A. PENDAHULUAN
Pengkajian tentang hakikat dan fungsi Negara sangatlah menarik untuk diuraikan dalam
berbagai dimensi sudut pandang.Negara sebagai organisasi sosial yang tertinggi dalam sebuah
Negara pun mau tidakmau, suka atau tidak suka harus segera memberikan fungsinya untuk
senantisa bisa meredam gejolak-gejolak persoalan yang timbul dalam tatanan masyarakat.Negara
dalam konteks ini adalah pemerintah, atau pemangku wewenang yang diamanatkan oleh rakayat
untukmengurusi komplesitas segala dimensi persoalan yang ada dalam tatanan keberlangsungan
hidup masyarakat.Secara hakikat Negara adalah kesatuan sosial yang dibentuk oleh interaksi
dimana manusia itu berada.Interaksi yang dianggap terjadi diantara individu-individu yang berasal
sari satu Negara telah dinyatakan sebagai suatu unsur sosiologis yang terlepas dari hukum, yang
membentuk kesatuan individu dari satu Negara, dan oleh sebab itu membentuk Negara sebagai
satu realitas.sosial.1Berangkat dari pemikiran ini, bahwa Negara sebagai kesatuan individu maka
perlu adanya fungsi Negara yang jelas dan terarah untuk mengkafer segala persoalan-persoalan
individu yang mengemuka. Dalam konteks sekarang ini, justru fungsi negara ini lebih
fungsi negaranya sebagai kesatuan individu. Fungsi Negara dalam konteks Indonesia, sejarah telah
membuktikan, ketika bangsa ini dibawa kepemimpinan Orde Lama Soekarno, maka arah dan
fungsi Negara hanya mengedepankan ideologi Soekarno dengan ide-ide politik kebangsaannya.
Kempemimpinan Orde Baru Soeharto, fungsi Negara lebih cenderung mengedapankan aspek
pembangunan dengan mengusung ideologiPancasila sebagai ideologipembangunannya, walaupun
realisasinya tidak berjalan dengan baik. Dan sekarang, dibawah Orde Reformasi, fungsi Negara
mengusung ide-ide perubahan-reformasi total dalam segala aspek kehidupan, namun disayangkan
ide-ide reformasi masih berjalan ditempat, hanya sebatas wacana pablik,realisasinya masih banyak
B.PEMBAHASAN
A. Fungsi Negara
a) Pendapat Mac Iver dapat dibaca dalam dua buah bukunya, yaitu: “Modern State”dan “Web of
Goverment”. Dalam bukunya “Modern State”, mengemukakan bahwa, fungsi negara adalah
ditinjau dari segi intern, artinya dilihat menurut kebutuhan negara itu sendiri. Ia mengatakan
a. Memelihara ketertiban dan menghormati kepribadian warga negara yang merupakan tugas
negara secara positif maupun negatif. Tugas negara secara posotif artinya negara melindungi
dan mensejahterakan warga negaranya, sedangkantugas negara yang negatif artinya negara
mempunyai wewenang menindak, menghukum setiap orang yang melanggar aturan hukum.
b. Perlindungan, fungsi ini perlu diperluas untuk perkembangan (development) dan konservasi
atau pelestarian, dan apabila negara dan aparatnya menjalankan fungsi ini dengan baik, maka
akan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Misalnya pelestarian sumber-sumber
pemerliharaan kekayaan laut, sehingga generasi yang akan datang dapat memanfaatkan
segi transformasi (transformation function of goverment). Dari segi transformasi itu, fungsi
negara mencakup:
a. Fungsi kebudayaan (cultural function), dimana fungsi cultural atau kebudayaan ini
sesungguhnya terletak pada aktivitas individu. Karena itu negara harus hanya memajukan
dan mengintensifkan saja usaha-usaha yang dijalankan oleh rakyat dalam aktivitas
budaya.
b. Fungsi kesejahteraan umum (public walfare function), yaitu semua aktivitas manusia
yang ditujukan kepada untuk seluruh lapisan masyarakat. Fungsi kesejahteraan umum
c. Fungsi ekonomi (economic function), dimana negara secara aktif turut campur dalam
bidang perekonomian, dengan maksud agar dapat menjamin kehidupan yang layak bagi
warga negaranya. Dalam cita-cita negara liberal, negara sama sekali tidak ikut campur
b) Pada millenium ketiga (abad ke-21), Francis Fukuyama, mengutip Laporan Bank Dunia,
tentang Pembangunan Dunia, dalam rangka lingkup kekuatan atau kemampuan negara
menangani “pasar bebas” (free market), mengemukakan tiga fungsi utama negara, meliputi:
d. Kesejahteraan masyarakat.
monopoli, regulasi keuangan, asuransi sosial dan redistribusi dana pensiun, serta
perlindungan konsumen.
3. Fungsi Aktivis, mengkoordinasi aktivitas swasta, redistribusi aset, meliputi tiga aktivitas,
yaitu: mendorong pasar, melakukan redistribusi aset, dan menumpulkan inisiatif (Francis
c) Dalam rangka tugas negara pemerintah untuk melaksanakan tujuan negara sebagai
• Sebagai provider, negara bertanggung jawab dan menjamin suatu standar minimum
• Sebagai enterpeuner, negara menjalankan sektor ekonomi melalui badan usaha milik
• Sebagai umpire, negara menetapkan standar-standar yang adil bagi pihak yang bergerak
di sektor ekonomi, terutama antara sektor swasta atau antar bidang-bidang usaha
usaha perekonomian, selaras dengan adanya perkembangan konsep “welfare state” (negara
a. Anarkisme, menurut paham anarkisme, negara tidak perlu ada.Manusia pada hakikatnya
adalah baik dan berbudi, dan justru rusak budi pekertinya bila ada pengaturan “memaksa”
yang diterapkan oleh negara. Paham anarkis menyangkal adanya fungsi negara. Jika
punada, maksud sebenarnya fungsi itu dapat diserahkan untuk melaksanakan melalui
bentuk-bentuk sukarela tanpa menerapkan adanya unsur “paksaan” seperti oleh negara.
tujuan hidup manusia. Fungsi negara haruslah ditujukan untuk pemenuhan atau pencapaian
keamanan saja tidak perlu ada campur tangan negara dalam hal lainnya. Negara berfungsi
c. Sosialisme, paham ini beranggapan bahwa kepentingan bersama atau kepentingan umum
produksi vital dikelola oleh negara, namun industri menengah ke bawah boleh dikelola
penguasaan sarana-sarana produksi yang vital oleh negara. Namun, pribadi individu tidak
dibenarkan memiliki sarana produksi sebagai hak milik, apalagi sarana yang vital untuk
kepentingan umum. Selain itu bedanya adalah bahwa komunismemenganggap negara
diperlukan untuk mengendalikan perjuangan kelas dan menghapus perbedaan kelas. Jika
ini sudah tercapai, maka fungsi negara tidak diperlukan lagi.Sosialisme tetap menganggap
melalui jalan damai). Sedangkan komunisme bersifat revolusioner serta tidak jarang pula
komunismetidak jauh berbeda (masalah sama, kecuali dalam hal berakhirnya negara jika
campur tangan negara seluas-luasnya (dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik)
rakyatnya.
tangan negara. Hanya di sini, fungsi negara itu agar diserahkan kepada serikat-serikat
pekerja. Kalangan serikat buruh yang akan bertindak untuk mengatur pola kehidupan
Socialism, paham ini merupakan suatu ajaran yang berkembang di Inggris pada awal abad
XX. Bahwa, badan-badan koperasi umum akan mengambil alih penyelenggaraan fungsi
oleh “gild” yaitu organisasi otonomi semacam bentuk koperasi. Bukan oleh serikat pekerja
mempunyai “political will” sendiri, lepas dan terpisah dari kehendak atau aspirasi
rakyatnya. Fasisme tidak mengenal batas bagi pelaksanaan fungsi negara. Negara dan
pemerintah sebagai organ pelaksanaan kekuasaan negara berhak melakukan apa saja, serta
g. Emperical Collectivism, paham ini berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat,
umum, yang tidak dapat diberikan oleh usaha pihak swasta. Adalah dibenarkan dan juga
diharapkan adanya penguasaan dan pengelolaan negara terhadap usaha yang menyangkut
hidup orang banyak, seperti transportasi umum, gas, dan listrik. Dengan kata lain, paham
dan ajaran ini menganut perlunya fungsi-fungsi negara untuk menyelenggarakan usaha dan
faktor pengalaman (empirik), mengenai bidang-bidang apa saja yang tidak mampu atau
Fungsi negara secara umum ada 4, yakni untuk melaksanakan ketertiban dan keamanan,
meraih kemakmuran dan kesejahteraan, fungsi pertahanan serta menegakkan keadilan. Berikut
1. Fungsi melaksanakan ketertiban dan keamanan. Fungsi negara yang utama adalah
tercipta kondisi yang stabil juga mencegah bentrokan-bentrokan yang terjadi dalam
masyarakat. Dengan tercipta ketertiban, segala kegiatan yang akan dilakukan oleh warga
3. Fungsi pertahanan. Fungsi pertahanan menjadi salah satu fungsi negara yang penting. Hal
ini demi kelangsungan hidup bangsa dannegara yang bersangkutan. Fungsi pertahanan
penting karena untuk mengantisipasi bila ada serangan dari negara lain. Dibutuhkan
4. Fungsi menegakkan keadilan. Negara memiliki fungsi untuk menegakkan keadilan bagi
Hubungan agama dengan negara dilihat dari Islam maupun pemikiran Barat, menurut teori
“Lingkaran Konsentris”, yakni Islam sebagai suatu agama, sebagaimana yang ditentukan oleh Al-
Qur’an Surah Al Imran (3) ayat 19:“Sesungguhnya agama yang di ridhoi di sisi Allah hanyalah
Islam”. Selanjutnya dalam Surah Al Maidah (5) ayat 3: “Pada hari ini kusempurnakan untuk kamu
agamamu dan telah kucukupkan nikmat ku dan telah ku ridhoi Islam sebagai agama bagimu”. Para
sarjana muslim membagi Ad-din al-Islam menjadi tiga komponen yakni Aqidah, Syariahdan
Akhlak, ketiganya totalitas yang tidak dapat dipisahkan, dan terdapat faktor yang berkaitan dengan
posisi Allah, manusia baik sebagai pribadi maupun kelompok, masyarakat dan alam lingkungan.
Aqidahdiartikan sebagai suatu keyakinanyang bersifat monoteis murni yang hanya ada dalam
Islam. Syariahadalah hukum Allah, maknanya adalah sebagai pelembagaan kehendak-Nya, yang
mana manusia harus hidup secara pribadi dan bermasyarakatQur’an sebagai hukum abadi dan
berlaku di semua tempatdan zaman dengan satu kalimat dalam surat 4:53 bisa dipahami bahwa
tujuan negara dalam lapangan kemakmurandengan kebebasan menurut hukum Qur’an adalah
Kezaliman terjadi karena hawa nafsu, dengan tidak memperdulikan terhadap nilai-nilai budi yang
luhur.Qur’an memberikan keterangan bahwa dalam hal ekonomi negara tidak boleh melepaskan
begitu saja dan harus ada campur tangan dari negara.Dalam Qur’an Tuhan mengatakan kepada
Daud yang sudah dilantik menjadi pemegang kekuasaan dalam negara supaya berlaku adil dalam
Qur’an mengajarkan bahwa kekuasaan yang ada dalam tangan pemegang kekuatan negara tidak
boleh dijalankan sesuka hati.Hukum Qur’an menolak ajaran Friederich Engels yang mengatakan
bahwa negara itu dikuasai oleh pertumbuhannya dialektika yang materialistis.Hukum Qur’an juga
menolak menolak teori dan ajaran Dante yang mengatakan bahwa, tujuan hidup manusia adalah
supaya tercapainya kehidupan rohani yang suci menurut kehendak Tuhan.Hukum Qur’an tidaksaja
memerintahkan supaya rohani umat manusia itu menjadi luhur, tetapi memerintahkan pula supaya
Dalam Qur’an surat An-nisa ayat 53 (4:53): “Am lahum naseebun mina almulki faithan
layutoona alnnasa naqeeran” yang artinya: “Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan
(kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada
manusia”.
syara’. Negara islam merupakan kekuatan politik praktis yang berfungsi untuk menerapkan dan
memberlakukan hukum-hukum islam, serta mengemban dakwah islam ke seluruh dunia sebagai
sebuah risalah dengan dakwah danjihad. Negara islam inilah satu-satunya thariqah (metode) yang
dijadikan oleh islam untuk menerapkan sistem dan hukum-hukumnya secara menyeluruh dalam
kehidupan dan masyarakat. Inilah yang merupakan pilar islam di hidup dan matinya di dalam
kehidupannya. Tanpa adanya negara islam, eksistensi islam sebagai sebuah ideologi serta sistem
kehidupan akan menjadi pudar, yang ada hanyalah islam sebagai upacara ritual serta sifat-sifat
akhlaq semata. Negara islam hanya berdiri di atas landasan aqidahislam, dan aqidah islam inilah
yang menjadi asasnya. Secara syar’i islam, dalam keadaan apapun, tidak boleh terlepas dari
negara.Negara islam tidak mentolelir konsep demokrasi, konsep nasionalisme dan konsep
patriotisme untuk kemudian diadopsi dalam tubuh negara islam. Karena bukan konsep yang lahir
dari aqidah islam dan pemahaman-pemahamannya pun bertentangan dengan aqidah islam. Begitu
pula dengan struktur negara islam tidak terdapat kementrian sebagaimana dalam tradisi
semuanya itu tidak dilahirkan dari aqidah islam dan bertentangan dengan aqidah islam.Dengan
dijadikannya aqidah islam sebagai landasan negara islam, maka mengharuskan undang-undang
dasarnya serta perundangan-undangan yang lain harus digali dari kitabullah (Al-Qur’an Karim)
serta sunnah Rasulullah (Hadits Shahih). Allah SWT telah memerintahkan kepada para penguasa
agar menerapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya.
C. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagaiberikut:
Bahwa konsepsi tentang negara di kalangan para ahli, baik dari kalangan pemikir politik
Islam maupun para ahli ketatanegaraan lainnya memberikan pengertian yang beragam.Hal
ini, tidak bisa dihindari, karena sejalan dengan keragaman pemikiran mereka dalam melihat
sosial politik dan zaman yang dialaminya serta pengaruh keyakinan keagamaan yang
dianutnya juga salah satu faktor yang mempengaruh perbedaan pemikiran tersebut.
Perbedaan demikian dalam dunia pemikiran tentu saja akan menambah wawasan dan khasana
pemikiran untuk saling melengkapi dan menyempurnakan, sehingga persepsi kita mengenai
Pada sisi lain, meskipun tidak terdapat kesepakatan mereka dalam melihat terminologi
negara, namun mereka tetap sepakat akan perlunya negara, sebab negara merupakan
fungsional negara dalam pengelolaan pemerintahan yang paling menonjol adalah fungsi
kedaulatan.Rakyat dalam hal ini menyerahkan hak tersebut kepada penguasa untuk
demikian dapat dipahami karena pemerintah merupakan suatu badan di dalam negara yang
tidak berdiri sendiri, melainkan bertumpuk kepada kedaulatan rakyat.Pemerintah yang ideal
adalah pemerintah atau penguasa yang dalam melaksanakan fungsinya harus dapat
memahami kehendak dan aspirasi masyarakatnya. Dalam pengertian lain bahwa ada suatu
kewajiban bagi penguasa untuk selalu mengupayakan agar kepentingan rakyat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak Anak Di
Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana, Deepublish,
Yogyakarta, 2015.
Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah
Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4,Nomor 1, 2016.
Laurensius Arliman S,Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai Tersangka
Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,Nomor 2, 2016.
Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi Oleh
Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016.
Laurensius Arliman S,Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan Ham
Perempuan Indonesia, Justicia Islamica,Volume 14, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di Indonesia,
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S,Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan Indonesia Sebagai
Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S,Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan Perlindungan
Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor2, 2018.
Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain Dengan
Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019.
Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia, Deepublish,
Yogyakarta, 2019.
Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh Karakteristik
Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan Komnas Perempuan
Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Mediasi, Jurnal Menara Ekonomi:
Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi, Volume 6, Nomor 2, 2020.
Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.
Laurensius Arliman S,Makna Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-Undang Dasar 1945,
Jurnal Lex Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni 2020, http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk Mencapai Tujuan
Negara Hukum, Kertha SemayaJournal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 7, 2020.
Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Assesment Oleh Polres Kepulauan Mentawai Sebagai Bentuk
Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Jurnal
Muhakkamah, Volume 5, Nomor 1, 2020.
Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari Yudistia, Ni Putu
Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan Bentuk Pelayanan Informasi
Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17, No Nomor, 2020.
Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat Reserse Narkoba Polda
Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law Review,
Volume 4, Nomor 2, 2020, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779.
Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Ensiklopedia Sosial
Review, Volume 2, Nomor 3, 2020.
Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume1, Nomor 2, 2020.
Otong Rosadi danLaurensius Arliman S, Urgensi Pengaturan Badan Pembinaan Idelogi Pancasila
Berdasarkan Undang-Undang Sebagai State Auxiliary Bodies yang Merawat Pancasila dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia, Prosiding Konferensi Nasional Hak Asasi Manusia, Kebudayaan
dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19: Tantangan
untuk Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1, Universitas Pancasila, Jakarta, 2020.