Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang hijau (Vigna radiate L) sudah lama dikenal dan ditanam

oleh masyarakat tani Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau berasal dari

kawasan India yang dibawa masuk ke wilayah Indonesia, terjadi pada awal abad

ke-17 oleh pedagang Cina. Pusat penyebaran kacang hijau, pada mulanya berpusat

pada pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di

Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur (Rukmana, 2002).

Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang

cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai.

Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari

tahun ke tahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya masih dibawah

jagung dan kedelai. Kandungan gizi kacang hijau meliputi karbohidrat 62,90 gr,

protein 20,00 gr, lemak 1,20 gr, juga mengandung vitamin A 157,00 SI, vitamin

B1 0,64 gr, vitamin C 6,00 gr, dan mineral Ca, P, Fe, serta mengandung 345 gr

kalori (Rukmana, 2002).

Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan

tanaman sumber protein yang penting setelah kedelai dan kacang tanah. Produksi

kacang hijau nasional mencapai 204.670 ton dengan luas panen 182.075 ha.

Produktivitas kacang hijau pada lahan pertanian di Indonesia adalah 11,24 ku/ha.

Pada tahun 2015 Indonesia masih mengimpor kacang hijau sebesar 45.213 ton

(Kementerian Pertanian, 2016).

1
2

Tanaman kacang hijau termasuk tanaman multi guna, yakni sebagai bahan

pangan, pakan ternak, penutup tanah, sedangkan dalam makanan sehari-hari

kacang hijau di konsumsi sebagai bubur, sayur, dan kue-kue yang berguna bagi

kesehatam tubuh, juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Bubur kacang hijau

baik untuk penderita penyakit beri-beri, sedangkan tauge kacang hijau merupakan

sumber Vitamin E yang berkhasiat sebagai anti sterilisasi (Cahyono, 2007).

Hutami et al (1993), kacang hijau dikenal dengan beberapa nama seperti

Mungo, Mung Bean, Green Bean, dan Mung. Di Indonesia, kacang hijau juga

memiliki beberapa nama daerah seperti Artak (Madura), Kacang Wilis (Bali),

Buwe (Flores), Tibowang Candi (Makssar). Daerah penghasil utama kacang hijau

adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Selawesi Selatan, Sumatra Utara, Jawa Barat

dan NTB.

Berdasarkan hasil observasi di Desa Umauta ,Kecamatan Bola umumnya

petani masih menggunakan varietas lokal sebagai hasil panen disimpan untuk

benih musim tanam berikutnya atau membeli benih di pasar yang tidak berlabel.

Produksi kacang hijau di Desa Umauta masih tergolong rendah. Rendahnya hasil

kacang hijau ditingkat petani antara lain disebabkan oleh teknik budidaya yang

kurang optimal. Usaha meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kacang

hijau diperlukan optimalisasi sistem budidaya dengan pengaturan jarak tanam

yang tepat dan pemupukan berimbang. Salah satu usaha untuk memenuhi

permintaan yang terus meningkat, produksi kacang hijau sangat potensi dan

sangat menjanjikan untuk dikembangkan dan dibudidayakan dalam sekala besar

maupun kecil di Indonesia. Permintaan kacang hijau diperkirakan meningkat


3

terus, sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan gizi masyarakat, maka

dibutuhkan budidaya yang baik. Salah satu cara budidaya yang baik dengan

menggunakan media tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu

tanah yang strukturnya lembut dan remah dan banyak mengandung air adalah

tanah gambut. Subiksa (1997) dan Mario (2002), tanah gambut mengandung

unsur mikro yang sangat rendah dan didikat cukup kuat oleh bahan organik

terutama Cu, Bo, dan Zu. Sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, adanya

kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi ke bentuk yang

tidak diserap tanaman. Ketersediaan unsur hara mikro pada tanah gambur dapat

ditingkatkan dengan pemberian amelioran. Pemberian ameliorant pada tanah

gambut bertujuan untuk meningkatkan pH dan basa-basa tanah serta memperbaiki

komplek absorbsi tanah gambut.

Untuk mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun, dapat

dilakukan dengan menambahkan bahan yang banyak mengandung katiuon

polivalen seperti Fe, Al, Cu, dan Zn. Kation-kation tersebut membentuk ikatan

koordinasi dengan ligan organic membentuk senyawa komplek. Oleh karenanya,

bahan-bahan yang mengandung kation polivalen tersebut bisa dimanfaatkan

sebagai bahan ameliorin gambut (Subiham et al, 2007)

Salah satu bahan pembenah tanah yang sering digunakan adalah arang dan

Abu Sekam. Arang sekam yang sering dimanfaatkan petani untuk memperbaiki

tanah pertanian. Selain itu, telah banyak penelitian yang menggunakan arang

ataupun abu sekam untuk campuran media tanam dan pengaruhnya terhadap
4

media tanaman. Penggunaan arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik

maupun kimia tanah.

Setyorini (2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam. Selain

itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa

mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Salah satu cara memperbaiki

media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang

sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan berat volume tanah

sehingga tanah banyak memiliki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan

meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah. Peningkatan

produksi kacang hijau juga dapat dilakukan dengan cara penggunaan pupuk yang

efisien dan melakukan teknik budidaya tanaman kacang hijau yang baik untuk

mendapatkan hasil tanaman kacang hijau yang optimum (Cahyono, 2007).

Penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal

mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara tersedia selama

siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk anorganik merupakan tindakan

pengelolahan yang diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia, sehingga kesuburan

tanah dapat ditingkatkan (Setyamidjaja, 1990).

Pemberian pupuk NPK merupakan salah satu usaha dalam memenuhi

kebutuhan hara bagi tanaman dan pemberian pupuk NPK yang efisien untuk

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Dosis anjuran pupuk NPK

tanaman kacang hijau adalah 100 kg ha-1 (Novizan, 1990).

Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas, maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui beberapa dosis abu sekam yang tepat dan pupuk
5

NPK yang sesuai agar di peroleh pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau

yang optimum.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah pengaruh dosis abu sekam dan pupuk

NPK terhadap pertumbuhan kacang hijau di Desa Umauta, Kecamatan Bola,

Kabupaten Sikka.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh dosis abu sekam serta pupuk NPK terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau?

2. Berapa dosis abu sekam dan pupuk NPK yang tepat untuk pertumbuhan dan

hasil tanaman kacang hijau?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis abu sekam dan

pupuk NPK terhadap partumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.

1.5 Manfaat Penelitian


6

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan

mengenai penggunaan pupuk abu sekam serta pupuk NPK terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.

2. Bagi Petani

Agar petani dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan mengenai

penggunaan pupuk abu sekam serta pupuk NPK terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang hijau.

3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan untuk

menambah wawasan tentang tanaman kacang hijau.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kacang Hijau

2.1.1 Sistematika

Rukmana (2002), Tanaman kacang hijau termasuk tanaman semusim yang

tergolong dalam ;

Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Rosales
Family : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiate L / Phaseolus radiate

Marzuki dan Soeprapto (2004), biji kacang hijau berkecambah dan keluar

dari tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4-5 hari, rata-rata 5 hari,

tergantung kelembaban dan ke dalaman penanaman. Munculnya daun pertama

(unifoliate leaf) setelah daun lembaga membutuhkan waktu 9-11 hari, rata-rata 10

hari.

7
8

2.1.2 Morfologi

a) Akar (Radix)

Perakaran tanaman kacang hijau tersusun atas akar tunggang dan akar

lateral. Akar tunggang merupakan akar primer yang tumbuh paling awal dari

benih yang tumbuh. Akar tunggang mempunyai panjang lebih kurang 1 meter.

Akar lateral merupakan akar sekunder atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada

akar primer. Akar skunder ini tumbuh tersebar menyamping (horizontal) dekat

dengan permukaan tanah dengan lebar mencapai 40 cm lebih. Perakaran kacang

hijau dapat membentuk bintil akar (nodule). Bintil-bintil akar tersebut terdapat

pada akar lateral. Didalam bintil akar hidup bakteri Rhizobiun japonicum tidak

terdapat dalam tanah, maka perkara tanaman kacang hijau tidak dapat membentuk

bintil akar. Bintil–bintil akar mulai aktif mengikat nitrogen dari udara pada saat

node kedua atau ketiga (Cahyono, 2007).

Gambar 2.1 Akar Tanaman Kacang Hijau (Sumber : http://mitalom.com)

b) Batang

Rukmana (2002) Batang jenis tanaman kacang hijau mengayu berbatang

jenis perdu (semak), barambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam

berwarna coklat muda atau hijau. Batang berukuran kecil dan berbentuk bulat,
9

ketinggian batang antara 30 cm-100 cm. Batang bercabang menyebar kesemua

arah. Banyaknya cabang pada tanaman tergantung pada varietas dan kepadatan

populasi tanaman.

Gambar 2.2 Batang Tanaman Kacang Hijau (http://mitalom.com)

c) Daun (Folium)

Tanaman kacang hijau berdaun majemuk yang tersusun dari tiga helaian

(trifoliate) anak dau setiap tangkai. Dau berbentuk lonjong dengan bagian ujung

berbentuk runcing. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dengan permukaan daun

mempunyai struktur bulu yang beragam, tergantung dari varietasnya. Tangkai

daun hijau agak merah, berbulu jarang, permukaan bawah daun hijau diatasnya

merah tua kehijauan dan urat daun merah tua kehijauan (Cahyono, 2007).

Gambar 2.3 Daun Tanaman Kacang Hijau (Sumber : http://mitalom.com)


10

d) Bunga

Bunga tanaman kacang panjang berbentuk kupu-kupu dengan mahkota

bunga berwarna kuning keabu-abuan atau kuning muda tergantung pada

varietasnya. Bunga ini termasuk bunga sempurna atau berkelamin dua

(hermaphrodid), yaitu setiap bunga terdapat benang sari (sel kelamin jantan) dan

kepala putik (kelamin betina). Bunga bersifat bilateral simetri (zygomorphus).

Bunga tanaman kacang hijau tumbuh berkelompok dan muncul pada setiap ketiak

daun (ruas-ruas batang). Pada umumnya bunga tanaman kacang hijau melakukan

penyerbukan sendiri. Penyerbukan bunga terjadi sebelum bunga mekar (mahkota

bunga masih tertutup), sehingga mungkin terjadi kawin silang secara alami sangat

kecil. Bila telah terjadi penyerbukan secara sempurna maka bunga akan

berkembang menjadi buah (polong). Namun tidak semua bunga yang menyerbuk

dapat menjadi buah (Cahyono, 2007).

Gambar 2.4 Bunga Tanaman Kacang Hijau (Sumber : http://mitalom.com)

e) Buah (polong)

Buah kacang hijau berbentuk polong (sillindris) dengan panjang antara 6-

15 cm, berbulu pendek, polong kacang hijau bersekmen-sekmen yang berisi biji.

Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam coklat.

Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding
11

kacangkacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hiaju kusam atau hijau

mengkilap, beberapa ada berwarna kuning, coklat dan hitam (Rukmana, 2002).

f) Biji

Biji berbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap. Warna

tersebut merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang hijau berkeping dua dan

terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji

(hilum) dan embrio yang terletak diantara keping biji. Pusar biji atau hilium

merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keping biji

mengandung makanan yang akan digunakan sebagai makanan calon tanaman

yang akan tumbuh (Cahyono, 2007).

Gambar 2.5 Biji Kacang Hijau (Sumber : http://mitalom.com)

2.2 Usia Produksi Kacang Hijau

2.2.1 Fase Muncul Lapang

Benih kacang hijau yang ditanam pada kondisi yang sesuai untuk

perkecambahan akan segera berkecambah dan akan muncul ke atas

permukaan tanah (muncul lapang) setelah 4 sampai 6 hari. Setelah itu,


12

akan segera terbentuk sepasang daun trifoliate yang membuka sempurna

dan dapat melakukan fotosintesis (Al-Anshori pdf, 2019).

2.2.2 Masa Vegetatif Kacang Hijau

Menurut Al-Anshori (2019), setelah muncul lapang, tanaman kacang hijau

akan mengalami pertumbuhan vegetatif sampai awal muncul atau

terbentuknya bunga. Periode ini umumnya terjadi pada periode 1 – 6

minggu setelah tanam.

2.2.3 Masa Generatif Kacang Hijau

Fase ini diawali dengan pembentukan bunga. Setelah bunga terbentuk

terjadi penyerbukan sendiri yang dilanjutkan dengan proses pembuahan.

Pembuahan yang berhasil akan dilanjutkan dengan pembentukan polong.

Pembungaan akan terus terjadi walaupun sebagian bunga telah

berkembang menjadi polong (Al-Anshori pdf, 2019).

2.2.4 Fase Pembentukan Polong dan Pengisian Biji

Polong yang terbentuk setelah terjadi pembuahan mengalami pertumbuhan

sampai pada ukuran tertentu. Selama pertumbuhan tersebut, didalamnya

terjadi pembentukan dan pengisian biji. Pemasakan biji dianggap selesai

apabila polong telah mencapai ukuran maksimum. Selanjutnya biji di

dalam polong akan mengalami proses pematangan yang ditandai oleh

perubahan warna polong yang pada umumnya dari hijau menjadi hitam,

sekaligus tanda polong siap dipanen (Al-Anshori pdf, 2019).


13

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau

2.2.1 Iklim

Kacang hijau termasuk tanaman tropis yang menghendaki suasana panas

selama hidupnya.Tanaman ini dapat tumbuh baik didaerah dataran rendah hingga

ketinggian 500 mdpl. Kondisi lingkungan yang di kehendaki tanaman kacang

hijau adalah daerah bersuhu 20°-27° C, kelembaban udara antara 50%-70% dan

cukup mendapat sinar mata hari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara

20-50 mm perbulan (Rukmana, 2002).

Tanaman kacang hijau dapat tumbuh didaerah yang curah hujannya dengan

memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi,

misalnya padi. Tanaman ini tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim

hujan pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat sehingga mudah rebah. Hambatan

utama pada musim hujan adalah penyakit yang menyerang polong (Rukmana,

2002).

2.2.2 Tanah

Kacang hijau dapat tumbuh disegala macam jenis tanah yang berdrainase

baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai yang

mempunyai bahan organik tinggi. Tanah yang mempunyai ph 5,8 paling ideal

untuk pertumbuhan kacang hijau. Sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik

karena penyediaan unsur hara terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah

dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, maknesium, dan belerang) yang

cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Cahyono, 2007).
14

Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dan sebagai bahan

campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organic sebagai

campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yushanita, 2007).

Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan

menjadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah

yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah

organik adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan organik.

Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah

gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda,

sebagai contoh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki

KTK yang rendah disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan

tambahan unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro

(Murbandono, 1994).

2.4 Daerah Penyebaran Kacang Hijau Di Indonesia

Di Indonesia Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau, karena

memberi kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah

produksi kacang hijau di Indonesia adalah Nangroe Aceh Darussalam (NAD),

Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT. Total kontribusi daerah

tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70 berasal dari

lahan sawah (Universitas Sumatera Utara, 2019).

Total penyebaran produksi kacang hijau unggulan di NTT adalah 9.717

ton. Khususnya di Kabupaten Sikka produksi kacang hijau unggulan sebanyak


15

1,926 ton. Kabupaten Sikka menempati posisi kedua produksi kacang hijau

unggulan di NTT setelah Kabupaten Malaka (Dinas Perindustrian NTT, 2015).

Khususnya di Kabupaten Sikka, daerah yang menghasilkan kacang hijau

adalah Kecamatan Paga, Mego, Lela, Bola, Waigete, Kewapante, Nele, Nita dan

Magepanda (RPI2-JM,2017).

2.5 Abu Sekam

Abu sekam memiliki fungsi mengikat logam berat. Selain itu sekam

berfungsi untuk menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar

tanaman untuk menyerap unsur hara di dalam tanah. Keuntungan menggunakan

sekam bakar adalah steril, poros, banyak unsur hara, ringan untuk mobilisasi. Abu

sekam merupakan bahan organik dan merupakan kompos bagi tanah, dimana

bahan organik akan berfungsi memperbaiki sifat tanah dan membantu mengikat

unsur nitrogen, fospor, dan kalium dalam tanah agar tidak hilang karena kalau

unsur tersebut hilang, tanaman akan kekurangan unsur hara. Abu sekam padi

dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah. Penggunaan sekam padi juga

akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan mengurangi kepadatan tanah

(Hara, 1986).

Abu Sekam adalah bagian terluar dari bulir padi, yang merupakan hasil

sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi

adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam

yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Harsono, 2002). Sutanto (2002)

menambahkan bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik,
16

dan biologi tanah. Penggunaan abu sekam pada lahan pertanian selain sebagai

sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran

lingkungan oleh limbah pertanian di sekitar lokasi penggilingan padi dan

sekaligus sebagai upaya pengembalian sisa panen ke areal pertanian. Pemberian

abu sekam sebagai sumber silikat pada tanah gambut yang dapat menetralisi

keasaman tanah (Ilyas etal., 2000).

gambar 2.6 Sekam Padi (Sumber : http://organic.com)

2.6 Pupuk NPK

Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk

menggantikan unsur yang habis diserap oleh tanaman dari tanah. Pupuk secara

umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di

tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih terinci

manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan

perbaikan sifat fisika dan kimia tanah (Lingga, 1995).

Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan

sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.

Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki

dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain pemberian


17

pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini pupuk

berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian

permukaan.

Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit

(2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.

Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman

dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga

golongan tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah

banyak, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K).

2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam

jumlah kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium

(Mg).

3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah

sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B),

mangan(Mn), dan molibdenum (Mo).

Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga

membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K

yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman

tanah. Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari

pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang

mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan
18

pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara

tanaman, seperti gabungan antara N, P dan K (Sabiham et al., 1989).

Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk

cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar

adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat

populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang

pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).

Gambar 2.8 Pupuk NPK Yaramila 16-16-16 (Sumber : http://shopee.co.id)

2.7 Peran Unsur Hara Bagi Tanaman

2.5.1 Nitrogen (N)

Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman

terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai

komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,

2002). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses

pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk

struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan

mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup

nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan
19

nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning,

tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat.

Marsono dan Sigit (2002) pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan

melalui pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis

pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam

kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya

lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis

pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan

hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa

gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N total

berkisar antara 45-46%.

2.5.2 Phosfor (P)

Phospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini

terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur phospor adalah hara kedua

setelah nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan

phospor kadang-kadang lebih kritik dari pada nitrogen pada tanah-tanah tertentu.

Nitrogen dapat ditambat oleh mikroba dari udara, tetapi unsur phospor hanya

berasal dari batuan. Tanpa kecukupan phospor berbagai proses di dalam tanaman

akan terhambat sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak

berlangsung secara optimal (Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991).

Phospor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar,

sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
20

mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah

(Marsono dan Sigit, 2002).

Phospor berperan dalam menstimulasi pertumbuhan akar, membantu

pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan

unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada daun dan batang serta

bintik hitam pada daun dan buah (Parker, 2004).

Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh

tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan HPO42- . Phosfor diperlukan

dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk

pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga

merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP

(Adenosine Tri Phospate) yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam

fotosintesis dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phosfor

juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

2.5.3 Kalium (K)

Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,

memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap

peyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2002). Kalium tidak disintesis

menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di

dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang

esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang

terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan

dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
21

mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran

yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).

Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan

kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada

kedelai (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat diperoleh dari pemupukan. Salah

satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2002).

Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena selain

mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat

dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan

memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium

secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman

"luxury Consumption". Pada tanah yang mengandung kalium cukup tersedia

pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan tanaman pangan,

tanaman perkebunan (Harjowigeno, 2003).

2.8 Mekanisme Penerapan Unsur Hara

2.8.1 Difusi

Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan konsentrasi unsur

hara. Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik

yang tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar airtanah,

volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih

cepat dari pada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi
22

hara di permukaan akar rendah atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi. Unsur

P dan K diserap tanaman terutama melalui difusi (Sutejo, 2002).

2.8.2 Aliran Masa

Air mengalir ke arah akar alat melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi

mengalir dari daerah sekitarnya akibat tranpirasi maupun perbedaan potensial air

dalam tanah. Gerakan air ini dapat secara horinzontal maupun vertikal. Air tanah

yang mengalir ini mengandung ion unsur hara. Jadi unsur hara mendekati

permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tersebut atau disebut

aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Unsur K juga dapat diserap

melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar (Sutejo, 2002).

2.8.3 Intersepsi Akar

Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang

ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang

sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya terjadi proses pertukaran ion.

Ion-ion yang terdapat pada permukaan akar bertukaran dengan ion-ion pada

permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung dari

permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui

cara interaksi akar dipengaruhi oleh sistem perakaran dan konsentrasi unsur hara

dalam daerah perakaran (Sutejo, 2002).

2.9 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah perlakuan dosis abu sekam

dan pupuk NPK pada tanaman kacang hijau yang di tanam dalam media tanam

dari bahan polybag. Penelitian ini menggunakan pola faktorial 3x4 perlakuan
23

dengan tiga ulangan, sehingga terdapat 108 satuan percobaan. Skema kerangka

berpikir dapat dilihat pada bagan 2.1 di bawah ini :

Kacang Hijau

Permasalahan : kurangnya
produksi kacang hijau

Upaya penanganan
permasalahan

Pertumbuhan dan Hasil tanaman


kacang hijau

Masyarakat

Bagan 2.1. kerangka Berpikir

2.10 Hipotesis

1. Dosis abu sekam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

kacang hijau

2. Beberapa dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK yang tepat terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.


24

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Umauta, Kecamatan Bola, Kabupaten

Sikka pada bulan 12 September sampai 11 Novemeber 2019.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Benih

Varietas kacang hijau yang digunakan yaitu varietas lokal yang dibeli

dari pasar.

b. Tanah

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut yang

berada dikebun petani.

c. Abu Sekam

Abu sekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

pembakaran sekam padi yang di ambil dari pabrik penggilingan padi.

d. Pupuk NPK

Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK

Yeremia 16-16-16

e. Polybag

Polybag yang digunakan berukuran 35x40 cm untuk media tanam.

24
25

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Cangkul, Skop,

Parang, Meteran, Mistar, Ember, Gembor, Timbangan, Pamplet Nama, Tali,

Alat Tulis, Bambu.

3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor

yang diteliti meliputi dosis abu sekam dan pupuk NPK.

Faktor dosis abu sekam (A) terdiri atas 3 taraf, yaitu :

 A1 = 150 gr/polybag

 A2 = 300 gr/polybag

 A3 = 500 gr/polybag

Faktor dosis pupuk NPK (D) terdiri atas 4 taraf, yaitu :

 D0 = 0 (control)

 D1 = 2 gr/polybag

 D2 = 3 gr/polybag

 D3 = 4 gr/polybag

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,

maka terdapat 36 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat

pada table 1 berikut


26

Table 3.1 susunan kombinasi antara dosis abu sekam dan pupuk NPK

No. Kombinasi Perlakuan Dosis Abu Sekam Dosisi Pupuk NPK

(gr/polybag) (gr/polybag)
1 A1D0 150 0
2 A1D1 150 2
3 A1D2 150 3
4 A1D3 150 4
5 A2D0 300 0
6 A2D1 300 2
7 A2D2 300 3
8 A2D3 300 4
9 A3D0 500 0
10 A3D1 500 2
11 A3D2 500 3
12 A3D3 500 4

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Media

Persiapan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah

gambut yang diambil dari kebun percobaan yang sudah dibersihkan dari kayu

sisa-sisa tanaman dan sudah digemburkan. Kemudian dimasukakan kedalam

polibag yang telah disediakan adalah 36 buah. Polybag tersebut disusun sesuai

dengan bagan percobaan seperti terdapat pada lampiran. Tanah gambut dan abu

sekam diaduk merata sesuai dengan perlakuan kemudian dimasukan kedalam

polybag yang sudah disiapkan. Media tanam terdiri dari tanah gambut dan abu

sekam dengan dosis 150 gr/polybag, 300 gr/polybag, dan 500 gr/polybag.

3.4.2 Perlakuan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau

varietas local. Kriteria benih kacang hijau yang disiapkan dalam penelitian ini

adalah benih kacang hijau yang sudah dilakukan pemilihan yang relatif sama
27

ukurannya,seragam dan tidak terserang dari hama dan penyakit. Kemudian benih

direndam dalam air hangat selama 10 menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan

dormansi benih.

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada bagian

tengah polybag sedalam 3 cm. selanjutnya benih dimasukan kelubang tanam dan

setiap lubang tanam diisi 2 biji, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah.

Polybag yang digunakan berukuran 35 x 40 cm. Setelah bibit ditanam lalu disiram

hingga cukup basah.

3.4.4 Aplikasi Pupuk NPK

Pupuk NPK diberikan 2 kali sesuai dengan perlakuan yaitu pada 2 hari

sebelum tanam dan 15 hari sesudah tanam. Pemupukan diberikan sekeliling

batang tanaman sejauh 5 cm dengan kedalaman 3 cm.

3.4.5 Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung

pada kondisi lingkungan setempat. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan

gembor.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman kacang hijau terserang penyakit

atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

3.4.6 Panen
28

Panen dilakukan pada umur 35 HST, 40 HST dan 45 HST. Panen

dilakukan dengan cara memetik polong yang sudah berwarna kecoklatan dan

hitam.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Tigggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi

tanaman dari pangkal batang sampai titik tumbuh atau pucuk tanaman

dengan menggunakan meteran atau mistar. Pengukuran dilakukan 3 kali

pada saat umur 10 HST, 20 HST dan 30 HST

3.5.2 Jumlah Cabang Produktif (Buah)

Pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan cara menghitung jumlah

cabang produktif per tanaman pada saat umur 25 HST, 30 HST dan 35

HST.

3.5.3 Jumlah Polong Per Tanaman

Jumlah polong yang dihitung adalah polong hasil tanaman kacang hijau

yang telah dipanen per tanaman pada saat panen 25 HST, 30 HST dan 35

HST.

3.5.4 Berat Biji Kering Per Tanaman (gr)

Penimbagan berat biji kering per tanaman dilakukan pada saat panen 30

HST, 32 HST dan 35 HST dengan menggunakan timbagan.

3.5.5 Produksi per polybag (gr)


29

Pengamatan produksi per polybag dihitung dengan mengkonversikan berat

biji kering pertanaman mulai dari panen pertama sampe panen ketiga

dengan jumlah populasi tanaman per polybag .

3.6 Variabel Penelitian

Variable yang digunakan adalah (independent variable) atau variable

bebas (dependent variable) atau variable terikat.

1. Independent variable atau variable bebas yaitu dosis abu sekam dan

NPK.

2. Dependent variable atau variable terikat pertumbuhan dan hasil

tanaman kacang hijau

3.7 Analisis Data

Data yang diamati dalam penelitian ini tinggi tanaman, jumlah cabang

produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah biji kering per tanaman, produksi

per polybag. Data dari semua peubah dianalisis secara stastiktik dengan

menggunakan uji (ANOVA). Untuk membantu analisis data, digunakan perangkat

lunak (software) program Minitab dan Excel.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


30

4.1.1 GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Pertumbuhan tanaman kacang hijau yang dipengaruhi oleh adanya

peberian dosis abu sekam serta pupuk NPK pada media tanam dengan dosis yang

berbeda adalah salah satu jenis penelitian eksperimen denga metode peneitian

Rancangan Acak Kelompok (RAK). Penelitian ini telah di lakukan pada 12

September sampai 11 November di Desa Umauta, Kecamatan Bola, Kabupaten

Sikka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis abu sekam

serta pupuk NPK terhadap partumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau, setelah

pemberian dosis abu sekam serta pupuk NPK. Metode pengambilan data

dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan mengukur pertumbuhan tanaman kacang

hijau yang meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per

tanaman, dan berat biji kering. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan

Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga

terdapat 36 unit satuan percobaan. Penentuan unit perakuan percobaan dilakukan

pengacakan model arisan yang terdiri dari :

1. A1D0 ; abu sekam 150 gram tanpa pupuk NPK

2. A1D1 ; abu sekam 150 gram serta pupuk NPK 2 gram

3. A1D2 ; abu sekam 150 gram serta pupuk NPK 3 gram

4. A1D3 ; abu sekam 150 gram serta pupuk NPK 4 gram.

5. A2D0 ; abu sekam 300 gram tanpa pupuk NPK

30 pupuk NPK 2 gram


6. A2D1 ; abu sekam 300 gram serta

7. A2D2 ; abu sekam 300 gram serta pupuk NPK 3 gram

8. A2D3 ; abu sekam 300 gram serta pupuk NPK 4 gram


31

9. A3D0 ; abu sekam 500 gram tanpa pupuk NPK

10. A3D1 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 2 gram

11. A3D2 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 3 gram

12. A3D3 ; abu sekam 500 gram serta pupuk NPK 4 gram

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian dosis

abu sekam serta pupuk NPK, tetapi yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang hijau adalah pemberian dosis abu sekam tanpa

menggunakan pupuk NPK.

4.1.2 Pengaruh Dosis Abu Sekam Serta Pupuk NPK Terhadap Tinggi

Tanaman Kacang Hijau

Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur 10 HST, 20 HST, dan 30

HST pada berbagai dosis Abu Sekam serta pupuk NPK setelah di uji ANOVA

dapat di lihat pada table 4.1 berikut ini :

Table 4.1 Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur tanaman 10 HST, 20

HST, dan 30 HST.

PENGUKURAN
PERLAKUAN DOSIS
Hari ke-10 Hari ke-20 Hari ke-30
A1D0 150 18 25 28
32

A1D1 150+2 14 23 26
A1D2 150+3 12 20 24
A1D3 150+4 8 17 21
A2D0 300 22 27 32
A2D1 300+2 17 24 30
A2D2 300+3 15 21 28
A2D3 300+4 13 19 25
A3D0 500 25 35 45
A3D1 500+2 20 32 40
A3D2 500+3 19 28 35
A3D3 500+4 17 25 30
Tabel 4.1 Menunjukkan tinggi tanaman kacang hijau setiaup 10 HST, 20 HST dan

30 HST.

Dari table di atas, dapat dilihat bahwa semakin banyak dosis abu sekam

yang diberikan tanpa menggunakan pupuk NPK, maka akan semakin tinggi

pertumbuhan tanaman kacang hijau.

Adapun rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada dosis abu sekam seta

pupuk NPK pada umur 10, 20 dan 30 HST dapat di lihat pada grafik 4.1 berikut

ini
33

Grafik 4.1 menunjukan bahwa tinggi tanaman kacang hijau tertinggi pada

umur 30 HST dijumpai pada dosis abu sekam 500 gram tanpa menggunakan

pupuk NPK

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis yang tepat

terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau adalah dosis abu sekam tanpa

menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A3D0) memberikan pertumbuhan kacang hijau terbaik

di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A2D0).

Peningkatan laju pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada dosis abu

sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK (A 3D0), disebabkan bahwa abu

sekam dapat menetralkan pH pada tanah gambut. Sesuai dengan pendapat Sutanto

(2002), bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan

biologi tanah. Pemberian abu sekam padi ini perlu diimbangi dengan pemakaian

pupuk anorganik agar terpenuhi kebutuhan hara dalam tanah. Pupuk anorganik

yang digunakan yaitu pupuk NPK. Kelebihan pupuk majemuk NPK yaitu dengan

satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien

dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu sekam padi dengan pupuk

NPK yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau pada

tanah gambut.
34

Rendahnya laju pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau pada beberapa

dosis abu sekam serta pupuk NPK disebabkan oleh peranan silikat pada media

tumbuh kurang, sehingga tidak mendukung pertumbuhan vegetatif pada tanaman

kacang hijau, Menurut Sutanto (2002) menyatakan bahwa untuk memberikan

pertumbuhan yang baik bagi tanamam media tumbuh harus dapat menyediakan

tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik, dapat menahan air dan

menyimpan hara bagi tanaman.

Pada penelitian kali ini, dapat diketahui bahwa dosis yang tepat untuk

partumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau adalah menggunakan abu sekam

tanpa campuran pupuk NPK.

4.1.3 Pengaruh Dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK Terhadap Jumlah

Cabang Produktif

jumlah cabang produktif kacang hijau pada umur 25 HST, 30 HST, dan 35

HST pada berbagai dosis abu sekam serta pupuk NPK dapat dilihat pada table 4.2

Jumlah Cabang Produktif


Perlakuan Dosis
25 HST 30 HST 35 HST

A1D0 150 2 4 5

A1D1 150+2 2 4 5

A1D2 150+3 2 3 4
35

A1D3 150+4 2 3 4

A2D0 300 3 5 5

A2D1 300+2 3 4 5

A2D2 300+3 2 3 5

A2D3 300+4 2 3 4

A3D0 500 5 6 7

A3D1 500+2 4 5 7

A3D2 500+3 4 4 6

A3D3 500+4 3 4 6

Table 4.2 Menunjukkan banyaknya Jumlah Cabang Produktif pada Tanaman

Kacang Hijau

Dari table di atas, dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif yang

paling banyak terdapat pada umur 35 HST dengan pemberian dosis Abu Sekam

500 gram tanpa penambahan Pupuk NPK.

Adapun rata-rata banyaknya Jumlah Cabang Produktif pada tanaman

kacang hijau dapat dilihat pada grafik dibawah ini :


36

Grafik 4.2 menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif paling banyak

terdapat pada umur 35 HST dengan dosis abu sekam 500 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis yang tepat

terhadap pertumbuhan jumlah cabang produktif kacang hijau adalah dosis abu

sekam tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram

tanpa menggunakan pupuk NPK (A3D0) memberikan pertumbuhan kacang hijau

terbaik di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A2D0).

Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah

sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur

hara. Sekam bakar sebagai salah satu bahan organik merupakan media tanam yang

dapat menjaga kelembaban. Hal ini disebabkan sekam bakar lebih porous karena

memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga sirkulasi
37

udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

(Helfi, 2013).

Pemberian dosis abu sekam serta pupuk NPK mampu meningkatkan pH

tanah diikuti dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara tanaman

menyebabkan kondisi lingkungan perakaran menjadi baik, dan mampu

meningkatkan ketersediaan unsur hara yang mendukung pertumbuhan vegetatif

tanaman kacang hijau yang terlihat pada laju pertumbuhan relatif saat

pertumbuhan vegetatif aktif umur 25 HST, 30 HST dan 35 HST

(Hary Suranto et al, 2015).

Akan tetapi, pada penelitian kali ini terdapat pemberian dosis yang tepat

untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau yaitu pemberian dosis abu

sekam tanpa pencampuran pupuk NPK.

4.1.4 Pengaruh Dosis Abu Sekam serta Pupuk NPK terhadap Jumlah

Polong per Tanaman

Jumlah polong per tanaman kacang hijau pada umur 45 HST, 48 HST,

dan 51 HST pada berbagai dosis abu sekam serta pupuk NPK dapat dilihat pada

table 4.3 berikut ini :

HARI SETELAH TANAM


PERLAKUAN DOSIS
45 48 51
A1D0 150 8 13 18
38

A1D1 150+2 6 10 13
A1D2 150+3 6 11 13
A1D3 150+4 7 12 16
A2D0 300 11 18 24
A2D1 300+2 8 13 18
A2D2 300+3 9 14 17
A2D3 300+4 8 15 19
A3D0 500 14 24 28
A3D1 500+2 10 16 21
A3D2 500+3 11 17 22
A3D3 500+4 11 18 24
Table 4.3 Menunjukkan banyaknya jumlah polong per tanaman pada umur 45

HST, 48 HST dan 51 HST.

Dari table di atas, dapat dilihat bahwa jumlah polong per tanaman yang

paling banyak terdapat pada umur 51 HST dengan pemberian dosis Abu Sekam

500 gram tanpa penambahan Pupuk NPK.

Adapun rata-rata banyaknya Jumlah Polong per Tanaman pada tanaman

kacang hijau dapat dilihat pada grafik dibawah ini :


39

Grafik 4.3 Menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman pada tanaman

kacang hijau terdapat pada umur 51 HST dengan dosis abu sekam sebanyak 500

gram tanpa menggunakan pupuk NPK.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis yang tepat

terhadap pertumbuhan jumlah polong per tanaman kacang hijau adalah dosis abu

sekam tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram

tanpa menggunakan pupuk NPK (A3D0) memberikan pertumbuhan kacang hijau

terbaik di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A2D0).

Menurut Sutanto (2002) penggunaan abu sekam pada lahan pertanian

selain sebagai sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk

mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian di sekitar lokasi

penggilingan padi dan sekaligus sebagai upaya pengembalian sisa panen ke areal

pertanian. Pemberian abu sekam sebagai sumber silikat pada tanah gambut yang

dapat menetralisi keasaman tanah.

Hara (1986) juga menambahkan bahwa Abu sekam merupakan bahan

organik dan merupakan kompos bagi tanah, dimana bahan organik akan berfungsi

memperbaiki sifat tanah dan membantu mengikat unsur nitrogen, fospor, dan

kalium dalam tanah agar tidak hilang karena kalau unsur tersebut hilang, tanaman

akan kekurangan unsur hara. Abu sekam padi dapat digunakan untuk
40

memperbaiki struktur tanah. Penggunaan sekam padi juga akan memperbaiki sifat

fisik tanah dengan mengurangi kepadatan tanah.

Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk

cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar

adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat

populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang

pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).

Pada percobaan ini, dilakukan pemupukan Abu sekam serta pupuk NPK

Yaramila 16-16-16. Namun sama halnya dengan pertumbuhan tinggi tanaman

kacang hijau dan jumlah cabang produktif, dosis yang tepat dalam penelitian ini

adalah pemberian dosis abu sekam tanpa menggunakan pupuk NPK.

4.1.5 Pengaruh Dosis Abu Sekam eserta Pupuk NPK Terhadap Berta Biji

Kering Tanaman Kacang Hijau

Table 4.4 Menunjukkan berat biji kering tanaman kacang hijau per

tanaman

BERAT BIJI KERING PER


PERLAKUAN DOSIS POLIBAG
(Gram)
A1D0
150 15,3
A1D1
150+2 13,7
A1D2
150+3 13,5
A1D3
150+4 10,3
A2D0
300 23
A2D1 300+2 18,4
41

A2D2
300+3 18
A2D3
300+4 12,6
A3D0
500 34,4
A3D1
500+2 30,2
A3D2
500+3 23
A3D3
500+4 19,1

Dari table 4.4 dapat dilihat bahwa, berat biji yang paling baik dan paling

berat adalah pada pemberian dosis abu sekam 500 gram tanpa menggunakan

pupuk NPK.

Adapun grafik yang menunjukkan berat biji tanaman kacang hijau adalah,

sebagai berikut :

Grafik 4.4 Menunjukkan bahwa berat biji yang paling berat adalah pada

dosis abu sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis yang tepat

terhadap berat biji kacang hijau per tanaman kacang hijau adalah dosis abu sekam
42

tanpa menggunakan pupuk NPK. Perlakuan dosis abu sekam 500 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A3D0) memberikan pertumbuhan kacang hijau terbaik

di bandingkan dengan perlakuan dosis abu sekam sekam 150 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A1D0) dan perlakuan dosis abu sekam 300 gram tanpa

menggunakan pupuk NPK (A2D0).

Berat kering tanaman dipengaruhi oleh laju pertumbuhan relatif. Semakin

tinggi laju pertumbuhan relatif pertumbuhan organ tanaman seperti batang dan

daun juga tinggi, sehingga dihasilkan berat kering tinggi. Selain itu tinggi

rendahnya berat kering tanaman tergantung pada serapan unsur hara yang

berlangsung selama proses pertumbuhan tanaman dan pengaruh dari fotosintesis.

Bersamaan dengan meningkatnya pH tanah akibat pemberian dosis abu sekam

meningkatkan unsur hara Ca, Mg dan K dari abu sekam padi dibutuhkan tanaman

dalam pembentukan klorofil dan aktifator enzim dalam reaksi fotosintesis. Selain

itu peranan N dari pupuk NPK juga bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang

sangat penting untuk proses fotosintesis, hasil fotosintesis dalam bentuk fotosintat

dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga berat kering meningkat

(FAPERTA, 2015).

Pada penelitian ini sudah sangat jelas terlihat bahwa pemberian dosis abu

sekam yang semakin banyak tanpa penggunaan pupuk NPK dapat memperoleh

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Selain itu, penggunaan abu sekam

juga lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan NPK karena perbedaan pupuk

organik dan non-organik.


43

4.2 PEMBAHASAN

Pengaruh Dosis Abu Sekam Serta Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Tanaman Kacang Hijau :

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dosis yang tepat untuk

pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau, jumlah cabang produktif, jumlah

polong per polybag, serta berat biji kacang hijau berpengaruh sangat nyata.

Pemberian dosis abu sekam 500 gram tanpa pemberian pupuk NPK memberikan

hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau,

dibandingkan dengan pemberian dosis abu sekam serta pupuk NPK.

Peningkatan laju pertumbuhan tanaman kacang hijau pada dosis abu

sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK (A 3D0), disebabkan bahwa abu

sekam dapat menetralkan pH pada tanah gambut. Sesuai dengan pendapat Sutanto

(2002), bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan

biologi tanah.

Selain itu sekam berfungsi untuk menggemburkan tanah sehingga bisa

mempermudah akar tanaman untuk menyerap unsur hara di dalam tanah.

Keuntungan menggunakan sekam bakar adalah steril, poros, banyak unsur hara,

ringan untuk mobilisasi. Abu sekam merupakan bahan organik dan merupakan

kompos bagi tanah, dimana bahan organik akan berfungsi memperbaiki sifat tanah

dan membantu mengikat unsur nitrogen, fospor, dan kalium dalam tanah agar

tidak hilang karena kalau unsur tersebut hilang, tanaman akan kekurangan unsur

hara. Abu sekam padi dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah.
44

Penggunaan sekam padi juga akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan

mengurangi kepadatan tanah (Hara, 1986).

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Pengaruh Dosis Abu Sekam Serta Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Tanaman Kacang Hijau

Dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pemberian dosis abu sekam

serta pupuk NPK sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kacang hijau, dari tinggi tanaman 10 HTS, 20 HST dan 30

HST. Jumlah cabang produktif pada umur 25 HST, 30 HST, dan 35 HTS.

Jumlah polong per tanaman pada umur 45 HST, 48 HST, dan 51 HST.

Serta berat biji kering tanaman kacang hijau 45 HST, 48 HST, dan 51

HST.
45

2. Dosis yang Tepat Untuk Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang

Hijau

Dapat dilihat dari tabel dan grafik bahwa pada tinggi tanaman,

jumlah cabang produktif, jumlah polong per polibag serta berat biji kering

tanaman kacang hijau, menunjukkan bahwa dosis yang tepat untuk

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau adalah pemberian dosis abu

sekam 500 gram tanpa menggunakan pupuk NPK.

45
b) Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dosis abu

sekam serta pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang

hijau.
46

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshori, Perkembangan Biji (pdf), 2014. Diakses Juli 2019


Andriana H.K., M.Izzati Pengaruh Penambahan Arang dan Abu Sekam.Andriana,
E.Saptiningsih.
Cahyono. B. 2007. Kacang Hijau. Teknik Budidaya Kacang Hijau. Tim Editor
Umum. Semarang.

Dinas Perindustrian Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2015. Potensi Komuditi


Unggulan Nusa Tenggara Timur. Diakses Jumad, 12 Juli 2019

Gustia, Helfi. 2013. pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (brassica juncea l.).
Universitas Muhammadiyah : JAKARTA

Hara. 1986. Utlization of Agrowastes for Building Materials. International

Hardjowigeno 2003, Ilmu Tanah. Akademi presindo. Jakarta.


47

http://organich.com. Diakses Jumad, 12 Juli 2019


https://8villages.com/full/petani/article/id. Diakses Rabu, 14 Agustus 2019

http://mitalom.com. Diakses 12 Juli 2019

https://shopee.co.id. Diakses Kamis, 22 Agustus 2019

JOM FAPETRA. 2015. Jurnal Abu Sekam. Universitas Riau

Laksmono, J.A. 2006. Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Baku Silika.
Pusat Penelitian kimia – LIPI. Prosiding Seminar Tantangan Penelitian
Kimia. Serpong. Hal. 304.

Mario, 2002. Tanah Gambut. Samara Publishing Limited, UK.

Marsono dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Marzuki dan Soeprapto. 2004. Perkebambahan Kacang Hijau. Penebar Swadaya.


Jakarta. 47

Masullili, A. 2005. Analisis Pertumbuhan Kedelai pada Litosols dengan


perlakuaan Abu Sekam Padi dan Berbagai Tingkat Lengas Tanah.
Jurnal Agrosains, 2005. 2(1):30-42.

Murbandono, H. S. L. 1994. Membuat Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.41

Novizan. 1990. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Utama. Jakarta

Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabihan, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008.


Pengaruh asam oksalat, Na+, NH4+, dan Fe+ terhadap ketersediaan K
tanah, serapan N, P, dan K tanaman serta produksi jagung pada
tanahtanah yang didominasi smektit. Jurnal Tanah dan Iklim Indonesia.
Soil and Climate Journal. No. 28:69-81.

Onggo, T.M..Kusumiyati A. Nurfitriana.Pengaruh penambahan arang sekam dan


ukuran polybag terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
kultivar ‘Valouro’ hasil sambung batang.
48

Parker, 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

RPI2-JM.2017.Bidang Cipta Karya. Kabupaten Sikka. Diakses Jumad, 12 Juli


2019

Rukmana. R, 2002. Budidaya kacang-kacangan. Kansinus. Yogyakarta.

Sabiham, S. TB. Prasetyo and S. Dohong. 2007. Phenolic Acid in Indonnesia Peat
In. Rieleyand Page (Eds). PP. 289-292. Biodiversity and Sustainability
of Topicaln Peatlands. Samara Publishing Limited, UK.

Setiadi. 2008. Abu Sekam Padi. Virtual Fine Art Gellry. Jakarta.

Setyamidjaja Dj. 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Simplex. Jakarta..

Radja, R.D.D. S. Susanto. 2008. Pengaruh Pupuk Fosforterhadap


Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Rosela (Hibiscus sabdariffa L.).
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sri Hutami et al, 1993. Jurnal Kacang Hijau (pdf). Diakses Juli 2019

Subiksa. IGM, 1997, Tanah Gambut. Samara Publishing Limited, UK.

Suranto, Hary dkk. 2015. Jurnal pemberian abu sekam padi dengan pupuk npk
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (zea mays
saccharata sturt) pada tanah gambut. Universitas Riau

Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organic Pemasyarakatan dan


pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Sitio, J. Widodo dan B. Faiz 2007. Pemanfaatan EM4 dan Abu Sekam Padi untuk
Peningkkatan Pertumbuhan Dan Hasil Padi Surya di Tanah
Gambut.Akta Agrosia , 2007

Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.
49

Universitas Sumatera Utara, “PENYEBARAN KACANG HIJAU”, jurnal


%20proposal%20/PENYEBARAN KACANG HIJAU.pdf. Diakses Juli
2019

Lampiran I

1. Tabel Tinggi Tanaman Kacang Hijau

PENGUKURAN
PERLAKUAN DOSIS
Hari ke-10 Hari ke-20 Hari ke-30
A1D0 150 18 25 28
A1D1 150+2 14 23 26
A1D2 150+3 12 20 24
A1D3 150+4 8 17 21
A2D0 300 22 27 32
A2D1 300+2 17 24 30
A2D2 300+3 15 21 28
A2D3 300+4 13 19 25
A3D0 500 25 35 45
A3D1 500+2 20 32 40
A3D2 500+3 19 28 35
A3D3 500+4 17 25 30
50

2. Tabel Jumlah Cabang Produktif

Jumlah Cabang Produktif


Perlakuan Dosis
25 HST 30 HST 35 HST
A1D0 150 2 4 5
A1D1 150+2 2 4 5
A1D2 150+3 2 3 4
A1D3 150+4 2 3 4
A2D0 300 3 5 5
A2D1 300+2 3 4 5
A2D2 300+3 2 3 5
A2D3 300+4 2 3 4
A3D0 500 5 6 7
A3D1 500+2 4 5 7
A3D2 500+3 4 4 6
A3D3 500+4 3 4 6

3. Tabel Jumlah Polong Per Tanaman Kacang Hijau

HARI SETELAH TANAM


PERLAKUAN DOSIS
45 48 51
51

A1D0 150 8 13 18
A1D1 150+2 6 10 13
A1D2 150+3 6 11 13
A1D3 150+4 7 12 16
A2D0 300 11 18 24
A2D1 300+2 8 13 18
A2D2 300+3 9 14 17
A2D3 300+4 8 15 19
A3D0 500 14 24 28
A3D1 500+2 10 16 21
A3D2 500+3 11 17 22
A3D3 500+4 11 18 24

4. Tabel Berat Biji Per Perlakuan Kacang Hijau

BERAT BIJI KERING PER POLIBAG


PERLAKUAN DOSIS
(Gram)
A1D0
150 15,3
A1D1
150+2 13,7
A1D2
150+3 13,5
A1D3
150+4 10,3
A2D0
300 23
A2D1 300+2 18,4
52

A2D2
300+3 18
A2D3
300+4 12,6
A3D0
500 34,4
A3D1
500+2 30,2
A3D2
500+3 23
A3D3
500+4 19,1

Lampiran II

Dokumentasi Proses Penelitian

1. Proses Pembakaran Sekam Padi


53

2. Proses Penimbangan Tanah Yang ada Dalam Polibag

3. Pupuk NPK Yang Digunakan

4. Proses Pencampuran Abe Sekam serta Pupuk NPK Ke dalam Polibag

Yang Berisi Tanah

5. Biji Kacang Hijau yang Akan Di tanam


54

6. Proses Penanaman Kacang Hijau

7. Proses Pengukuran Tinggi Tanaman


55

8. Tanaman Kacang Hijau Per Blok

9. Polong Pada Tanaman Kacang Hijau

10. Biji Per Perlakuan


56

Anda mungkin juga menyukai