Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
LATAR BELAKANG
Tanaman kacang hijau (Vigna radiate L) sudah lama dikenal dan ditanam
oleh masyarakat tani Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau berasal dari
kawasan India yang dibawa masuk ke wilayah Indonesia, terjadi pada awal abad
ke-17 oleh pedagang Cina. Pusat penyebaran kacang hijau, pada mulanya berpusat
pada pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di
Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya masih dibawah
jagung dan kedelai. Kandungan gizi kacang hijau meliputi karbohidrat 62,90 gr,
protein 20,00 gr, lemak 1,20 gr, juga mengandung vitamin A 157,00 SI, vitamin
B1 0,64 gr, vitamin C 6,00 gr, dan mineral Ca, P, Fe, serta mengandung 345 gr
tanaman sumber protein yang penting setelah kedelai dan kacang tanah. Produksi
kacang hijau nasional mencapai 204.670 ton dengan luas panen 182.075 ha.
Produktivitas kacang hijau pada lahan pertanian di Indonesia adalah 11,24 ku/ha.
Pada tahun 2015 Indonesia masih mengimpor kacang hijau sebesar 45.213 ton
1
2
Tanaman kacang hijau termasuk tanaman multi guna, yakni sebagai bahan
kacang hijau di konsumsi sebagai bubur, sayur, dan kue-kue yang berguna bagi
kesehatam tubuh, juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Bubur kacang hijau
baik untuk penderita penyakit beri-beri, sedangkan tauge kacang hijau merupakan
Mungo, Mung Bean, Green Bean, dan Mung. Di Indonesia, kacang hijau juga
memiliki beberapa nama daerah seperti Artak (Madura), Kacang Wilis (Bali),
Buwe (Flores), Tibowang Candi (Makssar). Daerah penghasil utama kacang hijau
adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Selawesi Selatan, Sumatra Utara, Jawa Barat
dan NTB.
petani masih menggunakan varietas lokal sebagai hasil panen disimpan untuk
benih musim tanam berikutnya atau membeli benih di pasar yang tidak berlabel.
Produksi kacang hijau di Desa Umauta masih tergolong rendah. Rendahnya hasil
kacang hijau ditingkat petani antara lain disebabkan oleh teknik budidaya yang
yang tepat dan pemupukan berimbang. Salah satu usaha untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat, produksi kacang hijau sangat potensi dan
terus, sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan gizi masyarakat, maka
dibutuhkan budidaya yang baik. Salah satu cara budidaya yang baik dengan
menggunakan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu
tanah yang strukturnya lembut dan remah dan banyak mengandung air adalah
tanah gambut. Subiksa (1997) dan Mario (2002), tanah gambut mengandung
unsur mikro yang sangat rendah dan didikat cukup kuat oleh bahan organik
terutama Cu, Bo, dan Zu. Sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, adanya
kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi ke bentuk yang
tidak diserap tanaman. Ketersediaan unsur hara mikro pada tanah gambur dapat
polivalen seperti Fe, Al, Cu, dan Zn. Kation-kation tersebut membentuk ikatan
Salah satu bahan pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang dan
Abu Sekam. Arang sekam yang sering dimanfaatkan petani untuk memperbaiki
tanah pertanian. Selain itu, telah banyak penelitian yang menggunakan arang
ataupun abu sekam untuk campuran media tanam dan pengaruhnya terhadap
4
media tanaman. Penggunaan arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik
Setyorini (2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain
itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa
mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Salah satu cara memperbaiki
media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang
sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan berat volume tanah
sehingga tanah banyak memiliki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan
meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah. Peningkatan
produksi kacang hijau juga dapat dilakukan dengan cara penggunaan pupuk yang
efisien dan melakukan teknik budidaya tanaman kacang hijau yang baik untuk
kebutuhan hara bagi tanaman dan pemberian pupuk NPK yang efisien untuk
penelitian untuk mengetahui beberapa dosis abu sekam yang tepat dan pupuk
5
NPK yang sesuai agar di peroleh pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau
yang optimum.
Batasan masalah penelitian ini adalah pengaruh dosis abu sekam dan pupuk
Kabupaten Sikka.
sebagai berikut :
2. Berapa dosis abu sekam dan pupuk NPK yang tepat untuk pertumbuhan dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis abu sekam dan
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Petani
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sistematika
tergolong dalam ;
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Rosales
Family : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiate L / Phaseolus radiate
Marzuki dan Soeprapto (2004), biji kacang hijau berkecambah dan keluar
dari tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4-5 hari, rata-rata 5 hari,
(unifoliate leaf) setelah daun lembaga membutuhkan waktu 9-11 hari, rata-rata 10
hari.
7
8
2.1.2 Morfologi
a) Akar (Radix)
Perakaran tanaman kacang hijau tersusun atas akar tunggang dan akar
lateral. Akar tunggang merupakan akar primer yang tumbuh paling awal dari
benih yang tumbuh. Akar tunggang mempunyai panjang lebih kurang 1 meter.
Akar lateral merupakan akar sekunder atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada
akar primer. Akar skunder ini tumbuh tersebar menyamping (horizontal) dekat
hijau dapat membentuk bintil akar (nodule). Bintil-bintil akar tersebut terdapat
pada akar lateral. Didalam bintil akar hidup bakteri Rhizobiun japonicum tidak
terdapat dalam tanah, maka perkara tanaman kacang hijau tidak dapat membentuk
bintil akar. Bintil–bintil akar mulai aktif mengikat nitrogen dari udara pada saat
b) Batang
jenis perdu (semak), barambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam
berwarna coklat muda atau hijau. Batang berukuran kecil dan berbentuk bulat,
9
arah. Banyaknya cabang pada tanaman tergantung pada varietas dan kepadatan
populasi tanaman.
c) Daun (Folium)
Tanaman kacang hijau berdaun majemuk yang tersusun dari tiga helaian
(trifoliate) anak dau setiap tangkai. Dau berbentuk lonjong dengan bagian ujung
berbentuk runcing. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dengan permukaan daun
daun hijau agak merah, berbulu jarang, permukaan bawah daun hijau diatasnya
merah tua kehijauan dan urat daun merah tua kehijauan (Cahyono, 2007).
d) Bunga
(hermaphrodid), yaitu setiap bunga terdapat benang sari (sel kelamin jantan) dan
Bunga tanaman kacang hijau tumbuh berkelompok dan muncul pada setiap ketiak
daun (ruas-ruas batang). Pada umumnya bunga tanaman kacang hijau melakukan
bunga masih tertutup), sehingga mungkin terjadi kawin silang secara alami sangat
kecil. Bila telah terjadi penyerbukan secara sempurna maka bunga akan
berkembang menjadi buah (polong). Namun tidak semua bunga yang menyerbuk
e) Buah (polong)
15 cm, berbulu pendek, polong kacang hijau bersekmen-sekmen yang berisi biji.
Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam coklat.
Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding
11
mengkilap, beberapa ada berwarna kuning, coklat dan hitam (Rukmana, 2002).
f) Biji
Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap. Warna
tersebut merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang hijau berkeping dua dan
terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji
(hilum) dan embrio yang terletak diantara keping biji. Pusar biji atau hilium
merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keping biji
Benih kacang hijau yang ditanam pada kondisi yang sesuai untuk
perubahan warna polong yang pada umumnya dari hijau menjadi hitam,
2.2.1 Iklim
selama hidupnya.Tanaman ini dapat tumbuh baik didaerah dataran rendah hingga
hijau adalah daerah bersuhu 20°-27° C, kelembaban udara antara 50%-70% dan
cukup mendapat sinar mata hari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh didaerah yang curah hujannya dengan
misalnya padi. Tanaman ini tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim
utama pada musim hujan adalah penyakit yang menyerang polong (Rukmana,
2002).
2.2.2 Tanah
Kacang hijau dapat tumbuh disegala macam jenis tanah yang berdrainase
baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai yang
mempunyai bahan organik tinggi. Tanah yang mempunyai ph 5,8 paling ideal
untuk pertumbuhan kacang hijau. Sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik
dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, maknesium, dan belerang) yang
cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Cahyono, 2007).
14
Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dan sebagai bahan
campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organic sebagai
campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yushanita, 2007).
menjadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah
organik adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan organik.
Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah
gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda,
sebagai contoh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki
KTK yang rendah disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan
(Murbandono, 1994).
memberi kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT. Total kontribusi daerah
tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70 berasal dari
1,926 ton. Kabupaten Sikka menempati posisi kedua produksi kacang hijau
adalah Kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, Waigete, Kewapante, Nele, Nita dan
Magepanda (RPI2-JM,2017).
Abu sekam memiliki fungsi mengikat logam berat. Selain itu sekam
sekam bakar adalah steril, poros, banyak unsur hara, ringan untuk mobilisasi. Abu
sekam merupakan bahan organik dan merupakan kompos bagi tanah, dimana
bahan organik akan berfungsi memperbaiki sifat tanah dan membantu mengikat
unsur nitrogen, fospor, dan kalium dalam tanah agar tidak hilang karena kalau
unsur tersebut hilang, tanaman akan kekurangan unsur hara. Abu sekam padi
dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah. Penggunaan sekam padi juga
(Hara, 1986).
Abu Sekam adalah bagian terluar dari bulir padi, yang merupakan hasil
sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam
yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Harsono, 2002). Sutanto (2002)
menambahkan bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik,
16
dan biologi tanah. Penggunaan abu sekam pada lahan pertanian selain sebagai
sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran
abu sekam sebagai sumber silikat pada tanah gambut yang dapat menetralisi
Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk
menggantikan unsur yang habis diserap oleh tanaman dari tanah. Pupuk secara
umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di
manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan
Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan
sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.
Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki
pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini pupuk
permukaan.
Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit
dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga
1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K).
2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
(Mg).
3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B),
Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga
membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K
yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman
tanah. Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan
18
pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar
adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,
nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan
19
Marsono dan Sigit (2002) pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan
melalui pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis
pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam
kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya
lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis
pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan
hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa
gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N total
Phospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini
terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur phospor adalah hara kedua
phospor kadang-kadang lebih kritik dari pada nitrogen pada tanah-tanah tertentu.
Nitrogen dapat ditambat oleh mikroba dari udara, tetapi unsur phospor hanya
berasal dari batuan. Tanpa kecukupan phospor berbagai proses di dalam tanaman
sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
20
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada daun dan batang serta
Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh
tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan HPO42- . Phosfor diperlukan
fotosintesis dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor
juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
peyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2002). Kalium tidak disintesis
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di
dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan
dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
21
mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran
yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada
satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2002).
mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat
dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan
memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium
2.8.1 Difusi
hara. Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik
yang tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar airtanah,
volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih
cepat dari pada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi
22
hara di permukaan akar rendah atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi. Unsur
Air mengalir ke arah akar alat melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi
mengalir dari daerah sekitarnya akibat tranpirasi maupun perbedaan potensial air
dalam tanah. Gerakan air ini dapat secara horinzontal maupun vertikal. Air tanah
yang mengalir ini mengandung ion unsur hara. Jadi unsur hara mendekati
permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tersebut atau disebut
aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Unsur K juga dapat diserap
ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang
sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya terjadi proses pertukaran ion.
Ion-ion yang terdapat pada permukaan akar bertukaran dengan ion-ion pada
permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung dari
permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui
cara interaksi akar dipengaruhi oleh sistem perakaran dan konsentrasi unsur hara
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah perlakuan dosis abu sekam
dan pupuk NPK pada tanaman kacang hijau yang di tanam dalam media tanam
dari bahan polybag. Penelitian ini menggunakan pola faktorial 3x4 perlakuan
23
dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 108 satuan percobaan. Skema kerangka
Kacang Hijau
Permasalahan : kurangnya
produksi kacang hijau
Upaya penanganan
permasalahan
Masyarakat
2.10 Hipotesis
kacang hijau
2. Beberapa dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK yang tepat terhadap
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.2.1 Bahan
a. Benih
Varietas kacang hijau yang digunakan yaitu varietas lokal yang dibeli
dari pasar.
b. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut yang
c. Abu Sekam
d. Pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK
Yeremia 16-16-16
e. Polybag
24
25
3.2.2 Alat
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor
A1 = 150 gr/polybag
A2 = 300 gr/polybag
A3 = 500 gr/polybag
D0 = 0 (control)
D1 = 2 gr/polybag
D2 = 3 gr/polybag
D3 = 4 gr/polybag
Table 3.1 susunan kombinasi antara dosis abu sekam dan pupuk NPK
(gr/polybag) (gr/polybag)
1 A1D0 150 0
2 A1D1 150 2
3 A1D2 150 3
4 A1D3 150 4
5 A2D0 300 0
6 A2D1 300 2
7 A2D2 300 3
8 A2D3 300 4
9 A3D0 500 0
10 A3D1 500 2
11 A3D2 500 3
12 A3D3 500 4
Persiapan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah
gambut yang diambil dari kebun percobaan yang sudah dibersihkan dari kayu
polibag yang telah disediakan adalah 36 buah. Polybag tersebut disusun sesuai
dengan bagan percobaan seperti terdapat pada lampiran. Tanah gambut dan abu
polybag yang sudah disiapkan. Media tanam terdiri dari tanah gambut dan abu
sekam dengan dosis 150 gr/polybag, 300 gr/polybag, dan 500 gr/polybag.
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau
varietas local. Kriteria benih kacang hijau yang disiapkan dalam penelitian ini
adalah benih kacang hijau yang sudah dilakukan pemilihan yang relatif sama
27
ukurannya,seragam dan tidak terserang dari hama dan penyakit. Kemudian benih
direndam dalam air hangat selama 10 menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan
dormansi benih.
3.4.3 Penanaman
tengah polybag sedalam 3 cm. selanjutnya benih dimasukan kelubang tanam dan
setiap lubang tanam diisi 2 biji, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah.
Polybag yang digunakan berukuran 35 x 40 cm. Setelah bibit ditanam lalu disiram
Pupuk NPK diberikan 2 kali sesuai dengan perlakuan yaitu pada 2 hari
3.4.5 Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung
gembor.
b. Penyulaman
atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.
3.4.6 Panen
28
dilakukan dengan cara memetik polong yang sudah berwarna kecoklatan dan
hitam.
3.5 Pengamatan
tanaman dari pangkal batang sampai titik tumbuh atau pucuk tanaman
cabang produktif per tanaman pada saat umur 25 HST, 30 HST dan 35
HST.
Jumlah polong yang dihitung adalah polong hasil tanaman kacang hijau
yang telah dipanen per tanaman pada saat panen 25 HST, 30 HST dan 35
HST.
Penimbagan berat biji kering per tanaman dilakukan pada saat panen 30
biji kering pertanaman mulai dari panen pertama sampe panen ketiga
1. Independent variable atau variable bebas yaitu dosis abu sekam dan
NPK.
Data yang diamati dalam penelitian ini tinggi tanaman, jumlah cabang
produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah biji kering per tanaman, produksi
per polybag. Data dari semua peubah dianalisis secara stastiktik dengan
BAB IV
peberian dosis abu sekam serta pupuk NPK pada media tanam dengan dosis yang
berbeda adalah salah satu jenis penelitian eksperimen denga metode peneitian
Sikka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis abu sekam
serta pupuk NPK terhadap partumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau, setelah
pemberian dosis abu sekam serta pupuk NPK. Metode pengambilan data
hijau yang meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per
tanaman, dan berat biji kering. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga
10. A3D1 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 2 gram
11. A3D2 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 3 gram
12. A3D3 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 4 gram
abu sekam serta pupuk NPK, tetapi yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang hijau adalah pemberian dosis abu sekam tanpa
4.1.2 Pengaruh Dosis Abu Sekam Serta Pupuk NPK Terhadap Tinggi
Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur 10 HST, 20 HST, dan 30
HST pada berbagai dosis Abu Sekam serta pupuk NPK setelah di uji ANOVA
Table 4.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur tanaman 10 HST, 20
PENGUKURAN
PERLAKUAN DOSIS
Hari ke-10 Hari ke-20 Hari ke-30
A1D0 150 18 25 28
32
A1D1 150+2 14 23 26
A1D2 150+3 12 20 24
A1D3 150+4 8 17 21
A2D0 300 22 27 32
A2D1 300+2 17 24 30
A2D2 300+3 15 21 28
A2D3 300+4 13 19 25
A3D0 500 25 35 45
A3D1 500+2 20 32 40
A3D2 500+3 19 28 35
A3D3 500+4 17 25 30
Tabel 4.1 Menunjukkan tinggi tanaman kacang hijau setiaup 10 HST, 20 HST dan
30 HST.
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa semakin banyak dosis abu sekam
yang diberikan tanpa menggunakan pupuk NPK, maka akan semakin tinggi
Adapun rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada dosis abu sekam seta
pupuk NPK pada umur 10, 20 dan 30 HST dapat di lihat pada grafik 4.1 berikut
ini
33
Grafik 4.1 menunjukan bahwa tinggi tanaman kacang hijau tertinggi pada
umur 30 HST dijumpai pada dosis abu sekam 500 gram tanpa menggunakan
pupuk NPK
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau adalah dosis abu sekam tanpa
menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram tanpa
di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa
menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa
Peningkatan laju pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada dosis abu
sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK (A 3D0), disebabkan bahwa abu
sekam dapat menetralkan pH pada tanah gambut. Sesuai dengan pendapat Sutanto
(2002), bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan
biologi tanah. Pemberian abu sekam padi ini perlu diimbangi dengan pemakaian
pupuk anorganik agar terpenuhi kebutuhan hara dalam tanah. Pupuk anorganik
yang digunakan yaitu pupuk NPK. Kelebihan pupuk majemuk NPK yaitu dengan
satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu sekam padi dengan pupuk
NPK yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau pada
tanah gambut.
34
dosis abu sekam serta pupuk NPK disebabkan oleh peranan silikat pada media
pertumbuhan yang baik bagi tanamam media tumbuh harus dapat menyediakan
tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik, dapat menahan air dan
Pada penelitian kali ini, dapat diketahui bahwa dosis yang tepat untuk
partumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau adalah menggunakan abu sekam
4.1.3 Pengaruh Dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK Terhadap Jumlah
Cabang Produktif
jumlah cabang produktif kacang hijau pada umur 25 HST, 30 HST, dan 35
HST pada berbagai dosis abu sekam serta pupuk NPK dapat dilihat pada table 4.2
A1D0 150 2 4 5
A1D1 150+2 2 4 5
A1D2 150+3 2 3 4
35
A1D3 150+4 2 3 4
A2D0 300 3 5 5
A2D1 300+2 3 4 5
A2D2 300+3 2 3 5
A2D3 300+4 2 3 4
A3D0 500 5 6 7
A3D1 500+2 4 5 7
A3D2 500+3 4 4 6
A3D3 500+4 3 4 6
Kacang Hijau
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif yang
paling banyak terdapat pada umur 35 HST dengan pemberian dosis Abu Sekam
terdapat pada umur 35 HST dengan dosis abu sekam 500 gram tanpa
terhadap pertumbuhan jumlah cabang produktif kacang hijau adalah dosis abu
sekam tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram
terbaik di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa
menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Sekam bakar sebagai salah satu bahan organik merupakan media tanam yang
dapat menjaga kelembaban. Hal ini disebabkan sekam bakar lebih porous karena
memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga sirkulasi
37
udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
(Helfi, 2013).
tanaman kacang hijau yang terlihat pada laju pertumbuhan relatif saat
Akan tetapi, pada penelitian kali ini terdapat pemberian dosis yang tepat
untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau yaitu pemberian dosis abu
4.1.4 Pengaruh Dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK terhadap Jumlah
Jumlah polong per tanaman kacang hijau pada umur 45 HST, 48 HST,
dan 51 HST pada berbagai dosis abu sekam serta pupuk NPK dapat dilihat pada
A1D1 150+2 6 10 13
A1D2 150+3 6 11 13
A1D3 150+4 7 12 16
A2D0 300 11 18 24
A2D1 300+2 8 13 18
A2D2 300+3 9 14 17
A2D3 300+4 8 15 19
A3D0 500 14 24 28
A3D1 500+2 10 16 21
A3D2 500+3 11 17 22
A3D3 500+4 11 18 24
Table 4.3 Menunjukkan banyaknya jumlah polong per tanaman pada umur 45
Dari table di atas, dapat dilihat bahwa jumlah polong per tanaman yang
paling banyak terdapat pada umur 51 HST dengan pemberian dosis Abu Sekam
Grafik 4.3 Menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman pada tanaman
kacang hijau terdapat pada umur 51 HST dengan dosis abu sekam sebanyak 500
terhadap pertumbuhan jumlah polong per tanaman kacang hijau adalah dosis abu
sekam tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram
terbaik di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa
menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa
selain sebagai sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk
penggilingan padi dan sekaligus sebagai upaya pengembalian sisa panen ke areal
pertanian. Pemberian abu sekam sebagai sumber silikat pada tanah gambut yang
organik dan merupakan kompos bagi tanah, dimana bahan organik akan berfungsi
memperbaiki sifat tanah dan membantu mengikat unsur nitrogen, fospor, dan
kalium dalam tanah agar tidak hilang karena kalau unsur tersebut hilang, tanaman
akan kekurangan unsur hara. Abu sekam padi dapat digunakan untuk
40
memperbaiki struktur tanah. Penggunaan sekam padi juga akan memperbaiki sifat
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar
adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat
Pada percobaan ini, dilakukan pemupukan Abu sekam serta pupuk NPK
kacang hijau dan jumlah cabang produktif, dosis yang tepat dalam penelitian ini
4.1.5 Pengaruh Dosis Abu Sekam eserta Pupuk NPK Terhadap Berta Biji
Table 4.4 Menunjukkan berat biji kering tanaman kacang hijau per
tanaman
A2D2
300+3 18
A2D3
300+4 12,6
A3D0
500 34,4
A3D1
500+2 30,2
A3D2
500+3 23
A3D3
500+4 19,1
Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa, berat biji yang paling baik dan paling
berat adalah pada pemberian dosis abu sekam 500 gram tanpa menggunakan
pupuk NPK.
Adapun grafik yang menunjukkan berat biji tanaman kacang hijau adalah,
sebagai berikut :
Grafik 4.4 Menunjukkan bahwa berat biji yang paling berat adalah pada
terhadap berat biji kacang hijau per tanaman kacang hijau adalah dosis abu sekam
42
tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram tanpa
di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa
menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa
tinggi laju pertumbuhan relatif pertumbuhan organ tanaman seperti batang dan
daun juga tinggi, sehingga dihasilkan berat kering tinggi. Selain itu tinggi
rendahnya berat kering tanaman tergantung pada serapan unsur hara yang
meningkatkan unsur hara Ca, Mg dan K dari abu sekam padi dibutuhkan tanaman
dalam pembentukan klorofil dan aktifator enzim dalam reaksi fotosintesis. Selain
itu peranan N dari pupuk NPK juga bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang
sangat penting untuk proses fotosintesis, hasil fotosintesis dalam bentuk fotosintat
(FAPERTA, 2015).
Pada penelitian ini sudah sangat jelas terlihat bahwa pemberian dosis abu
sekam yang semakin banyak tanpa penggunaan pupuk NPK dapat memperoleh
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Selain itu, penggunaan abu sekam
juga lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan NPK karena perbedaan pupuk
4.2 PEMBAHASAN
polong per polybag, serta berat biji kacang hijau berpengaruh sangat nyata.
Pemberian dosis abu sekam 500 gram tanpa pemberian pupuk NPK memberikan
hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau,
sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK (A 3D0), disebabkan bahwa abu
sekam dapat menetralkan pH pada tanah gambut. Sesuai dengan pendapat Sutanto
(2002), bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan
biologi tanah.
Keuntungan menggunakan sekam bakar adalah steril, poros, banyak unsur hara,
ringan untuk mobilisasi. Abu sekam merupakan bahan organik dan merupakan
kompos bagi tanah, dimana bahan organik akan berfungsi memperbaiki sifat tanah
dan membantu mengikat unsur nitrogen, fospor, dan kalium dalam tanah agar
tidak hilang karena kalau unsur tersebut hilang, tanaman akan kekurangan unsur
hara. Abu sekam padi dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah.
44
Penggunaan sekam padi juga akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pemberian dosis abu sekam
hasil tanaman kacang hijau, dari tinggi tanaman 10 HTS, 20 HST dan 30
HST. Jumlah cabang produktif pada umur 25 HST, 30 HST, dan 35 HTS.
Jumlah polong per tanaman pada umur 45 HST, 48 HST, dan 51 HST.
Serta berat biji kering tanaman kacang hijau 45 HST, 48 HST, dan 51
HST.
45
Hijau
Dapat dilihat dari tabel dan grafik bahwa pada tinggi tanaman,
jumlah cabang produktif, jumlah polong per polibag serta berat biji kering
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau adalah pemberian dosis abu
45
b) Saran
sekam serta pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
hijau.
46
DAFTAR PUSTAKA
Gustia, Helfi. 2013. pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (brassica juncea l.).
Universitas Muhammadiyah : JAKARTA
Laksmono, J.A. 2006. Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Baku Silika.
Pusat Penelitian kimia – LIPI. Prosiding Seminar Tantangan Penelitian
Kimia. Serpong. Hal. 304.
Marsono dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Novizan. 1990. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Utama. Jakarta
Sabiham, S. TB. Prasetyo and S. Dohong. 2007. Phenolic Acid in Indonnesia Peat
In. Rieleyand Page (Eds). PP. 289-292. Biodiversity and Sustainability
of Topicaln Peatlands. Samara Publishing Limited, UK.
Setiadi. 2008. Abu Sekam Padi. Virtual Fine Art Gellry. Jakarta.
Setyamidjaja Dj. 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Simplex. Jakarta..
Sri Hutami et al, 1993. Jurnal Kacang Hijau (pdf). Diakses Juli 2019
Suranto, Hary dkk. 2015. Jurnal pemberian abu sekam padi dengan pupuk npk
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (zea mays
saccharata sturt) pada tanah gambut. Universitas Riau
Sitio, J. Widodo dan B. Faiz 2007. Pemanfaatan EM4 dan Abu Sekam Padi untuk
Peningkkatan Pertumbuhan Dan Hasil Padi Surya di Tanah
Gambut.Akta Agrosia , 2007
Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.
49
Lampiran I
PENGUKURAN
PERLAKUAN DOSIS
Hari ke-10 Hari ke-20 Hari ke-30
A1D0 150 18 25 28
A1D1 150+2 14 23 26
A1D2 150+3 12 20 24
A1D3 150+4 8 17 21
A2D0 300 22 27 32
A2D1 300+2 17 24 30
A2D2 300+3 15 21 28
A2D3 300+4 13 19 25
A3D0 500 25 35 45
A3D1 500+2 20 32 40
A3D2 500+3 19 28 35
A3D3 500+4 17 25 30
50
A1D0 150 8 13 18
A1D1 150+2 6 10 13
A1D2 150+3 6 11 13
A1D3 150+4 7 12 16
A2D0 300 11 18 24
A2D1 300+2 8 13 18
A2D2 300+3 9 14 17
A2D3 300+4 8 15 19
A3D0 500 14 24 28
A3D1 500+2 10 16 21
A3D2 500+3 11 17 22
A3D3 500+4 11 18 24
A2D2
300+3 18
A2D3
300+4 12,6
A3D0
500 34,4
A3D1
500+2 30,2
A3D2
500+3 23
A3D3
500+4 19,1
Lampiran II