut Erikson, anak usia prasekolah berada pada tahap ke-3:

inisiatif vs kesalahan. tahap ini dialami pada anak usia 4-5 tahun

(preshool age). Antara usia 3 dan 6 tahun, anak menghadapi krisis

psikososial dimana Erikson mengistilahkannya sebagai (initiative

versus guilt). Pada usia ini, anak secara normal telah menguasai rasa

otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif. Anak

prasekolah adalah seorang pelajar yang energik, antusiasme dan

penggangu dengan imajinasi yang aktif. Perkembangan rasa bersalah

terjadi pada waktu anak dibuat merasa bahwa imajinasi dan

aktivitasnya tidak dapat diterima. Anak prasekolah mulai

menggunakan lasana sederhana dan dapat bertoleransi terhadap

keterlambatan pemuasan dalam periode yang lama.

4. Perkembangan bahasa

Anak usia 3 tahun dapat menyatakan 900 kata, menggunakan tiga

sampai empat kalimat dan berbicara dengan tidak terputus-putus

(ceriwis). Anak usia 4 tahun dapat menyatakan 1500 kata,

menceritakan cerita yang berlebihan dan menyanyikan lagu sederhana

(ini merupakan usia puncak untuk pertanyaan „mengapa‟). Anak usia

5 tahun dapat mengatakan 2100 kata, mengetahui empat warna atau

lebih, nama-nama hari dalam seminggu dan nama bulan.


5. Perkembangan moral

Perembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan,

perilaku tentang konsep benar dan salah. Anak prasekolah berada pada

tahap pre-konvensional pada tahap perkembangan moral yang

berlangsung sampai usia 10 tahun. Pada fase ini, kesadaraan timbul

san penekanannya pada control eksternal. Standar moral anak berada

pada orang lain dan ia mengobservasi mereka untuk menghindari

hukuman dan mendapat ganjaran.

6. Perkembangan spiritual

Pada usia prasekolah pengetahuan anak tentang keyakinan dan

agama diamati dan dipelajari dari orang yang bermakna dalam hidup

mereka, biasanya dari orang tua dan kegiatan praktik keagamaan.

Pemahaman anak terhadap hal-hal spiritualitas dipengaruhi oleh

kemampuan kognitifnya. Anak mulai mengenal konsep Tuhan,

mengerti kisah sederhana mengenai kenyakinan mereka, dan

menghapal doa-doa singkat walaupun mereka belum mampu untuk

memaknainya.

7. Perkembangan citra tubuh

Perekembangan citra tubuh merupakan hal yang penting dalam

aspek perkembangan anak usia prasekolah. Anak prasekolah mulai

paham keinginan akan penampilan yang sesuai dengan apa yang

mereka mau dan enggan berpenampilan yang tidak sesuai dengan

keinginan mereka. Ketika anak telah mencapai usia 5 tahun, anak akan
mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya.

Walaupun citra tubuh telah berkembang dengan baik, anak prasekolah

belum mampu untuk mendefinisikan ruang lingkup tubuhnya.

2.2 Hakekat Perkembangan Motorik

2.2.1 Konsep Perkembangan Motorik

Motorik adalah semua gerakan tubuh, meliputi gerak internal yang

tidak diamati (motor) yaitu penangkapan stimulus oleh indera-

penyampaian stimulus oleh susunan syaraf sensorik ke otak (memori)-

pemroses dan pembuatan keputusan oleh otak penyampaian keputusan

oleh susunan syaraf motorik ke otot, dan gerak eksternal yang diamati

(movement). Perkembangan motorik merupakan aspek perilaku dan

kontrol motorik yang terkait dengan perubahan performans motorik

sepanjanng rentang kehidupan. Perkembangan motorik meliputi pertama

perkembangan kemampuan gerak yang ensesial dan kedua penguasaan

keterampilan gerakan. Perkembangan motorik merupakan suatu proses

yang sejalan dengan penambahan usia dimana secara bertahap dan

berkesinambungan gerakan individu meningkat dari sederhana ke yang

komplek, dari yang tidak terorganisir menjadi terorganisir dengan baik,

dan pada akhirnya kearah penyesuaian keterampilan dengan proses menua.

Perkembangan motorik adalah perubahan progresif dalam perilaku

motorik sebagai akibat interaksi anatara faktor-faktor biologis

(kematangan) dan pengalaman dalam siklus kehidupan manusia.


Perkembangan motorik adalah perkembangan daripada unsur-unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh, yang terkait erat dengan

perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang

sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Perkembangan motorik

merupakan proses sepanjang hayat, meliputi seluruh perubahan dan

penguasaan kemampuan fasikal, pemantapan dan pengurangan

keterampilan motorik. Perkembangan motorik dapat dikatagorikan dalam

perkembangan kemampuan fasikal dan perkembangan gerakan.

Kemampuan fasikal dan kemampuan performans motorik merupakan

dua istilah yang sering digunakan berkaitan dengan kesehatan, kebugaran

(kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan aerob, fleksibilitas, dan

komposisi tubuh), dan kemampuan gerakan (kecepatan gerakan, agilitas,

koordinasi, keseimbangan, dan power) bersama-sama. Kemampuan fasikal

berhubungan dengan kapasitas untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak.

Kemampuan gerak merupakan suatu istilah yang komprehensif yang

digunakan untuk pengelompokkan ketiga gerakan secara bersama-sama

(lokomotor, manipulatif, dan stabilitas atau non lokomotor) (Rohendi,

2017).

2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik

Proses perkembangan individu yang berlangsung sejak masa bayi

hingga mencapai kematangan merupakan proses yang kompleks,

mengikuti dan dikendalikan oleh hukum-hukum alamiah. Penampilan


karakteristik khusus pada tingkat usia tertentu mengacu kepada prinsip-

prinsip perkembangan menurut Rohendi (2017) yaitu :

1. Perkembangan motorik melibatkan perubahan-perubahan kualitatif

yang terjadi secara alamiah dan pengalaman pada ukuran, proposi, dan

struktur.

2. Perkembangan mengikuti suatu pola yang berurutan,

berkesinambungan, dan dapat diprediksi. Setiap tahap perkembangan

merupakan hasil dari fase terdahulu dan setiap fase perubahan

merupakan pra-syarat bagi perkembangan berikutnya. Perkembangan

motorik berlangsung secara berkesinambungan sejak konsepsi hingga

kematian dan terjadi menurut kecepatan yang berbeda-beda.

3. Mengikuti pola atau hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal.

Bahwa hukum cephalocaudal kemajuan dalam struktur dan fungsi

pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan, dan akhirnya

di bagian kaki. Dan hukum proximodistal perkembangan bergerak

dari yang yang dekat ke yang jauh ke luar dari sumbuh pusat tubuh

menuju ujung-ujungnya.

4. Kecepatan perkembangan berbagai bagian tubuh berbeda-beda.

Perkembangan memiliki berbagai karakteristik fisikal berlangsung

secara berkesinambungan, kecepatan dan lamanya perkembangan

berbagai bagian tubuh sampai kepada tingkat kematangan berbeda-

beda.
5. Perkembangan motorik berlangsung dari respon umum ke yang

khusus.

6. Kecepatan perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan

individual. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi internal dan

eksternal.

7. Proses berkembang melalui tahapan umum perkembangan lebih

dahulu dan tidak terjadi pada usia yang sama, tumbuh dan kembang

menurut kecepatan masing-masing anak.

8. Terdapat hubungan erat antara struktur pertumbuhan organisme dan

pola perilaku yang mengiringi.

9. Mengacu pada prinsip asimetris.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik

Proses perkembangan motorik dipengaruhi oleh sejumlah faktor

biologis dan lingkungan baik secara terpisah maupun bersama-sama

kombinasi keduanya. Individu merupakan hasil interaksi antara kedua

faktor ini. Baik proses maupun produk, suatu gerakan dan performans

fisikal bersumber dari latar belakang warisan genetik dan lingkungan

menurut Rohendi (2017) yaitu :

2.2.3.1 Faktor biologis (genetik)

Sifat genetik yang diwariskan kepada setiap individu banyak

kesamaan. Salah satu persamaannya itu adalah kecenderungan

perkembangan manusia yang teratur dan dapat diramalkan. Sejumlah


faktor biologis yang mempengaruhi perkembangan motorik tampak pada

pola perkembangan.

1. Arah perkembangann

Arah perkembangan mengacu kepada keteraturan, urutan yang dapat

diprediksi daripada perkembangan fisik yang berawal dari kepala

hingga kaki (cephalocaudal) dan dari pusat tubuh ke bagian periferi

(proximodistal). Proses cephalocaudal dan proximodistal berlangsung

sepanjang hayat dan cenderung terbalik sejalan pertambahan usia.

2. Laju pertumbuhan

Laju pertumbuhan seseorang mengikuti pola karakter yang universal

dan tahan terhadap pengaruh eksternal. laju dan kecepatan terganggu

pertumbuhan masih tetap berkompensasi oleh proses self regulatory

yang belum dapat dijelaskan cara bekerjanya membantu anak dalam

mencapai kedewasaan. Proses self regulatory dari pertumbuhan akan

dapat mengkompensasi penyimpangan-penyimpangan kecil dalam

pola pertumbuhan, akan tetapi tidak akan dapat menanggulangi

penyimpangan besar seperti anak yang lahir dengan berat badan yang

kurang dari 1,25 kg. Terbatasnya kesempatan bergerak dan hilangnya

pengalaman motorik yang terjadi secara berulang-ulang dan terlihat

pengaruhnya terhadap kemampuan tugas-tugas performans anak yang

merupakan karakteristik terutama pada tingkat usia.


3. Perbedaan dan Integrasi

Jalinan yang berbelit-belit dan progresif serta terkoordinasi daripada

mekanisme sistem persarafan otot berlawanan dalam hubungannya

untuk meningkatkan kematangan merupakan karakteristik

perkembangan karakter anak. Terdapat dua proses yang berkaitan

dengan kompleksitas peningkatan fungsional ini yaitu diferensiasi dan

integrasi. Diferensiasi merupakan kemajuan secara bertahap dan

menyeluru daripada pola gerakan kasar pada masa bayi menjadi

gerakan-gerakan yang lebih halus dan fungsional pada masa kanak-

kanak dan masa adolesensi sesuai dengan tingkat kematangannya.

Integrasi merupakan upaya menjadi hubungan bermacam-macam otot

dan sistem persarafan agar menjadi selaras.

4. Kesiapan (Readiness)

Thorndike, bapak teori belajar pertama-tama mengemukakan tentang

prinsip-prinsip dasar readiness dalam kaitannya dengan respon

emosional terhadap suatu tindakan yang diharapkan. Konsep readiness

pada dewasa ini lebih luas dan merujuk kepada kesiapan belajar.

Kesiapan atau readiness diartikan sebagai keseluruhan kondisi

individu yang membuat siap untuk memberikan respon dengan cara

tertentu terhadap suatu situasi. Konsep readiness dewasa ini tidak

terkait dengan kematangan biologis tetapi juga termasuk

pertimbangan terhadap faktor lingkungan yang dapat dimodifikasi

atau dimanipulasi untuk mendorong atau meningkatkan pembelajaran.


5. Periode belajar kritis

Konsep ini terkait dengan kesiapan dan berkisar seputar pengamatan

terhadap waktu tertentu dimana individu lebih peka terhadap jenis-

jenis rangsangan tertentu. Perkembangan normal pada periode

berikutnya dapat terganggu jika anak gagal menerima rangsangan

yang tepat selama masa kritis.

6. Perbedaan individu

Setiap orang adalah individu yang unik dengan periode perkembangan

yang berbeda-beda. Masa perkembangan inidvidu merupakan

gabungan dari hereditas dan pengaruh-pengaruh lingkungan meskipun

urutan munculnya karakteristik perkembangan dapat diramalkan.

Kecenderungan menunjukan perbedaan individu terkait erat dengan

konsep kesiapan dan dapat membantu untuk menjelaskan mengapa

ada individu yang siap untuk belajar keterampilan baru sedangkan

yang lain belum siap melakukan.

7. Pilogeni dan Ontogeni

Banyak kemampuan rudimentary pada bayi dan kemampuan gerakan

fundamental pada anak-anak dianggap sebagai fiogenetik. Gerakan itu

sering muncul secara otomatis dan urutannya dapat diprediksi dalam

proses kematangan anak. Kemampuan rudimentary seperti

menjangkau (meraih), menggenggam, melepaskan benda, tugas gerak,

stabilitas dalam mengontrol otot-oto besar pada tubuh, kemampuan

dasar lokomotor seperti berjalan, melompat, berlari merupakan contoh


terampilan pilogenetik. Keterampilan seperti berenang, bersepeda dan

ski-es adalah keterampilan untuk ontogenetik sebab keterampilan ini

tidak muncul secara otomatis pada individu tetapi membutuhkan satu

periode belajar atau latihan dari pengalaman serta dipengaruhi oleh

kultur seseorang.

2.2.3.2 Faktor lingkungan

1. Ikatan

Ikatan pada dasarnya adalah suatu perasaan kasih sayang yang kuat

dan penuh perasaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ikatan

emosional ini mulai terbentuk saat kelahiran dan pembentukannya

akan gagal bila bayi dipisahkan dari ibunya saat awal kelahirannya,

(Kennell, 1974, Robson, 1967 dan Winterm 1973). Pemisahan terlalu

awal antara orang tua dan anak akan mempengaruhi perkembangan

anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi mengawali pada pemisahan

awal adalah kelahiran prematur, lahir dengan berat badan yang

kurang.

2. Stimulasi dan Deprivasi

Kematangan dan pembelajaran keduanya memainkan peran penting

dalam penguasaan kemampuan gerak. Kebutuhan anak yang paling

utama adalah kesempatan anak untuk berlatih keterampialn pada

perkembangan sudah siap untuk memberikan keuntungan pada

mereka.
3. Temperamen

Klasifikasi temperamen anak-anak dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Chase dan Thomas (1982) mengklasifikasikan anak berdasarkan

temperamen sebagai anak yang mudah, anak yang sulit, anak yang

lambat bereaksi.

2.2.3.3 Faktor fisikal

1. Kelahiran prematur

Berat bayi pada proses kelahiran normal adalah kira-kira 3,3 kg. Bayi

baru lahir yang berat badannya di bawah 2, 5 kg digolongkan bayi

prematur. Faktor penyebab kelahiran bayi sebelum lahir yang

berkaitan dengan ibunya adalah pengaturan pola makan, penggunaan

obat, merokok, terkena infeksi, dan terserang penyakit. Faktor lain

berpengaruh pada proses kelahiran adalah tingkat sosial ekonomi,

kelahiran kembar dan letak geografis.

2. Pola makan

Seseorang mudah mengkomsumsi sejumlah besar makanan yang

mengandung karbohidrat.

3. Tingkat kebugaran

Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku manusia. Dalam

domain psiko motorik faktor tersebut disebut kemampuan fisik.

Kemampuan fisik dikaitkan dengan komponen kebugaran dan

kebugaran gerak yang membangun kemampuan fisik dan

mempengaruhi tingkat performans.


4. Biomekanik

Prinsip biomekanika yang terkait dengan gerakan-gerakan lokomotor

atau stabilitas dan manipulasi antara lain keseimbangan, pemberian

tenaga, dan menerima tenaga.

2.3 Konsep Perkembangan Motorik Halus

2.3.1 Definisi Motorik Halus

Motorik halus merupakan salah satu proses perkembangan pada anak,

motorik halus merupakan kemampuan pada anak yang berhubungan pada

keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordiansi mata dan

tangan. Saraf motorik halus dapat dilatih, dikembangkan melalui kegiatan,

dan rangsangan yang terus menerus diberikan dengan tujuan sebagai

latihan (Permata, 2018). Gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian

tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil, gerakan motorik halus ini

memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus

membuat anak dapat berkreasi. Karakter pengembangan motorik halus

anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti

menulis, menggambar, menggunting dan melipat (Sari, 2018).

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus

Faktor yang mempengaruhi motorik halus anak menurut Chamidah (2015)

yaitu :

1. Faktor internal

a. Perbedaan ras atau etnik


b. Keluarga

c. Umur

d. Jenis kelamin

e. Kelainan genetik

f. Kelainan kromosom

2. Faktor Eksternal

a. Gizi

b. Stimulasi

c. Psikologis

d. Sosial ekonomi

2.3.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus

Tahapan usia yang memiliki karakteristik perkembangan motorik halus

anak prasekolah (Soetjiningsih, 2016) yaitu :

1. Umur 3 tahun

Pada usia ini, anak mampu mencontoh lingkaran, menggoyangkan ibu

jari, menara 8 kubus dan meniru garis vertikal.

2. Umur 4 tahun

Pada usia ini, anak mampu membuat gambar sebuah persegi empat

yang ditunjukan, menggambar orang, mencontoh segi empat.

3. Umur 5 tahun
Pada usia ini, anak mampu membuat gambar sebuah segitigadan juga
mampu membuat tangga dengan 6 kubus.
2.3.4 Prinsip Perkembangan MotorikHalus

Prinsip perkembangan motorik menurut Hurlock (1980) Edisi kelima

antara lain :

1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.

2. Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan.

3. Perkembangan mengikuti pola yang tertentu dan yang dapat

diramalkan.

4. Semua individu berbeda.

5. Setiap tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik.

6. Setiap tahap perkembangan mempunyai resiko.

7. Perkembangan dibantu rangsangan.

8. Perkembangan dipengaruhi oleh perubahan oleh perubahan budaya.

9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan.

2.3.5 Tujuan Peningkatan Motorik Halus

1. Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang

berkaitan dengan keterampilan dalam menggerakkan kedua tangan.

2. Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan

gerak jari-jari tangan.

3. Anak mampu untuk mengkoordinasikan antara penggunaan mata dan

aktivitas tangan.

4. Anak mampu mengendalikan emosi dalam melakukan aktivitas yang

merangsang motorik halus.


2.3.6 Penilaian Perkembangan Menggunakan DDST (Denver

Develomental Screening Test)

2.3.6.1 Definisi DDST (Denver Developmental Screening Test)

Ada dua tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan yaitu

DDST (Denver Develomental Screening Test) dan KSPS (Kuesioner Pra

Screening Perkembangan). DDST merupakan salah satu dari metode

skrinning terhadap kelainan perkembangan anak. DDST memenuhi semua

persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik, tes ini

mudah dan cepat hanya memerlukan waktu 15-20 menit. DDST ini secara

efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak

prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada

“follow up” selanjutnya 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami

kegagalan disekolah 5-6 tahun. DDST dinamakan Denver II

(Soetjiningsih, 2012).

Dalam pelaksanaan skrinning dengan DDST ini, umur anak perlu

ditetapkan terlebi dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu

bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.

2.3.6.2 Fungsi tes Denver II

Menurut Soejiningsih 2016 yaitu :

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umumnya.

2. Menilai perkembangan anak sejak baru lahir sampai umur 6 tahun.

3. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelahiran

perkembangan.
4. Memastikan anak dengan kecurigaan terdapat kelainan atau memang

benar mengalami kelainan perkembangan.

5. Melakukan pemantauan perkembangan anak yang berisiko (misal

anak dengan masalah perinatal).

2.3.6.3 Aspek perkembangan yang dinilai

Semua tugas perkembangan disusun berdasarkan urutan

perkembangan dan dibagi menjadi 4 kelompok besar (sektor

perkembangan), yang meliputi :

1. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat.

2. Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

3. Personal social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungan.

4. Language (bahasa)

Kemamouan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.

2.3.6.4 Langkah pemeriksaan Denver II

1. Sapa orang tua atau pengasuh anak dengan ramah.


2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.

3. Hitung umur anak dan buat garis umur.

a. Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal

pemeriksaan pada formulir.

b. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi

tanggal lahir.

c. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak

yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan

berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.

4. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal

pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat

digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna

yang berbeda.

5. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan

dari kit sesuai dengan apa yang ingin ditestkan.

6. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan

dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas

perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian

dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.

a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang

paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas

perkembanagan yang ditembus garis umur.


b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada

langkah i (gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji

coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama

sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan. Bila anak

mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah,

lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis

umur pada sektor yang sama sampai anak : gagal” pada 3 tugas

perkembangan.

7. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.

Hal yang perlu diperhatikan :

a. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada

perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku

yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah

perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki

anak tersebut.

b. Bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat

memberikan perilaku yang menghambat test.

c. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk

memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua.

d. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.

e. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.

f. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang

tua bahwa test hasil normal atau abnormal.


g. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.

h. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak

merupakan kemampuan atau perilaku pada waktu lain.

2.3.6.5 Skoring

Penilaian terhadap perkembangan anak pada Denver II yaitu :

1. Pass/lulus (P)

Bila anak melakukan tes dengan baik, atau orang tua atau pengasuh

anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya) bahwa anak dapat

melakukannya.

2. Fail/gagal (F)

Bila anak tidak dapat melakukan tes dengan baik, atau orang tua atau

pengasuh memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukan

dengan baik.

3. No Opportunity (NO)

Bila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tes karena

ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada tes dengan tanda

“R”.

4. Refusal/menolak (R)

Bila anak menolak untuk melakukan tes.

2.3.6.6 Interprestasi penilaian individual

Interprestasi penilaian individu dalam Denver II (Soetjiningsih, 2016)

yaitu :
1. Lebih awal (advanced)

Bila seseorang anak lulus (pass) pada item tugas perkembangan yang

terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih,

karena kebanyakan anak sebayanya belum lulus.

Gambar 2.1 Gambaran advanced (lebih) pada interprestasi penilaian

indivisual Tes Denver II.

2. Normal

Bila seseorang anak gagal (fall) atau menolak (refusal) melakukan tes

pada item di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan anak

dinyatakan normal. Anak tidak diharapkan lulus sampai umurnya

lebih tua.

Gambar 2.2 Gambaran normal pada interprestasi penilaian indivisual

Tes Denver II bila anak gagal atau menolak ujin coba

disebelah kanan garis umur.


Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada

tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25

dan 75, maka dikategorokan sebagai normal.

Gambar 2.3 Gambaran normal pada interprestasi penilaian indivisual

Tes Denver II bila anak lulus, gagal, atau menolak uji

coba pada garis umur antara persentil 25 dan 75.

3. Coution (peringatan)

Bila seseorang anak gagal atau menolak tes pada item dimana garis

umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90, maka skornya

adalah Countion (tulis C sebelah kanan kotak segi panjang).

Gambar 2.4 Gambaran Countion (perinagatan) pada interprestasi

penilaian indivisual Tes Denver II.


4. Delay (Keterlambatan)

Bila seseorang anak gagal atau menolak melakukan tes pada item

yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur, karena anak gagal

atau menolak tes dimana 90% anak-anak sudah dapat melakukannya.

Keterlambatannya ditandai dnegan memberi warna pada bagian akhir

kotak segi panjang.

Gambar 2.5 Gambaran delay (keterlambatan) pada interprestasi

penilaian indivisual Tes Denver II.

5. Noopportunity (tidak ada kesempatan)

Pada tes yang dilaporkan orang tua atau anak tidak ada kesempatan

untuk melakukan atau mencoba, diberi skor sebagai NO.

Gambar 2.6 Gambaran no opportunity (tidak ada kesempatan) pada

interprestas penilaian indivisual Tes Denver II.


2.3.6.7 Pengambilan kesimpulan

Pengambilan kesimpulan hasil tes skrinning perkembangan menurut

Denver II (Soetjiningsih, 2016) yaitu :

1. Normal

a. Bila tidak ada keterlambatan (F) atau paling banyak terdapat satu

(C).

b. Lakukan pemeriksaan ulang pada kontrol kesehatan berikutnya.

2. Abnormal

a. Terdapat 2 atau lebih keterlambatan (F).

b. Dirujuk untuk evaluasi diagnostik.

3. Suspek

a. Bila didapatkan dua atau lebih caution (C) dan atau satu atau lebih

keterlambatan (F).

b. Lakukan tes ulang dalam satu sampai dua minggu untuk

menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit,

mengantuk atau kelelahan.

4. Tidak dapat dites

a. Bila menolak pada satu item atau lebih di sebelah kiri garis umur

atau menolak pada lebih dari satu item yang tembus garis umur

pada daerah 75-90%.

b. Lakukan uji ulang dalam satu sampai dua minggu.


Gambar 2.7 lembar DDST
2.4 Konsep Bermain

2.4.1 Definisi Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan

atau mempraktikkan keterampilan, memberi ekspresi terhadap pemikiran,

menjadi kratif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

(Yuniarti, 2015). Bermain merupakan unsur yang penting untuk

perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan

sosial. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan

menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila

dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat

kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2012). Bermain suatu kegiatan yang

menyenangkan bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah

ada dalam diri anak. Melalui bermain anak mulai membangun

keterampilan individu, berlatih memecahkan masalah dan berlatih

mengatasi hambatan mental dan fisik. Fungsi dari permainan adalah

sebagai alat perangsang pertumbuhan, kecerdasan dasar anak dan juga

mengoptimalkan fisik motorik anak secara baik (Nandari Immas, 2017).

2.4.2 Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain

Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain menurut Soetjiningsih

(2016) yaitu :

1. Bermain aktif

a. Bermain mengamati atau menyelidiki (exloratory play).


Anak yang baru memiliki alat permaianan, anak tersebut meraba,

mencium, menekan dan berusaha membongkar.

b. Bermain konstruksi (construction play)

Anak umur 3 tahun menyusun balok menjadi rumah-rumahan,

bermain puzzle, lego.

c. Bermain drama (dramatic play)

Anak main rumah-rumahan, bermian jual-jualan.

d. Bermain bola, tali, naik sepeda

2. Bermain pasif

Anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.

Bermain pasif dilakukan apabila anak sudah lelah bermain aktif dan

membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihan.

Contoh bermain pasif :

a. Melihat gambar dibuku atau majalah.

b. Mendengar cerita, dongeng, dan musik.

c. Menonton televisi dan video.

2.4.3 Manfaat Bermain

Manfaat dari bermain (Soetjiningsih, 2012) yaitu :

1. Membuang ekstra-energi.

2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,

otot, dan organ-organ.

3. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktivitas.

4. Belajar mengontrol diri.


5. Mengembangkan berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang

hidupnya.

6. Meningkatkan daya kreativitas dan perkembangan imajinasi.

7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada

disekitar anak.

8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan

kedukaan.

9. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya.

10. Mendapatkan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau pun

yang menang di dalam bermain.

11. Mendapatkan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.

12. Mengembangkan kemampuan intelektual, sosial dan emosional.

Pada anak yang sehat, kemampuan intelektual anak dipengaruhi selain

oleh stimulus, juga oleh gizi anak. Kekurangan gizi yang diserita sejak

masa janin sampai masa balita dapat mempengaruhi pertumbuhan otak

anak yang akan berdampak pada kemampuan intelektualnya.

2.4.4 Alat Permainan Edukatif dan Kreatif (APEK)

Alat permainan edukatif dan kreatif merupakan alat permainan yang

dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat

perkembangan menurut Soetijingsih (2016).

Manfaat alat permainan edukatif dan kreatif yaitu :

1. Mengembangkan aspek fisik yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan anak.


2. Mengembangkan bahasa dengan melatih berbicara, menggunakan

kalimat yang benar.

3. Mengembangkan aspek kognitif yaitu dengan pengenalan suara,

ukuran, bentuk warna, dan konsep.

4. Mengembangkan aspek sosial yaitu hubungan dengan interaksi antara

ibu dana anak, keluarga dan masyarakat.

2.5 Konsep Terapi Finger Painting

2.5.1 Definisi Finger Painting

Finger painting merupakan teknik melukis secara langsung tanpa

menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari-jari

tangannya secara langsung. Finger painting dapat mengembangkan

ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan

fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih otot-otot tangan atau jari, koordinasi

otot dan mata, melatih kecakapan mengkombinasi warna, memupuk

perasaan terhadap gerakan tangan dan memupuk keindahan. Kegiatan

finger painting dapat digunakan sebagai kegaiatan alternatif guna

menggantikan krayon agar kegaiatan menggambar lebih menarik untuk

anak. Finger painting dapat membantu anak mengembangkan motorik

halusnya karena dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014, aspek

perkembangan motorik halus yang dapat dicapai oleh anak usia 3-6 tahun

adalah mampu mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan


gerakan yang rumit, dengan indikator membuat berbagai bentuk dan

gambar dengan teknik finger painting.

2.5.2 Manfaat Terapi Finger Painting

Meningkatkan berfikir dan berbuat kreatif, mengembangkan

kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan

menggambarkan karya-karya kreatif dan melatih otot-otot jari. Sebagai

media mencurahkan perasaan, alat bercerita, melatih ingatan, dapat

melatih kreativitas, mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi,

melatih koordinasi antara mata dan tangan (Suciati, 2016). Kegiatan

finger painting dapat digunakan untuk mengenalkan konsep warnapada

anak yaitu mengenalkan macam-macam warna primer dan sekunder,

untuk mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan

tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot

tangan jari, koordinasi otot, melatih keterampilan tangan, kelentukan,

kerapian, dan keindahan. Oleh karenaitu, perlu dilakukan penelitian untuk

menguji kebenaran bahwa finger painting dapat mempengaruhi

kemampuan konsep warna dan kemampuan konsep warna dapat

dipengaruhi oleh kegiatan finger painting (Kuniawati Anis, 2017).

2.5.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan untuk bermain finger painting yaitu :

1. Cat warna khusus finger painting

2. Koran

3. Wadah kecil untuk tempat cat (pallete)


4. Buku gambar

5. Air untuk cuci tangan

2.5.4 Langkah-langkah Bermain Finger Painting

Langkah-langkah untuk melakukan bermain finger painting yaitu :

1. Tuangkan beberapa cat dengan berbagai warna ke beberapa wadah.

2. Beri alas tempat bermain cat agar tidak kotor kemana-mana dengan

koran.

3. Lalu siapkan buku gambar untuk menggambar.

4. Siapkan air untuk cuci tangan.

5. Kemudian ajarkan anak terlebih dahulu untuk mencelupkan jari

tangan untuk mewarnai dan menggambar diatas buku gambar.

6. Setelah itu membiarkan anak untuk bereksplorasi sepuasnya

mengambar dan mewarnai.

7. Cuci tangan setelah melakukan menggambar dan mewarnai.

2.6 Konsep Terapi Meronce Manik-Manik

2.6.1 Definisi Terapi Meronce Manik-manik

Meronce merupakan suatu kegiatan perkembangan yang

meningkatkan motorik halus, di dalam membuat roncean terbuat dari

bahan-bahan yang di lubang dan disatukan dengan menggunakan tali dan

benang, untuk memasukkan benang atau tali kelubang-lubangnya dapat

menggunakan jarum atau tidak menggunakan jarum, gerakan meronce


juga melibatkan bagian-bagian tubuh tubuh yang dilakukan otot kecil yang

membutuhkan koordinasi antara tangan dan mata (Rahmawati, 2017).

2.6.2 Manfaat Terapi Meronce Manik-manik

Manfaat terapi meronce manik-manik yaitu :

1. Stimulus otot anak dalam tahapan perkembangan menulis, meronce

membutuhkan kelincahan tangan dalam mengambil manik-manik dan

memasukan kedalam benang satu per satu.

2. Pengasah kemampuan kognitif anak.

3. Latihan anak dalam berkonsentrasi, kreatif dan kesabaran.

4. Melatih imajinasi dan melatih memegang dengan dua tangan.

2.6.3 Alat dan Bahan

1. Manik-manik aneka bentuk dan ukuran

2. Benang plastik

3. Lem

4. Gunting

2.6.4 Langkah - langkah Bermain Meronce Manik-manik

Langkah-langakh untuk bermain meronce manik-manik yaitu :

1. Potonglah benang sesuai ukuran yang diinginkan.

2. Mendesain atau menata manik-manik yang diinginkan.

3. Setelah selesai mendesain atau menata, masukan manik-manik ke

dalam benang dan tali dengan kuat.

4. Kemudian diberi lem pada pengait agar kuat.


2.7 Kerangka Teori Penelitian

Konsep teori Imogene King tahun 1971, 1981, 1987 berfokus pada

interaksi tiga sistem yaitu sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem

sosial. Ketiganya membentuk hubungan personal antara perawat dan klien.

Hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan

keperawatan. Tujuan perawat adalah memanfaatkan dan mempertahankan

adaptasi positif terhadap lingkungan (Potter&Perry, 2005).

Imogene King pada tahun 1971 mengembangkan suatu teori

pencapaian tujuan (theory of goal attainment)yang bersifat terbuka dan

dinamis. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework). Teori King

terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting

Systems meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems

(grup), social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi soaial,

sistem pelayanan kesehatan dan lain-lain) (Nursalam, 2016).

Hubungan teori king dengan keperawatan mengenai pencapaian

tujuan (1981) berasal dari kerangka konsepnya (kerangka kerja King

menunjukkan hubungan sistem personal (individu), sistem interpersonal

(kelompok seperti perawat-pasien), dan sistem sosial (sistem pendidikan).

King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan

menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang

konstan dengan lingkungan.


Kerangka Teori

Kerangka konsep Imogene M. King

Sistem sosial Sistem Sistem personal


interpersonal

Organisasi Otorisasi Kekuasaan Pembuatan keputusan status


Persepsi Diri
Interaksi Komunikasi Transaksi Peran Stress
Pertumbuhan dan perkembangan Citra diri Ruang
Waktu

Gambar 2.8 Kerangka konsep Imogene M. King

Gambar 2.8 kerangka konsep Imogene M. King menjelaskan pada

tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang terdiri

atas tiga sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari

King memadukan tiga sistem interaksi yang dinamis-personal,

interpersonal dan sosial yang mengarah pada perkembangan teori yang

dicapai. King memilih 10 konsep dari literatur keperawatan (diri, peran,

persepsi, komunikasi, interaksi, transaksi, tumbuh-kembang, stress, waktu,

ruang pribadi, organisasi, status, kekuasaan, kewenangan, dan


pengambilan keputusan) sebagai pengetahuan yang penting digunakan

oleh perawat. Dipilih sepuluh konsep dalam kerangka kerja tersebut (diri,

peran, persepsi, komunikasi, interaksi, transaksi, tumbuh-kembang, stress,

waktu dan ruang pribadi) sebagai pengetahuan inti yang digunakan

perawat dalam situasi keperawatan yang sesungguhnya.

2.8 Penerapan Kerangka Teori

Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah

Sistem sosial Sistem


Sistem personal
interpersonal

Mandiri
Mudah Agresif Bermain secara asosiatif Perkembangan fisik
bersosialisasi
Mulai
Seringmengeksporasi seksualitas
marah dan iri hati dengan lainnyaKognitif Psikososial
Perubahan perasaanBahasa Moral
Perilaku Spiritual
benar Citra tubuh
dan salah

Gambar 2.9 Kerangka teori perkembangan motorik halus anak

prasekolah menurut Imogene M. King


Gambar 2.9 menjelaskan bahwa perkembangan motorik halus yang

dapat mempengaruhi sistem sosial yang meliputi ras atau etnik, keluarga,

umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom. Sitem

interpersonal yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, psikososial,

bahasa, moral, spiritual, citra tubuh. Sistem personal yang meliputi gizi,

stimulus, psikologi, dan sosial ekonomi.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak :


Sistem sosial Sistem interpersonal Sistem personal Faktor eksternal Faktor internal

Terapi finger
painting dan terapi
meronce manik-
manik

Pencapaian
perkembangan
motorik halus
:
1. Normal
2. Abnormal
3. Suspek

Keterangan :

: Diukur atau diteliti

: Tidak diukur atau diteliti

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Efektivitas Terapi

Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-manik Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah di TK

Sirapan.

49
Pada gambar 3.1 menjalaskan bahwa pada anak usia 3-6 tahun

melakukan terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik yang

dapat mengembangkan ekspresi melalui media dengan gerakan tangan,

melatih otot-otot tangan atau jari, melatih anak untuk konsentrasi, kreatif,

dan kesabaran. Pencapaian dalam melakukan terapi finger painting dan

terapi meronce manik-manik yaitu perkembangan motorik halus normal,

abnormal dan suspek.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan dan pernyataan

peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang

hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu

pernyataan dalam suatu penelitian. setiap hipotesa atas suatu unit atau

bagian dari permasalahan (Nursalam, 2016).

H1 : Ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce

manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak

prasekolah di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

50
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan perencanaan penelitian yang

menyeluruh yang menyangkut semua komponen dan langkah penelitian

dengan mempertimbangkan etika penelitian, sumber daya penelitian dan

kendala penelitian (Nasir, 2011). Desain penelitian adalah suatu strategi

untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan dan berperan sebagai

pedoman atau panutan penelitian pada seluruh penelitian (Nursalam,

2016).

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental. Penelitian

ini ingin mengetahui perbandingan efektivitas terapi finger painting dan

terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus anak

usia prasekolah. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah two

group pre-post test design. Penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek

anak usia prasekolah yang diberikan intervensi terapi finger painting dan

satu sub yang lain diberikan meronce manik-manik.

Tabel 4.1 Desain Penelitian quasi-experimental

Kelompok Pre test Perlakuan Post test


Terapi finger A1 P1 A2
painting
Terapi meronce B1 P2 B2
manik-manik

51
Keterangan :

A1 : Anak sebelum diberikan terapi finger painting

A2 : Anak sesudah diberikan terapi finger painting

B1 : Anak sebelum diberikan terapi meronce manik-manik

B2 : Anak sesudah diberikan terapi meronce manik-manik

P1 : Perlakuan terapi finger painting

P2 : Perlakuan terapi meronce manik-manik

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi adalam penelitian adalah subyek (misalnya

manusia: klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,

2016)

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh anak usia 3-5 tahun di

taman kanak-kanak sirapan yang berjumlah 20 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang akan diteliti

yang dianggap mewakili suatu populasi (Hidayat, 2007). Sampel terdiri

atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016).

52
4.2.3 Kriteria Sampel

Sampel didapat dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangka dan akan diteliti (Nursalam,

2016).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Anak usia 3-5 tahun.

b. Orang tua mengijinkan anaknya untuk menjadi responden.

c. Anak kooperatif.

d. Anak dalam kondisi sehat.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Anak tidak hadir dalam pertemuan yang telah dijadwalkan oleh

peneliti.

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara


yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2016).

Pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian total sampling.

Total sampling merupakam teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan meliputi bentuk kerangka atau alur

penelitian, mulai dari desain hingga analisis data (Hidayat, 2007).


Populasi
Seluruh anak Tk A yang berjumlah 20 anak di TK Sirapan

Sampel
20 anak yang normal, abnormal, suspek dan tidak dites
dalam pencapaian perkembangan motorik halus anak

Teknik Sampling
Total sampling

Jenis Penelitian
two group pre-post test design

Variabel
Variabel bebas : Variabel terikat :

Terapi finger painting dan Kemampuan motorik halus


terapi meronce manik-manik anak usia prasekolah

Pengumpulan Data
Menggunakan kuesioner dan DDST (Denver
Development Screening Test)

Analisa Data
Uji Wilcoxon Sign Rank Test dan Man
Whitney
Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, and tabulating

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka kerja efektivitas terapi finger painting dan terapi

meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus

pada anak prasekolah.


4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain), variabel merupakan

konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini didapatkan 2 variabel yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kemampuan motorik halus pada anak usia prasekolah.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi

operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan

replikasi (Nursalam, 2016).


Tabel 4.2 definisi operasional

Variabel Definisi Alat


Parameter Skala Skor/kategori
Penelitian Operasional ukur
Variabel
Independen : Kegiatan melukis 1. Frekuensi: 1 SOP - -
1. Terapi finger secara langsung kali seminggu
painting tanpa setiap hari
menggunakan kamis
bantuan alat, 2. Durasi 60
mengganti kuas menit
dengan jari-jari 3. Cara (mode)
tangannya secara terapi :
langsung. kontiyu
4. Tempat :
Ruang kelas
TK Sirapan
5. Program
latihan 2
minggu
2. Terapi Kegiatan 1. Frekuensi: 1 SOP - -
meronce Meronce kali seminggu
manik- merupakan suatu setiap hari
manik kegiatan jumat.
perkembangan 2. Durasi 60
yang menit
meningkatkan 3. Cara (mode)
motorik halus, di terapi :
dalam membuat kontiyu
roncean terbuat 4. Tempat :
dari bahan-bahan Ruang kelas
yang di lubang TK Sirapan
dan disatukan 5. Program
dengan latihan 2
menggunakan tali minggu
dan benang,
menggunakan
jarum, gerakan
meronce.
Variabel salah satu proses Anak usai 3-5 DDST Ordinal Normal :
Dependen : perkembangan tahun: Tidak ada
Kemampuan pada anak, 1. Mencoret- keterlambatan.
motorik halus motorik halus coret kertas Abnormal :
anak usia merupakan 2. Menyusun 4 Memiliki 2
prasekolah kemampuan pada buah kubus atau lebih
anak yang 3. Menggaris keterlambatan.
berhubungan pada lurus kebawah Suspek :
keterampilan fisik ± 2,5 cm Memiliki 2
yang melibatkan 4. Anak mampu atau lebih
otot-otot kecil, menggambar caution (c) dan
Variabel Definisi Alat
Parameter Skala Skor/kategori
Penelitian Operasional ukur
koordiansi mata lingkaran atau lebih
dan tangan. Saraf 5. Menyusun 8 keterlambatan
motorik halus buah kubus (f).
dapat dilatih, 6. Menggambar Tidak dites :
dikembangkan orang 3 bagian Bila menolak
melalui kegiatan, 7. Mencontoh pada satu item
dan rangsangan garis atau lebih atau
yang terus berpotongan menolak.
menerus 8. Memilih garis
diberikan dengan yang lebih
tujuan sebagai panjang.
latihan.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau

mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data-data secara

sistematis serta objekif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau

menguji suatu hipotesis. Instrumen penelitian merupakan alat

pengumpulan data dalam suatu penelitian (Nasir, 2011). Pada penelitian

ini mengumpulkan data responden dengan memberikan kuesioner data

umum dan mengukur pencapaian perkembangan motorik halus dengan

menggunakan DDST (Denver Development Skrinning Test)

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Prinsip validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip-prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen


dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2016). Menguji

apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu di uji coba dan

dilakukan analisis. Bila kuesinoner tersebut telah memiliki validitas

konstruk, berarti semua item (pernyataan) yang ada dalam kuesioner itu

mengukur apa yang kita ukur (Saryono, 2011). Untuk mengukur r atau

koefisiensi korelasi dan tingkat signifikasinya dapat digunakan bantuan

program komputer. Arikunto (2011) mengatakan validitas merupakan

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan

suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau salih mempunyai

validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Rumus yang dapat digunakan adalah dikemukakan oleh

parson, yang dikenal rumus product moment person. Penentuan uji

validitas : jika p-value ≤ 0,05 maka item pertanyaan valid, jika p-value ≥

0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran

konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang (konsisten,

akurasi dan presisi) (Saryono, 2011). Uji reabilitas adalah uji yang

dijalukan untuk mengukur apakah instrumen yang dilakukan telah reliabel.

Suatu alat ukur dikatakan reliable alat itu mengukur suatu gejala dalam

berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas merupakan

kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan


hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.

Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan

yang penting dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016).

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Sirapan

Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

4.8.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan, dimana

pertemuan untuk terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik

pada responden yang dilakukan sebanyak 6 kali. 1 kali pre-test, 5 kali

tretmen atau intervensi dan post test dilakukan setelah dilakukan tretmen

atau intervensi.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlakukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016). Dalam melakukan penelitian prosedur yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengurus surat ijin penelitian dengan surat dari STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN.

2. Berkoordianssi dengan Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Sirapan.


3. Melakukan survey data awal mengenai kondisi kemampuan motorik

halus anak.

4. Melakukan total sampel terhadap 20 anak Tk A

5. Mengelompokan responden menjadi 2 kelompok. Dimana kelompok

pertama diberikan terapi finger painting dan kelompok kedua

mendapatkan terapi meronce manik-manik.

6. Peneliti memberikan kuesioner yang harus diisi reponden yaitu orang

tua.

7. Peneliti mengecek dan memastikan kembali bahwa semua pertanyaan

sudah terisi. Bila terdapat jawaban yang terlewat, peneliti langsung

menanyakan kembali kepada responden.

8. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data,

analisis data danmembuat laporan hasil penelitian.

4.10 Teknik Analisi Data

4.10.1 Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari peneliti masih

mentah, belum diberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk

disajikan (Notoatmodjo, 2013). Pengolahan data dilakukan melalui tahap-

tahap sebagai berikut :


1. Editing

Editing merupakan daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Tujuan editing adalah merupakan mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.Apabila ada

data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut

(Saryono, 2011).

2. Entri Data

Memasukkan data ke komputer dengan menggunakan aplikasi

program SPSS (Statitical Padage for Social Sciense)very 16.00 for

Window. Pada pengisian kode pada program SPSS masing-

masingvariabel penelitian diberi ode berupa angka.

3. Coding

Setelah data diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan pemg

“kode”an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau

bilangan. Coding yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Memberikan kode terhadap identitas

responden Usia ibu

20-30 tahun : kode 1

40-50 tahun : kode 2


Tingkat pendidikan ibu

SD : kode 1

SMP : kode 2

SMA : kode 3

Perguruan Tinggi : kode 4

Pekerjaan ibu

Tidak bekerja/ ibu rumah tangga : kode 1

Swasta : kode 2

Wiraswasta : kode 3

PNS : kode 4

Jenis kelamin anak

Laki-laki : kode 1

Perempuan : kode 2

Usia anak

3 tahun : kode 1

4 tahun : kode 2

5 tahun : kode 3

b. Memberikan kode pada terapi

Terapi finger painting : kode 1

Terapi meronce manik : kode 2

Perkembangan motorik halus

Lulus/ pass : kode 1

Gagal/ fail : kode 2


Tidak dites/ No Opportunity (No) : kode 3

Menolak/Refusal : kode 4

4. Scoring

Scoring merupakan penilaian data dengan memberikan skor pada

pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini

dimaksutkan untuk memberikan bobot pada masing masing jawaban,

sehingga mempermudah perhitungan.

a. Pencapaian perkembangan motorik

Normal 1

Abnormal 2

Suspek 3

Tidak dapat dites 4

5. Tabulating

Tabulating yaitu pekerjaan membuat tabel, jawaban-jawaban yang

telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Langkah

terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya

data dimasukkan ke komputer dan dianalisis secara statistik (Saryono,

2011). Dalam penelitian ini tabulasi efektivitas terapi dan

perkembangan motorik halus anak terdiri dari hasil data penelitian,

skor, dan kategori.


4.10.2 Analisis Data

1. Analisa Univariat

Anaslisa univarat merupakan data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai

distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran

penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka sebaliknya

menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-

maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2011).

Pada penelitian ini, peneliti menganalisa perbedaan efektifitas

terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap

perkembangan motorik halus. Semua karakteristik responden dalam

penelitian ini seperti : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis

kelamin, terapi untuk perkembangan motorik halus anak.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi

dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif.

Terdapat uji parametik dan non parametik pada analisis bivariat

(Saryono, 2011). Pada analisis bivariat ini dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan terikat

dengan menggunakan statistik. Dalam penelitian ini analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi finger


painting dan terapi meronce manik-manik dengan kemampuan

motorik halus anak usia prasekolah.

Peneliti menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, dasar yang

digunakan yaitu data dari dua variabel tidak berdistribusi normal

dengan α = 0,05. Selain itu juga melihat kemaknaan perhitungan jika

nila p-value ≤ α 0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna

(signifikasi) atau H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada perbedaan

efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik

terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Jika nilai

p-value ≥ α 0,05 H1 ditolak dan H0 diterima artinya tidak ada

perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-

manik terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

4.11 Etika penulisan

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia (Saryono, 2011). Beberapa prinsip etika penelitian

antara lain :

1. Prinsip etika penelitian

a. Prinsip manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk

penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan

pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.

Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat,

bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam

etika.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity)

Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus

dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan

pilihan antara mau atau tidak untuk diikutsertakan menjadi

subyek penelitian.

c. Prinsip keadilan (Right To Justice)

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil,

hak menjga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan

terhadap manusia.

2. Masalah etika penelitian

Menurut Hidayat 2007 masalah etika penulisan yaitu :

a. Inform consent
Inform consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Inform

consent ini merupakan lembar persetujuan umtuk menjadi

responden. Pemberian inform consent bertujuan agar subyek

mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.

Setelah dijelaskan tujuan penelitian serta dampaknya sebagian

besar orang tua bersedia menjadi responden dan menandatangani

inform consent. Pengisian kuesioner dilakukan saat orang tua

mengantar anakanya berangkat sekolah sehingga ada beberapa

orang tua menolak untuk menjadi responden dikarenakan

keterbatasan waktu yang rata-rata calon responden buru-buru.

b. Prinsip anomality (tanpa nama)

Anomality berarti dalam menggunakan subyek penelitian tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Penelitian

tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.

Penelitian hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data. Peneliti tidak mencantumkan identitas responden hanya

menuliskan kode yang sudah ditentukan sebelumnya.

c. Prinsip confidentially (kerahasiaan)

Dalam hal ini kerahasian, informasi yang sudah didapatkan dari

responden harus menjamin kerahasiannya. Masalah ini

merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasian

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.


Disini peneliti tidak membicarakan atau tidak menuliskan atau

menyebutkan identitas dari responden.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan

tentang Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce

Manik-Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak

Prasekolah Di Tk Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

Pengumpulan data dilakukan pada 20 responden ibu dan anak yang

melakukan terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik, sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan pada penelitian maka hasil penelitian

berisi data umum. Data umum berisi tentang usia ibu, tingkat pendidikan,

pekerjaan ibu, jenis kelamin, usia anak dan pengukuran motorik dengan

DDST.

5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di TK Sirapan Kecamatan Madiun

Kabupaten Madiun, sebuah lembaga pendidikan formal yang berada di

Jalan Tejo Kusumo RT. 006 RW 003 Desa Sirapan. Dengan luas wilayah

sekitar ±165 meter, dengan batas sebelah timur lapangan sepak bola,

sebelah barat perkampungan Desa Sirapan, sebelah selatan SD Sirapan 01

dan sebelah utara Desa Dimong. Jumlah responden dalam penelitian ini

adalah 20 anak, yang terdiri dari 10 anak dengan terapi finger painting dan

10 anak dengan terapi meronce manik-manik Di TK Sirapan memiliki

70
tenaga pengajar yaitu 1 kepala sekolah dan 3 guru pengajar. Fasilitas

sekolah yang memiliki sarana bermain yang cukup luas, memadai dan

lengkap.

5.2 Data Umum

5.2.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian di Tk Sirapan Kecamatan/Kabupaten

Madiun didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu Di TK


Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Usia Ibu Terapi Finger Terapi Meronce Total %
Painting Manik-manik
n % N %
20-30 tahun 9 90 8 80 17 85
40-50 tahun 1 10 2 20 3 15
Jumlah 10 100 10 100 20 100

Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dapat dilihat pada kelompok terapi

finger painting usia ibu sebanyak 9 responden (90%) berusia 20-30 tahun.

Pada terapi meronce manik-manik usia ibu sebanyak 8 responden (80%)

berusia 20-30 tahun.

5.2.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Di


TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Pendidikan Terapi Finger Painting Terapi Meronce Total %
Ibu Manik-manik
n % N %
SD 0 0 0 0 0 0
SMP 1 10 3 30 4 20
SMA/SMK 8 80 4 40 12 60
Perguruan 1 10 3 30 4 20
Tinggi
Total 10 100 10 100 20 100

71
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil pada kelompok terapi finger

painting semua ibu memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK

sebanyak 8 responden (80%). Pada terapi meronce manik-manik sebagian

besar memiliki latar belakang pendidikan SD dan Perguruan Tinggi yang

masing-masing sebanyak 3 responden (30%).

5.2.3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan

TabeL 5.3 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Di TK


Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Pekerjaan Terapi Finger Painting Terapi Meronce manik- Total %
Manik
n % n %
IRT 0 0 3 30 3 15
Swasta 5 50 2 20 7 35
Wiraswasta 5 50 3 30 8 40
PNS 0 0 2 20 2 10
Jumlah 10 100 10 100 20 100

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa pada kelompok terapi finger

painting ibu responden memiliki pekerjaan swasta dan wiraswasta yang

masing-masing memiliki 5 responden (50%). Pada terapi meronce manik-

manik ibu responden bekerja sebagai irt dan wiraswasta yang masing-

masing memiliki 3 responden (30%).

5.2.4 Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.4 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak


Terhadap Perkembangan Motorik Halus Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Jenis Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik-Manik
Kelamin
Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 4 40 5 50
Perempuan 6 60 5 50
Jumlah 10 100 10 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa pada kelompok terapi

finger painting lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 anak

(60%). Pada terapi meronce manik-manik responden laki-laki dan

perempuan masing-masing memiliki 5 responden (50%).

5.2.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia

Tabel 5.5 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak Terhadap


Perkembangan Motorik Halus Di TK Sirapan Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun.
Usia Anak Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik
Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%)
3 2 20 2 20
4 5 50 5 50
5 3 30 3 30
Jumlah 10 100 10 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dijelaskan pada kelompok terapi finger

painting dan terapi meronce manik-manik bahwa sebagian besar anak

berusia 4 tahun sebanyak 5 anak (50%).

5.2.6 Pengukuran Perkembangan Motorik Halus Dengan DDST Sebelum

Diberikan Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce Manik-manik

Hasil analisis dari pengukuran DDST anak sebelum diberikan terapi

di TK Sirapan Kecamatan/Kabupaten Madiun.

Tabel 5.6 Hasil Distribusi Frekuensi Pengukuran DDST Anak Sebelum


Diberikan Terapi Di TK Sirapan Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun.
Perkembangan Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik-Manik
Motorik
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(n) (%) (n) (%)
Normal 5 50 6 60
Suspek 5 50 4 40
Jumlah 10 100 10 100
Berdasarkan tabel 5.6 dari total 20 anak didapatkan hasil

perkembangan motorik halus pada terapi finger panting sebanyak 5 anak

(50%) normal. Pada terapi meronce manik-manik sebanyak 6 anak (60%)

normal.

5.3 Data Khusus

5.3.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Terapi Finger Painting

Tabel 5.7 Hasil Distribusi Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum


Dan Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Hasil Terapi Pre Post Total
n % n % n %
Normal 5 50 8 80 13 65
Suspek 5 50 2 20 7 35
Total 10 100 10 100 20 100
Wilcoxon signed rank test p= 0,083

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan kondisi motorik halus anak

sebelum terapi finger painting yaitu normal sebanyak 5 anak (50%) dan

sesudah dilakukan sebanyak 8 anak ( 80%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test

didapatkan nilai p= 0,083 (p> 0,05), yang artinya tidak ada perbedaan

efektivitas terapi finger painting terhadap perkembangan motorik halus

anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi finger painting.


5.3.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Terapi Meronce Manik-Manik

Tabel 5.8 Hasil Distribusi Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum


Dan Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-manik Di TK
Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Hasil Terapi Pre Post Total
n % n % N %
Normal 6 60 10 100 16 80
Suspek 4 40 0 0 4 20
Total 10 100 10 100 20 100
Wilcoxon signed rank test p= 0,046

Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan kondisi motorik halus anak

sebelum terapi meronce manik-manik yaitu normal sebanyak 6 anak (60%)

dan sesudah dilakukan sebanyak 10 anak ( 100%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test

didapatkan nilai p= 0,046 (p< 0,05), yang artinya ada perbedaan terapi

meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus anak

sebelum dan sesudah dilakukan terapi meronce manik-manik.

5.3.3 Perbedaan Efektifitas Terapi Finger Dan Terapi Meronce Manik-

Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak

Tabel 5.9 Hasil Distribusi Motorik Halus Anak Sesudah Diberikan


Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce Manik-Manik Di
TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Kondisi Motorik Post Finger Post Meronce Total %
Halus painting Manik-manik
n % n %
Normal 8 80 10 100 18 90
Suspek 2 20 0 0 2 10
Jumlah 10 80 10 100 20 100
Man Whitney p= 0,146

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil kondisi motorik halus anak

pada kelompok terapi finger painting sesudah diberikan sebanyak 8 anak


(80%) normal dan kelompok sesudah diberikan terapi meronce manik-

manik motorik halus sebanyak 10 anak (100%) normal.

5.4 Pembahasan

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian perbedaan efektivitas

terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap

perkembangan motorik halus pada anak prasekolah di TK Sirapan

Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

5.4.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Terapi Finger Painting

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian yang dilakukan pada 10 anak

dengan terapi finger painting di TK Sirapan Kecamatan Madiun

Kabupaten Madiun menunjukkan sebagian besar anak dengan

perkembangan motorik normal sebanyak 5 anak (50%), sementara itu anak

dengan pencapaian perkembangan motorik suspek sebanyak 5 anak (50%).

Perkembangan motorik halus kelompok terapi finger painting

sebelum dan sesudah melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan

hasil bahwa H1 ditolak. Hubungan ini menunjukkan tidak ada perbedaan

motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi finger

painting.

Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah menurut

(Rohendi 2017) akan terlihat pada perkembangan fisik dan perkembangan

kognitif. Pada perkembangan fisik terjadi peningkatan koordinasi otot

besar dan halus, proses perkembangan kognitif menurut Jean Peaget


(1969) menekan pada proses kematangan, pengalaman (lingkungan).

Individu dapat meempengaruhi lingkungan sebaliknya lingkungan dapat

mempengaruhi individu. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

adalah kematangan pengalaman dan transmisi sosial. Menurut

Soetjiningsih (2012) kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh

matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik,

fungsi visual yang akurat dan kemampuan intelek nonverbal. Dan

perbedaan perkembangan motorik halus anak dipengaruhi oleh

pembawaannya dan stimulasi yang didapatkan.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Nurjannah (2017), penelitian

ini menunjukkan hasil peningkatan perkembangan motorik halus anak TK

At-Taqwa pada peningkatan 23 responden anak dan 2 responden anak

yang tidak ada peningkatan. Berdasarkan penelitian Maghfuroh (2017),

pada penelitian ini menunjukan hasil pengaruh finger painting pada anak

usia prasekolah di TK Sartika I Sumurgenuk Kecamatan Babat Lamongan

pada peningkatan 40 responden anak dan 2 responden anak yang tidak ada

peningkatan. Menurut Fida & Maya (2012) mengemukakan perkembangan

motorik halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh

kesempatan untuk belajar dan berlatih. Pada terapi finger painting dapat

mengembangkan fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih otot-otot tangan

atau jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan mengkombinasi

warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan keindahan.


Faktor yang mempengaruhi terapi finger painting adalah pekerjaan

ibu responden yaitu swasta dan wiraswasta. Ibu responden merupakan

wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga.

Dampak negartif dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat memberikan

perhatian yang penuh pada anaknya ketika anak dalam masa tumbuh

kembang yang pesat (Lindawati, 2014). Perhatian ibu terhadap anak yang

kurang mendapat stimulasi yang optimal bagi perkembangan motorik

halus anak menyebabkan kemampuan motorik halus anak tidak

berkembang dengan baik.

5.4.2 Pekembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Sebelum Dan

Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik

Berdasarkan tabel 5.8 hasil penelitian yang dilakukan pada 10 anak

dengan terapi meronce manik-manik di TK Sirapan Kecamatan Madiun

Kabupaten Madiun menunjukan sebagian besar anak dengan

perkembangan motorik normal sebanyak 6 anak (60%), sementara itu anak

dengan pencapaian perkembangan motorik suspek sebanyak 4 anak (40%).

Perkembangan motorik halus kelompok terapi meronce manik-

manik sebelum dan sesudah melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test

didapatkan hasil bahwa H1 diterima. Hubungan ini menunjukkan ada

perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi

meronce manik-manik.

Meronce merupakan suatu kegiatan perkembangan yang

meningkatkan motorik halus di taman kanak-kanak, dalam membuat


roncean terbuat dari bahan-bahan yang berlubang dan disatukan dengan

menggunakan tali dan benang. Untuk memasukkan benang atau tali

kelubang-lubangnya dapat menggunakan jarum atau tidak menggunakan

jarum. Gerakan motorik halus tidak banyak membutuhkan tenaga tetapi

membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian antara lain

mengkoordinasi tangan dan mata. Kegiatan meronce bermedia manik-

manik dan makroni, anak akan belajar melalui media benda konkrit yang

memberikan kesempatan untuk anak menggali tentang persamaan benda,

perbedaaan benda, dan konsentrasi yang dapat meningkatkan kemampuan

motorik halus anak ( Dwi Rahmawati, 2017).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tantri Darmastuti (2014),

bahwa dengan melakukan kegiatan meronce manik-manik dengan metode

demonstrasi, pembelajaran meronce anak TK, menjadi lebih efektif. Dan

pada penelitian (Maria Qor‟iah, 2018) hasil penelitian di KB/TK Islam

Darul Fatah Surabaya bahwa gerak koordinasi yang dapat

mengembangkan perkembangan motorik halus adalah dapat membuat

roncean atau melakukan kegiatan meronce.

Faktor yang mempengaruhi terapi meronce manik-manik adalah usia

anak. Pada anak usia dini merupakan golden age (masa peka) yaitu waktu

yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak untuk

menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Yuniarti,

2015). Pada masa anak usia prasekolah ini anak dapat mengembangkan

fisik, kognitif, psikososial, bahasa, moral, spiritual dan citra tubuh. Usia
prasekolah ini anak. Pada saat dilakukan terapi ini anak aktif dalam

berinteraksi dengan penelitian dan mengikuti intruksi yang diberikan

peneliti. Selain itu beberapa rekan dan guru juga membantu dalam

penelitian ini agar penelitian ini dalam mengkondisikan responden untuk

tetap fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti intruksi penelitian. Pada

kelompok terapi meronce manik-manik, anak tersebut mengalamin

peningkatan kemampuan motorik halus yang ditinjau dari tidak adanya

jumlah anak yang suspek. Semakin sering terjalin interaksi dengan anak,

tujuan interaksi untuk meningkatkan motorik halus anak yang dapat

dicapai dengan mudah.

5.4.3 Analisis Pebedaan Perkembangan Motorik Halus Anak Sesudah

Diberikan Terapi Finger painting Dan Terapi Meronce Manik-Manik

Berdasarkan tabel 5.9 perbedaan efektivitas terapi sebelum dan

sesudah terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik melalui uji

Man Whitney didapatkan hasil bahwa p= 0,146 (p> 0,05) yang berarti H1

ditolak yaitu tidak ada berbedaan efektivitas terapi finger painting dan

terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada

anak prasekolah di Tk Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

Hasil ini dapat terjadi karena hasil sesudah terapi finger painting dan

terapi meronce manik-manik semua responden memiliki perkembangan

motorik halus normal. Bila dilihat menggunakan uji Wlcoxon Signed Rank

Test didapatkan hasil bahwa terapi meronce manik-manik berpengaruh


dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dibandingkan

dengan terapi finger painting.

Faktor yang mempengaruhi terapi finger painting adalah Faktor yang

mempengaruhi terapi finger painting adalah pekerjaan ibu responden yaitu

swasta dan wiraswasta. Ibu responden merupakan wanita karir yang

memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga. Dampak negartif dari ibu

yang bekerja adalah tidak dapat memberikan perhatian yang penuh pada

anaknya ketika anak dalam masa tumbuh kembang yang pesat (Lindawati,

2014). Dan saat dilakukan terapi finger painting anak tersebut sering

berlarian di dalam dan luar kelas meninggalkan terapi yang diberikan,

sehingga finger painting yang diwarnai yang dibuat hasilnya kurang

maksimal. Sebagian besar anak bermain bersama teman yang dikenalnya

serta anak mengeluh bosan saat dipertengahan terapi finger painting.

Konsentrasi anak tidak berfokus pada terapi finger painting yang peneliti

lakukan. Faktor yang mempengaruhi terapi meronce manik-manik adalah

usia anak. Pada anak usia dini merupakan golden age (masa peka) yaitu

waktu yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak

untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya

(Yuniarti, 2015). Dan pada saat melakukan terapi meronce manik-manik

anak aktif dalam berinteraksi dengan penelitian dan mengikuti intruksi

yang diberikan peneliti. Hal ini bisa terjadi karena anak yang aktif

berinteraksi dan rasa ingin tahu terhadap terapi meronce manik-manik

yang ingin dilakukan oleh dirinya sendiri serta anak berkonsentrasi dalam
mengikuti intruksi peneliti untuk melakukan terapi meronce manik-manik.

Pengalaman belajar meronce manik-manik lebih nyata dan lebih disukai

oleh anak-anak. Pada terapi meronce manik-manik anak lebih bersemangat

untuk membuat kreasi meronce sesuai tema.

Menurut Hajar Pamadi (2008) dalam Suhartini (2016) meronce

adalah menata atau menyusun benda-benda, pernik-pernik, hiasan dengan

memenuhi rasa keindahan dengan bantuan mengikat komponen tadi

dengan utas atau tali. Dengan teknik ikatan ini, seseorang akan

memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama dibandingkan dengan

benda yang ditata tanpa ikatan. Kegiatan meronce ini membutuhkan

koordinasi yang cermat serta ketelitian dan finger painting merupakan

teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak

dapat mengganti kuas dengan jari-jari tangannya secara langsung. Finger

painting dapat mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan

gerakan tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih

otot-otot tangan atau jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan

mengkombinasi warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan

memupuk keindahan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul perbedaan efektivitas terapi

finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan

motorik halus pada anak usia prasekolah di TK Sirapan Kecamatan

Madiun Kabupaten Madiun. Dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah

diberikan terapi finger painting. Hal ini disebabkan karena

jumlah anak dengan kategori motorik halus normal pada sebelum

diberikan terapi finger painting normal sebanyak 5 anak (50%),

suspek sebanyak 5 anak (50%). Dan jumlah anak dalam kategori

motorik halus sesudah diberikan terapi finger painting normal

sebanyak 8 anak (80%), suspek sebanyak 2 anak (20%).

2. Ada perbedaan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan

terapi meronce manik-manik. Terapi meronce manik-manik dapat

mengoptimalkan perkembangan kemampuan motorik halus anak

prasekolah karena dengan meronce anak lebih teliti,

mengkoordinasikan tangan untuk memasukkan benang ke manik-

manik dikarenakan ukuran lubang manik-manik yang relatif kecil.

3. Tidak ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi

meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus

83
anak. Dilihat dari sebelum dan sesudah dari terapi finger painting

dan terapi meronce manik-manik dapat meningkatkan dan

mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak.

6.2 Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Walaupun di sekolah telah diberikan materi pembelajaran untuk

perkembangan motorik halus anak, namun ada baiknya guru

untuk memberikan terapi finger painting dan terapi meronce

manik-manik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

anak usia prasekolah.

2. Bagi institusi kesehatan

Untuk tenaga kesehatan terutama perawat anak dapat menjadikan

terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik sebagai

salah satu alternatif terapi dalam upaya meningkatkan

kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat mengetahui terapi finger painting dan

terapi meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak usia prasekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan

terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik sebagai

upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan

84
melibatkan jumlah sampel lebih banyak dan bisa

membandingankan 2 atau lebih taman kanak-kanak.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.
Chamidah. 2015. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. https://scholar.google.co.id/sholar?
q=deteksi+dini+gangguan+pertumbuhan
+dan+perkembangan+anak&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3Dn
XjL-AL9QhUJ. Di download pada 11 Januari pukul 18.00 WIB.
Darmaastuti, Tantri. 2014. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik-Manik Melalui Metode
Demontrasi Pada Anak Kelompok A Di TK Khadijah 2 Surabaya. Nama
Jurnal, Volume 1, Nomor : 01.
Dewi, Rizki. 2015. Teori & Konsep Tumbuh Kembang Bayi Toodler, Anak
Dan Usia Prasekolah. Yogjakarta : Nusa Medika.
Fida, & Maya. 2012. Pengantar Ilmu kesehatan Anak. Yogjakarta : D-Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan
Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
IDAI. 2012. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. http://
dokumen.tips/documents/rekomendasi-idai-pemantauan-tumbuh-kembang-
anak.pdf.html. Di download pada tanggal 03 Januari 2019 pukul 07.30 WIB.
Kurniawati, Anis. 2017. Pengaruh Finger Painting Terhadap Kemampuan
Mengenal Konsep Warna Pada Anak Kelompok A. Jurnal PAUD Teratai,
Vol. 6, Nomer : 3.
Lindawati. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan
Motorik Anak Usia Prasekolah. Jurnal Kesehatan, hal 22-27.
Maghfuroh, Lilis. 2017. Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Prasekolah di TK Sartka 1 Sumbergenuk Ke.
Babat Lamongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, Nomer : 1, : 36-43.
Nandari, Immas. 2017. Pengaruh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap
Kemampuan Motorik Anak Kelompok B TK RA As Sa‟adah Drirejo
Gresik. Jurnal PAUD Teratai, Vol. 6, Nomer : 3.

86
Nasir, ABD. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

86
Notoadmojo, S. 2013. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Nurjannah, Nunung. 2017.Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah TK At-Taqwa. Jurnal Keperawatan BSI,
Vol. V, Nomer : 2.
Nursalam. 2016. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba
Media.
Permata, H. D. 2018. Pengaruh Terapi Bermain Menggunting Kain Flanel
Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Dalam Kegaitan
Menggunting di TK TARBIYATUL ATHFAL 31 SEMARANG. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. 3, Nomer : 3, : 117-196.
Potter & Perry, AG 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
Qori‟ah, Maria. 2018. Pengaruh kegiatan Meronce Dengan Media Sedotan
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelmpok A Di KB/TK Islam
Darul Fatah Surabaya. Volume 7, Nomor : 3, Tahun 2018.
Priyoto. 2018. Ilmu Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Pustaka Panasea.
Rahmawati, Dwi. 2017. Pengaruh Meronce Bermedia Manik-Manik Dan Makroni
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A1 TK Yapita
Sukolilo Surabaya. Pengaruh Meronce Bermedia Manik-Manik Dan
Makroni Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A1.
Rohendi, A. 2017. Perkembangan Motorik. Bandung : Alfabeta.
Sari, L.P., 2018. Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Motorik Halus
Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Paud Mawar Tlogomas. Nursing News, Vol.
3, Nomer : 1.
Saryono. 2011 . Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Edisi 2. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Suciat i. 2016. Pengaruh Kegiatan Finger Painting Berbasis Teori Lokomosi
Terhadap Keterampilan Motorik alus Anak. E-journal Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, Nomer : 2.

87
Suhartini. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Meronce Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Paud As-Sakinah Desa Sungai Jalau
Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar.
Yuniarti, S. 2015. Pengaruh Terapi Bermain (Melompat Tali Dan Meronce
Manik-Manik) Terhadap Perkembangan Motorik Pada Siswa di Paud Fajar
Purnama Mandiri Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Jurnal
Kesehatan Kartika, Vol. 10, Nomer : 3.
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Annisa Maharany Buana Saputri
Nim 201502042
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Efektifitas Terapi
Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Sirapan. Sehubungan dengan ini, saya
mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian
yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga
dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesedian saudara saya
ucapkan terima kasih.

Madiun, 11 Mei 2019


Peneliti,

Annisa Maharany
(201502042)
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES


Bhakti Husada Mulia Madiun,

Nama : Annisa Maharany B S

Nim 201502042

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Efektifitas Terapi


Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Sirapan Kec/Kab. Madiun”. Adapun
informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaanya saya bertanggung
jawab apabila informasi yang diberikan merugikan saudara.

Sehubung dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Untuk kesedian dan kerjasamanaya saya mengucapkan terima kasih.

Madiun, Mei 2019


Peneliti Responden/orang tua/guru TK

Annisa Maharany B
(201502042)
Lampiran 4

KUESIONER DATA UMUM

RESPONDEN

A. Data Umum
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan kondisi ibu, dengan
memberikan tanda (X) sesuai dengan jawaban ibu. Dan isilah titik-titik
dengan kondisi ibu dan anak.
1. Usia ibu saat ini :
2. Tingkat pendidikan ibu :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PERGURUAN TINGGI
3. Pekerjaan ibu :
a. Tidak bekerja/ ibu rumah tangga
b. Swasta
c. Wiraswasta
d. PNS
4. Usia anak saat ini :
5. Tempat, tanggal lahir anak :
6. Jenis kelamin anak :
Lampiran 5

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


Finger painting (mewarnai menggunakan tangan)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur tetap Tanggal terbit
Pengertian Teknik melukis secara langsung menggunakan jari-jari tangan
Tujuan 1. Mengenalkan konsep warna pada
2. Untuk mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan
tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot
tangan jari, koordinasi otot.
3. Melatih keterampilan tangan, kelentukan, kerapian, dan keindahan.
Tanda
Prosedur Uraian M TM
tangan
Persiapan alat :
1. Cat warna khusus finger painting
2. Koran
3. Air untuk cuci tangan
4. Wadah kecil untuk tempat cat (pallete)
5. Buku gambar
Persiapan pasien :
1. Identifikasi identitas anak
2. Menjelaskan kepada anak prosedur yang akan
dilakukan
3. Menanyakan kesiapan anak sebelum kegiatan
dilakukan
4. Mempersiapkan lingkungan tempat
Pelaksanaan :
1. Tuangkan beberapa cat dengan berbagai warna ke
beberapa wadah.
2. Beri alas tempat bermain cat agar tidak kotor
kemana-mana dengan koran.
3. Lalu siapkan buku gambar untuk menggambar.
4. Siapkan air untuk cuci tangan
5. Kemudian ajarkan anak terlebih dahulu untuk
mencelupkan jari tangan untuk mewarnai dan
menggambar diatas buku gambar.
6. Setelah itu membiarkan anak untuk bereksplorasi
sepuasnya menggambar dan mewarnai.
7. Cuci tangan setelah melakukan menggambar dan
mewarnai.
Dokumentasi
tindakan
Catatan
penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan (dilakukan sampai selesai terapi finger)
TM = dilakuan tidak memuaskan (dilakukan tidak sampai selesai terapi finger)
Lampiran 6

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


Meronce manik-manik
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Prosedur tetap Tanggal terbit


Pengertian Suatu kegiatan perkembangan yang meningkatkan motorik halus
dengan membuat roncean
Tujuan 4. Stimulus otot anak dalam tahapan perkembangan menulis,
meronce membutuhkan kelincahan tangan dalam mengambil
manik-manik dan memasukkan kedalam benang satu persatu
5. Mengasah kemampuan kognitif anak
6. Latihan anak dalam berkonsentrasi, kreatif dan kesabaran
7. Melatih imajinasi dan melatih memegang dengan dua tangan
Prosedur Tanda
Uraian M TM
tangan
Persiapan alat :
6. Manik-manik aneka bentuk dan
ukuran
7. Benang plastik
8. Lem
9. Gunting
Persiapan pasien :
5. Identifikasi identitas anak
6. Menjelaskan kepada anak
prosedur yang akan dilakukan
7. Menanyakan kesiapan anak
sebelum kegiatan dilakukan
8. Mempersiapkan lingkungan
tempat
Pelaksanaan :
8. Potonglah benang sesuai ukuran
yang diinginkan.
9. Mendesain atau menata manik-
manik yang diinginkan.
10. Setelah selesai mendesain/
menata, masukkan manik-manik
ke dalam benang dan tali kuat.
11. Kemudian diberi lem pada
pengait agar kuat.
Dokumentasi
tindakan
Catatan
penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan (dilakukan sampai selesai terapi meronce)
TM = dilakukan tidak memuaskan (dilakukan sebagian terapi meronce)
Lampiran 7
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
DDST (Denver Develoment Screening Test)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
P.01.2012
Prosedur tetap Tanggal terbit 2 januari 2012
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan
mahasiswa dalam melakukan Denver Test
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa keperawatan yang
akan melaukan praktek klinik rumah sakit dalam
1. Melakukan pemeriksaan pada tumbuh kembang anak
Prosedur Tanda
Uraian M TM
tangan
Persiapan alat :
1. Lembar DDST
2. DDST set
Persiapan pasien :
1. Identifikasi identitas
2. Menjelaskan kepada ibu pasien
prosedur yang akan dilakukan
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum
kegiatan dilakukan
4. Mempersiapkan lingkungan tempat
pemeriksaan
Pelaksanaan :
1. Menarik garis umur pada lembar
DDST dan menentukan tugas
perkembangan yang akan diujikan
2. Memberikan petunjuk pada pasien
cara melakukan tes. Kemudian
meminta klien melakukannya
3. Melakukan tes dimulai dari item yang
paling mudah
4. Melakukan tes secara urut dari item
yang menggunakan sedikit energi.
5. Memberikan pujian pada anak jika
berhasil melakukan tes
6. Menuliskan skor pada form DDST
setiap satu tindakan tes
7. Menyimpulkan hasil tes setelah
menyelesaikan minimal 5 tindakan
Dokumentasi
tindakan
Catatan penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan TM = dilakukan tidak memuaskan
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN DI TK SIRAPAN KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN

NO NAMA ANAK KELOMPOK USIA JENIS KELAMIN USIA IBU DATA ORANG TUA
TERAPI ANAK
PENDIDIKAN PEKERJAAN
1 A 1 3 1 2 3 2
2 A 1 1 1 1 3 3
3 C 1 2 2 1 3 2
4 C 1 2 2 1 3 3
5 L 1 1 2 1 2 2
6 M 1 2 2 1 3 3
7 D 1 2 1 1 4 3
8 R 1 2 2 1 3 3
9 S 1 3 1 1 3 2
10 S 1 3 2 1 3 2
11 V 2 1 1 1 3 3
12 Q 2 2 2 1 2 1
13 M 2 2 2 1 4 1
14 M 2 3 1 1 3 3
15 O 2 3 1 1 4 4
16 A 2 3 1 1 2 2
17 B 2 2 2 1 4 4
18 Z 2 1 1 1 3 3
19 N 2 2 2 2 2 1
20 S 2 2 2 2 3 2

100
Keterangan :

Kelompok terapi : Usia anak : Jenis kelamin : Usia ibu : Pendidikan : Pekerjaan :
1 = terapi finger painting 1 = usia 3 tahun 1 = laki-laki 1 = 20-30 tahun 1 = SD 1 = IRT
2 = terapi meronce manik-manik 2 = usia 4 tahun 2 = perempuan 2 = 40-50 tahun 2 = SMP 2 = swasta
3 = usia 5 tahun 3 = SMA/SMK 3 = wiraswasta
4 = PERGURUAN TINGGI 4 = PNS
Lampiran 12

DATA PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK SIRAPAN

KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN

NO USIA ANAK JENIS PERKEMBANGAN


KELAMIN MOTORIK
1 5 L NORMAL
2 3 L SUSPEK
3 4 P NORMAL
4 4 P SUSPEK
5 3 P NORMAL
6 4 P NORMAL
7 4 L SUSPEK
8 4 P SUSPEK
9 5 L SUSPEK
10 5 P NORMAL
11 3 L NORMAL
12 4 P NORMAL
13 4 P NORMAL
14 5 L NORMAL
15 5 L NORMAL
16 5 L NORMAL
17 4 P SUSPEK
18 3 L SUSPEK
19 4 P SUSPEK
20 4 P SUSPEK

102
Lampiran 13

DATA PERKEMBANGAN MOTORIK SEBELUM DAN SESUDAH


DIBERIKAN TERAPI FINGER PAINTING DAN TERAPI MERONCE
MANIK-MANIK

TERAPI FINGER PAINTING

NO NAMA ANAK HASIL TERAPI


PRE POST
1 A NORMAL NORMAL
2 A SUSPEK NORMAL
3 C NORMAL NORMAL
4 C SUSPEK SUSPEK
5 L NORMAL NORMAL
6 M NORMAL NORMAL
7 D SUSPEK NORMAL
8 R SUSPEK NORMAL
9 S SUSPEK SUSPEK
10 S NORMAL NORMAL

TERAPI MERONCE MANIK-MANIK

NO NAMA ANAK HASIL TERAPI


PRE POST
1 V NORMAL NORMAL
2 Q NORMAL NORMAL
3 M NORMAL NORMAL
4 M NORMAL NORMAL
5 O NORMAL NORMAL
6 A NORMAL NORMAL
7 B SUSPEK NORMAL
8 Z SUSPEK NORMAL
9 N SUSPEK NORMAL
10 S SUSPEK NORMAL
Lampiran 14

DATA UMUM DAN DATA KHUSUS OUTPUT SPSS PERBEDAAN


EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN TERAPI
MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP PERKEMBANGAN
MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN

1. Usia Ibu
Terapi Finger Painting

usia_ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-30 tahun 9 90.0 90.0 90.0

40-50 tahun 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Terapi Meronce Manik-Manik

usia_ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-30 tahun 8 80.0 80.0 80.0

40-50 tahun 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


2. Tingkat Pendidikan
Terapi Finger Painting

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 1 10.0 10.0 10.0

SMA/SMK 8 80.0 80.0 90.0

PERGURUAN TINGGI 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Terapi Meronce Manik-Manik

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PERGURU 3 30.0 30.0 30.0

SMA/SMK 4 40.0 40.0 70.0

SMP 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

3. Tingkat Pekerjaan
Terapi Finger painting

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SWASTA 5 50.0 50.0 50.0

WIRASWASTA 5 50.0 50.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


Terapi meronce manik-manik

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid IRT 3 30.0 30.0 30.0

SWASTA 2 20.0 20.0 50.0

WIRASWASTA 3 30.0 30.0 80.0

PNS 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

4. Jenis Kelamin Anak


Terapi finger painting
jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 4 40.0 40.0 40.0

perempuan 6 60.0 60.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Terapi meronce manik-manik

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 5 50.0 50.0 50.0

perempuan 5 50.0 50.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


5. Usia Anak
Terapi finger painting

usia_anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3 tahun 2 20.0 20.0 20.0

4 tahun 5 50.0 50.0 70.0

5 tahun 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Terapi meronce manik-manik

usia_anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3 tahun 2 20.0 20.0 20.0

4 tahun 5 50.0 50.0 70.0

5 tahun 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

6. Perkembangan Motorik Halus


Anak Terapi finger painting
perkembangan_motorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 5 50.0 50.0 50.0

suspek 5 50.0 50.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


Terapi meronce manik-manik

perkembangan_motorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 6 60.0 60.0 60.0

suspek 4 40.0 40.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

7. Perkembangan Motorik Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan


Terapi Terapi finger painting
pre_finger

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 5 50.0 50.0 50.0

suspek 5 50.0 50.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

post_finger

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 8 80.0 80.0 80.0

suspek 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


Terapi meronce manik-manik

pre_finger

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 6 60.0 60.0 60.0

suspek 4 40.0 40.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

post_finger

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid normal 10 100. 100. 100.0


0 0
Lampiran 15
HASIL NORMALITAS DATA DARI TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK

1. Terapi Finger Painting


Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_finger 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
post_finger 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


pre_finger Mean 2.00 .333
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.25
Mean
Upper Bound 2.75
5% Trimmed Mean 2.00
Median 2.00
Variance 1.111
Std. Deviation 1.054
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .000 .687
Kurtosis -2.571 1.334
post_finger Mean 1.40 .267
95% Confidence Interval for Lower Bound .80
Mean
Upper Bound 2.00
5% Trimmed Mean 1.33
Median 1.00
Variance .711
Std. Deviation .843
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness 1.779 .687
Kurtosis 1.406 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_finger .329 10 .003 .655 10 .000
post_finger .482 10 .000 .509 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Terapi Meronce Manik-Manik


Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_meronce 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
post_meronce 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptivesa
Statistic Std. Error
pre_meronce Mean 1.80 .327
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.06
Mean
Upper Bound 2.54
5% Trimmed Mean 1.78
Median 1.00
Variance 1.067
Std. Deviation 1.033
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .484 .687
Kurtosis -2.277 1.334
a. post_meronce is constant. It has been omitted.
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_meronce .381 10 .000 .640 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. post_meronce is constant. It has been omitted.
Lampiran 16

HASIL TABULASI DATA

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Terapi Finger Painting

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

post_finger - pre_finger Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 7c

Total 10

a. post_finger < pre_finger

b. post_finger > pre_finger

c. post_finger = pre_finger

Test Statisticsb

post_finger -
pre_finger

Z -1.732a
Asymp. Sig. (2-tailed) .083

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 17

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Meronce Manik-Manik

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

post_meronce Negative Ranks 4a 2.50 10.00


- pre_meronce Positive Ranks .00 .00
0b

Ties 6c

Total 10

a. post_meronce < pre_meronce

b. post_meronce > pre_meronce

c. post_meronce = pre_meronce

Test Statisticsb

post_meronce -
pre_meronce

Z -2.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .046

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 18

Hasil Uji Man Whitney Sesudah Terapi Finger Painting


Dan Terapi Meronce Manik-Manik

Mann-Whitney Test

Ranks

nama_anak N Mean Rank Sum of Ranks

hasil_terapi finger painting 10 11.50 115.00

meronce 10 9.50 95.00

Total 20

Test Statisticsb

hasil_terapi

Mann-Whitney U 40.000
Wilcoxon W 95.000

Z -1.453

Asymp. Sig. (2-tailed) .146

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .481a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: nama_anak


Lampiran 19

LEMBAR KONSULTASI

116
Lampiran 20

JADWAL KEGIATAN
NO Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan dan konsul
judul
2 Penyusunan proposal

3 Bimbingan proposal

4 Ujian proposal

5 Revisi proposal

6 Pengambilan data
7 Penyusunan dan konsul
skripsi
8 Ujian skripsi
Lampiran 21

118

Anda mungkin juga menyukai